Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki usia tua banyak lansia yang mengalami kemunduran fisik yang
ditandai dengan pendengaran berkurang, penglihatan menurun, aktivitas fisik menjadi
lambat dan penurunan nafsu makan serta kondisi tubuh lain juga mengalami
kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan penurunan kualitas
hidup, untuk mempertahankan kualitas hidup tetap aktif dan produktif lansia perlu
memperhatikan masalah faktor gizi dan olahraga (Sugaray, 2012).

Olahraga pada usia lanjut dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat


kekuatan, seperti jalan cepat, bersepeda santai dan senam. Bahkan aktivitas sehari-
hari seperti membersihkan rumah, berkebun dan mencuci pakaian dengan intensitas
selama 30 menit juga baik bagi kesehatan. Penting bagi lansia untuk mengikuti senam
karena akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan tetap segar, karena senam
lansia mampu melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara optimal
dan membantu menghilangkan radikal bebas yang terdapat di dalam tubuh. Semua
jenis senam dan aktivitas olahraga ringan sangat bermanfaat untuk menghambat
proses degeneratif atau proses penuaan (Novarina, 2012).

Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menunjukkan peningkatan dari


tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup serta
menjadi tanda membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat. Hasil sensus penduduk
pada tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan
jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di Dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada
tahun 2010 atau 9,6% dari jumlah penduduk (Anonim, 2013). Pada tahun 2014
jumlah lansia di Jawa Timur telah mencapai 4,23 juta orang atau sekitar 10,96% dari
penduduk Jawa Timur. Jumlah penduduk lansia perempuan terhitung lebih banyak
dibanding penduduk lansia laki-laki, yaitu 2,32 juta penduduk lansia perempuan
berbanding 1,91 juta penduduk laki-laki (BPS, 2014).
Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention and Control 2011, PTM
meningkatkan 36 juta kematian di dunia antara lain: penyakit jantung dan pembuluh
darah (kardiovaskular) 48% (17,3 juta), kanker 21% (7,5 juta), penyakit saluran
pernapasan kronis 12% (4,3 juta), dan penyakit diabetes melitus 3% (1 juta). Hampir
80% kematian akibat PTM terjadi dinegara-negara berpenghasilan rendah dan sedang.
Sekitar 17 juta kematian akibat penyakit kardiovaskular (penyakit jantung, stroke, dan
penyakit pembuluh darah perifer), 3 juta di antaranya terjadi pada usia di bawah 60
tahun. WHO pada tahun 2006-2008 diperkirakan sebanyak 5,4 juta orang di dunia
meninggal akibat rokok. Ada kecenderungan prevalensi perokok ini selalu meningkat
dari waktu ke waktu. Global Adult Tembacco Survey (GATS) tahun 2011 menemukan

di Indonesia terdapat perokok laki-laki (67%), perokok perempuan (2,7%).

Menurut World Health Organization (WHO) (2003) memperkirakan 194 juta


jiwa atau 5,1% dari 3,8 milyar terdapat penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita
penyakit DM dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa.
World Health Organization (WHO) (2008) berpendapat negara Indonesia menempati
urutan ke-4 dengan jumlah penderita Daiebets Melitus terbesar di dunia setelah India,
Cina dan Amerika Serikat. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2007),
jumlah penyandang Diabetes Melitus di Indonesia yang menderitaDM adalah 5,7%
atau sekitar 12 juta orang. Dalam profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, Diabetes
Mellitus berada pada urutan ke enam dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan
di rumah sakit di Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2007)

Penyakit Diabetes Melitus menyebabkan gangguan atau komplikasi melalui


kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit
ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
(makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Bila yang terkena pembuluh darah di otak
timbul stroke, pada mata terjadi kebutaan, pada jantung penyakit jantung koroner,
pada ginjal menjadi penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal tahap akhir sehingga
harus cuci darah atau transplantasi. Bila pada kaki timbul luka yang sukar sembuh
sampai menjadi busuk (ganggren). Selain itu bila saraf yang terkena timbul neuropati
diabetik, sehingga ada bagian yang tidak berasa apa-apa atau mati rasa, sekalipun
tertusuk jarum atau paku, benda tajam atau terkena benda panas (Lemone & Burke,
2008; Smeltzer & Bare, 2008; Black & Hawk, 2005, dalam Sulistiyorini, 2013).

Salah satu cara penanganan Diabetes Melitus yang perlu diketahui adalah
dengan melakukan aktivitas fisik atau berolahraga yang sesuai dengan keadaan fisik
penderita, prinsipnya tidak perlu berat, namun olahraga ringan asal teratur (contoh
aktivitas ringan itu adalah senam diabetes). Aktivitas fisik atau latihan jasmani seperti
senam(jalan, bersepeda santai, jogging, berenang) secara rutin dan teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) dapat membantu menjaga agar tubuh tetap
bugar. Pada saat melakukan olahraga terjadi peningkatan pemakaian glukosa oleh otot
yang aktif, dimana otot mengubah simpanan glukosa menjadi energi sehingga secara
langsung dapat menyebabkan penurunan glukosa dalam darah. Selain itu, pada saat
berolahraga atau melakukan latihan fisik terjadi pembakaran kalori yang menambah
metabolisme tubuh, sehingga selain dapat mengendalikan kadar gula darah juga dapat
menurunkan berat badan. Olahraga akan mengurangi jumlah kolesterol LDL,
meningkatkan HDL, dan mengurangi trigliserida dalam darah, yang berarti yang
berarati mengurangi risiko komplikasi penyakit jantung kardiovaskuler. Dengan
demikian olahraga bukan hanya akan memberikan perbaikan dalam diabetes melitus,
namun juga dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi (Kuntaraf, 2003).

Melihat fenomena yang ada pada banyaknya penderita Diabetes Melitus yang
semakin meningkat hingga banyaknya kematian akibat Diabetes Melitus pada lansia,
penulis tertarik untuk melakukan “Promosi Kesehatan Tentang Senam Kaki pada
Lansia”.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Memberikan Promosi Kesehatan Tentang Senam Kaki pada Lansia

b. Tujuan Khusus

 Mengetahui Promosi Kesehatan

 Mengetahui Agregat Lansia


 Mengetahui Masalah Kesehatan pada Usia Lanjut

 Mengetahui Pelayanan Kesehatan Dan Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat Usia Lanjut

 Mengetahui Pencegahan dan Penanggulangan untuk Diabetes Melitus.

Anda mungkin juga menyukai