TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Fraktur
sesuai jenis dan luasnya. Demikian pula menurut sjamsuhidayat 2005 (Dalam
adalah terputusnya kontuinitas jaringan tulang dan / tulang rawan yang umumnya
pemisahan atau patahnya tulang. Sedangkan fraktur menurut Reeves 2001 (Dalam
disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang di tentukan jenis dan
luasnya trauma.
2. Etiologi
mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Letih karena otot tidak dapat
mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh. Umumnya fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang.
Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur di
bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau luka
yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua,
perempuan lebih sering mengalami fraktur dari pada laki laki yang berhubungan
Musculoskeletal 2012)
3. Klasifikasi
menurut beberapa ahli dapat dilihat berdasarkan Tabel. Fraktur tertutup (fraktur
simple) adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit atau kulit tidak
Klasifikasi Fraktur
Kompresi Depresi
Impaksi Kompresi
Impresi Patologik
Patologis Avulsi
Epifiseal
Impaksi
1. Fraktur komplit
Fraktur garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang.
2. Fraktur tidak komplit
Fraktur bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang.
1. Fraktur transversal
Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang
2. Fraktur oblik
3. Fraktur greenstick
Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedangkan sisi lainnya membengkok
4. Fraktur spiral
5. Fraktur kompresi
Fraktur dimana antara dua tulang mengalami kompresi pada tulang ketiga yang
6. Fraktur avulse
Fraktur yang ditandai oleh tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon
pada perlekatannya.
1. Fraktur Komunitif
2. Fraktur Segmental
Fraktur garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya,
1. Tertutup
2. Terbuka
Fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
2. Adanya dislokasi
1. Tipe Ekstensi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi
supinasi.
2. Tipe Fleksi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi klinis
(Smeltzer, 2002). Gejala umum fraktur menurut Reeves (2001) adalah rasa sakit,
b) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat di gunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
karena fungsi normal otot bergantung ada integritas tulang tempat melengketnya
otot.
c) Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenernya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji
e) Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah
6. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok, yang bisa berakibat fatal dalam
beberapa jam setelah cedera; emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau
permanen jika tidak ditangani segera. Komplikasi awal lainnya yang berhubungan
a. Syok
eksterna maupun yang tak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan
yang rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis dan vertebra.
Karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi
kehilangan darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma, khususnya pada
Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis, fraktur multiple, atau cedera
remuk, dapat terjadi emboli lemak, khususnya pada dewasa muda (20 sampai 30
tahun) pria. Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk ke dalam darah
karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena
katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam
lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah. Globula
menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal, dan organ
lain.
c. Sindroma Kompartemen
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini
bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang
membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat, atau
sering terkena. Kwhilangan fungsi permanen dapat terjadi bila keadaan ini
berlangsung lebih dari 6 sampai 8 jam dan terjadi iskemia dan nekrosis mioneural
(otot dan saraf). Pasien mengeluh adanya nyeri dalam, berdenyut tak tertahankan,
yang tak dapat dokontrol dengan opioid. Palpasi pada otot, bila memungkinkan,
2. Komplikasi Lambat
kecepatan normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan terlambat
patahan tulang. Pasien mengeluh tidak nyaman dan gerakan yang menetap pada
tempat fraktur. Faktor yang ikut berperan dalam masalah penyatuan meliputi
pembentukan kalus; jarak yang terlalu jauh antara fragmen tulang; kontak tulang
avaskular.
Nekrosis avaskular terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati.
Dapat terjadi setelah fraktur (khususnya pada kolumna femoris), dislokasi, terapi
7. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan kedaruratan
tubuh segera sebelum klien dipindahkan. Bila klien mengalami cedera, sebelum
kerusakan jaringan lunak, dan perdarahan lebih lanjut.nyeri yang terjadi karena
fraktur yang sangat berat dapat di kurangi dengan menghindari fragmen tulang.
bantalan yang memadai ,dan kemudian di bebat dengan kencang namun tetap
ekstremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera.
jaringan yang lebih dalam pada luka terbuka. Jangan sekali-kali melakukan
reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar melalui
lembut,di awali dengan bagian tubuh yang sehatdan di lanjutkan pada sisi yang
cedera. Pakaian mungkin harus di potong pada sisi yang cedera. Ekstremitas
sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untuk mencegah kerusakan jaringan
Pertolongan pertama pada penderita patah tulang di luar rumah sakit adalah
sebagai berikut:
a. Jalan napas
Bila penderita tak sadar, jalan napas dapat tersumbat karena lidahnya sendiri
yang jatuh ke dalam faring, sehingga menutup jalan napas atau adanya sumbatan
oleh lendir, darah, muntahan atau benda asing. Untuk mengatasi keadaan ini,
penderita dimiringkan sampai tengkurap. Rahang dan lidah di tarik ke depan dan
Cara yang lebih efektif dan paling aman adalah dengan meletakkan kain yang
bersih (kalau bisa steril) yang cukup tebal dan dilakukan penekanan dengan
tangan atau dibalut dengan verban yang cukup menekan. Torniket sendiri
perdarahan vena berlebihan. Kalau di pasang terlalu kuat dan terlalu lama dapat
nadi perifer ,serta pengisian kapiler untuk mencegah terjadinya kematian jaringan.
c. Syok
Pada suatu kecelakaan kebanyakan syok yang terjadi adalah syok hemoragik.
Syok bisa terjadi bila orang kehilangan darahnya 30 % dari volume darahnya.
Pada fraktur femur tertutup orang dapat kehilangan darah 1000 – 1500 cc.
Empat tanda syok yang dapat terjadi setelah trauma adalah sebagai berikut :
Gejala-gejala lain yang dapat berupa sakit (bukan gejala yang dominan) otot-
otot menjadi lunak, timbul rasa haus, pernapasan menjadi cepat dan dalam, serta
Paling baik untuk mengatasi syok karena perdarahan adalah diberikan darah
(transfuse darah) sedangkan cairan lainnya seperti plasma ,dextran, dan lain-lain
kurang tepat karena tidak dapat menunjang perbaikan karena tidak ada sel darah
Fraktur dan dislokasi dari anggota gerak harus di lakukan imobilisasi sebelum
penderita dibawa ke rumah sakit. Guna bidai selain untuk imobilisasi atau
mengurangi sakit, juga untuk mencegah kerusakan jaringan lunak yang lebih
parah. Pada fraktur /dislokasi servikal dapat di pergunakan gulungn kain tebal
atau bantalan pasir yang diletakkan di sebelah kanan dan kiri kepala. Pada tulang
lengan atas cukup di berikan sling (mitella). Untuk lengan bawah dapat dipakai
papan dan bantalan kapas. Fraktur femur atau dislokasi sendi panggul dapat di
pakai Thomas splint atau papan di pasang yang dari aksila sampai pedis dan
difiksasi dengan tungkai sebelah yang normal. Fraktur tungkai bawah dan lutut
dapat dipakai papan di tambah bantalan kapas dari pangkal paha sampai pedis.
fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi :smeltzer 2002 (Dalam Buku
untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi dan reduksi
terbuka. Metode yang di pilih untuk mereduksi fraktur bergantung pada sifat
frakturnya.
fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup,
plat, paku atau batangan logam dapat di gunakan untuk mempertahankan vragmen
mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai
eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu,
pin dan teknik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna.
yang berperan, dan deskripsi rentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri,
yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya. Fraktur tertutup
pada tulang panjang sering ditangani dengan reduksi tertutup. Untuk evalausi awal
lokal.
fraktur. Bila kedua sendi posisinya membentuk sudut dengan sumbu longitudinal
tulang patah, maka koreksi angulasi dan oposisi dapat di pertahankan, sekaligus
Derajat I : Terdapat luka tembus kecil seujung jari, luka ini didapat dari tusukan fragmen-
Derajat II : Luka lebih besar disertai dengan kerusakan kulit subkutis. Kadang-kadang di
Derajat III : Luka lebih besar di bandingkan dengan luka pada derajat II.
Kerusakan lebih hebat karena sampai mengenai tendon otot-otot saraf tepi.
penutupan kulit dapat ditutup secara primer. Namun pada derajat II, luka lebih
besar dan bila di paksakan menutup luka secara primer akan terjadi tegangan kulit.
Hal ini akan mengganggu bagian distal. Sebaiknya luka dibiarkan terbuka dan
luka ditutup setelah 5-6 hari (delayed primary suture). Untuk fiksasi tulang pada
derajat II dan III paling baik menggunakan fiksasi eksterna. Fiksasi eksterna yang
Pemakaian gips masih dapat di terima, bila peralatan tidak ada. Namun kelemahan
Debridement bertujuan untuk membuat keadaan luka yang kotor menjadi bersih
sehingga secara teoritis fraktur tersebut dapat di anggap fraktur tertutup. Namun
secara praktis hal tersebut tidak pernah tercapai. Tindakan debridement dilakukan
dalam anestesi umum dan selalu harus disertai dengan pencucian luka dengan air
yang steril/Nacl yang mengalir. Pencucian ini mendapat peranan penting untuk
Pada fraktur terbuka tidak boleh di pasang torniket ,hal ini penting untuk
menentukan batas jaringan vital dan nekrotik. Daerah luka dicukur rambutnya,
dicuci dengan detergen yang lunak (missal physohex), sabun biasa dengan sikat
lamanya kira-kira 10 menit ,dan dicuci dengan air mengalir. Dengan siraman air
Tindakan pembedahan berupa eksisi pinggir luka, kulit, subkutis, fasia, dan
pada otot-otot nekrosis yang kotor. Fragmen tulang yang kecil dan tidak
dipertahankan.
BAB II
KONSEP PERAWATAN
A. Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Tanda : keterbatasan gerak/kehilangan fungsi motorik pada bagian yang terkena (dapat
Sirkulasi
teraba nadi distal, pengisian kapiler lambat (Capillary refill), kulit dan kuku
Neurosensori
Kebas/kesemutan (parestesi).
Tanda: Deformitas local, angualasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot,
lain.
Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri berat tiba-tiba saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat
B. Pemeriksaan Diagnostik
fraktur.
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multiple trauma).
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neurovaskuler
imobilisasi fisik
D.Interv ensi
E. Rencana Keperawatan
Tindakan Rasional
Mandiri
radio, TV, koran, barang milik kontrol harga diri, dan membantu
rentang gerak aktif/ pasif pada dan tulang untuk meningkatkan tonus
digunakan.
otot.
kursi roda, kruk, tongkat, sesegera komplikasi tirah baring (misal, plebitis)
mobilitas.
Kolaborasi
walker, kruk.
Tindakan Rasional
Mandiri
kulit. kulit.
dan air. Gosok perlahan dengan dan bersih. Terlalu banyak bedak dapat
melepas gips, dan dukung bantal tonjolan dan area penyokong berat
j. Instruksikan pasien/keluarga
g. Plester yang kering dapat melekat ke
kerusakan jaringan.
j. Mempunyai efek pengering, yang
6. Traksi kulit dan perawatan kulit.6. Traksi kulit dan perawatan kulit
tulang. tersebut.
terlalu ketat.
kulit
eksoriasi.
Kolaborasi
domba, bantal apung atau kasur tubuh/tulang yang menonjol dan sakit
sirkulasi.
katup ganda atau jendela sesuai tekanan dan memberikan akses untuk
Smelrzer, Suzane C, dan Brenda G. Bate. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Helmi, Zairin Noor. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika.
Lukman, dan Nurma Ninhsih. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan