Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH

Keterampilan Keagamaan

DOSEN PENGAMPU
Noor Hadi, M.Pd. I

Makalah
“Mensalatkan mayit serta
menguburkannya”

Oleh :
Hasan Mu’arif (2016121872)
Sanderi (20161218

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN AKADEMIK
2018
i

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga makalah yang
berjudul “Mensalatkan mayit serta menguburkannya” ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga
akhir zaman.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan ucapan terima
kasih kepada Bapak Noor Hadi, M.Pd. I dosen Pengampu mata kuliah
Keterampilan Keagamaan yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada
para penulis dalam upaya pembuatan makalah ini.
Namun mengingat kemungkinan adanya kekeliruan ataupun kekurangan,
maka dengan lapang dada penulis menerima saran maupun kritik serta masukan
dari para pembaca. Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat
adanya. Amin yaa rabbal alamin.

Kandangan, 10 April 2018

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN ..................................................................................2


A. Shalat Jenazah ............................................................................................2
B. Menguburkan Jenazah ...............................................................................7

BAB III : PENUTUP ........................................................................................13


A. Simpulan ..................................................................................................13
B. Saran ........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................14

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Oleh sebab itu, menjelang
menghadapi kematian,orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian
khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Dan kami akan menjelaskan
tentang tata cara mensalatkan dan menguburkan jenazah.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tata cara Salat Jenazah!
2. Jelaskan tata cara menguburkan jenazah!

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui rukun, tata cara, syarat, dan sebagainya dalam shalat
Jenazah.
2. Untuk mengetahui tata cara dan ketentuan dalam menguburkan jenazah.

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Salat Jenazah
Salat jenazah hukumnya fardhu kifayah, sebagaimana telah disepakati para
ulama. Fardhu kifayah adalah kewajiban yang dituntut dari umat Islam secara
bersama-sama (kolektif), bukan perseorangan. Artinya, kewajiban itu gugur jika
sudah dilaksanakan oleh sekelompok kaum muslimin, sedangkan yang lain tidak
berdosa. Namun jika tidak ada yang melaksanakannya, maka seluruh kaum
muslimin terkena dosa.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah didatangkan kepada beliau
jenazah seorang lelaki. Lelaki tersebut masih memiliki hutang. Maka beliau
bertanya: “Apakah ia memiliki harta peninggalan untuk melunasi hutangnya?”.
Jika ada yang menyampaikan bahwa orang tersebut memiliki harta peninggalan
untuk melunasi hutangnya, maka Nabi pun menyalatkannya. Jika tidak ada, maka
beliau bersabda: “Shalatkanlah saudara kalian” (HR Muslim no. 1619)
Setiap orang muslim berhak mensalati jenazah, tetapi ada yang paling
berhak untuk menshalatkan jenazah tersebut:
1. Orang yang diwasiatkan, dengan syarat, orang yang diwasiatkan bukan orang
fasik atau ahli bid’ah.
2. Ulama atau pemimpin agama
3. Orang tua dari mayat tersebut
4. Anak-anak si mayat ke bawah
5. Keluarga terdekat
6. Kaum Muslimin

1. Rukun dan Syarat Salat Jenazah


Salat jenazah memiliki rukun-rukun yang jika tidak dipenuhi, maka
salatnya batal dan tidak dianggap oleh syariat.
3

Rukun salat jenazah, yakni:


a. Niat
b. Berdiri bagi yang mampu
c. Empat kali takbir
d. Mengangkat tangan pada saat takbir pertama
e. Membaca surat Al Fatihah
f. Membaca sholawat Nabi
g. Berdoa untuk jenazah
h. Salam
Syarat salat Jenazah:
a. Suci badan, pakaian, dan tempat
b. Shalat dilakukan sesudah jenazah dimandikan
c. Jenazah ditaruh di depan orang salat

2. Tata Cara Salat Jenazah


Tata cara salat jenazah berbeda antara perempuan dan laki-laki.
Perbedaannya terletak pada posisi salat dan bacaannya.
Tata cara salat jenazah untuk perempuan, posisi imam berada pada searah
tali pusar. Sedangkan makmum berada di belakang imam dengan urutan makmum
laki-laki dewasa, kemudian perempuan dewasa. Sedangkan jumlah shaf-nya kalau
bisa ganjil.
Tata cara salat jenazah untuk laki-laki ini sedikit berbeda dengan tata cara
sholat jenazah untuk perempuan. Jika pada jenazah perempuan imam berada
sejajar dengan pusar jenazah, maka untuk jenazah laki-laki posisi imam berada
sejajar dengan kepala.
Berikut ini tata cara salat jenazah sesuai dengan urutannya:
a. Takbiratul ihram sambil berniat, lalu baca Surat Al Fatihah
Cara berniat adalah dengan mengingat dalam hati akan salat jenazah empat
kali takbir terhadap jenazah itu fardhu kifayah. Setelah takbiratul ihram, tangan
diletakkan di atas pusar sebagaimana salat pada umumnya, lalu membaca surat Al
Fatihah.
4

Lafadz niat salat jenazah (sebagai makmum) untuk jenazah laki-laki.

‫ض ا ْلكفَايَة َمأ ْ ُم ْو ًما لل ت َ َعالَى‬


َ ‫علَى َهذَاا ْل َميِّت ا َ ْربَ َع تَكْب َرات فَ ْر‬
َ ‫صلِّى‬
َ ُ‫ا‬
Artinya: “Saya niat salat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai
makmum karena Allah Ta’ala.”
Lafadz niat salat jenazah (sebagai makmum) untuk jenazah perempuan.

‫ض ا ْلك َفا َية َمأ ْ ُم ْو ًما لل تَعَالَى‬


َ ‫علَى َهذه ا ْل َميِّتَة اَ ْربَ َع تَكْب َرات فَ ْر‬
َ ‫صلِّى‬
َ ُ‫ا‬
Artinya: “Saya niat salat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai
makmum karena Allah Ta’ala”
Niat salat untuk jenazah yang tidak diketahui identitasnya:

‫ض اْلكفَايَة َمأ ْ ُم ْو ًما ِِّل تَعَالى‬


َ ‫علَيْه اْإل َمام أ َ ْربَ َع تَكْبي َْرات فَ ْر‬
َ ‫صلَّى‬
َ ‫علَى َم ْن‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫صلِّى‬

Artinya: “Aku salat atas mayyit yang disholati imam empat kali takbir fardu
kifayah makmum karena Allah Ta’ala.”
b. Takbir kedua lalu membaca sholawat
Sambil mengangkat tangan setinggi telinga atau sejajar bahu, lalu tangan
kembali diletakkan di atas pusar. Setelah itu membaca sholawat Nabi. Sholawat
Nabi ini banyak bentuknya, yang paling afdhal adalah sholawat Ibrahimiyah.

‫َلى آل إ ْب َراه ْي َم‬ َ ‫صلَّيْتَ ع‬


َ ‫َلى إ ْب َراه ْي َم َوع‬ َ َ ‫َلى آل ُم َح َّمد كَما‬
َ ‫َلى ُم َح َّمد َوع‬ َ ‫ص ِّل ع‬َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
َ ‫َلى آل ُم َح َّمد كَما َ با َ َر ْكتَ ع‬
‫َلى إ ْب َراه ْي َم‬ َ ‫َلى ُم َح َّمد َوع‬َ ‫إنـَّكَ َحم ْيد َمج ْيد اَللَّ ُه َّم باَر ْك ع‬
‫َلى آل إ ْب َراه ْي َم إنـَّكَ َحم ْيد َمج ْيد‬
َ ‫َوع‬
Artinya: “Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim
dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi
Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi
Maha Mulia”
c. Takbir ketiga lalu berdoa untuk jenazah
5

Sambil mengangkat tangan setinggi telinga atau sejajar bahu, lalu tangan
kembali diletakkan di atas pusar. Setelah itu membaca doa untuk jenazah. Di
antaranya sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya:

ُ‫س ْع ُم ْد َخلَهُ َوا ْغس ْله‬ ِّ ‫ع ْنهُ َوأَكْر ْم نُ ُزلَهُ َو َو‬


َ ‫ْف‬ ُ ‫ار َح ْمهُ َوعَافه َواع‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغف ْر لَهُ َو‬
‫ض م َن ال َّدنَس‬ َ ‫ب األ َ ْب َي‬ َ ‫طا َيا َك َما َنقَّيْتَ الث َّ ْو‬
َ ‫با ْل َماء َوالث َّ ْلج َوا ْل َب َرد َونَقِّه م َن ا ْل َخ‬
ُ‫َارا َخ ْي ًرا م ْن دَاره َوأ َ ْهلً َخ ْي ًرا م ْن أَ ْهله َو َز ْو ًجا َخ ْي ًرا م ْن َز ْوجه َوأَدْخ ْله‬ ً ‫َوأ َ ْبد ْلهُ د‬
َ ‫ا ْل َجنَّةَ َوأَع ْذهُ م ْن‬
َ ‫عذَاب ا ْلقَ ْبر أ َ ْو م ْن‬
‫عذَاب النَّار‬
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Bebaskanlah dan maafkanlah
dia. Luaskanlah kuburnya dan mandikanlah ia dengan air, salju dan embun.
Sucikan ia dari seluruh kesalahan seperti dibersihkannya kain putih dari kotoran.
Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih
baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Lalu
masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari cobaan kubur dan azab
neraka.”
Untuk jenazah perempuan, doa tersebut menjadi:

‫س ْع ُم ْد َخلَ َها‬ ِّ ‫ع ْن َها َوأَكْر ْم نُ ُزلَ َها َو َو‬َ ‫ْف‬ ُ ‫ار َح ْم َها َوعَاف َها َواع‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغف ْر لَ َها َو‬
‫ض م َن‬ َ ‫طا َيا َك َما نَقَّيْتَ الث َّ ْو َب األ َ ْب َي‬
َ ‫َوا ْغس ْل َها با ْل َماء َوالث َّ ْلج َوا ْل َب َرد َونَقِّ َها م َن ا ْل َخ‬
‫َارا َخ ْي ًرا م ْن دَار َها َوأَ ْهلً َخ ْي ًرا م ْن أ َ ْهل َها َو َز ْو ًجا َخ ْي ًرا م ْن‬ ً ‫ال َّدنَس َوأ َ ْبد ْل َها د‬
َ ‫َز ْوج َها َوأَدْخ ْل َها ا ْل َجنَّ َة َوأَع ْذ َها م ْن‬
َ ‫عذَاب ا ْلقَ ْبر أ َ ْو م ْن‬
‫عذَاب النَّار‬
Boleh juga membaca doa yang lebih singkat:

ُ‫ع ْنه‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغف ْر لَهُ َو‬


ُ ‫ار َح ْمهُ َوعَافه َواع‬
َ ‫ْف‬
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Bebaskanlah dan maafkanlah
dia.”
Untuk jenazah perempuan, doa singkat tersebut menjadi:

‫ع ْن َها‬
َ ‫ْف‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغف ْر لَ َها َو‬
ُ ‫ار َح ْم َها َوعَاف َها َواع‬
6

d. Takbir keempat lalu berdoa lagi


Sambil mengangkat tangan setinggi telinga atau sejajar bahu, lalu tangan
kembali diletakkan di atas pusar. Lalu berdoa dengan doa untuk jenazah dan doa
untuk orang-orang yang ditinggalkannya. Sebagaimana diriwayatkan Imam Abu
Dawud:

ُ‫اللَّ ُه َّم لَ تَحْ ر ْم َنا أَجْ َرهُ َولَ ت َ ْفتنَّا بَ ْع َدهُ َو ا ْغف ْر لَنَا َو َله‬
Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan cobai
kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.”
Jika jenazahnya perempuan, maka doanya menjadi:

‫اللَّ ُه َّم لَ تَحْ ر ْم َنا أَجْ َر َها َولَ ت َ ْفتنَّا بَ ْع َد َها َو ا ْغف ْر لَنَا َولَ َها‬
e. Salam
Yakni mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri sebagaimana salat-salat
lainnya.
Dalam mendoakan jenazah yang lebih dari satu orang do’anya sama,
hanya dhomirnya saja yang berbeda.
- Dhomir ‫ ه‬digunakan untuk satu orang anak laki-laki
- Dhomir ‫ ها‬digunakan untuk satu orang perempuan
- Dhomir ‫ هما‬digunakan untuk dua orang laki-laki dan dua perempuan
- Dhomir ‫ هم‬digunakan untuk tiga orang atau lebih mayit laki-laki.
- Dhomir ‫ هن‬digunakan untuk tiga orang atau lebih mayit perempuan

3. Keutamaan Salat Jenazah


Sholat jenazah memiliki keutamaan yang sangat besar. Pahalanya adalah
satu qirath, yakni sebesar Gunung Uhud. Jika mengiringi jenazah, mensalatkan
dan mengantarkan hingga pemakamannya, pahalanya adalah dua qirath.1
Rasulullah saw. bersabda:

‫ قي َل َو َما‬.‫طان‬ َ ‫يراط فَإ ْن تَبعَ َها فَلَهُ ق‬


َ ‫يرا‬ َ ‫ازة َولَ ْم يَتْ َب ْع َها فَلَهُ ق‬
َ َ‫علَى َجن‬ َ ‫صلَّى‬َ ‫َم ْن‬
‫صغَ ُر ُه َما مثْ ُل أ ُ ُحد‬ْ َ ‫طان قَا َل أ‬
َ ‫يرا‬
َ ‫ا ْلق‬
1
http://bersamadakwah.net/sholat-jenazah/ diakses pada 19 September 2018 pukul 10:15
7

“Barangsiapa menshalatkan jenazah dan tidak mengiringinya (ke pemakaman),


ia akan memperoleh pahala sebesar satu qirath. Jika dia juga mengiringinya
(hingga pemakamannya), ia akan memperoleh dua qirath.” Ditanyakan, “Apa itu
dua qirath?” Beliau menjawab, “Yang terkecil di antaranya semisal Gunung
Uhud.” (HR. Muslim)

B. Menguburkan Jenazah
Kewajiban yang keempat bagi seorang muslim yang masih hidup terhadap
muslim yang telah meninggal adalah menguburkannya. Tentunya menguburkan
jenazah tidak asal dimasukkan dan ditimbun tanah begitu saja. Ada aturan-aturan
tertentu yang digariskan oleh Islam di dalam pelaksanaan penguburan ini. Ada
perlakuan yang mesti dilakukan, ada doa-doa yang mesti diucapkan.
Aturan-aturan Islam perihal penguburan ini menunjukkan bahwa Islam
sangat memuliakan umat manusia. Tidak hanya ketika masa hidupnya saja, saat
telah meninggal pun jenazah manusia mesti diperlakukan dengan baik.

1. Mempersiapkan Liang Kubur


Sebelum melakukan penguburan jenazah maka yang harus dilakukan
adalah mempersiapkan liang kubur untuk mayit. Hal-hal tersebut harus dilakukan
sebagai berikut:
a. Menggali Liang Kubur secara Dalam
Liang kubur digali dengan dalam pada tanah yang kuat. Tujuan dibuat
dalam adalah agar saat mayit yang membusuk di dalamnya tidak tercium bau
jasad dan aman dari gangguan hewan pemakan bangkai. Selain itu juga
menghindari binatang buas dan longsor yang membuat tergerus oleh aliran air
yang mengalir
b. Bentuk Liang Kubur
Bentuk liang kubur adalah berupa lahad yaitu liang yang khusus dibuat di
dasar kubur. Lahad ini menghadap ke kiblat dan berada di pinggir untuk
meletakkan jenazah. Liang ini dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengah.
c. Kuburan di Penguburan Muslim
8

Idealnya mayit muslim dikubur di tempat penguburan yang memang


khusus muslim. Namun apabila tidak terdapat penguburan muslim dan darurat
harus dilakukan penguburan segera, tidak masalah asalkan tata cara penguburan
tetap sesuai muslim.
d. Waktu Penguburan Jenazah
Waktu penguburan juga perlu untuk diperhatikan. Karena akan berefek
kepada para panitia penguburan dan proses penguburan. Waktu yang tidak
disarankan untuk mengubur adalah :
1) Saat matahari terbit hingga naik
2) Saat matahari di tengah-tengah
3) Saat matahari hampir terbenam dan hingga benar-benar terbenam
e. Penutup Lubang Kubur
Penutup lubang kubur tentu harus yang kuat dan menggunakan kayu yang
kuat juga. Ditambah juga bambu dan batu untuk menyangga sehingga tanah tidak
mudah longsor ke bawah. Selain itu keranda mayit atau jenazah juga harus
tertutup rapat dan sederhana saja. Dalam islam tidak di syariatkan soal keranda
yang mewah apalagi menggunakan berbagai perhiasan. Karena sejatinya
menghadap Allah kembali adalah membawa amalan bukan membawa harta
dunia.2

2. Menguburkan Jenazah
Secara teknis Dr. Musthafa Al-Khin di dalam kitabnya al-Fiqhul
Manhajî menjelaskan tata cara mengubur jenazah sebagai berikut:
Kewajiban minimal dalam mengubur jenazah adalah dengan mengubur
jenazah pada satu lubang yang dapat mencegah tersebarnya bau dan dari dimangsa
binatang buas, serta dengan menghadapkannya ke arah kiblat.
Sedangkan untuk lebih sempurnanya mengubur jenazah dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

2
https://dalamislam.com/dasar-islam/tata-cara-menguburkan-jenazah diakses pada 10 April 2019
pukul 8.45
9

a. Jenazah dikubur dalam sebuah lubang dengan kedalaman setinggi orang berdiri
dengan tangan melambai ke atas dan dengan lebar seukuran satu dzira’ lebih satu
jengkal.
b. Wajib memiringkan jenazah ke sebelah kanan dan menghadapkannya ke arah
kiblat. Sekiranya jenazah tidak dihadapkan ke arah kiblat dan telah diurug tanah
maka liang kubur wajib digali kembali dan menghadapkan jenazahnya ke arah
kiblat bila diperkirakan belum berubah. Disunahkan untuk menempelkan pipi
jenazah ke bumi.
c. Bila tanahnya keras disunahkan liang kubur berupa liang lahat. Yang dimaksud
liang lahat di sini adalah lubang yang dibuat di dinding kubur sebelah kiblat
seukuran yang cukup untuk menaruh jenazah. Jenazah diletakkan di lubang
tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan batu pipih agar tanahnya tidak
runtuh mengenai jenazah.
Namun bila tanahnya gembur maka disunahkan dibuat semacam belahan
di bagian paling bawah liang kubur seukuran yang dapat menampung jenazah di
mana di kedua tepinya dibuat struktur batu bata atau semisalnya. Jenazah
diletakkan di belahan liang kubur tersebut kemudian di bagian atasnya ditutup
dengan batu pipih lalu diurug dengan tanah.
Bisa penulis gambarkan, belahan ini bisa jadi semacam parit yang
membelah bagian dasar liang kubur. Di parit inilah jenazah diletakkan. Adapun
batu pipih untuk penutup sebagaimana disebut di atas, di Indonesia barangkali
lebih sering menggunakan papan kayu sebagai penutup jenazah agar tidak terkena
reruntuhan tanah.
4. Setelah jenazah diletakkan secara pelan di dasar kubur disunahkan pula untuk
melepas tali ikatannya dimulai dari kepala.
Akan lebih baik bila orang yang meletakkan dan meluruskan jenazah di
liang kubur adalah orang laki-laki yang paling dekat dan menyayangi si mayit
pada saat hidupnya. Pada saat meletakkannya di liang lahat disunahkan membaca:

‫سلَّ َم‬
َ ‫علَيْه َو‬
َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫علَى‬
ُ ‫سنَّة َر‬
َّ ‫سول‬ َ ‫سم للا َو‬
ْ ‫ب‬

“Bismillâhi wa ‘alâ sunnati Rasûlillâhi shallallâhu ‘alaihi wa sallama.”


10

Mengikuti sunah Rasulullah sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat


Imam Abu Dawud dari sahabat Abdullah bin Umar, bahwa bila Rasulullah
meletakkan jenazah di dalam kubur beliau membaca bismillâhi wa ‘alâ sunnati
Rasûlillâhi shallallâhu ‘alaihi wa sallama.
Juga disunahkan meletakkan jenazah di liang kuburnya dengan posisi
tubuh miring ke sebelah kanan. Bila dimiringkannya pada tubuh sebelah kiri maka
makruh hukumnya. Pada hal ini, dalam konteks wilayah Indonesia yang arah
kiblatnya cenderung ke arah barat sedangkan wajib hukumnya menghadapkan
jenazah ke arah kiblat, maka untuk memiringkan tubuhnya ke sisi kanan ketika
jenazah dikubur posisi kepala berada di sebelah utara. Bila posisi kepala ada di
sebelah selatan maka untuk menghadapkannya ke arah kiblat mesti memiringkan
tubuhnya ke sisi kiri.3
Setelah mengubur mayit, disunnahkan beberapa hal:
a. Untuk meninggikan kuburan sedikit dari tanah sekedar satu jengkal, dan
tidak diratakan dengan tanah supaya berbeda dengan yang lain, sehingga
bisa terjaga dan tidak dihinakan.
b. Hendaknya kuburan dijadikan membulat bagian permukaannya (seperi
punuk onta).
c. Agar diberi suatu tanda dengan batu atau yang lainnya, supaya dikuburkan
di dekatnya orang yang mati dari keluarganya.
Beberapa ketentuan lainnya:
1) Diperbolehkan untuk mengeluarkan (membongkar kembali) mayat dari
dalam kuburnya untuk tujuan yang benar, seperti kalau dia dikubur
sebelum dimandikan dan dikafani.
2) Bagi seseorang tidak disunnahkan untuk menggali kuburnya sebelum dia
mati.
3) Tidak diperbolehkan menulis sesuatu di atas kuburan.
4) Tidak boleh mengubur orang kafir di kuburan kaum muslimin dan
sebaliknya.

3
Yazid Mutaqin, http://www.nu.or.id/post/read/85733/tata-cara-mengubur-jenazah-menurut-
hukum-islam diakses pada 10 April 2019 pukul 8:43
11

5) Tidak boleh menambahkan sesuatu di atas kuburan, baik dengan tanah


atau bangunan.
Adapun kegiatan setelah selesai menguburkan, yakni dilakukan mentalqin
mayit. Yang dimaksud dengan mentalqin adalah menuntun atau membimbing
seseorang mengucapkan kalimat tauhid. Talqin ada 2 macam. Pertama, yaitu
kepada orang yang sedang mengalami sakaratul maut dan kedua kepada mayit
sesaat setelah dia dikuburkan. Kedua macam Talqin ini tidak bertentangan
dengan syari’at Islam, bahkan termasuk sunnah Rasulullah SAW.
Demikian juga, sunnat hukumnya mentalqin mayit sesaat setelah dia
dikuburkan. Banyak ulama dan murid-murid imam Syafi’i yang menyatakan
demikian. Diantaranya Al Qadli Huasin, Al Mutawalliy, Al Muqaddasiy, Ar
Rafi’i dan lain sebagainya. Kesunnatan ini didasarkan pada hadits yang
diiriwayatkan oleh At Thabraniy dan Ibnu Mandah, sebagaimana disampaikan
oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalm kitabnya Ahkam Tamanniy al
Maut sebagai berikut:
Dari Sa’id bin Abdullah Al Audiy, dia berkata, “Aku menyaksikan saat Abu
Umamah menjelang ajal. Dia mengatakan, “Jika aku telah mati maka lakukanlah
apa yang diperintahkan Rasulullah SAW untuk dilakukan kepada orang-orang
mati kita. Beliau memerintahkan jika seorang dari saudara kalian meninggal
dunia lalu kalian telah meratakan tanah kuburnya, hendaklah ada seorang dari
kalian yang berdiri di sebelah kepala kubur. Hendaklah dia membaca, “Hai
Fulan bin Fulanah”. Sebab si mayit mendengar meskipun tidak menjawab.
Hendaklah dia melanjutkan, “Hai Fulan bin Fulanah.” Sesungguhnya si Mayit
duduk tegak. Hendaklah dia membaca, “Hai Fulan bin Fulanah.” Sesungguhnya
si Mayit menjawab, “Tunjukkanlah, semoga Allah merahmatimu.” Namun kalian
tidak mengetahuinya. Hendaklah dia membaca, “Ingatlah kesaksian tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusan dan hamba Allah, yang engkau bawa
saat meninggal dunia, bahwa engkau rela Allah menjadi Tuhan, Islam menjadi
agama, Muhammad menjadi Nabi, Al Qur’an menjadi imam.” Sesungguhnya
malaikat Munkar dan Nakir saling memegang satu sama lain seraya berkata,
“Mari kita pergi. Tidak perlu kita duduk (menanyai) orang yang telah mendapat
12

bimbingan hujjahnya.” Maka Allah-lah yang menjadi pembelanya menghadapi


keduanya. Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika mayit itu
tidak diketahui siapakah ibunya?” Beliau menjawab, “Dia dinisbatkan kepada
Hawwa’ AS dan dipanggil “Hai Fulan bin Hawwa’.”
Sebenarnya mayoritas ulama menilai bahwa hadits di atas adalah Dha’if
karena salah seorang perawinya tidak memenuhi syarat untuk diterima
riwayatnya. Namun masih dapat digunakan dalil dalam keutamaan amal. Apalagi
jika masih termasuk dalam pokok-pokok ajaran agama yaitu memberi manfaat
dan mengingatkan pada sesama mukmin, karena peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang mukmin.
Menurut pendapat salah satu Tokoh dari kalangan Muhammadiyah bahwa
pendapat beliau tentang talqin mayit setelah mayit dikubur itu menurut beliau
tidak ada sunnahnya atau tidak ada dalam sunnah, Muhammadiyah tidak
mengamalkan hal tersebut. Muhammadiyah setelah selesai dikubur, berdoa,
berdiri dan pulang. Karena mernurut beliau talqin mayit dalam Muhammadiyah
itu hanya dipahami ketika menjelang orang tersebut meninggal bukan setelah
meninggal atau setelah dikubur.
Beliau berlandaskan pada hadist diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam
Abu Dawud, dan Imam An Nasai:
“Abu Sa‟id Al-Khudri r.a. berkata, “Rasulullah SAW bersabda: ajarilah/
tuntunlah orang yang hampir meninggal dengan bacaan “lailaha illalloh”.
Mentalqinkan si mayit sebagaimana yang tersebut itu, menurut beliau
tidak ada kesunnahannya di dalam Qur‟an, tidak sah dari hadits, tidak pernah
dikerjakan oleh sahabat-sahabat, tidak diriwayatkan oleh imam-imam yang empat.
13

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Salat jenazah hukumnya fardhu kifayah, sebagaimana telah disepakati para
ulama. Rukun salat jenazah, yakni: Niat, Berdiri bagi yang mampu, Empat kali
takbir, Mengangkat tangan pada saat takbir pertama, Membaca surat Al Fatihah,
Membaca sholawat Nabi, Berdoa untuk jenazah dan Salam. Sholat jenazah
memiliki keutamaan yang sangat besar. Pahalanya adalah satu qirath, yakni
sebesar Gunung Uhud. Jika mengiringi jenazah, mensalatkan dan mengantarkan
hingga pemakamannya, pahalanya adalah dua qirath.
Kewajiban yang keempat bagi seorang muslim yang masih hidup terhadap
muslim yang telah meninggal adalah menguburkannya. Sebelum melakukan
penguburan jenazah maka yang harus dilakukan adalah mempersiapkan liang
kubur untuk mayit.

B. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan
ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang
masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan
kritik membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.

13
14

DAFTAR PUSTAKA

Mutaqin, Yazid http://www.nu.or.id/post/read/85733/tata-cara-mengubur-jenazah


-menurut-hukum-islam diakses pada 10 April 2019 pukul 8:43
http://bersamadakwah.net/sholat-jenazah/ diakses pada 19 September 2018 pukul
10:15
https://dalamislam.com/dasar-islam/tata-cara-menguburkan-jenazah diakses pada
10 April 2019 pukul 8.45

Anda mungkin juga menyukai