Keterampilan Keagamaan
DOSEN PENGAMPU
Noor Hadi, M.Pd. I
Makalah
“Mensalatkan mayit serta
menguburkannya”
Oleh :
Hasan Mu’arif (2016121872)
Sanderi (20161218
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga makalah yang
berjudul “Mensalatkan mayit serta menguburkannya” ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga
akhir zaman.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan ucapan terima
kasih kepada Bapak Noor Hadi, M.Pd. I dosen Pengampu mata kuliah
Keterampilan Keagamaan yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada
para penulis dalam upaya pembuatan makalah ini.
Namun mengingat kemungkinan adanya kekeliruan ataupun kekurangan,
maka dengan lapang dada penulis menerima saran maupun kritik serta masukan
dari para pembaca. Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat
adanya. Amin yaa rabbal alamin.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................1
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Oleh sebab itu, menjelang
menghadapi kematian,orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian
khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Dan kami akan menjelaskan
tentang tata cara mensalatkan dan menguburkan jenazah.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tata cara Salat Jenazah!
2. Jelaskan tata cara menguburkan jenazah!
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui rukun, tata cara, syarat, dan sebagainya dalam shalat
Jenazah.
2. Untuk mengetahui tata cara dan ketentuan dalam menguburkan jenazah.
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Salat Jenazah
Salat jenazah hukumnya fardhu kifayah, sebagaimana telah disepakati para
ulama. Fardhu kifayah adalah kewajiban yang dituntut dari umat Islam secara
bersama-sama (kolektif), bukan perseorangan. Artinya, kewajiban itu gugur jika
sudah dilaksanakan oleh sekelompok kaum muslimin, sedangkan yang lain tidak
berdosa. Namun jika tidak ada yang melaksanakannya, maka seluruh kaum
muslimin terkena dosa.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah didatangkan kepada beliau
jenazah seorang lelaki. Lelaki tersebut masih memiliki hutang. Maka beliau
bertanya: “Apakah ia memiliki harta peninggalan untuk melunasi hutangnya?”.
Jika ada yang menyampaikan bahwa orang tersebut memiliki harta peninggalan
untuk melunasi hutangnya, maka Nabi pun menyalatkannya. Jika tidak ada, maka
beliau bersabda: “Shalatkanlah saudara kalian” (HR Muslim no. 1619)
Setiap orang muslim berhak mensalati jenazah, tetapi ada yang paling
berhak untuk menshalatkan jenazah tersebut:
1. Orang yang diwasiatkan, dengan syarat, orang yang diwasiatkan bukan orang
fasik atau ahli bid’ah.
2. Ulama atau pemimpin agama
3. Orang tua dari mayat tersebut
4. Anak-anak si mayat ke bawah
5. Keluarga terdekat
6. Kaum Muslimin
Artinya: “Aku salat atas mayyit yang disholati imam empat kali takbir fardu
kifayah makmum karena Allah Ta’ala.”
b. Takbir kedua lalu membaca sholawat
Sambil mengangkat tangan setinggi telinga atau sejajar bahu, lalu tangan
kembali diletakkan di atas pusar. Setelah itu membaca sholawat Nabi. Sholawat
Nabi ini banyak bentuknya, yang paling afdhal adalah sholawat Ibrahimiyah.
Sambil mengangkat tangan setinggi telinga atau sejajar bahu, lalu tangan
kembali diletakkan di atas pusar. Setelah itu membaca doa untuk jenazah. Di
antaranya sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya:
س ْع ُم ْد َخلَ َها ِّ ع ْن َها َوأَكْر ْم نُ ُزلَ َها َو َوَ ْف ُ ار َح ْم َها َوعَاف َها َواع ْ اللَّ ُه َّم ا ْغف ْر لَ َها َو
ض م َن َ طا َيا َك َما نَقَّيْتَ الث َّ ْو َب األ َ ْب َي
َ َوا ْغس ْل َها با ْل َماء َوالث َّ ْلج َوا ْل َب َرد َونَقِّ َها م َن ا ْل َخ
َارا َخ ْي ًرا م ْن دَار َها َوأَ ْهلً َخ ْي ًرا م ْن أ َ ْهل َها َو َز ْو ًجا َخ ْي ًرا م ْن ً ال َّدنَس َوأ َ ْبد ْل َها د
َ َز ْوج َها َوأَدْخ ْل َها ا ْل َجنَّ َة َوأَع ْذ َها م ْن
َ عذَاب ا ْلقَ ْبر أ َ ْو م ْن
عذَاب النَّار
Boleh juga membaca doa yang lebih singkat:
ع ْن َها
َ ْف ْ اللَّ ُه َّم ا ْغف ْر لَ َها َو
ُ ار َح ْم َها َوعَاف َها َواع
6
ُاللَّ ُه َّم لَ تَحْ ر ْم َنا أَجْ َرهُ َولَ ت َ ْفتنَّا بَ ْع َدهُ َو ا ْغف ْر لَنَا َو َله
Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan cobai
kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.”
Jika jenazahnya perempuan, maka doanya menjadi:
اللَّ ُه َّم لَ تَحْ ر ْم َنا أَجْ َر َها َولَ ت َ ْفتنَّا بَ ْع َد َها َو ا ْغف ْر لَنَا َولَ َها
e. Salam
Yakni mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri sebagaimana salat-salat
lainnya.
Dalam mendoakan jenazah yang lebih dari satu orang do’anya sama,
hanya dhomirnya saja yang berbeda.
- Dhomir هdigunakan untuk satu orang anak laki-laki
- Dhomir هاdigunakan untuk satu orang perempuan
- Dhomir هماdigunakan untuk dua orang laki-laki dan dua perempuan
- Dhomir همdigunakan untuk tiga orang atau lebih mayit laki-laki.
- Dhomir هنdigunakan untuk tiga orang atau lebih mayit perempuan
B. Menguburkan Jenazah
Kewajiban yang keempat bagi seorang muslim yang masih hidup terhadap
muslim yang telah meninggal adalah menguburkannya. Tentunya menguburkan
jenazah tidak asal dimasukkan dan ditimbun tanah begitu saja. Ada aturan-aturan
tertentu yang digariskan oleh Islam di dalam pelaksanaan penguburan ini. Ada
perlakuan yang mesti dilakukan, ada doa-doa yang mesti diucapkan.
Aturan-aturan Islam perihal penguburan ini menunjukkan bahwa Islam
sangat memuliakan umat manusia. Tidak hanya ketika masa hidupnya saja, saat
telah meninggal pun jenazah manusia mesti diperlakukan dengan baik.
2. Menguburkan Jenazah
Secara teknis Dr. Musthafa Al-Khin di dalam kitabnya al-Fiqhul
Manhajî menjelaskan tata cara mengubur jenazah sebagai berikut:
Kewajiban minimal dalam mengubur jenazah adalah dengan mengubur
jenazah pada satu lubang yang dapat mencegah tersebarnya bau dan dari dimangsa
binatang buas, serta dengan menghadapkannya ke arah kiblat.
Sedangkan untuk lebih sempurnanya mengubur jenazah dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
2
https://dalamislam.com/dasar-islam/tata-cara-menguburkan-jenazah diakses pada 10 April 2019
pukul 8.45
9
a. Jenazah dikubur dalam sebuah lubang dengan kedalaman setinggi orang berdiri
dengan tangan melambai ke atas dan dengan lebar seukuran satu dzira’ lebih satu
jengkal.
b. Wajib memiringkan jenazah ke sebelah kanan dan menghadapkannya ke arah
kiblat. Sekiranya jenazah tidak dihadapkan ke arah kiblat dan telah diurug tanah
maka liang kubur wajib digali kembali dan menghadapkan jenazahnya ke arah
kiblat bila diperkirakan belum berubah. Disunahkan untuk menempelkan pipi
jenazah ke bumi.
c. Bila tanahnya keras disunahkan liang kubur berupa liang lahat. Yang dimaksud
liang lahat di sini adalah lubang yang dibuat di dinding kubur sebelah kiblat
seukuran yang cukup untuk menaruh jenazah. Jenazah diletakkan di lubang
tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan batu pipih agar tanahnya tidak
runtuh mengenai jenazah.
Namun bila tanahnya gembur maka disunahkan dibuat semacam belahan
di bagian paling bawah liang kubur seukuran yang dapat menampung jenazah di
mana di kedua tepinya dibuat struktur batu bata atau semisalnya. Jenazah
diletakkan di belahan liang kubur tersebut kemudian di bagian atasnya ditutup
dengan batu pipih lalu diurug dengan tanah.
Bisa penulis gambarkan, belahan ini bisa jadi semacam parit yang
membelah bagian dasar liang kubur. Di parit inilah jenazah diletakkan. Adapun
batu pipih untuk penutup sebagaimana disebut di atas, di Indonesia barangkali
lebih sering menggunakan papan kayu sebagai penutup jenazah agar tidak terkena
reruntuhan tanah.
4. Setelah jenazah diletakkan secara pelan di dasar kubur disunahkan pula untuk
melepas tali ikatannya dimulai dari kepala.
Akan lebih baik bila orang yang meletakkan dan meluruskan jenazah di
liang kubur adalah orang laki-laki yang paling dekat dan menyayangi si mayit
pada saat hidupnya. Pada saat meletakkannya di liang lahat disunahkan membaca:
سلَّ َم
َ علَيْه َو
َ ُصلَّى للا
َ َّللا ُ علَى
ُ سنَّة َر
َّ سول َ سم للا َو
ْ ب
3
Yazid Mutaqin, http://www.nu.or.id/post/read/85733/tata-cara-mengubur-jenazah-menurut-
hukum-islam diakses pada 10 April 2019 pukul 8:43
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Salat jenazah hukumnya fardhu kifayah, sebagaimana telah disepakati para
ulama. Rukun salat jenazah, yakni: Niat, Berdiri bagi yang mampu, Empat kali
takbir, Mengangkat tangan pada saat takbir pertama, Membaca surat Al Fatihah,
Membaca sholawat Nabi, Berdoa untuk jenazah dan Salam. Sholat jenazah
memiliki keutamaan yang sangat besar. Pahalanya adalah satu qirath, yakni
sebesar Gunung Uhud. Jika mengiringi jenazah, mensalatkan dan mengantarkan
hingga pemakamannya, pahalanya adalah dua qirath.
Kewajiban yang keempat bagi seorang muslim yang masih hidup terhadap
muslim yang telah meninggal adalah menguburkannya. Sebelum melakukan
penguburan jenazah maka yang harus dilakukan adalah mempersiapkan liang
kubur untuk mayit.
B. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan
ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang
masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan
kritik membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.
13
14
DAFTAR PUSTAKA