Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedeera fisik dan psikologis atau
bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter&Perry, 2006).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami
sesasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan
yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000).
Kebutuhan akan kesalamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang
dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, remal dan
bakteriologis. Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologis
dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu
yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata
atau hanya imajinasi seperti penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya. Dalam
konteks hubungan interpersonalbergantung pada banyak faktor, seperti
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan
memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan
memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan
sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman. (Asmadi, 2005).
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Konsep
kenyamanan memiliki subjektifitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu
memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis dan kebudayaan
yang mempengaruhi cara mereka menginterprestasikan dan merasakan nyeri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Teknik relaksasi otot progresif ?
2. Apa tujuan teknik relaksasi otot progresif ?
3. Apa saja indikasi teknik relaksasi otot progresif ?
4. Apa saja teknik relaksasi otot progresif ?
5. Apa yang dimaksud Guide imagery ?
6. Apa tujuan dilakukan guide imagery ?
7. Apa manfaat dari guide imagery ?
8. Apa saja indikasi guide imagery ?
9. Apa saja teknik dalam guide imagery ?
10. Apa saja langkah-langkah dalam guide imagery ?
11. Bagaimana prosedur pelaksanaan guide imagery ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teknik relaksasi otot progresif
2. Untuk memahami tujuan teknik relaksasi otot progresif
3. Untuk mengetahui indikasi dari teknik relaksasi otot progresif
4. Untuk memahami teknik teknik relaksasi otot progresif
5. Untuk mengetahui guide imagery
6. Untuk memahami tujuan guide imagery
7. Untuk mengetahui manfaat dari guide imagery
8. Untuk mengetahui indikasi guide imagery
9. Untuk mengetahui teknik dalam guide imagery
10. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam guide imagery
11. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan guide imagery

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teknik Relaksasi Otot Progresif


1. Definisi
Relaksasi merupakan suatu bentuk teknik yang melibatkan pergerakan
anggota badan dan bisa dilakukan dimana saja (Potter & Perry, 2005).
Tehnik ini didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada
ansietas yang merangsang karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Tehnik
relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis (Asmadi, 2008).
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang
tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti (Setyoadi &
Kushariyadi, 2011).
Terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi dengan cara peregangan
otot kemudian dilakukan relaksasi otot (Gemilang, 2013).
Relaksasi progresif adalah latihan terinstruksi yang meliputi
pembelajaran untuk mengerutkan dan merilekskan kelompok otot
secara sistemik, dimulai dengan kelompok otot wajah dan berakhir pada
otot kaki. Tindakan ini biasanya memerlukan waktu 15-30 menit.,
dapat disertai dengan intruksi yang mengarahkan individu untuk
memperhatikan kelompok otot yang direlaksasikan (Johnson 2005).
Selain itu manfaat teknik rilekasasi progresif bagi pasien diantaranya
mengurangi ketegangan dan kecemasan (Paula, 2002).
2. Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005), tujuan dari
teknik ini adalah untuk :
1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolic.
2. Mengurangi distrimia jantung, kebutuhan oksigen.

3
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokuskan perhatian serta relaks.
4. Meningkatkan rasa kebugaran konsentrasi.
5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress.
6. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme oto, fobia
ringan, gagap ringan.
7. Membangun emosi positif dari emosi negatif.

3. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa indikasi dari
terapi relaksasi otot progresif, yaitu:
a. Klien yang mengalami insomnia.
b. Klien sering stres.
c. Klien yang mengalami kecemasan.
d. Klien yang mengalami depresi
4. Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk
melakukan teknik ini yaitu:
a. Persiapan

Persiapan dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang

dan sunyi. Persiapan klien:

1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan


terapi pada klien.
2) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata
tertutup menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk
dikursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat.

4
b. Prosedur
Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
1) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi.
3) Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks
selama 10 detik.
4) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami.
5) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
a. Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga
otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang,
b. Jari-jari menghadap ke langit-langit.
Gerakan melatih otot tangan bagian depan dan belakang ditunjukkan
pada gambar.

5
Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada
bagian atas pangkal lengan).

a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.


b. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps
akan menjadi tegang.

Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.


a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga
menyantuh kedua telinga.
b. Fokuskan atas, dan leher.

6
Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah
(seperti otot dahi, mata, rahang, dan mulut).
a. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
otot terasa dan kulitnya keriput.
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan
otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami
oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan disekitar otot rahang.
Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan 9: ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan


maupun belakang.
a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan.
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

7
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan
punggung atas.
Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.
a. Gerakan membawa kepala ke muka.
b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung
a. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b. Punggung dilengkungkan.
c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lemas.
Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya.
b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian
dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
d. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan relaks.

8
Gerakan 13: ditujukan untuk melatih otot perut.
a. Tarik dengan kuat perut kedalam.
b. Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.

Gerakan 14-15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha


dan betis).
a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

9
B. Guided Imagery
1. Definisi
Guided imagery adalah suatu teknik yang menggunakan imajinasi
individu dengan imajinasi terarah untuk mengurangi stres (Patricia dalam
Kalsum, 2012). Snyder & Lindquist (2002) mendefinisikan bimbingan
imajinasi sebagai intervensi pikiran dan tubuh manusia menggunakan
kekuatan imajinasi untuk mendapatkan affect fisik, emosional maupun
spiritual. Guided imagery dikategorikan dalam terapi mind-body medicine
oleh Bedford (2012) dengan mengombinasikan bimbingan imajinasi
dengan meditasi pikiran sebagai cross-modal adaptation. Imajinasi
merupakan representasi mental individu dalam tahap relaksasi. Imajinasi
dapat dilakukan dengan berbagai indra antara lain visual, auditor, olfaktori
maupun taktil.
Bimbingan imajinasi merupakan teknik yang kuat untuk dapat fokus
dan berimajinasi yang juga merupakan proses terapeutik (Bonadies, 2009).
Watanabe et al (2006) membuktikan hasil penelitiannya yang menyebutkan
bahwa bimbingan imajinasi meningkatkan mood positif dan menurunkan
mood negatif individu secara signifikan dan level kortisol yang diukur
menggunakan saliva test juga menunjukkan penurunan yang signifikan.
Guided imagery adalah proses yang menggunakan kekuatan pikiran
dengan menggerakkan tubuh untuk menyembuhkan diri dan memelihara
kesehatan atau rileks melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua
indra meliputi sentuhan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran (Potter
& Perry, 2005). Terapi guided imagery adalah metode relaksasi untuk
mengkhayalkan atau mengimajinasikan tempat dan kejadian berhubungan
dengan rasa relaksasi yang menyenangkan (Kaplan & Sadock, 2010).
Teknik guided imagery digunakan untuk mengelola koping dengan cara
berkhayal atau membayangkan sesuatu yang dimulai dengan proses
relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk perlahan-lahan
menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong untuk

10
relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan
untuk membuat damai dan tenang (Smeltzer & Bare, 2008).

2. Tujuan Guided Imagery


Guided Imagery atau imajinasi terbimbing merupakan penciptaan kesan
dalam pikiran klien, dan dapat berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga
secara bertahap dapat menurunkan persepsi terhadap nyeri. Sehingga
memiliki tujuan, yaitu:
a. Untuk memelihara kesehatan atau relaks melalui komunikasi dalam
tubuh melibatkan semua indra (visual, sentuhan, penciuman,
penglihatan, dan pendengaran) sehingga terbentuklah keseimbangan
antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
b. Dapat mempercepat penyembuhan yang efektif dan membantu
tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi
dan asma.
c. Untuk mengurangi tingkat stres, penyebab, dan gejala-gejala yang
menyertai stres.
d. Guided imagery music dapat untuk menggali pengalaman pasien
depresi.
3. Manfaat Guided Imagery
Guided imagery merupakan salah satu jenis teknik relaksasi
sehingga manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat dari
teknik relaksasi yang lain. Para ahli dalam bidang teknik guided imagery
berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif yang
dapat mengurangi nyeri, kecemasan, mempercepat penyembuhan dan
membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit. Guided imagery
telah menjadi terapi standar untuk mengurangi kecemasan dan memberikan
relaksasi pada orang dewasa atau anak-anak, dapat juga untuk mengurangi
nyeri kronis, tindakan prosedural yang menimbulkan nyeri, susah tidur,
mencegah reaksi alergi, dan menurunkan tekanan darah (Snyder, 2006).

11
Banyak sekali manfaat yang kita dapat dari menerapkan prosedur
guided imagery, berikut ini manfaat dari guided imagery menurut
Townsend (1977):
a. Mengurangi stress dan kecemasan
b. Mengurangi nyeri
c. Mengurangi efek samping
d. Mengurangi tekanan darah tinggi
e. Mengurangi level gula darah (diabetes)
f. Mengurangi alergi dan gejala gangguan pernapasan
g. Mengurangi sakit kepala
h. Mengurangi biaya rumah sakit
i. Meningkatkan penyembuhan luka dan tulang
4. Indikasi Guided Imagery
Dossey, et al (dalam Potter & Perry, 2009) menjelaskan aplikasi klinis
guided imagery yaitu sebagai penghancur sel kanker, untuk mengontrol dan
mengurangi rasa nyeri, serta untuk mencapai ketenangan dan ketentraman.
guided imagery juga membantu dalam pengobatan: seperti asma,
hipertensi, gangguan fungsi kandung kemih, sindrom pre menstruasi, dan
menstruasi. selain itu guided imagery juga digunakan untuk mereduksi
nyeri luka bakar, sakit kepala migrain dan nyeri pasca operasi (Brannon &
Feist, 2000).
Indikasi dari guided imagery adalah semua pasien yang memiliki
pikiran negatif atau pikiran menyimpang dan mengganggu perilaku
(maladaptif). Misalnya: over generalization, filter mental, stress, cemas,
depresi, nyeri, hipokondria, loncatan kesimpulan dan lain-lain.
5. Teknik Guided Imagery
Macam-macam teknik guided imagery berdasarkan pada
penggunaannya terdapat beberapa macam teknik, yaitu (Grocke & Moe,
2015):

12
1. Guided walking imagery
Teknik ini ditemukan oleh psikoleuner. Pada teknik ini pasien
dianjurkan untuk mengimajinasikan pemandangan standar seperti
padang rumput, pegunungan, pantai.
2. Autogenic abstraction
Teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku negatif yang
ada dalam pikirannya kemudian pasien mengungkapkan secara verbal
tanpa batasan. Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal
emosional dan raut muka pasien
3. Covert sensitization
Teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement yang
menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi berdasarkan
pada prinsip yang sama dalam modifikasi perilaku.
4. Covert behaviour rehearsal
Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan perilaku
koping yang dia inginkan. Teknik ini lebih banyak digunakan.

6. Langkah-Langkah Guided Imagery


Teknik guided imagery dimulai dengan proses relaksasi pada
umumnya, yaitu pasien diminta secara perlahan-lahan menutup matanya
dan fokus pada nafas mereka, lalu klien didorong untuk relaksasi
mengosongkan pikiran dan memberi bayangan yang dapat membuat damai
dan tenang dalam pikiran klien (Rahmayati, 2010 dalam Patasik et al,
2013). Kozier & Erb (2009) dalam Novarenta (2013) menyatakan bahwa
langkah-langkah dalam melakukan guided imagery adalah :
1. Persiapan
Mencari lingkungan yang nyaman dan tenang, dimana lingkungan ini
harus bebas dari distraksi. Lingkungan yang bebas dari distraksi
diperlukan oleh subyek untuk memokuskan imajinasi yang dipilih.
Subyek harus tahu rasional dan keuntungan teknik imajinasi

13
terbimbing. Subyek merupakan partisipan aktif dalam latihan imajinasi
dan harus memahami apa yang harus dilakukan dan hasil akhir yang
diharapkan. Lalu memberikan kebebasan pada subyek untuk
memposisikan diri klien dengan nyaman.
2. Menimbulkan relaksasi
Panggilah klien dengan panggilan nama yang disukai. Berbicara
dengan jelas. Atur nada suara yang tenang dan netral. Mintalah subyek
untuk menarik nafas dalam dan perlahan untuk relaksasi. Dorong klien
untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan. Bantulah klien
merinci gambaran dari bayangannya. Doronglah klien untuk
menggunakan semua ideranya dalam menjelaskan bayangan dan
lingkungan bayangan tersebut.
3. Menjelaskan perasaan fisik dan emosional yang ditimbulkan oleh
bayangannya.
Arahkan klien mengeksplorasi respon terhadap bayangan karena
akan memungkinkan klien memodifikasi imajinasinya. Respon negatif
dapat diarahkan kembali untuk memberikan hasil akhir yang lebih
positif. Berikan umpan balik kepada klien secara berkelanjutan dengan
memberi komentar pada tanda-tanda relaksasi dan ketentraman.
Setelah itu, membawa klien keluar dari bayangan. Diskusikanlah
perasaan klien mengenai pengalamannya tersebut, identifikasilah hal-
hal yang dapat meningkatkan pengalaman imajinasi. Selanjutnya
motivasi klien untuk mempraktikkan teknik ini secara mandiri.

7. Prosedur Teknik Guided Imagery


Berikut ini adalah standar operasional prosedur dari pelaksanaan
guided imagery:
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Jelaskan prosedur, tujuan, posisi, waktu dan peran perawat sebagai
pembimbing.

14
3. Anjurkan klien mencari posisi yang nyaman menurut klien.
4. Duduk dengan klien tetapi tidak mengganggu.
5. Lakukan pembimbingan dengan baik terhadap klien.
a. Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau
pengalaman yang membantu penggunaan semua indra dengan suara
yang lembut.
b. Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangan dan saat itu
perawat tidak perlu bicara lagi..
c. Jika kien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak
nyaman perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi
ketika klien telah siap.
d. Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15 menit klien dan
daerah ini akan digantikan dengan relaksasi. Biasanya klien rileks
setelah menutup mata atau mendengarkan musik yang lembut
sebagai background yang membantu.
e. Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk
digunakan pada latihan selanjutnya dengan menggunakan informasi
spesifik yang diberikan klien dan tidak membuat perubahan
pernyataan klien.
Menurut Snyder (2006) teknik guided imagery secara umum antara lain:
1. Membuat individu dalam keadaan santai yaitu dengan cara:
a. Mengatur posisi yang nyaman (duduk atau berbaring)
b. Silangkan kaki, tutup mata atau fokus pada suatu titik atau suatu
benda di dalam ruangan
c. Fokus pada pernapasan otot perut, menarik napas dalam dan pelan,
napas berikutnya biarkan sedikit lebih dalam dan lama dan tetap
fokus pada pernapasan dan tetapkan pikiran bahwa tubuh semakin
santai dan lebih santai
d. Rasakan tubuh menjadi lebih berat dan hangat dari ujung kepala
sampai ujung kaki.

15
e. Jika pikiran tidak fokus, ulangi kembali pernapasan dalam dan
pelan
2. Sugesti khusus untuk imajinasi yaitu:
a. Pikirkan bahwa seolah-olah pergi ke suatu tempat yang
menyenangkan dan merasa senang ditempat tersebut
b. Sebutkan apa yang bisa dilihat, dengar, cium, dan apa yang
dirasakan
c. Ambil napas panjang beberapa kali dan nikmati berada ditempat
tersebut
d. Sekarang, bayangkan diri anda seperti yang anda inginkan (uraikan
sesuai tujuan yang akan dicapai/ diinginkan).
3. Beri kesimpulan dan perkuat hasil praktek yaitu:
a. Mengingat bahwa anda dapat kembali ke tempat ini, perasaan ini,
cara ini kapan saja anda menginginkan
b. Anda bisa seperti ini lagi dengan berfokus pada pernapasan anda,
santai, dan membayangkan diri anda berada pada tempat yang anda
senangi
4. Kembali ke keadaan semula yaitu:
a. Ketika anda telah siap kembali ke ruang dimana anda berada
b. Anda merasa segar dan siap untuk melanjutkan kegiatan anda
c. Sebelumnya anda dapat menceritakan pengalaman anda ketika anda
telah siap (Snyder, 2006).
Asmadi (2008) juga menjelaskan tentang teknik dalam melakukan
guided imagery yaitu mengatur posisi yang nyaman pada klien, dengan
suara yang lembut minta klien untuk memikirkan hal-hal yang
menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua
indera, minta klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang
menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya. Waktu yang
digunakan untuk pelaksanaan guided imagery pada orang dewasa dan
remaja biasanya 10-30 menit, sementara kebanyakan pada anak-anak

16
mentoleransi waktunya hanya 10-15 menit (Snyder, 2006). Guided
imagery dapat disampaikan oleh seorang praktisi/pemandu, video atau
rekaman audio. Rekaman audio dalam guided imagery berisi panduan
imajinasi atau membayangkan hal-hal yang menyenangkan bagi klien
terkait dengan tempat yang menyenangkan misalnya pantai, aktifitas
yang menyenangkan misalnya makan ice cream. Melalui rekaman
audio tersebut klien dipandu relaksasi menarik nafas dalam dan pelan
(Snyder, 2006). Relaksasi membuat pikiran lebih terbuka untuk
menerima informasi baru yang diberikan (Benson, 1993 dalam Snyder,
2006). Untuk selanjutnya klien dipandu untuk membayangkan hal yang
paling menyenangkan dan membayangkan tiap detail hal yang bisa
dirasakan oleh semua indera. Klien dipandu untuk membayangkan apa
yang dapat dilihat, dirasakan, dibau, dipegang atau disentuh. Rekaman
audio ini dapat dimodifikasi dengan latar belakang musik relaksasi
(Snyder, 2006).

17
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Relaksasi progresif adalah latihan terinstruksi yang meliputi pembelajaran


untuk mengerutkan dan merilekskan kelompok otot secara sistemik, dimulai
dengan kelompok otot wajah dan berakhir pada otot kaki. Manfaat teknik rilekasasi
progresif bagi pasien diantaranya mengurangi ketegangan dan kecemasan.

Guided imagery adalah proses yang menggunakan kekuatan pikiran dengan


menggerakkan tubuh untuk menyembuhkan diri dan memelihara kesehatan atau rileks
melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra meliputi sentuhan,
penciuman, penglihatan, dan pendengaran (Potter & Perry, 2005). Terapi guided
imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan atau mengimajinasikan
tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan (Kaplan
& Sadock, 2010). Guided Imagery atau imajinasi terbimbing merupakan penciptaan
kesan dalam pikiran klien, dan dapat berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga
secara bertahap dapat menurunkan persepsi terhadap nyeri.

18
DAFTAR PUSTAKA

Zulfiana Prasetya. 2016. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progressif Terhadap


Perubahan Tingkat Insomnia Pada Lansia. Skripsi. Makasar: Universitas UIN
Alauddin Makasar

Nisa Afdila. 2016. Pengaruh Terapi Guided Imagery Terhadap Tingkat Stres Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menyelesaikan Skripsi. Skripsi. Surabaya:
Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai