Anda di halaman 1dari 18

Jelajah Rasa

Berburu Cita Rasa Masakan Kamboja


Demi Secangkir Kopi Sempurna
Pho: Mi Selera Dunia
Berburu Cita Rasa

Masakan
Kamboja
Salah satu warisan kuliner
yang jarang dikenal kini akan
segera mendunia. Cobalah di
dapur Anda.
Oleh Elaine Moore

S
eorang wanita melangkahkan
kakinya di suatu siang yang
panas. Menyelinap di antara lalu
lalang sepeda, sepeda motor dan
mobil, di jalanan Kamboja yang padat.
Di kepala wanita itu bertengger sebuah
k­eranjang berisi jangkrik panggang. Setiap
menit, ia menurunkan keranjang tersebut
dan melayani para pembeli.
Anda yang tak menyukai jangkrik pang-
gang, tak perlu khawatir. Banyak pilihan
makanan kaki lima lain di jalanan Kam-
boja yang bisa menggoda se­lera makan.
Di jalanan lebar ibu kota pe­ninggalan
kolonial Prancis, Phnom Penh, banyak

w w w.readersdigest.co.id
ditemukan gerobak-gerobak yang
Sejarah Singkat menjajakan nanas, mangga dan ke-
Kamboja lapa. Para wanita menyodorkan baki
berisi kerang ­ber­tabur sambal, dan
para pria mengayuh sepeda menarik
kotak-kotak pendingin berisi nugat
yang terbuat dari air gula, jus limau
dan kacang. Banyak pilihan yang bisa
mengenyangkan. Dan makanan Kam-
boja, mau dimakan di tempat atau
dibawa pulang, tetap sangat segar,
unik dan lezat.
Ketika banyak santapan asal Viet-
nam dan Thailand yang sudah men­
dunia, makanan Kamboja justru belum
banyak dikenal luas. Bahkan sangat
Kerajaan Khmer pernah sedikit buku yang membahas m­asakan
sangat berkuasa di Asia. Di- Kamboja dan restoran-restoran
perintah oleh raja yang mewarisi negeri yang menyajikan menu-menu Kam-
tersebut dengan candi-candi megah boja. Salah seorang pemilik rumah
Angkor Wat dari abad ke-13. Namun makan Kamboja di London, bahkan
500 tahun berikutnya, karakter negeri mengiklankan makanannya sebagai
itu lebih banyak diwarnai oleh berbagai masakan Thailand atau Cina. Menu-
penjajahan dan penindasan. rutnya, jika ia menyebutkan sebagai
Kolonial Prancis mulai masuk Kam- makanan Kamboja, tak akan ada yang
boja pada 1864. Kamboja memperoleh
tahu, dan lebih parahnya lagi, orang
kemerdekaan dari Prancis pada 1953.
tidak akan tertarik.
Namun pada 1975, partai komunis
Khmer Merah, pimpinan Pol Pot,
mengambil alih kekuasaan dan me- Jika kita melihat kembali latar be-
nyebabkan negara tersebut mengalami lakang sejarah, mudah sekali untuk
perubahan, dari negara dengan kondisi memahami kenapa masakan Kamboja
ekonomi pertanian yang serba berkecu- begitu sulit dikenal. Meskipun seka-
kupan menjadi negeri yang penuh pe­ rang negara tersebut telah menjadi
daerah tujuan wisata dan merupakan
I L U S T R A S I 5 W i n f o g ra p h i c s

nindasan: jutaan warga tewas terbunuh.


Ketika Khmer Merah digulingkan tempat bagi candi-candi Buddha dan
pada 1979, dengan bantuan dunia inter- pasar apung, 30 tahun yang lalu Kam-
nasional, Kamboja harus bekerja keras boja dikuasai oleh rezim otoriter yang
untuk bangkit kembali. Sekarang, perin- bertanggung jawab atas hilangnya
dustrian negara kembali tumbuh subur nyawa jutaan warganya.
dan negeri itu semakin populer sebagai Di akhir 1970-an, Kamboja dike-
daerah tujuan wisata.
nal sebagai salah satu negara dengan

w w w.readersdigest.co.id
Ninh Janie, guru
sekolah memasak
membawa
muridnya ke
pasar tradisonal.

pemerintahan yang brutal sepanjang kan sangat berkurang karena kega-


sejarah. Partai Khmer Merah, yang galan panen. Beberapa mengaku
dipimpin oleh Pol Pot, memaksa hanya mendapatkan satu mangkuk
warga­nya mengungsi ke pinggir kota kecil bubur sebagai makanan sehari-
sebagai upaya untuk mencegah pe­ hari yang mereka tambahkan dengan
ngaruh kapitalisme Barat. apa saja yang mereka temukan dan
Jutaan orang meninggal, sebagian bisa mereka jadikan makanan. B­anyak
besar dibunuh, sebagian lain terserang pekerja yang jatuh sakit bahkan me­
penyakit ganas dan mati kelaparan. ninggal dunia karena kelaparan atau
Banyak keluarga yang terpisahkan - keracunan buah-buahan beri dan
alih-alih bersekolah, banyak anak yang jamur. Dalam kenangan para pekerja
akhirnya dipekerjakan sebagai buruh yang bertahan hidup, makanan – bah-
kasar dan terpaksa tinggal di kamp- kan sampai sisa-sisanya – merupakan
F O T O J am e s Hartma n

kamp pengungsian. impian mereka.


Makanan, yang awalnya melimpah Ketika kekuasaan Khmer Merah
ruah, tiba-tiba menjadi barang langka. akhir­nya berhasil ditumbangkan dan
Warga yang dipekerjakan di ladang negara tersebut bangkit dengan sendiri­
pertanian mengeluhkan bagaimana nya, negara itu kekurangan orang-orang
suplai makanan yang mereka dapat- yang berpikir pintar. Orang-orang pro-

w w w.readersdigest.co.id
Coba Menu Masakan
Kamboja
Fish Amok
(untuk empat porsi)

Cara untuk memasak santapan ini sebe-


narnya harus menggunakan daun pisang,
tetapi bisa juga direbus di atas mangkuk
kecil atau wadah agar-agar.

Bahan:
400 gram daging ikan putih, seperti ikan laut.
500ml santan kelapa.
1 butir telur. Kocok.
2 sendok makan saus ikan
300 gram kol atau kubis cincang.
dan saus ikan sampai pastanya larut (Anda
Kroeung (dibaca “krung”) bisa menggunakan blender atau uleg)
2 biji cabe merah kering. Rendam dan cincang. Tambahkan ikan yang telah dipotong-
2 siung bawang putih, cincang. potong menjadi bagian kecil
2 sendok makan jahe segar, cincang. Tempatkan cincangan kol atau kubis ke
2 batang tangkai daun sitrun, cincang. dalam empat mangkuk kecil.
2 sendok teh sari lemon. Taburkan potongan ikan di atasnya
1 siung bawang merah. Tempatkan mangkuk-mangkuk tersebut
1 sendok teh pasta udang. ke dalam baki dan genangi baki dengan air
1 sendok teh minyak. kurang lebih 2,5 cm saja.
Masak dalam oven dalam suhu 180 derajat
Cara membuat: Celcius dan biarkan selama 20 menit.
Campurkan semua bahan untuk mem- Sajikan dengan nasi (biarkan tersebar
buat Kroeung dengan santan kelapa, telur seperti dalam gambar).

fesional banyak yang menjadi target Kamboja,” kata Long Sorey, mantan
para komunis, tetapi orang-orang de­ pengajar ilmu ekonomi (dan bersama
FOTO BY FABFOODPIX.COM

ngan keahlian biasa-biasa saja, keahlian Kanika, putri kesayangannya, menulis


yang secara tradisional diturunkan dari buku masak Kamboja, Au Pays de la
orang tua kepada anak-anak mereka, Pomme Cythere).
juga semakin langka. “Saya juga berpikir, seiring mereka
“Generasi muda sejak kanak-kanak dewasa, mereka merasakan bahwa
tinggal jauh dari rumah sehingga tidak tidak ada yang spesial dari masakan
pernah belajar memasak masakan Kamboja. Bahkan, putri saya sen­

w w w.readersdigest.co.id
diri, Kanika, lebih senang memasak buku tersebut merupakan cerminan
masak­a n Italia daripada masakan dari kebangkitkan gairah baru tradisi
Kamboja untuk disajikan kepada tamu masak memasak di Kamboja.
saat jamuan makan malam.” Kesuksesan Au Pays de la Pomme
Tetapi ketika Kanika menikah dan Cythere hanya bagian kecil dari ke-
memiliki anak, dia justru berharap bangkitan Kamboja pasca keruntuhan
bisa memasak makanan masa kecilnya rezim yang brutal. Jumlah wisatawan
bagi anak-anaknya. yang berkunjung – termasuk chef
Dari tempat tinggalnya yang baru Gordon Ramsay dan Rick Stein –
di Inggris, Kanika yang tertarik untuk
menulis sepucuk surat Gordon menikmati santapan
kepada ibunya dan Ramsay kuliner yang benar-
meminta resep ma- “Saya tertarik benar khas Kamboja,
kanan favoritnya ke- dengan keunikan terus meningkat.
tika kecil: babar (sup santapan kuliner Apa yang membuat
nasi), asinan jeruk di Kamboja. Bebe­ masakan Kamboja
limau, salad ikan, nasi rapa rasa masakannya sa­ngat begitu spesial? Be-
manis isi kelapa dan modern dan tidak terduga. rada di antara Viet-
pisang goreng. Kamboja memiliki bermacam nam dan Thailand,
Adalah Au Pays de bumbu yang menakjubkan, tak mengejutkan jika
khususnya dari ikan-ikan su­ masakan Kamboja
la Pomme Cythere
ngai. Saya berkunjung ke kota,
(In The Land of juga dipe­ngaruhi oleh
kecamatan, hingga ke kam-
Ambarella)—buku cita rasa dari kedua
pung-kampung persukuan...
tentang koleksi resep Orang-orangnya sangat ramah,
negara tersebut. Kam-
masakan Kamboja, menyenangkan dan mau mem- boja juga memiliki
yang berhasil me- bagi pengetahuan tentang masak­an bebek dari
nyingkirkan 6.000 kebudayaan mereka.” Cina, sambal dari
pesaingnya sebagai India, dan keju halus,
Best Asian Cookbook roti berkulit keras,
dalam Gourmand World Cookbook serta bermacam kue kering yang
Award tahun lalu – yang tentu mem- sudah ada sejak dulu sebagai bagian
bawa perubahan. dari pengaruh penjajahan Prancis.
Menyusul kesuksesannya, buku terse- Krim kari, sup asam dan kaldu
but kini diterjemahkan ke dalam bahasa yang terkenal di sekitar wilayah
Inggris dan akan tersedia di toko-toko tersebut juga muncul dalam m­asakan
buku di Inggris tahun depan. K­amboja. Namun yang perlu menda-
Judul buku tersebut diambil dari pat perhatian adalah makanan dan
buah kecil berwarna hijau yang sangat masakan di negara ini lebih manis
populer di Kamboja, dimakan secara daripada masakan manapun di Asia,
mentah atau disajikan dalam sup atau dan sayuran yang digunakan pun sa­
salad. Penulisnya mengatakan bahwa ngat beragam.

w w w.readersdigest.co.id
Tujuh ratus tahun Kamboja yang tidak mampu mem-
lalu, seorang utu- beli lemari pendingin, hampir semua
san dari Cina resep diproduksi dalam keadaan segar.
menuliskan “Murid-murid sangat terkejut de­
hasil kunjun- ngan banyaknya jumlah sayuran yang
gannya saat harus kita gunakan untuk membuat
K a m b o ja makan­an pembuka, dan bagaimana
masih dip- pasta untuk kari dan harus dibuat
impin oleh hari itu juga, bukan dari kaleng atau
kerajaan Ang- sejenisnya,” katanya.
kor Wat. Utusan “Makanan Kamboja sangat menga­
itu menceritakan gumkan karena kita menggunakan
tentang parade apapun dan semuanya. Rumput di
gajah, menara-me- halaman rumah yang sering Anda
nara emas dan dere- lempar, bagian dari binatang yang
tan sayuran, buah dan sering Anda hindari – kami menggu-
makanan laut yang menjadi nakan itu semua.”
santapan orang-orang Kamboja. Umumnya makanan Kamboja di-
Sekarang ini, bagi mereka yang me­ masak dengan cara direbus, dikukus,
ngunjungi pasar-pasar yang hampir atau dipanggang. Mereka yakin betul
bisa ditemukan di setiap pelosok kota­ bahwa sayuran dan ikan benar-benar
nya, akan menyadari bahwa makanan- makanan sehat.
makanan itu masih ada. “Makanan Warga Kamboja sangat hemat dalam
Kamboja terdiri dari tiga rasa utama: penggunaan minyak ikan, dan rasa
manis, asam dan asin. Anda akan me- serta aroma masakan lebih banyak
nemukan rasa itu di semua makanan muncul dari bumbunya daripada dari
dan kami membuat itu dari berbagai lemak – kroeung, adonan yang digu-
macam bumbu,” jelas Ninh Janie, guru nakan di semua makanan pembuka,
kelas memasak di Frizz, salah satu menggunakan daun lemon, kunyit,
restoran terkenal di Phnom Penh. jeruk purut dan laos.
Di kelas itu, para murid belajar mem- Kanika teringat Proust ketika men-
buat secara komplet masakan Kamboja, jelaskan mengapa makanan Kamboja
membuat makanan pembuka, seperti menjadi topik yang h­angat dibicara-
sup, kari ayam dan labu, mi gulung kan: ”Ketika semuanya menghilang,
segar dan puding labu manis. hanya rasa dan aroma yang tersisa.”
Tetapi sebelum murid-murid b­elajar Anak-anak muda Kamboja sekarang
membuat makanan pembuka, Janie bisa saja menolak belajar membuat
akan mengajak mereka berjalan-jalan makanan leluhurnya. S­eiring negara
mengunjungi pasar tradisional yang itu membangun dirinya sendiri, ran-
panas, padat dan ramai, untuk mem- tai yang terputus tersebut dengan
beli bumbunya. Karena banyak warga sendiri­nya akan terganti. n

w w w.readersdigest.co.id
Demi
Secangkir
Kopi
Sempurna
Dari orang-orang yang “gila” kopi, saya mendapat
pengalaman baru menikmati secangkir kopi.

J
Oleh Wiko Rahardjo

ujur, sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Per-


tama, saat saya pertama kali menyeruput kopi, hingga saya
menikah, hanya ada satu alasan mengapa saya harus memi-
num kopi: untuk menahan kantuk. Saya tak pernah tahu
secara detail kenikmatan dari secangkir kopi. Asal tercium
aroma kopi, manis dan hangat, maka saya akan menghabiskan se­gelas
p h o t o / i l l u s t r at i o n c r e d i t

kopi yang disajikan.


Untuk pilihan jenis kopi, selera saya pun termasuk sangat s­tandar.
Jika bukan kopi hitam tubruk, pasti kopi sachet instan. Ketika p­abrikan
kopi instan mulai mengeluarkan banyak kopi dengan beragam rasa,
selera saya pun ikut bervariasi. Saya mulai menyukai kopi rasa moka,
kopi susu, hingga cappuccino sachet. Penyajian kopi pun biasa-biasa
saja. Hanya dengan menuangkan air panas ke cangkir yang sudah
berisi bubuk kopi, aduk dan nikmati.

w w w.readersdigest.co.id
Belakangan saya mulai tergelitik mulai naik pamor, banyak kedai kopi
dengan menjamurnya kedai kopi di yang juga menjual biji kopi. “Yang
mal-mal Jakarta. Mulai dari yang harus diperhatikan dalam memilih biji
sederhana hingga mewah, plus para kopi adalah kesegarannya,” jelas Franky.
pelanggan yang betah duduk berlama- Kesegaran itulah yang memengaruhi
lama hanya untuk menikmati kopi. rasa dari seduhan kopi yang dihasilkan.
Suatu kali, saya berkesempatan meng- “Idealnya adalah tiga hari sampai satu
hadiri acara pembukaan kedai kopi minggu setelah biji kopi melalui proses
baru asal Italia di Jakarta. Saya disodori roasting,” tambahnya.
secangkir espresso – kopi murni khas Proses berikutnya melakukan peng-
Italia – bertakaran 30 mililiter. Cukup gilingan 14 gram biji kopi untuk dua
sedikit menurut ukuran saya yang ter- gelas shot dengan mesin p­enggiling.
biasa menikmati segelas kopi tubruk Satu gelas shot setara dengan 28-30
berukuran 240 mililiter. Namun ketika mililiter cairan. “Dalam proses peng-
aliran pertama espresso tersebut me­ gilingan, perhatikan juga kehalusan-
nyentuh lidah dan melewati tenggoro- nya karena ini juga akan meme­ngaruhi
kan, ada perasaan lain yang tidak bisa rasa,” kata Franky. Ia kemudian
saya gambarkan dengan kata-kata. melakukan proses t­amping – menekan
bubuk kopi yang sudah halus dengan
Espresso tamper di portafilter. Portafilter ada-
ala Kedai Kopi lah salah satu bagian mesin espresso.
Melalui Franky Angkawijaya, Alat itu berbentuk keranjang kecil
saya belajar menemukan rahasia berdiameter tidak lebih dari tujuh
kenikmat­an secangkir espresso. Pria sentimeter, yang dilengkapi pegangan.
yang akrab disapa Franky itu adalah Fungsinya sama seperti penyaring.
kepala sekolah, sekaligus instruktur Dibutuhkan keahlian khusus untuk
E­s perto Barista Course, yang ber- melakukan tamping. “Kita melakukan
lokasi di Senayan Trade Center, Ja- penekanan dengan kekuatan tangan
karta. Barista adalah julukan bagi para yang ekstra agar bubuk kopi benar-
peramu kopi. Franky sendiri meru- benar padat mengisi portafilter,” tutur
pakan lulus­an Curtin University of Franky. Ia lalu membalik portafilter
T­echnology Perth, Australia, bidang yang sudah dipadati bubuk kopi. “Kalau
pariwisata pada 2001. Ia mulai tergila- bubuk kopi tidak terjatuh, berarti proses
gila dengan kopi saat masih sekolah di tamping sempurna,” katanya.
Caesar Ritz Sydney, Australia. Setelah melakukan flushing – pen­
Di Esperto, Franky menunjukkan cucian terhadap keran penyalur air
kepada saya, cara pembuatan espresso pada mesin dan dua gelas shot –
dengan bahan biji kopi arabika yang ia p­ortafilter dipasangkan ke keran yang
impor langsung dari Guatemala. Bukan ada di mesin espresso. Di bawah por-
berarti, di Indonesia kita sulit menemu- tafilter ditaruh dua gelas shot. Proses
kan biji kopi. Karena sejak tren kopi ekstrasi pun dimulai. Mesin espresso

w w w.readersdigest.co.id
selalu dilengkapi dengan alat peng­ukur Kepintaran seorang barista dalam
suhu. “Panas air yang baik bersuhu 90 meramu kopi menentukan rasa.
derajat Celcius,” kata Franky. Waktu
ekstrasi mulai diatur untuk lama 28 Ia kembali menunjukkan keahliannya
detik. Saya melihat cairan kental mulai meramu dua variasi espresso tersebut.
mengisi gelas shot. Setelah ekstrasi Cappuccino dan latte pada dasarnya
selesai, busa warna kekuningan, yang adalah shot espresso yang dituangi
disebut crema, terlihat menggenangi steamed milk (semacam busa dari susu
permukaan gelas. Franky lalu menyo- dingin yang dipanaskan). “Sebelum
dorkan satu gelas untuk saya. dipanaskan, susu harus benar-benar
“Crema rasanya pahit,” katanya. dalam keadaan dingin,” jelas Franky.
Untuk menghilangkan rasa pahit, “Suhu pemanasan kurang lebih 60
Franky meminta saya mengoyangkan derajat Celcius agar rasa manis alami
gelas dengan arah memutar agar crema benar-benar keluar.”
memudar. Setelah crema benar-benar Untuk pemilihan jenis susu, kembali
memudar, saya langsung mendekatkan kepada selera masing-masing. Namun
gelas ke bibir. Tercium aroma wangi Franky menyarankan untuk menggu-
khas kopi. Pada tegukan pertama, rasa nakan susu segar (fresh milk). Alasan­
kopi yang begitu kuat menyebar ke nya, kandungan lemak dalam susu
rongga mulut saya. Mantap! Keasaman segar masih dalam kadar seimbang
kopi murni benar-benar tidak terasa. sehingga tidak terlalu cepat mencip-
Berikutnya, Franky mulai berkreasi takan rasa kenyang di perut. Setelah
meramu berbagai jenis minuman kopi susu selesai dipanaskan, ia mulai me­
lain. “Espresso merupakan bahan dasar nuangkan ke satu shot espresso dalam
F OTO A F P

untuk berbagai variasi minuman kopi, gelas berukuran kurang lebih 100 mili-
seperti latte dan cappuccino,” ujarnya. liter. “Kita meramu latte,” katanya.

w w w.readersdigest.co.id
kombinasi yang sedikit berbeda.
B­iasanya, sepertiga espresso, sepertiga
susu panas dan sepertiga busa susu.
Di Esperto Barista Course, setiap pe-
serta pelatihan dikenakan biaya sebe-
sar Rp3.000.000 untuk masa kursus
selama tiga hari. Mereka antara lain
mendapatkan pengetahuan umum ten-
tang sejarah kopi, seluk beluk espresso,
pengenalan alat-alat, pemakaian alat
hingga p­rosesi meramu espresso.
“Bagus tidaknya seorang barista dalam
meramu kopi bisa dilihat dari cara mer-
eka menjaga kebersihan alat-alat yang
digunakan,” jelas Franky.
Nah, prosesi pembuatan espresso,
latte dan cappuccino yang ditunjuk-
kan Franky kepada saya adalah p­rosesi
standar di kedai kopi. Alat yang digu-
nakan pun berharga lumayan tinggi
Untuk menciptakan latte art dibutuhkan dan berkualitas terbaik. Satu set
keahlian dan jiwa seni. mesin espresso yang ia miliki ber-
harga hingga Rp80.000.000. Rasanya
Bagian yang paling menarik perha- nggak mungkin bagi saya untuk memi-
tian saya dalam peramuan latte adalah liki alat tersebut di rumah hanya demi
saat sang barista dengan ketelitian dan menikmati kopi.
kemampuan seninya membuat latte
art di permukaan gelas, menggunakan Meramu Espresso
steamed milk yang dituang. Franky di Rumah
menunjukkan keahlian tersebut. Ia me­ Saya beruntung bisa mengenal Toni
nuangkan steamed milk ke gelas berisi Wahid. Pria itu terkenal di kalangan
shot espresso. Ketika 75 persen gelas komunitas pencinta kopi. Ia juga yang
sudah terisi, ia memiringkan gelas dan bertanggung jawab terhadap ratusan
membentuk latte art. Hasilnya, corak orang yang terkena “racun” kopi se­
pohon di permukaan gelas. “Coba latte telah membaca blognya (cikopi.com).
F OTO DO K . TONI W AHID

ini,” katanya sambil menyodorkan gelas. “Entah kenapa setiap selesai membaca
Ada rasa manis susu dengan sedikit blog saya, orang-orang mendadak me-
aroma kopi. Hampir tidak ada rasa pahit nyukai kopi,” selorohnya. Dan saya
kopi. Benar-benar mantap! salah seorang korban itu.
Proses pembuatan cappuccino mirip Toni, panggilan akrabnya, m­engaku
dengan latte, namun memiliki takaran kepincut kopi sejak 2000, ketika ia

w w w.readersdigest.co.id
berkunjung ke Kanada. “Yang mem- memang membutuhkan alat penggiling
buat saya kaget, ternyata yang disajikan yang baik pula. Kalau tak mampu beli,
saat itu adalah kopi Gayo asal Indo- minta saja ke tempat kita membeli biji
nesia!” katanya. Sejak saat itu, lulusan kopi untuk sekalian menggilingnya.”
jurnalistik Universitas P­adjadjaran Kopi yang enak adalah yang mampu
Bandung tersebut mulai gemar ber- mengeluarkan aroma wangi. “Agar
buru kenikmatan kopi. “Bagi saya, se- zat-zat yang terkandung dalam kopi
lalu banyak kejutan yang didapatkan t­erekstrasi dengan sempurna, g­unakan
dari secangkir kopi,” t­ambahnya. air panas bersuhu 90-93 d­erajat C­elcius
Mungkin, kejutan yang ia maksud untuk menyeduh kopi,” saran Toni. “Tak
adalah rasa-rasa baru yang dihasilkan punya alat p­engukur? Cukup diam­kan
dari tangan-tangan barista yang ber- air yang baru mendidih selama satu
beda. “Ingat, setiap orang memiliki menit sebelum dituangkan.”
selera dan penilaian masing-masing “Begitu pula saat menuangkan air
terhadap kopi, dan semua orang bisa panas ke dalam kopi,” lanjutnya. “Biar­
berkreasi dalam meramu kopi. Hanya kan dulu selama tiga sampai empat
kopi basi yang bisa dikategorikan kopi menit, untuk memberikan kesempatan
tidak enak,” candanya. kopi mengeluarkan zat-zat terbaiknya.
“Kalau nggak puas dengan ramuan- Baru setelah itu, bisa kita nikmati de­
ramuan kopi yang dibuat oleh kedai ngan pisang goreng, sambil bercanda
kopi, lebih baik meramu sendiri di dengan teman-teman. Pasti nikmat.”
rumah,” sarannya. Kalau tak mampu
membeli mesin espresso yang ber- Pelajaran tentang kopi dari Toni dan
harga puluhan juta, cukup beli yang Franky berhasil memengaruhi selera
berharga puluhan ribu saja.” saya. Satu pak cappucino sachet yang
Menurut Toni, ada alat bernama saya beli untuk persediaan selama
french press yang sudah banyak dijual satu bulan di rumah mulai jarang saya
di supermarket Indonesia. Harganya seduh. Saya tidak lagi menolak setiap
paling murah berkisar antara Rp50.000 kali ada ajakan dari teman untuk ber-
sampai Rp75.000 saja. “Tetapi jika ingin temu atau berkumpul di kedai kopi.
menghasilkan espresso yang baik, saya Saya mulai belajar memberikan pe-
anjurkan membeli french press dari nilaian sendiri terhadap kopi yang saya
merk yang berkualitas, s­eperti Bodum,” nikmati, termasuk menunggu kejutan-
jelas Toni. Cara p­emakaian alat itu pun kejutan yang akan saya dapatkan dari
sangat mudah. secangkir kopi yang disajikan oleh
Toni mengajarkan saya hal-hal yang barista di kafe atau kedai kopi yang
bisa membuat kopi ramuan sendiri saya kunjungi. Namun kopi bubuk
menjadi lebih enak dinikmati. “Selain murni sudah masuk dalam deretan
kesegaran biji kopi, faktor berikutnya daftar belanjaan istri saya. Bisa jadi,
adalah hasil penggilingan,” katanya. saya malah akan terkejut dengan kopi
“Untuk mendapatkan hasil yang baik, ramuan saya sendiri. n

w w w.readersdigest.co.id
Pho: Mi
Selera
Dunia
Hanoi dan pho bagai sejoli
tak terpisahkan. Pho atau mi
Vietnam kini tersebar di mana-mana,
akrab di lidah orang Amerika, dan
cukup populer di Indonesia. Inilah
kisah petua­langan­menemukan
rahasia­mi yang telah mendunia ini.
Oleh Mike Meyer

w w w.readersdigest.co.id
K
eringat menetes hing­­ tot dan kumal, mengenakan­ kaus hi­
ga ke mata saya.­ “Pertama,­ tam tanpa lengan. Ia mengangguk
tambahkan­ bawang putih,” ketika­ aksi saya dianggapnya benar,
kata­ Nguyen Tien Luc, ju­ dan mengarahkan posisi sudip baja
ru­masak di Café 57, sebuah jika­saya salah. Luc me­ngangguk lagi­
restoran di Old Quar­ saat saya memasukkan saus tiram.
ter, Hanoi.­ Saya­ berada di ibuko­ Berikutnya adalah irisan jahe dan
ta Vietnam un­tuk­ mempelajari cara taburan lada. Anggukannya setelah
membuat­ pho yang populer. Mi itu saya­ memasukkan potongan daging
memiliki va­riasi tak terhingga­, seban­ sapi dan udang membuat saya ber­
yak restoran yang menyajikannya. pikir tugas akan segera selesai.
Hari ini saya belajar memasak pho Saya memasukkan mi beras ke da­
xao, mi goreng dengan udang dan lam wajan dengan ceroboh. Kali­ ini
daging sapi. Sejauh ini proses be­lajar Luc merebut sudip. “Kalau Anda­men­
tidak mudah. Luc yang kurus, bero­ gaduknya terlalu kuat, hasilnya akan
lengket,” omelnya. Percobaan yang ga­
gal itu diletakkan di piring. Ia mengam­
Membuat mi dari tepung beras bil mangkuk kosong. “Ayo, mulai lagi.”
merupakan proses yang rumit.
Pagi hari kami menyusuri jalan-
jalan­ di luar wilayah Hanoi den­
gan mobil­. Tampak topi-topi runc­
ing di antara hamparan batang-ba­
tang hijau­, sapi membajak sawah
dan truk-truk menyemburkan­ asap.
Di daerah­ pedesaan­ terdapat banyak
sawah yang diselingi pohon-pohon
pisang dan tiang-tiang listrik.
Mobil menepi. “Kita sudah dekat,”
teriak pemandu. “Kapal feri berada
di bawah jalan ini.” Kami melewati­
pematang sawah menuju tepi sungai­.
Perahu kayu bermotor sudah me­
nunggu kami. Pemandu mengumum­
FOTO © CA R L & ANN PURCELL / CO RBIS

kan, “Desa Rice Noodle – Tho Ha.”


Saya bukanlah Indiana Jones.
Satu­-satunya risiko dalam perjalan­
an ini adalah membesarnya ukuran­
pinggang­. Ini karena buruan saya­
adalah­ tempat pengisi perut, bu­
kan museum. Pho (dibaca faw) bagi­
orang Hanoi seperti piza untuk
orang Italia­, crepe bagi orang Inggris
dan taco bagi­orang Meksiko.
Inilah puisi karya penulis Hanoi,
Nguyen Tuan
Pho luar biasa lezat,
“Lebih berkhasiat dari rempah-
rempah
Lebih baik dari ginseng
Di luar itu semua
Jangan simpan uang di saku Anda
Belilah dan nikmati pho.”
Saya ikuti perintah itu. Beberapa­
hari belakangan ini, dalam persiapan­
mengikuti pelajaran memasak­ dari­
Luc, si jagoan mi, saya telah me­
ngonsumsi pho di warung-warung­
terbuka sepanjang jalan Hanoi.­ Mi
yang saya makan adalah mi beras­
putih­ yang dicampur irisan selada,­
rempah-rempah pedas seperti da­un­
mint, bayam dan kemangi. Saya­ te­ Di Hanoi, pho lebih dari sekadar
lah menghirup bermangkuk-mang­ makanan, tapi juga berkaitan erat
kuk­ pho­ dengan rasa daging sapi, dengan sejarah dan budaya kota.
kepiting,­ keong, belut, bebek dan
udang. Ada pula daging yang bentuk­
dan rasanya­ misterius. Saya tidak dar makanan. Mi adalah bagian dari
di­saran­kan menanyakan namanya, hidup dan sejarah kota mereka.
jadi­... santap­saja. Sepanjang jalan-jalan di Desa Rice­
Sebagai orang yang lama ­tinggal Noodle terdapat terali-terali­ bambu­
di Beijing, saya bosan membuat mi pada tembok-tembok yang kusam.
telur yang di atasnya terdapat wijen, Bulatan adonan tepung beras­dijemur
dan mi putih yang direndam dalam di atas bilah-bilah­ bambu tersebut.­
air kaldu pedas. Saatnya ­mempela­jari Sebagian penduduk­ menjemurnya­
hal baru. Saya mengirim e-mail ke se­ hingga melewati jalan­ umum. Desa­
FOTO © JOH N L ANDER / O NAS IA

orang teman di Hanoi, yang memi­liki ini memiliki lebih dari­ 500 keluarga,­
restoran. “Tentu. Saya punya se­orang yang kebanyakan membuat mi. Pro­
juru masak yang akan meng­ajar An­ duk­ mereka sangat disukai­ di pasar­-
da,” jawabnya. Terkesan ­mudah. Ta­ pasar Hanoi selama berabad-abad.
pi saya tidak menyadari bahwa di “Membuat mi kelihatannya mu­
Hanoi, mi ternyata lebih dari seka­ dah, tapi saat Anda melakukan­

w w w.readersdigest.co.id
D
nya, ternyata tidak,” pemandu sa­ i atas kapal feri dalam per­
ya me­ng­ingatkan. Saya duduk di jalanan pulang, rasa­penasa­
atas bang­ku­ kayu yang diberikan ran saya muncul.­ Mungkin­
seorang­ ibu tua. Ia tersenyum seo­ ini alasannya­salah­satu ba­
lah me­ngetahui apa yang akan saya zaar mi populer­ di Hanoi
lakukan. Saya­ men­celupkan sendok sering disebut Hell’s Market.
ke ember,­ lalu ­menaburkan cairan “Bukan. Itu karena pasarnya me­
putih ke papan­ yang sudah dilapisi mang dibangun di atas pemakaman,”
bentangan­ kain katun tipis selama Tran Long menjelaskan. Tran adalah
proses pemanasan. Hasilnya seperti seniman dan guru seni di Center for
susu segar­ yang dibuat dari campu­ International Education Exchange

Kami merasa sakit jika tidak makan­


nasi. Pho terbuat dari beras, te-
tapi itu bukan makanan berat.”
ran beras dan air. Hasil adonan ini di Hanoi. Ia sangat tertarik kepada
akan digiling esok hari. semua hal tentang Hanoi. Ia setuju
Wanita itu membuat gerakan me­ saat saya memintanya mengantar ke
ngaduk dengan sendoknya. Saya Hell’s Market.
mengikutinya, lalu mengangkat kaki­ “Orang Vietnam harus makan nasi
dari pedal kayu. Setelah 10 detik,­ setiap hari,” katanya. “Kami merasa
adonan­ pun selesai. Saya merasa le­ sakit jika tidak makan nasi. Pho ter­
ga­. Tak ada yang terbakar, tak ada buat dari beras, tetapi itu bukan ma­
serpihan­. Adonannya bundar dan kanan berat.”
tipis.­ Setelah dikeringkan, hasilnya Kami berhenti di luar kafe di tepi­an­
siap dipotong untuk dijadikan mi. Danau Hoan Kiem. Hari masih­ pagi­.
Atau, diberikan ke babi-babi yang Rasanya terlalu dini untuk menyan­
menguik kegirangan di kandang mi­ tap pho. Tran tertawa. “Orang Hanoi
lik tetangga sebelah. justru lebih suka memakan pho di pa­
Dengan sendok bulat, saya meng­ gi hari,” katanya. “Pho adalah makanan
angkat adonan ke rak pengering. pertama dalam satu hari.­Tapi pho juga
Ternyata menetes dan menggum­ disantap sebagai­makanan terakhir pa­
pal. Hasil­ yang agak bernoda ini, da malam hari.­Sebagian toko tetap bu­
jika­ disejajarkan dengan contoh ka hingga larut­malam.”
yang bagus­, seperti labu Halloween, Tran mengajak saya ke kawasan­
jack-o-lantern, sedang mengejek la­ Old Quarter yang membawa kami­
bu yang matang. kembali­ ke abad 15. Bangunan­-
Saya mencoba lagi dan lagi. Hasil­ bangunan­ kecil yang bagian bawah­
nya tetap sama. nya­ dijadikan toko dan atasnya

w w w.readersdigest.co.id
saya membungkuk­
kan badan.­ Suara­-
suara menyeruput­
mie pun mulai­ ter­
dengar. Karena
saus atau kaldu ha­
rus dipanaskan un­
tuk sehari,­ dan
harganya­ pun mu­
rah – kurang da­
ri 1 dolar – warung
ini tampak seperti­
restoran, bukan se­
kadar dapur­ru­mah­
an biasa.­
Restoran terletak
Bukan cuma untuk makan malam, banyak orang Hanoi dalam rumah­ ber­
memulai hari dengan semangkuk pho. dinding semen dua
lantai. Model­nya­
mengingatkan pa­
sebagai­ rumah tinggal, berjejer di da gaya yang populer­setelah Prancis
kedua sisi jalan selebar empat meter. merebut­ibukota pada 1882. Menurut
Jalan itu digunakan lalu lintas dan Tran, Prancis­ membawa lebih da­
pejalan kaki. Sepeda yang diparkir, ri sekadar arsitektur baru di Hanoi.
penjaga toko dan bangku kayu me­ ”Cara kami menyantap dan memasak
menuhi pinggiran jalan yang sempit. makanan juga berubah,” kata Tran.
Nama-nama ke-36 jalan di kawas­ Sejarah pho telah ada sejak Prancis­
an itu diambil dari barang-barang membangun zona tekstil industri­ di
yang memang khusus dijual di sana. luar Hanoi. Pekerja dan penduduk
Tran menerjemahkan papan nama terdiri dari orang Vietnam dan orang
jalan: bambu, keranjang, layar, sikat, Prancis. Toko-toko­ pun menyesuai­
botol, rakit, garam, peti mayat dan kan­ menu mereka, dan mengganti­
cacing laut. sup hidangan laut asli­ dengan kaldu­
Tak ada jalan bernama mi, tapi­ sapi, dan menambah mi. Ketika itu,
kami­ melewati warung pho di setiap mi dimasak dalam tungku yang ter­
FOTO © Y VA N CO HE N / ONA SIA

jalan. Kami berhenti di Hang Dieu buat dari tanah, atau coffre-feu­dalam­
yang terkenal dengan Bun Bo Nam bahasa Prancis­. Ketika melihat­
Bo, mi beras dan daging sapi­. Mereka­ penjualnya­, pembeli akan berteriak,­
menyajikan campuran tauge,­pepaya, ”Eh! Feu!” dan dibalas­ ”Oui! Feu!”.
bawang­ goreng, kacang dan jeruk. Hal ini diyakini sebagai cikal bakal
Atap warung yang rendah memaksa istilah pho.

w w w.readersdigest.co.id
Kata pho memiliki konotasi berbeda­ dicampurkan­ dalam bumbu. Di da­
bagi Tran Long, yang masih­ duduk di lam dapur Café 57 yang panas dan
bangku universitas pada­ 1980. Di ma­ sempit, saya siap ­mengakui ke­kalah­
sa sebelum reformasi­ ekonomi, dike­ an­. Bahan masakan­­sudah disiapkan­,
nal istilah periode kela­paran, terjadi dan bukan rahasia: ­sa­y uran, daging,­
pembagian kupon­ dan mi yang dibu­ kapulaga, jahe,­kayumanis dan adas.

Ketika melihat­penjualnya­, pembeli­


akan berteriak, ”Eh! Feu!” dan
dibalas­”Oui! Feu!”. Hal ini diyakini
sebagai cikal­bakal istilah pho.
at dari terigu putih­ impor.­ ”Anda ha­ Saya ingin­m­engetahui takaran yang
nya mendapat pho jika­ benar-benar pas, tapi satu­-satunya alat yang
sakit,” kenang Tran. ”Saat itu banyak­ diguna­kan Luc adalah matanya, dan
orang yang berpura-pura sakit untuk pengalaman.
memakan pho.” Salah satu sisa dari era Akhirnya, saya dapat membuat mi
itu adalah bahasa slang lokal: istri di­ dalam panci, yang diikuti­ senyum
sebut ”beras,” sementara wanita sim­ dan anggukan kepala Luc. Ia mele­
panan diis­tilahkan “pho.” takkan mi ke piring yang di atasnya

S
terdapat­wortel, jagung dan kol yang
egala hal yang saya pelajari digoreng­de­ngan tepung.
tentang pho menguap bersa­ Saya membawa hidangan­tersebut­
ma suara minyak­ wi­jen­ yang ke balkon­ kafe.­ Bagaimana­ rasanya?
gemeretak di atas penggo­ Saya lega­. Rasanya­ menye­rupai mi-
rengan di Cafe­ 57. Di bawah mi yang telah­ saya coba selama­
pengawasan Nguyen Tien Luc, saya seminggu­penuh­. Lezat juga. Daging­
berusaha melanjutkan pembuatan nya empuk dan terasa bum­bu­nya.
pho xao. Saya mencoba lagi dan lagi. Sayurannya renyah, mi pun lembut­
”Anda harus punya rasa untuk di lidah. Saya langsung menghabis­
melakukan ini,” kata Luc. ”Rahasia­ kan setengah­piring.
nya ada pada teknik.” Saat melangkah ke balkon, Ngu­
Teknik ini, seperti yang te­ yen­ Ngoc Dzung, pemilik res­toran,­
lah saya­ dengar, adalah hasil dari melihat­ porsi yang belum saya­ ha­
belajar­ dan diasah terus-menerus. biskan­. Ia mengucapkan selamat.
Termasuk­ ca­ra­­­ koki pho merebus ”Aro­ma pho yang enak akan membuat
daging sapi­sepanjang malam untuk Anda tergiur untuk menikmati­ pho
mendapat kaldu, cara memasak ba­ yang lain!” katanya. Dan pelatihan­mi
wang, atau jumlah daun mint yang saya akhirnya selesai.­ n

w w w.readersdigest.co.id

Anda mungkin juga menyukai