Disusun oleh :
Elsyfha
P07220117014
d) Pemasangan Cimino
Cimino atau arteriovenous shunt atau arteriovenous fistula dalah
prosedur operasi kecil untuk menghubungkan salah satu pembuluh
arteri dengan pembuluh vena. Pembuluh arteri, yang membawa darah
dari jantung ke seluruh tubuh, akan disatukan dengan pembuluh balik
atau vena, yang mengalirkan darah kembali menuju jantung guna akses
pembuluh darah saat cuci darah.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD
dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai
peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja
dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan
pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan
traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya
CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan
air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan
darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat
dan reguler.
c. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir
kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
d. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
e. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot
bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada
paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara
tambahan pada jantung.
f. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
g. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat
ulkus.
h. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
i. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat /
uremia, dan terjadi perikarditis.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder
terhadap gagal ginjal.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.
d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap gagal ginjal.
e. Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang
pengetahuan, sistem pendukung kurang adekuat.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anorekasia, mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis dan diet tak enak.
D. Rencana Asuhan Keperawatan
3a. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Bila mungkin atur untuk
dengan kurang keperawatan selama 3x24 jam, kunjungan dari individu
pengetahuan tentang ansietas dapat berkurang yang mendapat terapi
kondisi, pemeriksaan dengan kriteria hasil : 2. Berikan informasi tentang :
diagnostik, rencana 1. Mengungkapkan (1) Sifat gagal ginjal
tindakan dan prognosis. pemahaman tentang (2) Pemeriksaan
kondisi diagnostik termasuk
2. Pemeriksaan diagnosik tujuan, deskripsi
dan rencana tindakan; singkat, persiapan yang
sedikit melaporkan diperlukan sebelum
perasaan gugup dan takut. tes.
(3) Tujuan terapi yang
diprogramkan.
3. Sediakan waktu untuk
pasien dan orang terdekat
untuk membicarakan
tentang masalah dan
perasaan tentang perubahan
gaya hidup yang akan
diperlukan untuk memilih
terapi.
4b. Risiko tinggi kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk
integritas kulit keperawatan selama 3x24 jam, mempertahankan kuku
berhubungan dengan risiko kerusakan integritas kulit terpotong pendek,
pruritus sekunder dapat diatasi dengan kriteria mempertahankan suhu
terhadap gagal ginjal. hasil : ruangan pada keadaan
1. Tidak ada tanda garukan nyaman untuk mencegah
pada kulit, keluhan pruritus keringat, mengikuti
lebih sedikit. pembatasan diet yang
diprogramkan, mandi
dengan sabun tanpa
deodorant dan hipoalergik.
2. Berikan agen ikatan fosfat
atur untuk dialisa sesuai
program.
5c. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau kembali raasional
ketidakpatuhan keperawatan selama 3x24 jam, untuk memodifikasi diet
berhubungan dengan ketidak patuhan dapat yang diprogramkan pada
kurang pengetahuan, berkurang dengan kriteria hasil rencana pulang :
sistem pendukung : 1). Tinjau kembali rasional
kurang adekuat. 1. Merupakan pemahaman untuk menghindari
tentang instruksi pulang, kelebihan yang
mendemonstrasikan meningkatkan kadar ureum.
kemampuan untuk 2). Pembatasan natrium
merawat klien. untuk mengurangi retensi
cairan.
3). Pembatasan kalium
4). Bila oliguria,
pembatasan cairan untuk
mengurangi edema.
5). Kalori tinggi untuk
menjamin pengguna
protein dan sintesis protein
jaringan dan supai energi.
2. Yakinkan bahwa pasien
dan orang terdekat
mempunyai hal tertulis
mengenai :
1). Perjanjian untuk
instruksi perawatan lanjut
untuk perawatan diri di
rumah.
2). Petunjuk dan nomor
telepon pusat dialisa yang
memberikan terapi
pemeliharaan.
3. Berikan instruksi tertulis
tentang semua rencana
pengobatan untuk
digunakan di rumah,
termasuk nama, dosis,
jadwal, tujuan dan efek
samping yang dapat
dilaporkan.
4. Yakinkan pasien
mempunyai nomor telepn
orang sumber seperti
perawat dialisa atau
koordinator transplantasi,
dokter, ahli diet ginjal,
pekerja sosial ginjal
yayasan ginjal Indonesia.
6 Perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Konsul ahli diet untuk
dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 jam, bantu pengkajian nutrisi,
yang berhubungan kebutuhan nutrisi pasiendapat mengidentifikasi tujuan
dengan anorekasia, mual, teratasi dengan kriteria hasil : nutrisi, meresepkan
muntah, kehilangan modifikasi diet dan
selera, bau, stomatitis memberikan nutrisi pada
dan diet tak enak. klien.
2. Pertegas instruksi diet dan
berikan materi tertulis
untuk nstruksi verbal.
3. Diskusikan tentang
pemilihan diet dari pada
pembahasan pantangan
diet.
4. Siapkan dan berikan
dorongan oral hygiene yang
baik sebelum dan sesudah
makan.
5. Batasi masukan cairan satu
jam sebelum dans esudah
makan.
6. Berikan lingkungan yang
menynangkan selama
waktu makan dan bantu
sesuai kebutuhan.
7. Jelaskan perlunya
kebutuhan klien untuk
makan protein maksimum
dari diet yang diizinkan.
8. Bekerja bersama klien
untuk mengembangkan
rencana untuk memasukkan
diet yang diresepkan secara
berhasil ke dalam gaya
hidup sehari-hari klien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk. Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta; MediAction.
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.