Penanganan Bencana
Disampaikan oleh:
Ir. Sufrijadi, M.A.
Direktur Penataan Kawasan
Acara:
Workshop Bimbingan Teknis Penyusunan RDTR/RRTR dan
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kabupaten/Kota
di Wilayah Sulawesi
Manado, 15 November 2018
5
2 PERAN PENATAAN RUANG DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
PENANGGULANGAN
BENCANA PENYELENGGARAAN
PENATAAN RUANG
PERAN PENATAAN RUANG DALAM SIKLUS DISASTER MANAGEMENT
1 3
7
RISIKO BENCANA
potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun
waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. (UUPB)
BAHAYA KERENTANAN
RISIKO BENCANA (ANCAMAN)
X
KAPASITAS
ANCAMAN KERENTANAN
BENCANA suatu kondisi dari suatu komunitas
suatu kejadian atau peristiwa atau masyarakat yang mengarah
yang bisa menimbulkan atau menyebabkan
ketidakmampuan dalam
bencana (UUPB)
menghadapi ancaman bencana
(Perka BNPB No.2/2012)
K A PA S I TA S
kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan 8
Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana (Perka BNPB No. 2/2012)
PERAN PENATAAN RUANG DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA
Risk
Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB)
Teluk Pacitan
(Sumber: PVMBG, 2017)
Isu Strategis
Masih Tingginya frekuensi kejadian BENCANA, perlu peningkatan peran penataan ruang dalam menata KAWASAN
RAWAN BENCANA
Tujuan
Menciptakan Ruang Nusantara yang Aman Terhadap Berbagai Ancaman Bencana dan Konflik yang
Mengancam Keutuhan NKRI melalui perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang yang mengakomodir
perencanaan tata ruang kawasan perbatasan, bencana dan adaptasi iklim global
Kebijakan
Melakukan Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Tata ruang Melalui pengarustamaan aspek mitigasi bencana dan
adaptasi perubahan iklim dalam tata ruang, serta penataan kawasan perkotaan dan perdesaan
Strategi
1. Meningkatkan pemahaman tentang aspek kebencanaan dalam tata ruang
2. Melakukan pengarusutamaan aspek mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dalam Rencana Tata Ruang
3. Mengembangkan kawasan perkotaan dan perdesaan yang tangguh terhadap bencana dan ancaman perubahan
iklim
Target
Hirarki Rencana
Tata Ruang
Mitigasi Bencana
adalah 1 dari 5
substansi RTR daerah
yang dievaluasi oleh
pemerintah pusat,
untuk mendapatkan
persetujuan substansi
dar Menteri ATR
(Permen 8/2017
Pedoman Pemberian
Persub dlm rangka
penetapan Perda
Rencana Tata Ruang )
INTEGRASI PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) KE DALAM PERENCANAAN TATA RUANG
Daftar Simak Evaluasi Kualitas Rencana Tata Ruang daerah dalam Aspek Mitigasi/ Pengurangan Risiko Bencana
Integrasi PRB
di tiap
hirarki,
tahapan, dan
muatan RTR
Sumber: Prawiranegara, Mirwansyah & Sutanto, Agus. 2016. Status Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015. Buletin Tata Ruang Edisi VI-2016, ISBN 977-1-978-15718-8
INTEGRASI PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) KE DALAM PERENCANAAN TATA RUANG
Relokasi/
Penghindaran
Kerangka Integrasi
Proteksi
Pengurangan Risiko
Adaptasi Bencana ke dalam
Perencanaan Tata Ruang
Sumber:
1. Risk-based: Penataan ruang didasarkan pada upaya pencegahan dan pengurangan potensi dampak
kerugian (RISIKO) akibat bencana, bukan hanya mempertimbangkan kerawanan bencana
2. Integrasi Komprehensif: Aspek mitigasi bencana/ pengurangan risiko bencana diintegrasikan ke dalam
tiap ASPEK penyelenggaraan penataan ruang (TurBinLakWas dan RenFatDal), ke dalam tiap PROSES
perencanaan tata ruang (data, analisa, konsep dan rencana), dan ke dalam tiap HIRARKI rencana tata
ruang (umum dan rinci).
3. Multi-Hazards & Kualitas Data: penyiapan/penggunaan peta KRB Multi-Bencana sesuai SNI (min:
gempa bumi, tsunami, gunungapi, longsor, banjir), serta pada skala yang relevan sesuai dengan skala
Rencana Tata Ruangnya
4. Analisis Risiko Bencana: menjadikan analisis dan peta risiko bencana sebagai bagian analisis atau
pertimbangan mendasar dalam perencanaan tata ruang
5. Konsep Penataan KRB atau Kebijakan Pengurangan Risiko Bencana secara keruangan, sebagai dasar
perumusan rencana struktur dan pola ruang
6. Muatan rencana struktur ruang yang mencakup infrastruktur/prasarana mitigasi bencana, jalur dan
tempat evakuasi bencana
PARADIGMA BARU PENATAAN RUANG KRB DAN CONTOH PRAKTEKNYA
5
7. Muatan rencana pola ruang yang mencakup:
A. penetapan BAGIAN dari KRB sebagai kawasan lindung,
B. Penetapan bagian dari KRB sebagai kawasan budidaya bersyarat atau dibatasi
pengembangannya,
C. penetapan sempadan sungai dan pantai yang mempertimbangkan risiko banjir, gn.api dan
tsunami,
D. Antisipasi rencana lokasi hunian sementara (huntara) dan rencana lokasi relokasi/ resettlement
(huntap), yang mempertimbangkan kesesuaian lahan dan kepemilikan tanah.
8. Muatan Indikasi Program Pemanfaatan Ruang yang memuat program mitigasi struktural dan
nonstruktural
9. Muatan Ketentuan Pengendalian pemanfaatan Ruang yang memuat lebih rinci Peraturan Zonasi di
Kawasan Rawan Bencana ( KRB)
10.Awareness & Capacity Building, Consensus & Commitment Building, Collaboration, Participatory
11.Pada kasus penataan KRB pasca bencana besar, dilakukan sinkronisasi Rencana Aksi Rehabilitasi dan
Rekonstruksi dengan Revisi RTRW dari aspek Mitigasi Bencana/PRB
Masterplan KRB menghasilkan Rekomendasi Teknis Penyempurnaan RTRW Contoh
& RDTR dari aspek Mitigasi/Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Integrasi
Komprehensif
Antar Hirarki
Revisi RTRW
Kabupaten Garut
Sumber: “MATERI POKOK KOORDINASI TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA BANJIR KABUPATEN GARUT” Paparan Direktur Penataan Kawasan
pada Rapat Koordinasi Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Garut dari Aspek Mitigasi Bencana, Hotel Sabda Alam-Cipanas,
Kabupaten Garut, 5 Desember 2016
Masterplan KRB menghasilkan Contoh RTR
Rencana Penataan KRB berbasis
KRB Tsunami Risiko Tsunami
Mitigasi/ PRB
Zona Pasang Surut Laut
(masih termasuk wilayah perairan)
Sumber:
"REKOMENDASI KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KAWASAN
RAWAN BENCANA (KRB) TSUNAMI DAN BESARAN
SEMPADAN PANTAI DI PACITAN" Paparan Mirwansyah
Prawiranegara, ST., M.Sc dalam Diskusi Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami di Kabupaten
Pacitan,
13 Juli 2017
Skala
1:25.000
25
Masterplan KRB menghasilkan Contoh RTR
Rencana Penataan KRB berbasis
Penataan Ruang KRB Gunungapi Sinabung 2015 Mitigasi/ PRB
26
Contoh RTR
berbasis
Mitigasi/ PRB
Skala 1:5.000
27
Masterplan KRB meningkatkan Contoh
kualitas PROSES perencanaan
tata ruang KRB
Participatory
Mapping
Sebagai tindak lanjut Rakor I 17 November 2016, Pada 25 November
2016, Ditjen Tata Ruang dan Bappeda Garut melakukan pemetaan
partisipatif bersama 11 perwakilan kelurahan/desa terdampak BANJIR
BANDANG GARUT, untuk mengidentifikasi tingkat kerusakan
bangunan
28
Masterplan KRB meningkatkan Consensus &
kualitas PROSES perencanaan
tata ruang KRB Commitment
Building
G.Sinabung-Karo 2016
Garut 2017 (KRB Letusan Gn.Api) Penyepakatan
(KRB Banjir Bandang) Pacitan 2017 pokok kebijakan
penataan ruang
(KRB Tsunami)
KRB berbasis PRB,
bersama
pimpinan
eksekutif &
legislatif daerah
dan lintas K/L
Kolaborasi
Masterplan KRB meningkatkan Lintas Pihak
kualitas IMPLEMENTASI rencana tata
ruang KRB
Garut (KRB Banjir Bandang) Pacitan (KRB Tsunami) Karo (KRB G.Sinabung)
Masterplan KRB
meningkatkan kualitas DATA
perencanaan tata ruang KRB Aspek Kualitas
Data (contoh
pendetailan)
Masterplan KRB Kualitas
meningkatkan kualitas DATA
perencanaan tata ruang KRB Data
flood modelling
32
participatory mapping
Masterplan KRB meningkatkan Awareness &
KAPASITAS APARAT PEMDA dalam
perencanaan tata ruang KRB
Capacity
Building
Launching
dan Lokakarya Penataan Ruang KRB
Oleh : Menteri Agraria dan Tata Ruang/ BPN
36
Dasar Pembagian Batas Zona KRB
dalam RTR Gunung Merapi
1. Pembagian zona KRB didasarkan pada Peta KRB Gn.Merapi yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM
2. Penyelidikan KRB gunungapi dilakukan melalui analisis terhadap:
a. topografi dan morfologi gunung api,
b. peta geologi,
c. data aktivitas gunung api(historis), dan
d. hasil penyelidikan geologi, geokimia, geofisika, dan geodesi.
Maka salah satu indikator batas fisik adalah morfologi lahan gunungapi serta morfologi lahan di
sepanjang sungai yg berhulu di Gn.Merapi.
3. Kebijakan dasar peruntukan ruang & ketentuan rinci pemanfaatan ruang selain mengacu pada peta
KRB, didasarkan pula pada Peta Area Terdampak Erupsi dan Lahar Dingin Gunung Merapi (yg memuat
pula arahan peruntukan ruang & arahan lokasi pengembangan Huntap) yg disepakati pada 31 Mei
2011 oleh Menteri ESDM, Menteri PU, Menteri Kehutanan, Kepala Bappenas, Kepala BNPB,
Gubernur DIY & Gubernur Jateng. Kebijakan ini menjadi dasar kebijakan relokasi bagi masyarakat
yang bermukim di Area Terdampak Langsung (ATL) dan Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.
PETA AREA TERDAMPAK ERUPSI DAN LAHAR
DINGIN GUNUNG MERAPI
ATL-1
KRB-3
KRB-2
ATL-2
KRB-1
Dasar Delineasi :
• Peta Area Terdampak Erupsi dan Lahar Dingin Gunung Merapi (ttd 5 Menteri dan 2 Gubernur) DELINEASI WILAYAH
• Batas Kecamatan yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi Luas Wilayah : 78.164 Ha
Peta Area Terdampak Erupsi Kab. Magelang
dan Lahar Dingin Gunung Merapi 1. Kec. Sawangan
2. Kec. Dukun
KRB III ATL I 3. Kec. Srumbung
4. Kec. Mungkid
KRB II ATL II
5. Kec. Muntilan
KRB I 6. Kec. Salam
7. Kec. Ngluwar
Kab. Boyolali
1. Kec. Selo
Kab. Sleman Kab. Klaten 2. Kec. Cepogo
3. Kec. Musuk
Kab. Klaten
1. Kec. Kemalang
Peta Delineasi RTR Kawasan TN Gunung Merapi 2. Kec. Manisrenggo
3. Kec. Karangnongko
PENETAPAN AREA TERDAMPAK ERUPSI DAN
LAHAR DINGIN GUNUNG MERAPI
NO Notasi WILAYAH KETERANGAN
TN Gunung
1 Taman Nasional
Merapi
2 Area 1. Kawasan lindung, yang terdiri dari : Masa transisi, diusulkan maksimum 3 th
Terdampak a. Hutan lindung; Selama masa transisi perizinan
Langsung – 1 b. Kawasan resapan air, pemanfaatan ruang bersifat sementara
(ATL – 1) c. Kawasan rawan bencana geologi. Izin bukan untuk hunian
2. Dibebaskan dari permukiman
*)Disepakati pada 31 Mei 2011 oleh Menteri ESDM, Menteri PU, Menteri Kehutanan,
Kepala Bappenas, Kepala BNPB, Gubernur DIY & Gubernur Jateng
Peta Area Terdampak Erupsi dan Lahar Dingin G. Merapi* Zona Dalam Perpres No.70/2014
Jenis Ancaman Bencana
Zona Arahan Peruntukan Ruang Zona Rencana Peruntukan Ruang
KRB III 1. Hutan lindung / pengembangan Taman L-1 Kawasan Taman Nasional yang berada pada Sering terlanda awan
Nasional; Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi panas, aliran lava,guguran
2. Enclave permukiman yang ada : living in batu (pijar), gas racun dan
L-2 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang
harmony with disaster, zero growth lontaran batu (pijar)
terdampak langsung
hingga radius 2km
L-4 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang
terdapat kantung (enclave) permukiman
KRB II 1. Peruntukan ruang sesuai dengan RTRW / L-1 Kawasan Taman Nasional yang berada pada Berpotensi terlanda aliran
RRTR, sebagai kawasan pengendalian Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi awan panas, gas racun,
tinggi (high control); guguran batu (pijar) dan
L-3 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang
2. Permukiman perdesaan, perumahan aliran lahar
berada pada Sempadan Sungai
berkepadatan (KDB dan KLB) rendah
L-4 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang
terdapat kantung (enclave) permukiman
B-1 Kawasan permukiman perkotaan
B-2 Kawasan permukiman perdesaan
B-3 Kawasan budi daya hortikultura dan
perkebunan
B-4 kawasan budi daya tanaman pangan
B-5 Kawasan hutan rakyat
KRB I 1. Lebar sempadan sungai ditetapkan oleh L-3 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang Rawan terhadap lahar
pemerintah daerah, dengan berada pada Sempadan Sungai atau banjir dan
mempertimbangkan karakteristik sungai kemungkinan dapat
dan peraturan perundang-undangan; terkena perluasan awan
2. Peruntukan ruang yang dapat panas
meminimalisir konsentrasi penduduk
*)Disepakati pada 31 Mei 2011 oleh Menteri ESDM, Menteri PU, Menteri Kehutanan,
Kepala Bappenas, Kepala BNPB, Gubernur DIY & Gubernur Jateng
RENCANA POLA RUANG
KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
KAWASAN LINDUNG :
1. Zona L1 : Kawasan Taman Nasional yang berada pada Kawasan Rawan
Bencana Alam Geologi
2. Zona L2 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang terdampak
langsung
3. Zona L3 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang berada pada
Sempadan Sungai
4. Zona L4 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang terdapat kantung
(enclave) permukiman.
KAWASAN BUDIDAYA
1. Zona B1 : Kawasan permukiman perkotaan
2. Zona B2 : Kawasan permukiman perdesaan
3. Zona B3 : Kawasan budi daya hortikultura dan perkebunan
4. Zona B4 : kawasan budi daya tanaman pangan
5. Zona B5 : Kawasan hutan rakyat
RENCANA POLA RUANG
▪ Rehabilitasi DAS termasuk segmen hulu, tengah, dan hilir, beserta sungai-sungai kecil, sistem drainase perkotaan, dan sempadan sungai
MITIGASI/PENGURANGAN RISIKO BENCANA BANJIR
▪ Pencegahan terhadap degradasi kawasan hulu yang ditandai dengan peningkatan erosi
Menurunkan ▪ Pencegahan terhadap degradasi kasawasan hilir yang ditandai dengan peningkatan material sedimentasi
Peningkatan fungsi dari kawasan hulu DAS melalui kegiatan pemanfaatan lahan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip konservasi
bahaya/ancaman banjir ▪
▪ Penanaman kembali unit-unit lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian/non kawasan lindung dengan penyesuaian jenis
tanamannya
Adanya konsep ecosystem service antara segmen hulu , tengah, dan hilir. Kegiatan konservasi kawasan hulu DAS akan memberikan dampak
Peningkatan ▪
positif bagi segmen tengah dan hilir, antara lain berkurangnya material sedimentasi, peningkatan kualitas air tanah, pola dan volume aliran air
fungsi segmen hulu, tengah, dapat terjaga, kegiatan perekonomian di segmen tengah dan hilir dapat berlangsung
MELALUI PENATAAN RUANG
▪ Implementasi dari penataan ruang berbasis mitigasi/pengurangan risiko bencana pada tahapan pra bencana
▪ Penerapan konsep flood risk management dalam tahapan penataan ruang yang terdiri atas perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian.
Mencegah keterpaparan Dengan begitu, ancaman banjir dan kerentanan yang ditimbulkan dapat direduksi melalui penataan ruang yang tepat pada KRB banjir
▪ Tata ruang KRB banjir yang telah mempertimbangkan ancaman dan kerentanan terlihat pada alokasi pemanfaatan lahan KRB banjir yang
(exposure) dibedakan menurut intensitas bencananya dan juga perlindungan kawasan-kawasan konservasi (segmen hulu dan sempadan sungai) dari
kegiatan alih fungsi lahan dan juga penentuan mitigasi bencana
Peningkatan peran tata ruang ▪ Peningkatan kualitas dokumen tata ruang yang dapat dijadikan pedoman dalam implementasi penataan ruang. Hal ini dapat diwujudkan
Sebagai instrumen melalui pendetailan skala perencanaan, delineasi pola ruang, dan ketegasan pemanfaatan lahan melalui perizinan, insentif, disinsentif, dan
sanksi
pengurangan risiko bencana
▪ Pengembangan mitigasi struktural dan non struktural dengan mempertimbangkan kapasitas daerah dan masyarakat untuk mengelolanya
▪ Prinsip pengembangan mitigasi struktural dengan mempertimbangkan spot-spot kerawanan bencana banjir menurut intensitasnya dan juga
terintegrasi dalam kesatuan DAS
Mengurangi kerentanan ▪ Perwujudan prinsip “room for the river” dengan mengembalikan bentang lahan aliran air yang telah berubah fungsinya
(vulnerability) dan ▪ Konstruksi infrastruktur mitigasi bencana mempertimbangkan pola dan volume aliran banjir, volume sedimentasi, fungsi eksisting (bentang
meningkatkan kapasitas lahan alami/alih fungsi lahan) flood plains, dan kendala-kendala dalam pembangunannya
(capacity) ▪ Penguatan infrastruktur mitigasi eksisting maupun pembangunan infrastruktur mitigasi dengan melihat proyeksi kerawanan bencana di masa
depan
Pengembangan mitigasi ▪ Mitigasi non struktural dapat berupa penanaman vegetasi yang tepat di kawasan hulu dan kawasan pesisir dan juga pengembangan RTH di
(struktural sempadan sungai dan flood plain
▪ Peningkatan kapasitas bertujuan untuk meningkatkan daya pulih/ketahanan masyarakat yang tinggal di KRB banjir
dan non struktural)
dan peningkatan
kapasitas
MUATAN RENCANA TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA BANJIR
• Rehabilitasi DAS termasuk segmen hulu, tengah, dan hilir, beserta sungai-sungai kecil, sistem drainase perkotaan, dan sempadan
sungai Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
• Pencegahan terhadap degradasi kawasan hulu yang ditandai dengan peningkatan erosi 1. Delineasi KRB Banjir
• Pencegahan terhadap degradasi kawasan hilir yang ditandai dengan peningkatan material sedimentasi 2. Delineasi RTH di sempadan sungai/flood
• Peningkatan fungsi dari kawasan hulu DAS melalui kegiatan pemanfaatan guna lahan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip plains
konservasi/land use unit, antara lain pemanfaatan lahan untuk kegiatan selain pertanian semusim 3. Delineasi hutan lindung
• Penanaman kembali unit-unit lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian/non kawasan lindung dengan penyesuaian 4. Delineasi sempadan pantai
jenis tanamannya
• Adanya konsep ecosystem service antara segmen hulu , tengah, dan hilir. Kegiatan konservasi kawasan hulu DAS akan
Rencana Pola Ruang Kawasan budi daya
memberikan dampak positif bagi segmen tengah dan hilir, antara lain berkurangnya material sedimentasi, peningkatan kualitas
1. Delineasi kawasan permukiman menurut
air tanah, pola dan volume aliran air dapat terjaga, kegiatan perekonomian di segmen tengah dan hilir dapat berlangsung
kepadatan dan desain/jenis konstruksi
• Implementasi dari penataan ruang berbasis mitigasi/pengurangan risiko bencana pada tahapan pra bencana 2. Delineasi kawasan pertanian, perkebunan,
• Penerapan konsep flood risk management dalam tahapan penataan ruang yang terdiri atas perencanaan, pemanfaatan, dan dan peternakan
pengendalian. Dengan begitu, ancaman banjir dan kerentanan yang ditimbulkan dapat direduksi melalui penataan ruang yang
tepat pada KRB banjir
• Tata ruang KRB banjir yang telah mempertimbangkan ancaman dan kerentanan terlihat pada alokasi pemanfaatan lahan KRB Rencana Struktur Ruang
banjir yang dibedakan menurut intensitas bencananya dan juga perlindungan kawasan-kawasan konservasi (segmen hulu dan 1. Sistem pengendali banjir
sempadan sungai) dari kegiatan alih fungsi lahan dan juga penentuan mitigasi bencana 2. Sistem peringatan dini
• Peningkatan kualitas dokumen tata ruang yang dapat dijadikan pedoman dalam implementasi penataan ruang. Hal ini dapat 3. Jalur evakuasi dan tempat evakuasi
diwujudkan melakui pendetailan skala perencanaan, delineasi pola ruang, dan ketegasan pemanfaatan lahan melalui perizinan,
insentif, disinsentif, dan sanksi
Arahan Pemanfaatan Ruang
1. Program mitigasi bencana struktural
• Pengembangan mitigasi struktural dan non struktural dengan mempertimbangkan kapasitas daerah dan masyarakat untuk
mengelolanya 2. Program mitigasi bencana non struktural;
• Prinsip pengembangan mitigasi struktural dengan mempertimbangkan spot-spot kerawanan bencana banjir menurut intensitasnya dan 3. Program pengembangan kapasitas
juga terintegrasi dalam kesatuan DAS
• Perwujudan prinsip “room for the river” dengan mengembalikan bentang lahan aliran air yang telah berubah fungsinya Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
• Konstruksi infrastruktur mitigasi bencana mempertimbangkan pola dan volume aliran banjir, volume sedimentasi, fungsi eksisting 1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
(bentang lahan alami/alih fungsi lahan) flood plains, dan kendala-kendala dalam pembangunannya
sempadan sungai
• Penguatan infrastruktur mitigasi eksisting maupun pembangunan infrastruktur mitigasi dengan melihat proyeksi kerawanan bencana di
2. Ketetuan Umum Peraturan Zonasi KRB
masa depan dan juga pengembangan upaya adaptasi di KRB banjir
banjir
• Mitigasi non struktural dapat berupa penanaman vegetasi yang tepat di kawasan hulu dan kawasan pesisir dan juga pengembangan
RTH di sempadan sungai dan flood plain
3. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
47
• Peningkatan kapasitas bertujuan untuk meningkatkan daya pulih/ketahanan masyarakat yang tinggal di KRB banjir kawasan hulu DAS
REKOMENDASI PENERAPAN KONSEP KONSERVASI TANAH DAN AIR
(KTA) DALAM POLA RUANG SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN
LIMPASAN DEBIT BANJIR KOTA MANADO
REKOMENDASI PENERAPAN
KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA POLA RUANG
Kekritisan Tidak Kritis (TK) Potensial Kritis (PK) dan Agak Kritis (AK) Kritis (KR) dan Sangat Kritis (SK)
Sangat Rendah-
xxx xxx xxx xxx xxx xxx VEG III VEG III VEG I
Limpasan
Sedang
Tinggi ST III ST II ST I ST III ST II ST I VEG III, ST III VEG III, ST II VEG II, ST I
Sangat Tinggi ST III ST II ST I ST III ST II ST I VEG III, ST III VEG II, ST II VEG I, ST I
ST I DAM Penahan (DPN) dan DAM Pengendali (Dpi) 1. Rekomendasi pola ruang melalui KTA diterapkan pada
ST II Gully Plug, Teras Gulud, dan Teras Individu rencana pola ruang Kota Manado dan pola ruang
Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, dan Kota
ST III Sumur Resapan dan Biopori
Tomohon
VEG I Reforestasi (Konservasi murni/Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu) 2. Matriks rekomendasi pola ruang tidak hanya
VEG II Hutan Rakyat/Penghijauan/Reboisasi 400 Batang (Agroforestry, Pengkayaan) mempertimbangkan kriteria limpasan dan kekritisan lahan,
VEG III Hutan Rakyat, HTI, dan Perkebunan (Produktif) tetapi juga mempertimbangkan penggunaan lahan
Infrastruktur Kelola Air limpahan (Drainase, embung, Waduk, dan Floodway
xxx
zone)
Pengembangan sumur resapan dan biopori memerlukan kajian lebih lanjut Kawasan budidaya terbangun xxx
terkait pemetaan formasi geologi permukaan Kawasan budidaya non terbangun ST I, ST II,, VEG II, VEG III
ST I, ST II, VEG II, VEG III merupakan pola ruang terluas di Kecamatan Airmadidi, dengan luasan
4.833,63 Ha
Infrastruktur Kelola Air
Rehabilitasi dan
limpahan (Drainase, ST I, ST II, VEG II, VEG
Pola Ruang Konservasi Kawasan Total
embung, Waduk, III
dan/atau VEG I
Floodway zone)
Kawasan Hutan Lindung 832.16 832.16
Kawasan Hutan Rakyat 1,006.96 1,006.96
Kawasan Perkebunan 4,137.09 4,137.09
Kawasan Permukiman 1,558.65 1,558.65
Kawasan resapan air 1,558.74 1,558.74
Pemerintah 111.97 111.97
Pertanian pangan lahan basah 283.07 283.07
Pertanian pangan lahan kering 867.79 867.79
SEMPADAN 339.51 339.51
SEMPADAN SESAR 521.68 521.68
SUNGAI 39.27 39.27
TOL 107.85 107.85
Total 1,670.62 3,399.22 6,294.91 11,364.75
Kecamatan (Ha)
Rekomendasi Pola Ruang Total
Airmadidi Dimembe Kalawat Talawan
Infrastruktur Kelola Air limpahan (Drainase, embung, Waduk, 885.78 11.09 627.43 60.62 1,584.92
Floodway zone)
2,639.53 252.14 429.67 1.47 3,322.82
Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan
Berdasarkan kondisi eksisting
diperuntukkan ladang, hanya saja 4,833.63 268.48 1,180.56 - 6,282.67
pengelolaan lahan yang tepat masih ST I, ST II, VEG I, VEG II, VEG III
minim
Total 8,358.95 531.71 2,237.67 62.09 11,190.42
REKOMENDASI PENERAPAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
PADA POLA RUANG KOTA TOMOHON
(yang berada pada DAS Sario dan DAS Tondano)
Rehabilitasi dan Konservasi dan/atau VEG I Kawasan merupakan konsep konservasi terluas yang
direkomendasikan untuk diterapkan pada pola ruang, yaitu di Kecamatan Tomohon Timur dengan luasan
360,27 Ha.
Infrastruktur Kelola Air
limpahan (Drainase, Rehabilitasi dan Konservasi
Pola Ruang ST I, ST II, VEG II, VEG III Total
embung, Waduk, Kawasan dan/atau VEG I
Floodway zone)
Kawasan danau 1.25 1.25
Kawasan Hutan Lindung 137.62 137.62
Kawasan Perkebunan 93.53 93.53
Kawasan Permukiman 39.33 39.33
Kawasan resapan air 267.66 267.66
Pertanian pangan lahan
0.70 0.70
basah
Pertanian pangan lahan
344.05 344.05
kering
Total 39.33 406.54 438.27 884.14
Kecamatan (Ha)
Rekomendasi Pola Ruang Total
Tomohon Tomohon Tomohon Tomohon Tomohon
Selatan Tengah Timur Utara Barat
Infrastruktur Kelola Air limpahan
(Drainase, embung, Waduk, Floodway 0.20 - 39.09 - 0.04 39.33
zone)
Kawasan Hutan Lindung Mahawu
Berdasarkan kondisi eksisting yang perlu dijaga Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan 13.13 15.00 360.27 3.99 4.52 396.91
diperuntukkan perkebunan keberlanjutannya karena pada
hortikultura. Tidak terdapat kawasan sekitarnya sudah ST I, ST II, VEG I, VEG II, VEG III 16.72 0.10 301.33 3.36 56.67 378.18
tegakan vegetasi, sehingga terdapat indikasi pembukaan
dapat meningkatkan limpasan lahan sebagai ladang 52
Total 30.05 15.10 700.69 7.35 61.23 814.42
REKOMENDASI PENERAPAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
PADA POLA RUANG KAB. MINAHASA
(yang berada pada DAS Sario dan DAS Tondano)
Kondisi eksisting
sebagai ladang
Penerapan ST I, ST II, VEG II, VEG III terluas berada di Kecamatan Tombulu dengan luasan 3.324,97 Ha.
53
REKOMENDASI PENERAPAN
KONSERVASI TANAH DAN AIR
PADA POLA RUANG KOTA MANADO
Kawasan permukiman di
daerah muara sungai
yang memerlukan
infrastruktur kelola air
limpasan
Limpasan
Reduksi Limpasan Prosentase Reduksi
DAS Penggunaan Lahan Rekomendasi KTA
(m3/s) Limpasan (%)
Eksisting 2015 (m3/s) (m3/s)
DAS Sario 98.32 76.33 22.00 22.37
SubDAS Tikala 229.25 199.13 30.12 13.14
DAS Tondano 582.98 489.56 93.42 16.02
1. Limpasan pada DAS Sario dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air berkurang 22,37 % dari limpasan
pada penggunaan lahan eksisting
2. Limpasan pada Sub DAS Tikala dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air berkurang 13,14 % dari
limpasan pada penggunaan lahan eksisting
3. Limpasan pada DAS Tondano dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air berkurang 16,02 % dari limpasan
pada penggunaan lahan eksisting
REKOMENDASI PENERAPAN KONSEP KONSERVASI TANAH DAN AIR (KTA) DALAM
POLA RUANG DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR MITIGASI STRUKTURAL
SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN LIMPASAN DEBIT BANJIR KOTA MANADO
SKENARIO PERHITUNGAN LIMPASAN
PADA DAS TONDANO, DAS SARIO,
DAN DAS TIKALA
3 DENGAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
DAN PENGEMBANGAN MITIGASI STRUKTURAL
1
SKENARIO PERHITUNGAN LIMPASAN
PADA DAS TONDANO, DAS SARIO,
DAN DAS TIKALA
DENGAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
DAN PENGEMBANGAN MITIGASI STRUKTURAL
Rona Wilayah pada Rencana Pembangunan Infrastruktur
Mitigasi Struktural
Infrastruktur
Dam Tikala 1 Dam Tikala 2 No. Pengendali
Penggunaan Lahan
RBI 2015
Pola Ruang
2014
Fungsi Kawasan
Hutan
Banjir
Penggunaan lahan eksisting Jalur air yang saat ini menjadi
1 Dam Tikala 1 Perkebunan/Kebun Kawasan Perkebunan APL
sebagai kawasan perkebunan kawasan perkebunan
2 Dam Tikala 2 Perkebunan/Kebun Kawasan Perkebunan APL
Flood Retarding
3 Tegalan/Ladang Sempadan Sungai APL
Basin
Pertanian Pangan
4 Dam Kuwil Perkebunan/Kebun APL
Lahan Kering
1. Limpasan pada DAS Sario dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air serta pengembangan mitigasi struktural berkurang
22,37% dari limpasan pada penggunaan lahan eksisting
2. Limpasan pada Sub DAS Tikala dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air serta pengembangan mitigasi struktural dan
berkurang 62,87% dari limpasan pada penggunaan lahan eksisting
3. Limpasan pada DAS Tondano dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air serta pengembangan mitigasi struktural
berkurang 64,43% dari limpasan pada penggunaan lahan eksisting
PERHITUNGAN SIMULASI TREN NILAI PREDIKSI LIMPASAN
(DAS TONDANO. DAS SARIO DAN SUB DAS TIKALA) 1. Pola Ruang Kota Manado
MELALUI KONSERVASI TANAH DAN AIR menggunakan pola ruang pada
draft revisi RTRW 2018, sedangkan
untuk Kabupaten/Kota lainnya
596.87
582.98 menggunakan pola ruang pada
RTRW 2014
489.56 2. Debit limpasan dengan asumsi
diterapkan Konservasi Tanah dan
Air yang tidak dapat tertampung
Penggunaan Lahan 2015 sesuai kapasitas di DAS Sario
adalah 0,83 m3/dt, DAS Tondano
229.25 230.11 Pola Ruang adalah 306.82 m3/dt, dan Sub
229.25 DAS Tikala adalah 139,34 m3/dt
Rekomendasi Penerapan KTA 3. Dengan pola ruang yang
98.32 menerapkan Konservasi Tanah dan
83.08
76.33 Air , masih terdapat limpasan yang
tidak tertampung, sehingga
diperlukan upaya tambahan
melalui pengembangan mitigasi
struktural, dan skenario perubahan
Kapasitas Pengaliran Kapasitas Pengaliran Kapasitas Pengaliran
Sungai Sario Sungai Tondano Sungai Tikala tutupan lahan
75,50 m3/det 182,74 m3/det 89,91 m3/det
PERHITUNGAN SIMULASI TREN NILAI PREDIKSI LIMPASAN
(DAS TONDANO. DAS SARIO DAN SUB DAS TIKALA)
MELALUI KONSERVASI TANAH DAN AIR DAN PENGEMBANGAN MITIGASI STRUKTURAL
Ketinggian
Luas (Ha)
Genangan
<1m 71.85
1-2m 113.06
2-3m 76.95
>3m 63.72
62
DELINEASI
KAWASAN YANG
AMAN DARI BANJIR
DAN MASIH
TERDAMPAK
Wilayah yang masih
terdampak banjir
BANJIR SETELAH
Setelah diterapkan PENERAPAN
KTA dan Mitigasi
struktural KONSERVASI
TANAH DAN AIR
DAN
PENGEMBANGAN
MITIGASI
STRUKTURAL
(SKENARIO 2)
Ketinggian
Luas (Ha)
Genangan
<1m 57.34
1-2m 140.04
2-3m 24.93
>3m 63
10.22
KLASIFIKASI PENETAPAN FLOOD PLAIN
FLOOD PLAIN
64
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG FLOOD PLAIN
FLOOD PLAIN Arahan pemanfaatan ruang di flood fringe dengan ketinggian banjir 1-3 meter, antara
lain:
1. Diperbolehkan adanya kegiatan budidaya terbangun dengan syarat, desain
panggung dan/atau peninggian bangunan
2. Upaya mitigasi struktural adalah sistem polder dan naturalisasi sungai
3. Upaya mitigasi non struktural adalah RTP dan/atau taman multi fungsi disertai
tajuk vegetasi yang rapat di lingkungan kawasan budidaya terbangun
Flood Fringe Arahan pemanfaatan ruang di flood fringe dengan ketinggian banjir < 1 meter,
antara lain:
1. Diperbolehkan adanya kegiatan budidaya terbangun sesuai dengan kondisi
eksisting disertai tajuk vegetasi yang rapat
2. Upaya mitigasi struktural adalah sistem polder dan naturalisasi sungai
3. Upaya mitigasi non struktural adalah RTP dan/atau taman multi fungsi disertai
tajuk vegetasi yang rapat di lingkungan kawasan budidaya terbangun
65
REKOMENDASI PENETAPAN SEMPADAN SUNGAI DAN FLOOD FRINGE
DI KOTA MANADO
Kecamatan Tuminting
Skala 1:2.500
68
Arahan Pemanfaatan Ruang pada Flood Fringe Sungai Tondano dan Tikala
Skala 1:10.000
70
Skala 1: 5.000
Skala 1:25.000
71
Skala 1:5.000
Skala 1:25.000