Pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan bersama itu tetap melalui jalur yang telah
ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan. Agar
pengarahan ini sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, diperlukan pengarah yang mempunyai
kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang agar mereka mau
bekerja sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan bersama.
Di samping pengarahan, suatu kerjasama juga memerlukan proses pemantauan (monitoring), yaitu
suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam usaha mengetahui sudah sampai seberapa jauh
kegiatan pendidikan telah mencapai tujuannya, dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan
itu.
Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berfikir system. System adalah
keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berinteraksi dalam suatu proses
untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
Dalam melihat sekolah sebagai suatu sistem kita harus melihat: (a) masukannya, yaitu bahan
mentah yang berasal dari luar sistem (lingkungan) yang akan diolah oleh sistem; dalam sistem
sekolah dasar masukan ini adalah anak-anak yang masuk dalam sekolah dasar itu, (b) prosesnya,
yaitu kegiatan sekolah beserta aparatnya untuk mengolah masukan menjadi keluaran. Contoh
proses itu disekolah dasar adalah proses belajar mengajar, bimbingan kepada murid, kegiatan
pramuka, palang merah remaja, dan sebagainya. Untuk melaksanakan ini harus ada sumber, baik
tenaga, sarana dan prasarana uang maupun waktu. Sumber ini sering kali dinamakan masukan
instrumental, dan (c) keluaran, yaitu masukan yang telah diolah melalui proses tertentu dalam hal
ini berupa lulusan.
Mutu lulusan akan sangat bergantung pada mutu masukan, masukan instrumental dan proses itu
sendiri. Mutu juga sangat bergantung kepada mutu guru , mutu sarana dan prasarana mutu dan
iklim kerja sama antara guru dengan murid, guru dengan guru, serta guru dengan kepala sekolah,
sebagai masukan instrumental. Kesemuanya ini menentukan kualitas lulusan itu.
Keempat, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi menajemen. Jika perhatian tertuju
pada sudut ini, perhatian tertuju pada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber
yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah
dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan. Sumber yang dimaksud dapat berupa
sumber manusia, uang, sarana, dan prasarana maupun waktu.
Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Administrasi
pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana
kemampuan administratorpendidikan itu, apakah ia dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing
madyo mangun karso, dan ing ngarso sungtulodo dalam pencapaian tujuan pendidikan
Keenam, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Untuk
memecahkan masalah tersebut diperlukan kemampuan dalam mengambil keputusan, yaitu
memilih kemungkinan tindakan yang terbaik dari sejumlah kemungkinan-kemungkinan tindakan
yang dapat dilakukan. Administrasi pendidikan merupakan ilmu yang dapat menuntun
pengambilan keputusan pendidikan yang baik.
Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi dapat
diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain untuk mengerti apa yang kita
maksudkan orang lain itu.
Kedelapan, administrasi sering kali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan
ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan,
menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan.
Dengan demikian tekanan berpindah dari kekuasaan untuk menentukan dan memerintah, kepada
proses mengembangkan semangat, pikiran dan perbuatan yang kooperatif, dan kepada
kesempatan-kesempatan yang diciptakan bagi pertumbuhan kepemimpinan perorangan dan
kelompok.
Masalah memimpin dan mengatur sekolah secara demokratis menimbulkan masalah tentang
perlunya kesempatan-kesempatan bagi partisipasi bagi guru-guru secara penuh juga pegawai-
pegawai sekolah, murid-murid dan orang-orang tua murid, dalam memikirkan cara-cara
memajukan program dan kesejahteraan sekolah. Persetujuan semua adalah merupakan ciri -has
bagi demokrasi dalam Administrasi Sekolah. Adapun pola-pola tingkah laku yang demokratis
yang seyogyanya dimiliki oleh guru ialah:
Adalah menjadi keharusan guru untuk setidak-tidaknya mengetahui Filsafat pendidikan itu dan
tidak mungkin memperaktekan apa yang tidak ia ketahui.
Membicarakan secara terbuka apa yang mereka yakini sehingga mencapai pengertian-pengertian
dasar mengenai hakekat anak, fungsi dan tujuan sekolah dalam masyarakat, dan bagaimana cara
mengajar-belajar yang baik.
Dalam zaman dan sistim pendidikan yang bersifat nasional dan demokratis seperti sekarang ini,
kebijaksanaan-kebijaksanaan kolonial dan otokratis itu harus ditinggalkan. Sekarang, dengan
adanya PGRI dan makin berkembangnya kesadaran dan pengertian akan perlunya demokrasi
dalam pendidikan pada pemimpin-pemimpin pendidikan dan pendidik/guru kita pada umumnya
kebijaksanaan-kebijaksanaan kepegawaian makin berubah ke arah pelaksanaan yang demokratis.
1. Menyelidiki buku-buku sumber bagi guru dan buku-buku pelajaran bagi murid-murid
2. Merencanakan dan merumuskan tujuan-tujuan dari kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler,
pelaksanaan dan sistim penilaiannya.
3. Menentukan dan menyusun tata-tertib sekolah
4. Menetapkan syarat-syarat penerimaan murid baru.
5. Menentukan syarat-syarat kenaikan kelas.
6. Menyusun acara Ulangan-ulangan Umum.
7. Menetapkan daftar pengawasan murid di halaman sekolah.
8. Merumuskan kebijaksanaan tentang pembagian tugas mengajar guru-guru.
9. Menyusun daftar pelajaran umum.
10. Menetapkan pengawasan dan penilaian kebersihan gedung dan halaman sekolah.
11. Merencanakan penggunaan ruangan-ruangan sekolah.
12. Merencanakan penilaian kemajuan-kemajuan program sekolah.
13. Menetapkan pengawasan dan bimbingan kegiatan-kegiatan organisasi murid.
14. Merencanakan penyelenggaraan pengawasan ujian dan pemeriksaan pekerjaan ujian.
15. Merencanakan kegiatan-kegiatan upacara hari-hari nasional,keagamaan, dan sebagainya.
16. Merencanakan dan memimpin rapat-rapat guru.
17. Menyelidiki dan memilih buku-buku bacaan bagi perpustakaan sekolah.
18. Menyusun peraturan-peraturan dan penyelenggaraan perpustakaan.
19. Memikirkan usaha-usaha memajukan kesejahteraan guru pegawai dan murid murid.
20. Merencanakan dan membantu kelancaran ketata-usahaan sekolah.
1. Dalam penerimaan siswa, para guru dapat dilibatkan untuk ambil bagian.
2. Dalam masa orientasi, tugas guru adalah membuat agar para siswa cepat beradaptasi
dengan lingkungan sekolah barunya.
3. Untuk pengaturan kehadiran siswa di kelas, guru mempunyai andil yang besar juga. Guru
diharapkan mampu mencatat/merekam kehadiran ini meskipun dengan sederhana akan
tetapi harus baik.
4. Dalam memotivasi siswa untuk senantiasa berprestasi tinggi, guru juga harus mampu
menciptakan suasana yang mendukung hal tersebut.
Dalam menciptakan disiplin sekolah atau kelas yang baik, peranan guru sangat penting karena
guru dapat menjadi model. Untuk membuat siswa mempunyai disiplin yang tinggi, maka guru
harus mampu menjadi contoh atau panutan bagi siswa-siswanya
Daftar Pustaka: