Anda di halaman 1dari 74

Peran Tata Ruang dalam

Penanganan Bencana

Disampaikan oleh:
Ir. Sufrijadi, M.A.
Direktur Penataan Kawasan

Acara:
Workshop Bimbingan Teknis Penyusunan RDTR/RRTR dan
Peninjauan Kembali Perda RTRW Kabupaten/Kota
di Wilayah Sulawesi
Manado, 15 November 2018

DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG


KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN
OUTLINE

1 PROFIL KAWASAN RAWAN BENCANA (KRB) DI INDONESIA

PERAN PENATAAN RUANG DALAM PENANGGULANGAN BENCANA


2

KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITJEN TATA RUANG TERKAIT MITIGASI


3 BENCANA/PRB

4 INTEGRASI PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) KE DALAM


PERENCANAAN TATA RUANG

5 PARADIGMA BARU PENATAAN RUANG KRB DAN CONTOH PRAKTEKNYA


Sumber peta : Diolah dari BNPB 2011 dan PVMBG 2015, skala 1:250.000

zona tumbukan 3 lempeng tektonik aktif dunia

Gempa Bumi 295 patahan aktif Tsunami

Gerakan Tanah Banjir

1 PROFIL KAWASAN RAWAN BENCANA (KRB) DI


INDONESIA
• Terdapat 171 kabupaten/kota yang memiliki kerawanan bencana tinggi gempa sekaligus
kerawanan bencana tinggi tsunami, bahkan 159 diantaranya memiliki KRB tinggi gempa dan
tsunami yang beririsan atau pada area yang sama.
• Ada 189 kabupaten/kota yang memiliki kerawanan bencana tinggi banjir sekaligus
kerawanan bencana tinggi longsor
129 gunungapi aktif
Letusan Gn.Api 69 ancaman letusan gunungapi
Sumber: BNPB
Tipikal Klasifikasi Tingkat Kerawanan Bencana

5
2 PERAN PENATAAN RUANG DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

PENANGGULANGAN
BENCANA PENYELENGGARAAN
PENATAAN RUANG
PERAN PENATAAN RUANG DALAM SIKLUS DISASTER MANAGEMENT

1 3

7
RISIKO BENCANA
potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun
waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. (UUPB)

BAHAYA KERENTANAN
RISIKO BENCANA  (ANCAMAN)
X
KAPASITAS

ANCAMAN KERENTANAN
BENCANA suatu kondisi dari suatu komunitas
suatu kejadian atau peristiwa atau masyarakat yang mengarah
yang bisa menimbulkan atau menyebabkan
ketidakmampuan dalam
bencana (UUPB)
menghadapi ancaman bencana
(Perka BNPB No.2/2012)

K A PA S I TA S
kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan 8
Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian akibat bencana (Perka BNPB No. 2/2012)
PERAN PENATAAN RUANG DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Penataan Ruang berbasis mitigasi bencana


dapat dimaknai sebagai Penataan Ruang
yang diposisikan sebagai salah satu upaya
atau instrumen Pengurangan Resiko
Bencana (Disaster Risk Reduction/DRR)

Melalui Penataan Ruang, komponen pembentuk


risiko dapat dikelola sehingga risiko bencana
dapat diturunkan

MITIGASI BENCANA MELALUI PENATAAN RUANG = Pengurangan Resiko Bencana


• meminimasi kemungkinan munculnya bahaya (khusus untuk man-made disaster),
• menurunkan tingkat kerentanan (fisik, sosial, ekonomi), dan
• meningkatkan kapasitas dalam menghadapi bencana
Hazard

Risk
Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB)
Teluk Pacitan
(Sumber: PVMBG, 2017)

Peta Risiko Bencana Tsunami Teluk Pacitan


(Sumber: Ditjen Tata Ruang, 2017)
10
3 KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITJEN TATA RUANG TERKAIT MITIGASI BENCANA/PRB

Isu Strategis
Masih Tingginya frekuensi kejadian BENCANA, perlu peningkatan peran penataan ruang dalam menata KAWASAN
RAWAN BENCANA
Tujuan
Menciptakan Ruang Nusantara yang Aman Terhadap Berbagai Ancaman Bencana dan Konflik yang
Mengancam Keutuhan NKRI melalui perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang yang mengakomodir
perencanaan tata ruang kawasan perbatasan, bencana dan adaptasi iklim global
Kebijakan
Melakukan Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Tata ruang Melalui pengarustamaan aspek mitigasi bencana dan
adaptasi perubahan iklim dalam tata ruang, serta penataan kawasan perkotaan dan perdesaan
Strategi
1. Meningkatkan pemahaman tentang aspek kebencanaan dalam tata ruang
2. Melakukan pengarusutamaan aspek mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dalam Rencana Tata Ruang
3. Mengembangkan kawasan perkotaan dan perdesaan yang tangguh terhadap bencana dan ancaman perubahan
iklim
Target

Penataan 30 KRB 2015-2019


PROGRES PENATAAN 30 LOKASI KRB 2015-2018
Kegiatan Direktorat Penataan Kawasan Terkait Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana
(dan Dampak Perubahan Iklim)
No Judul Kegiatan Bencana Dominan
Tahun Anggaran 2015
1 Penataan Kawasan Rawan Bencana di Banjarnegara Longsor
2 Penataan Kawasan Rawan Bencana Pantai Selatan Jawa Tsunami, Gempa Bumi, Banjir,
(Lokasi Prioritas: Pangandaran, Cilacap, Blitar, Kulonprogo) Erupsi Gunung Api
Tahun Anggaran 2016
4 Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana di Erupsi Gunung Sinabung
Kabupaten Karo, Sumatera Utara
5 Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana di Gempa Bumi dan Tsunami
Pantai Barat Pulau Sumatera (Lokasi Prioritas: Kws Pariaman)
6 Peningkatan Kualitas Tata Ruang Untuk Mewujudkan Kota Bencana dengan Stimuli
Tangguh Bencana dan Berketahanan Perubahan Iklim/ Perubahan Iklim
Resilient City (di 7 Kota Prioritas)
Tahun Anggaran 2017
7 Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana di Banjir bandang
Kota Bima
8 Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana di Tsunami
Kabupaten Pacitan
9 Peningkatan Kualitas Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana di Banjir bandang
Kabupaten Garut 13
Kegiatan Direktorat Penataan Kawasan Terkait Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana
(dan Dampak Perubahan Iklim)

No Judul Kegiatan Bencana Dominan


Tahun Anggaran 2018
10 Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana di Banjir bandang
Kabupaten Bima
11 Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana di Kota Banjir bandang
Manado
12 Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana di Kota Banjir dan Longsor
Jayapura
13 Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana di Kab. Banjir dan Longsor
Purworejo
14 Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana di Kota Gempa Bumi dan Tsunami
Sorong
16 Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana di Kota Gempa Bumi dan Tsunami
Palu
17 Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana di Kab. Gempa Bumi dan Tsunami
Pidie Jaya
18 Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana dan Rentan Bencana dengan Stimuli
Dampak Perubahan Iklim Kota Bandar Lampung Perubahan Iklim
19 Penyusunan Masterplan Kawasan Rawan Bencana dan Rentan Bencana dengan Stimuli
Dampak Perubahan Iklim Kota Pekalongan Perubahan Iklim 14
4 INTEGRASI PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) KE DALAM PERENCANAAN TATA RUANG
PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG MUATAN TERKAIT PENGURANGAN RISIKO BENCANA
PENGUMPULAN DATA DAN INFO • Data fisik dan lingkungan termasuk bencana, kws risiko bencana

• Analisis kws rawan bencana (geologi dan hidrometeorologi)


PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS • Analisis kws rentan dampak perubahan klim
• ANALISIS PENGURANGAN RISIKO BENCANA

• Sistem Jaringan Evakuasi Bencana (jalur & tempat evakuasi)


RENCANA STRUKTUR RUANG • Sistem Jaringan SDA termasuk sistem pengendalian banjir
Sistem Pusat Kegiatan
• RTH Kota minimal 30%
Sistem Jaringan Prasarana • Sempadan pantai yang mempertimbangkan KRB tsunami
• Sempadan sungai yang mempertimbangkan KRB banjir
• KRB tinggi: gerakan tanah (termasuk longsor), letusan gn api,
RENCANA POLA RUANG sempadan patahan aktif pada KRB gempabumi
Kawasan Lindung • KRB yang ditetapkan sebagai kawasan budidaya harus
dilengkapi dengan peraturan zonasi (overlay zoning)
Kawasan Budidaya
• Program struktural dan nonstruktural mitigasi bencana, seperti
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG sistem jaringan evakuasi bencana &SDA(mis:pengendalian banjir

• Peraturan Zonasi kws lindung dan budidaya yang berada di KRB


KETENTUAN PENGENDALIAN FATRU (Overlay Zoning)
Peraturan Zonoasi
• Kriteria penetapannya termasuk keberadaan pusat kegiatan yang
berada pada KRB
PENATAPAN KAWASA STRATEGIS
Sumber: Diolah dari Permen ATR 1/2018 ttg Pedoman Penyusunan RTRWP/K/K
INTEGRASI PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) KE DALAM PERENCANAAN TATA RUANG

Hirarki Rencana
Tata Ruang

Mitigasi Bencana
adalah 1 dari 5
substansi RTR daerah
yang dievaluasi oleh
pemerintah pusat,
untuk mendapatkan
persetujuan substansi
dar Menteri ATR

(Permen 8/2017
Pedoman Pemberian
Persub dlm rangka
penetapan Perda
Rencana Tata Ruang )
INTEGRASI PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) KE DALAM PERENCANAAN TATA RUANG
Daftar Simak Evaluasi Kualitas Rencana Tata Ruang daerah dalam Aspek Mitigasi/ Pengurangan Risiko Bencana

Integrasi PRB
di tiap
hirarki,
tahapan, dan
muatan RTR
Sumber: Prawiranegara, Mirwansyah & Sutanto, Agus. 2016. Status Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015. Buletin Tata Ruang Edisi VI-2016, ISBN 977-1-978-15718-8
INTEGRASI PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) KE DALAM PERENCANAAN TATA RUANG

TINGKAT RISIKO YG DISEPAKATI

Relokasi/
Penghindaran
Kerangka Integrasi
Proteksi
Pengurangan Risiko
Adaptasi Bencana ke dalam
Perencanaan Tata Ruang

Sumber:

Prawiranegara, Mirwansyah & Widiantono, Doni


Janarto. 2015. Menata Ruang Tanpa Luka: Tata
Ruang Berbasis Pengurangan Risiko Bencana.
Buletin Tata Ruang Edisi I-2015, ISBN 977-1-
978-15718-8
PARADIGMA BARU PENATAAN RUANG KRB DAN CONTOH PRAKTEKNYA
5

1. Risk-based: Penataan ruang didasarkan pada upaya pencegahan dan pengurangan potensi dampak
kerugian (RISIKO) akibat bencana, bukan hanya mempertimbangkan kerawanan bencana
2. Integrasi Komprehensif: Aspek mitigasi bencana/ pengurangan risiko bencana diintegrasikan ke dalam
tiap ASPEK penyelenggaraan penataan ruang (TurBinLakWas dan RenFatDal), ke dalam tiap PROSES
perencanaan tata ruang (data, analisa, konsep dan rencana), dan ke dalam tiap HIRARKI rencana tata
ruang (umum dan rinci).
3. Multi-Hazards & Kualitas Data: penyiapan/penggunaan peta KRB Multi-Bencana sesuai SNI (min:
gempa bumi, tsunami, gunungapi, longsor, banjir), serta pada skala yang relevan sesuai dengan skala
Rencana Tata Ruangnya
4. Analisis Risiko Bencana: menjadikan analisis dan peta risiko bencana sebagai bagian analisis atau
pertimbangan mendasar dalam perencanaan tata ruang
5. Konsep Penataan KRB atau Kebijakan Pengurangan Risiko Bencana secara keruangan, sebagai dasar
perumusan rencana struktur dan pola ruang
6. Muatan rencana struktur ruang yang mencakup infrastruktur/prasarana mitigasi bencana, jalur dan
tempat evakuasi bencana
PARADIGMA BARU PENATAAN RUANG KRB DAN CONTOH PRAKTEKNYA
5
7. Muatan rencana pola ruang yang mencakup:
A. penetapan BAGIAN dari KRB sebagai kawasan lindung,
B. Penetapan bagian dari KRB sebagai kawasan budidaya bersyarat atau dibatasi
pengembangannya,
C. penetapan sempadan sungai dan pantai yang mempertimbangkan risiko banjir, gn.api dan
tsunami,
D. Antisipasi rencana lokasi hunian sementara (huntara) dan rencana lokasi relokasi/ resettlement
(huntap), yang mempertimbangkan kesesuaian lahan dan kepemilikan tanah.
8. Muatan Indikasi Program Pemanfaatan Ruang yang memuat program mitigasi struktural dan
nonstruktural
9. Muatan Ketentuan Pengendalian pemanfaatan Ruang yang memuat lebih rinci Peraturan Zonasi di
Kawasan Rawan Bencana ( KRB)
10.Awareness & Capacity Building, Consensus & Commitment Building, Collaboration, Participatory
11.Pada kasus penataan KRB pasca bencana besar, dilakukan sinkronisasi Rencana Aksi Rehabilitasi dan
Rekonstruksi dengan Revisi RTRW dari aspek Mitigasi Bencana/PRB
Masterplan KRB menghasilkan Rekomendasi Teknis Penyempurnaan RTRW Contoh
& RDTR dari aspek Mitigasi/Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Integrasi
Komprehensif
Antar Hirarki

Revisi RTRW
Kabupaten Garut

Lokus Penataan Kws Hilir DAS

Revisi Draft RDTR


Kawasan Perkotaan
Garut

Lokus Penataan Kws Hulu DAS

Revisi Draft RTR KSK


Agropolitan Garut

Sumber: “MATERI POKOK KOORDINASI TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA BANJIR KABUPATEN GARUT” Paparan Direktur Penataan Kawasan
pada Rapat Koordinasi Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Garut dari Aspek Mitigasi Bencana, Hotel Sabda Alam-Cipanas,
Kabupaten Garut, 5 Desember 2016
Masterplan KRB menghasilkan Contoh RTR
Rencana Penataan KRB berbasis
KRB Tsunami Risiko Tsunami
Mitigasi/ PRB
Zona Pasang Surut Laut
(masih termasuk wilayah perairan)

PENATAAN KRB BSP 200 meter


KONSEP KONFIGURASI RUANG UNTUK PERLINDUNGAN Penataan KRB Tsunami
BERLAPIS DARI TSUNAMI
KRB Tinggi Tsunami/zona merah di luar BSP 200m
Teluk Pacitan 2017:
Konsep Konfigurasi
KRB Rendah-Menengah Tsunami
Ruang untuk
Zona Aman Tsunami
Perlindungan Berlapis
dari Tsunami,
Bukit Evakuasi Tsunami (Escape hill) sebagai Dasar Rencana
Bangunan potensial sbg Tempat Evakuasi Vertikal
(Tsunami Shelter Building) Struktur dan Pola Ruang
Usulan tambahan Tempat Evakuasi Vertikal
(Tsunami Shelter Building) Serta Peraturan Zonasi

Sumber:
"REKOMENDASI KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KAWASAN
RAWAN BENCANA (KRB) TSUNAMI DAN BESARAN
SEMPADAN PANTAI DI PACITAN" Paparan Mirwansyah
Prawiranegara, ST., M.Sc dalam Diskusi Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami di Kabupaten
Pacitan,
13 Juli 2017
Skala
1:25.000

25
Masterplan KRB menghasilkan Contoh RTR
Rencana Penataan KRB berbasis
Penataan Ruang KRB Gunungapi Sinabung 2015 Mitigasi/ PRB

KRB Multi Bencana

Revisi Draft RTRW


Kabupaten Karo

KRB Letusan Gn.Api


Matek RTR KSK
G. Sinabung &
G. Sibayak

26
Contoh RTR
berbasis
Mitigasi/ PRB

Skala 1:5.000

27
Masterplan KRB meningkatkan Contoh
kualitas PROSES perencanaan
tata ruang KRB
Participatory
Mapping
Sebagai tindak lanjut Rakor I 17 November 2016, Pada 25 November
2016, Ditjen Tata Ruang dan Bappeda Garut melakukan pemetaan
partisipatif bersama 11 perwakilan kelurahan/desa terdampak BANJIR
BANDANG GARUT, untuk mengidentifikasi tingkat kerusakan
bangunan

28
Masterplan KRB meningkatkan Consensus &
kualitas PROSES perencanaan
tata ruang KRB Commitment
Building
G.Sinabung-Karo 2016
Garut 2017 (KRB Letusan Gn.Api) Penyepakatan
(KRB Banjir Bandang) Pacitan 2017 pokok kebijakan
penataan ruang
(KRB Tsunami)
KRB berbasis PRB,
bersama
pimpinan
eksekutif &
legislatif daerah
dan lintas K/L
Kolaborasi
Masterplan KRB meningkatkan Lintas Pihak
kualitas IMPLEMENTASI rencana tata
ruang KRB

Garut (KRB Banjir Bandang) Pacitan (KRB Tsunami) Karo (KRB G.Sinabung)
Masterplan KRB
meningkatkan kualitas DATA
perencanaan tata ruang KRB Aspek Kualitas
Data (contoh
pendetailan)
Masterplan KRB Kualitas
meningkatkan kualitas DATA
perencanaan tata ruang KRB Data

flood modelling

Peta KRB banjir GARUT untuk


historical data perencanaan tata ruang
Didasarkan pada data historis,
pemodelan banjir, dan
pemetaan partisipatif

32
participatory mapping
Masterplan KRB meningkatkan Awareness &
KAPASITAS APARAT PEMDA dalam
perencanaan tata ruang KRB
Capacity
Building
Launching
dan Lokakarya Penataan Ruang KRB
Oleh : Menteri Agraria dan Tata Ruang/ BPN

1-2 Agustus 2016, Grand Kemang Hotel, Jakarta


Masterplan KRB meningkatkan Awareness &
KAPASITAS APARAT PEMDA dalam Capacity
perencanaan tata ruang KRB
Building

Ekskursi Lapangan &


Workshop Evaluasi Kualitas
RTRW dari aspek PRB
Pasca
Bencana:
Sinkronisasi
Antara Revisi
RTRW dari
aspek
Mitigasi
Bencana &
Renaksi
Rehab Rekon
Contoh RTR
berbasis
Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Nasional (KSN) TN. Gunung Merapi Mitigasi/ PRB
(Perpres 70 Tahun 2014)

Peta Rencana Struktur Ruang

Penetapan jalur & tempat evakuasi

Penetapan infrastruktur mitigasi bencana

Peta Rencana Pola Ruang Penetapan BAGIAN DARI kawasan rawan


bencana sbg kawasan lindung

36
Dasar Pembagian Batas Zona KRB
dalam RTR Gunung Merapi
1. Pembagian zona KRB didasarkan pada Peta KRB Gn.Merapi yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM
2. Penyelidikan KRB gunungapi dilakukan melalui analisis terhadap:
a. topografi dan morfologi gunung api,
b. peta geologi,
c. data aktivitas gunung api(historis), dan
d. hasil penyelidikan geologi, geokimia, geofisika, dan geodesi.
Maka salah satu indikator batas fisik adalah morfologi lahan gunungapi serta morfologi lahan di
sepanjang sungai yg berhulu di Gn.Merapi.
3. Kebijakan dasar peruntukan ruang & ketentuan rinci pemanfaatan ruang selain mengacu pada peta
KRB, didasarkan pula pada Peta Area Terdampak Erupsi dan Lahar Dingin Gunung Merapi (yg memuat
pula arahan peruntukan ruang & arahan lokasi pengembangan Huntap) yg disepakati pada 31 Mei
2011 oleh Menteri ESDM, Menteri PU, Menteri Kehutanan, Kepala Bappenas, Kepala BNPB,
Gubernur DIY & Gubernur Jateng. Kebijakan ini menjadi dasar kebijakan relokasi bagi masyarakat
yang bermukim di Area Terdampak Langsung (ATL) dan Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.
PETA AREA TERDAMPAK ERUPSI DAN LAHAR
DINGIN GUNUNG MERAPI

Taman Nasional Gunung Merapi


Area Terdampak Langsung I
Area Terdampak Langsung II
KRB III
KRB II
KRB I
Taman Nasional

ATL-1
KRB-3

KRB-2
ATL-2

KRB-1
Dasar Delineasi :
• Peta Area Terdampak Erupsi dan Lahar Dingin Gunung Merapi (ttd 5 Menteri dan 2 Gubernur) DELINEASI WILAYAH
• Batas Kecamatan yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi Luas Wilayah : 78.164 Ha
Peta Area Terdampak Erupsi Kab. Magelang
dan Lahar Dingin Gunung Merapi 1. Kec. Sawangan
2. Kec. Dukun
KRB III ATL I 3. Kec. Srumbung
4. Kec. Mungkid
KRB II ATL II
5. Kec. Muntilan
KRB I 6. Kec. Salam
7. Kec. Ngluwar

Kab. Boyolali Kab. Sleman


Kab. Magelang 1. Kec. Tempel
2. Kec. Turi
3. Kec. Pakem
4. Kec. Cangkringan
5. Kec. Ngemplak

Kab. Boyolali
1. Kec. Selo
Kab. Sleman Kab. Klaten 2. Kec. Cepogo
3. Kec. Musuk

Kab. Klaten
1. Kec. Kemalang
Peta Delineasi RTR Kawasan TN Gunung Merapi 2. Kec. Manisrenggo
3. Kec. Karangnongko
PENETAPAN AREA TERDAMPAK ERUPSI DAN
LAHAR DINGIN GUNUNG MERAPI
NO Notasi WILAYAH KETERANGAN
TN Gunung
1 Taman Nasional
Merapi
2 Area 1. Kawasan lindung, yang terdiri dari :  Masa transisi, diusulkan maksimum 3 th
Terdampak a. Hutan lindung;  Selama masa transisi perizinan
Langsung – 1 b. Kawasan resapan air, pemanfaatan ruang bersifat sementara
(ATL – 1) c. Kawasan rawan bencana geologi.  Izin bukan untuk hunian
2. Dibebaskan dari permukiman

3 Area 1. Peruntukan ruang memperhatikan  Terdapat Early Warning System, dan


Terdampak fungsi lindung sarana/prasarana penanggulangan
Langsung – 2 2. Enclave permukiman yang ada : bencana
(ATL – 2) living in harmony with disaster, zero  Mendelineasi enclave permukiman yang
growth ada dan disusun peraturan zonasinya
4. Kawasan 1. Hutan lindung / pengembangan Taman Nasional;
Rawan 2. Enclave permukiman yang ada : living in harmony with disaster, zero growth
Bencana III
(KRB III)
5. Kawasan 1. Peruntukan ruang sesuai dengan RTRW / RRTR, sebagai kawasan
Rawan pengendalian tinggi (high control);
Bencana II 2. Permukiman perdesaan, perumahan berkepadatan (KDB dan KLB) rendah
(KRB II)
6. Kawasan 1. Lebar sempadan sungai ditetapkan oleh pemerintah daerah, dengan
Rawan mempertimbangkan karakteristik sungai dan peraturan perundang-undangan;
Bencana I 2. Peruntukan ruang yang dapat meminimalisir konsentrasi penduduk
(KRB I)
Sumber: Perpres No. 70 Tahun 2014
Tabel Jenis Ancaman pada Masing-Masing Zona
Peta Area Terdampak Erupsi dan Lahar Dingin
Zona Dalam Perpres No.70/2014
G. Merapi* Jenis Ancaman Bencana
Zona Arahan Peruntukan Ruang Zona Rencana Peruntukan Ruang
• Sering terlanda awan panas,
aliran lava,guguran batu
(pijar), gas racun dan lontaran
Kawasan Taman Nasional yang
TN Gunung batu (pijar) hingga radius 2km
Taman Nasional L-1 berada pada Kawasan Rawan
Merapi • Berpotensi terlanda aliran
Bencana Alam Geologi
awan panas, gas racun,
guguran batu (pijar) dan aliran
lahar
Area 1. Kawasan lindung, yang L-1 Kawasan Taman Nasional yang Sering terlanda awan panas,
Terdampak terdiri dari : berada pada Kawasan Rawan aliran lava,guguran batu (pijar),
Langsung – 1 a. Hutan lindung; Bencana Alam Geologi gas racun dan lontaran batu
(ATL – 1) b. Kawasan resapan air, (pijar) hingga radius 2km
L-2 Kawasan Rawan Bencana Alam
c. Kawasan rawan
Geologi yang terdampak langsung
bencana geologi.
2. Dibebaskan dari
permukiman
Area 1. Peruntukan ruang L-3 Kawasan Rawan Bencana Alam Sering terlanda awan panas,
Terdampak memperhatikan fungsi Geologi yang berada pada aliran lava,guguran batu (pijar),
Langsung – 2 lindung Sempadan Sungai gas racun dan lontaran batu
(ATL – 2) 2. Enclave permukiman yang (pijar) hingga radius 2km
L-4 Kawasan Rawan Bencana Alam
ada : living in harmony
Geologi yang terdapat kantung
with disaster, zero growth
(enclave) permukiman

*)Disepakati pada 31 Mei 2011 oleh Menteri ESDM, Menteri PU, Menteri Kehutanan,
Kepala Bappenas, Kepala BNPB, Gubernur DIY & Gubernur Jateng
Peta Area Terdampak Erupsi dan Lahar Dingin G. Merapi* Zona Dalam Perpres No.70/2014
Jenis Ancaman Bencana
Zona Arahan Peruntukan Ruang Zona Rencana Peruntukan Ruang
KRB III 1. Hutan lindung / pengembangan Taman L-1 Kawasan Taman Nasional yang berada pada Sering terlanda awan
Nasional; Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi panas, aliran lava,guguran
2. Enclave permukiman yang ada : living in batu (pijar), gas racun dan
L-2 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang
harmony with disaster, zero growth lontaran batu (pijar)
terdampak langsung
hingga radius 2km
L-4 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang
terdapat kantung (enclave) permukiman
KRB II 1. Peruntukan ruang sesuai dengan RTRW / L-1 Kawasan Taman Nasional yang berada pada Berpotensi terlanda aliran
RRTR, sebagai kawasan pengendalian Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi awan panas, gas racun,
tinggi (high control); guguran batu (pijar) dan
L-3 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang
2. Permukiman perdesaan, perumahan aliran lahar
berada pada Sempadan Sungai
berkepadatan (KDB dan KLB) rendah
L-4 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang
terdapat kantung (enclave) permukiman
B-1 Kawasan permukiman perkotaan
B-2 Kawasan permukiman perdesaan
B-3 Kawasan budi daya hortikultura dan
perkebunan
B-4 kawasan budi daya tanaman pangan
B-5 Kawasan hutan rakyat
KRB I 1. Lebar sempadan sungai ditetapkan oleh L-3 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang Rawan terhadap lahar
pemerintah daerah, dengan berada pada Sempadan Sungai atau banjir dan
mempertimbangkan karakteristik sungai kemungkinan dapat
dan peraturan perundang-undangan; terkena perluasan awan
2. Peruntukan ruang yang dapat panas
meminimalisir konsentrasi penduduk

*)Disepakati pada 31 Mei 2011 oleh Menteri ESDM, Menteri PU, Menteri Kehutanan,
Kepala Bappenas, Kepala BNPB, Gubernur DIY & Gubernur Jateng
RENCANA POLA RUANG
KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI
KAWASAN LINDUNG :
1. Zona L1 : Kawasan Taman Nasional yang berada pada Kawasan Rawan
Bencana Alam Geologi
2. Zona L2 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang terdampak
langsung
3. Zona L3 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang berada pada
Sempadan Sungai
4. Zona L4 : Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang terdapat kantung
(enclave) permukiman.

KAWASAN BUDIDAYA
1. Zona B1 : Kawasan permukiman perkotaan
2. Zona B2 : Kawasan permukiman perdesaan
3. Zona B3 : Kawasan budi daya hortikultura dan perkebunan
4. Zona B4 : kawasan budi daya tanaman pangan
5. Zona B5 : Kawasan hutan rakyat
RENCANA POLA RUANG

Sumber: Perpres No. 70 Tahun 2014


45
PRINSIP MITIGASI /PENGURANGAN RISIKO BENCANA BANJIR
MELALUI PENATAAN RUANG

▪ Rehabilitasi DAS termasuk segmen hulu, tengah, dan hilir, beserta sungai-sungai kecil, sistem drainase perkotaan, dan sempadan sungai
MITIGASI/PENGURANGAN RISIKO BENCANA BANJIR

▪ Pencegahan terhadap degradasi kawasan hulu yang ditandai dengan peningkatan erosi
Menurunkan ▪ Pencegahan terhadap degradasi kasawasan hilir yang ditandai dengan peningkatan material sedimentasi
Peningkatan fungsi dari kawasan hulu DAS melalui kegiatan pemanfaatan lahan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip konservasi
bahaya/ancaman banjir ▪
▪ Penanaman kembali unit-unit lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian/non kawasan lindung dengan penyesuaian jenis
tanamannya
Adanya konsep ecosystem service antara segmen hulu , tengah, dan hilir. Kegiatan konservasi kawasan hulu DAS akan memberikan dampak
Peningkatan ▪
positif bagi segmen tengah dan hilir, antara lain berkurangnya material sedimentasi, peningkatan kualitas air tanah, pola dan volume aliran air
fungsi segmen hulu, tengah, dapat terjaga, kegiatan perekonomian di segmen tengah dan hilir dapat berlangsung
MELALUI PENATAAN RUANG

dan hilir DAS

▪ Implementasi dari penataan ruang berbasis mitigasi/pengurangan risiko bencana pada tahapan pra bencana
▪ Penerapan konsep flood risk management dalam tahapan penataan ruang yang terdiri atas perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian.
Mencegah keterpaparan Dengan begitu, ancaman banjir dan kerentanan yang ditimbulkan dapat direduksi melalui penataan ruang yang tepat pada KRB banjir
▪ Tata ruang KRB banjir yang telah mempertimbangkan ancaman dan kerentanan terlihat pada alokasi pemanfaatan lahan KRB banjir yang
(exposure) dibedakan menurut intensitas bencananya dan juga perlindungan kawasan-kawasan konservasi (segmen hulu dan sempadan sungai) dari
kegiatan alih fungsi lahan dan juga penentuan mitigasi bencana
Peningkatan peran tata ruang ▪ Peningkatan kualitas dokumen tata ruang yang dapat dijadikan pedoman dalam implementasi penataan ruang. Hal ini dapat diwujudkan
Sebagai instrumen melalui pendetailan skala perencanaan, delineasi pola ruang, dan ketegasan pemanfaatan lahan melalui perizinan, insentif, disinsentif, dan
sanksi
pengurangan risiko bencana

▪ Pengembangan mitigasi struktural dan non struktural dengan mempertimbangkan kapasitas daerah dan masyarakat untuk mengelolanya
▪ Prinsip pengembangan mitigasi struktural dengan mempertimbangkan spot-spot kerawanan bencana banjir menurut intensitasnya dan juga
terintegrasi dalam kesatuan DAS
Mengurangi kerentanan ▪ Perwujudan prinsip “room for the river” dengan mengembalikan bentang lahan aliran air yang telah berubah fungsinya
(vulnerability) dan ▪ Konstruksi infrastruktur mitigasi bencana mempertimbangkan pola dan volume aliran banjir, volume sedimentasi, fungsi eksisting (bentang
meningkatkan kapasitas lahan alami/alih fungsi lahan) flood plains, dan kendala-kendala dalam pembangunannya
(capacity) ▪ Penguatan infrastruktur mitigasi eksisting maupun pembangunan infrastruktur mitigasi dengan melihat proyeksi kerawanan bencana di masa
depan
Pengembangan mitigasi ▪ Mitigasi non struktural dapat berupa penanaman vegetasi yang tepat di kawasan hulu dan kawasan pesisir dan juga pengembangan RTH di
(struktural sempadan sungai dan flood plain
▪ Peningkatan kapasitas bertujuan untuk meningkatkan daya pulih/ketahanan masyarakat yang tinggal di KRB banjir
dan non struktural)
dan peningkatan
kapasitas
MUATAN RENCANA TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA BANJIR

• Rehabilitasi DAS termasuk segmen hulu, tengah, dan hilir, beserta sungai-sungai kecil, sistem drainase perkotaan, dan sempadan
sungai Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
• Pencegahan terhadap degradasi kawasan hulu yang ditandai dengan peningkatan erosi 1. Delineasi KRB Banjir
• Pencegahan terhadap degradasi kawasan hilir yang ditandai dengan peningkatan material sedimentasi 2. Delineasi RTH di sempadan sungai/flood
• Peningkatan fungsi dari kawasan hulu DAS melalui kegiatan pemanfaatan guna lahan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip plains
konservasi/land use unit, antara lain pemanfaatan lahan untuk kegiatan selain pertanian semusim 3. Delineasi hutan lindung
• Penanaman kembali unit-unit lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian/non kawasan lindung dengan penyesuaian 4. Delineasi sempadan pantai
jenis tanamannya
• Adanya konsep ecosystem service antara segmen hulu , tengah, dan hilir. Kegiatan konservasi kawasan hulu DAS akan
Rencana Pola Ruang Kawasan budi daya
memberikan dampak positif bagi segmen tengah dan hilir, antara lain berkurangnya material sedimentasi, peningkatan kualitas
1. Delineasi kawasan permukiman menurut
air tanah, pola dan volume aliran air dapat terjaga, kegiatan perekonomian di segmen tengah dan hilir dapat berlangsung
kepadatan dan desain/jenis konstruksi
• Implementasi dari penataan ruang berbasis mitigasi/pengurangan risiko bencana pada tahapan pra bencana 2. Delineasi kawasan pertanian, perkebunan,
• Penerapan konsep flood risk management dalam tahapan penataan ruang yang terdiri atas perencanaan, pemanfaatan, dan dan peternakan
pengendalian. Dengan begitu, ancaman banjir dan kerentanan yang ditimbulkan dapat direduksi melalui penataan ruang yang
tepat pada KRB banjir
• Tata ruang KRB banjir yang telah mempertimbangkan ancaman dan kerentanan terlihat pada alokasi pemanfaatan lahan KRB Rencana Struktur Ruang
banjir yang dibedakan menurut intensitas bencananya dan juga perlindungan kawasan-kawasan konservasi (segmen hulu dan 1. Sistem pengendali banjir
sempadan sungai) dari kegiatan alih fungsi lahan dan juga penentuan mitigasi bencana 2. Sistem peringatan dini
• Peningkatan kualitas dokumen tata ruang yang dapat dijadikan pedoman dalam implementasi penataan ruang. Hal ini dapat 3. Jalur evakuasi dan tempat evakuasi
diwujudkan melakui pendetailan skala perencanaan, delineasi pola ruang, dan ketegasan pemanfaatan lahan melalui perizinan,
insentif, disinsentif, dan sanksi
Arahan Pemanfaatan Ruang
1. Program mitigasi bencana struktural
• Pengembangan mitigasi struktural dan non struktural dengan mempertimbangkan kapasitas daerah dan masyarakat untuk
mengelolanya 2. Program mitigasi bencana non struktural;
• Prinsip pengembangan mitigasi struktural dengan mempertimbangkan spot-spot kerawanan bencana banjir menurut intensitasnya dan 3. Program pengembangan kapasitas
juga terintegrasi dalam kesatuan DAS
• Perwujudan prinsip “room for the river” dengan mengembalikan bentang lahan aliran air yang telah berubah fungsinya Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
• Konstruksi infrastruktur mitigasi bencana mempertimbangkan pola dan volume aliran banjir, volume sedimentasi, fungsi eksisting 1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
(bentang lahan alami/alih fungsi lahan) flood plains, dan kendala-kendala dalam pembangunannya
sempadan sungai
• Penguatan infrastruktur mitigasi eksisting maupun pembangunan infrastruktur mitigasi dengan melihat proyeksi kerawanan bencana di
2. Ketetuan Umum Peraturan Zonasi KRB
masa depan dan juga pengembangan upaya adaptasi di KRB banjir
banjir
• Mitigasi non struktural dapat berupa penanaman vegetasi yang tepat di kawasan hulu dan kawasan pesisir dan juga pengembangan
RTH di sempadan sungai dan flood plain
3. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
47
• Peningkatan kapasitas bertujuan untuk meningkatkan daya pulih/ketahanan masyarakat yang tinggal di KRB banjir kawasan hulu DAS
REKOMENDASI PENERAPAN KONSEP KONSERVASI TANAH DAN AIR
(KTA) DALAM POLA RUANG SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN
LIMPASAN DEBIT BANJIR KOTA MANADO
REKOMENDASI PENERAPAN
KONSERVASI TANAH DAN AIR PADA POLA RUANG

Kekritisan Tidak Kritis (TK) Potensial Kritis (PK) dan Agak Kritis (AK) Kritis (KR) dan Sangat Kritis (SK)
Sangat Rendah-
xxx xxx xxx xxx xxx xxx VEG III VEG III VEG I
Limpasan

Sedang
Tinggi ST III ST II ST I ST III ST II ST I VEG III, ST III VEG III, ST II VEG II, ST I
Sangat Tinggi ST III ST II ST I ST III ST II ST I VEG III, ST III VEG II, ST II VEG I, ST I

ST I DAM Penahan (DPN) dan DAM Pengendali (Dpi) 1. Rekomendasi pola ruang melalui KTA diterapkan pada
ST II Gully Plug, Teras Gulud, dan Teras Individu rencana pola ruang Kota Manado dan pola ruang
Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, dan Kota
ST III Sumur Resapan dan Biopori
Tomohon
VEG I Reforestasi (Konservasi murni/Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu) 2. Matriks rekomendasi pola ruang tidak hanya
VEG II Hutan Rakyat/Penghijauan/Reboisasi 400 Batang (Agroforestry, Pengkayaan) mempertimbangkan kriteria limpasan dan kekritisan lahan,
VEG III Hutan Rakyat, HTI, dan Perkebunan (Produktif) tetapi juga mempertimbangkan penggunaan lahan
Infrastruktur Kelola Air limpahan (Drainase, embung, Waduk, dan Floodway
xxx
zone)

Pengembangan sumur resapan dan biopori memerlukan kajian lebih lanjut Kawasan budidaya terbangun xxx
terkait pemetaan formasi geologi permukaan Kawasan budidaya non terbangun ST I, ST II,, VEG II, VEG III

Kawasan lindung Rehabilitasi, rekonstruksi kawasan,


dan/atau VEG I
REKOMENDASI PENERAPAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
PADA POLA RUANG
(Kota Manado dan Kabupaten/Kota Sekitarnya yang berada pada
DAS Sario dan DAS Tondano)

Rencana Pola Ruang Rencana Pola Ruang Rencana Pola Ruang


Kab. Minahasa Utara Kab.Minahasa&Kota Tomohon Kota Manado
REKOMENDASI PENERAPAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
PADA POLA RUANG KAB. MINAHASA UTARA
(yang berada pada DAS Sario dan DAS Tondano)

ST I, ST II, VEG II, VEG III merupakan pola ruang terluas di Kecamatan Airmadidi, dengan luasan
4.833,63 Ha
Infrastruktur Kelola Air
Rehabilitasi dan
limpahan (Drainase, ST I, ST II, VEG II, VEG
Pola Ruang Konservasi Kawasan Total
embung, Waduk, III
dan/atau VEG I
Floodway zone)
Kawasan Hutan Lindung 832.16 832.16
Kawasan Hutan Rakyat 1,006.96 1,006.96
Kawasan Perkebunan 4,137.09 4,137.09
Kawasan Permukiman 1,558.65 1,558.65
Kawasan resapan air 1,558.74 1,558.74
Pemerintah 111.97 111.97
Pertanian pangan lahan basah 283.07 283.07
Pertanian pangan lahan kering 867.79 867.79
SEMPADAN 339.51 339.51
SEMPADAN SESAR 521.68 521.68
SUNGAI 39.27 39.27
TOL 107.85 107.85
Total 1,670.62 3,399.22 6,294.91 11,364.75

Kecamatan (Ha)
Rekomendasi Pola Ruang Total
Airmadidi Dimembe Kalawat Talawan

Infrastruktur Kelola Air limpahan (Drainase, embung, Waduk, 885.78 11.09 627.43 60.62 1,584.92
Floodway zone)
2,639.53 252.14 429.67 1.47 3,322.82
Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan
Berdasarkan kondisi eksisting
diperuntukkan ladang, hanya saja 4,833.63 268.48 1,180.56 - 6,282.67
pengelolaan lahan yang tepat masih ST I, ST II, VEG I, VEG II, VEG III
minim
Total 8,358.95 531.71 2,237.67 62.09 11,190.42
REKOMENDASI PENERAPAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
PADA POLA RUANG KOTA TOMOHON
(yang berada pada DAS Sario dan DAS Tondano)

Rehabilitasi dan Konservasi dan/atau VEG I Kawasan merupakan konsep konservasi terluas yang
direkomendasikan untuk diterapkan pada pola ruang, yaitu di Kecamatan Tomohon Timur dengan luasan
360,27 Ha.
Infrastruktur Kelola Air
limpahan (Drainase, Rehabilitasi dan Konservasi
Pola Ruang ST I, ST II, VEG II, VEG III Total
embung, Waduk, Kawasan dan/atau VEG I
Floodway zone)
Kawasan danau 1.25 1.25
Kawasan Hutan Lindung 137.62 137.62
Kawasan Perkebunan 93.53 93.53
Kawasan Permukiman 39.33 39.33
Kawasan resapan air 267.66 267.66
Pertanian pangan lahan
0.70 0.70
basah
Pertanian pangan lahan
344.05 344.05
kering
Total 39.33 406.54 438.27 884.14

Kecamatan (Ha)
Rekomendasi Pola Ruang Total
Tomohon Tomohon Tomohon Tomohon Tomohon
Selatan Tengah Timur Utara Barat
Infrastruktur Kelola Air limpahan
(Drainase, embung, Waduk, Floodway 0.20 - 39.09 - 0.04 39.33
zone)
Kawasan Hutan Lindung Mahawu
Berdasarkan kondisi eksisting yang perlu dijaga Rehabilitasi dan Konservasi Kawasan 13.13 15.00 360.27 3.99 4.52 396.91
diperuntukkan perkebunan keberlanjutannya karena pada
hortikultura. Tidak terdapat kawasan sekitarnya sudah ST I, ST II, VEG I, VEG II, VEG III 16.72 0.10 301.33 3.36 56.67 378.18
tegakan vegetasi, sehingga terdapat indikasi pembukaan
dapat meningkatkan limpasan lahan sebagai ladang 52
Total 30.05 15.10 700.69 7.35 61.23 814.42
REKOMENDASI PENERAPAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
PADA POLA RUANG KAB. MINAHASA
(yang berada pada DAS Sario dan DAS Tondano)

Kondisi eksisting
sebagai ladang

Penerapan ST I, ST II, VEG II, VEG III terluas berada di Kecamatan Tombulu dengan luasan 3.324,97 Ha.

53
REKOMENDASI PENERAPAN
KONSERVASI TANAH DAN AIR
PADA POLA RUANG KOTA MANADO

Kawasan permukiman di
daerah muara sungai
yang memerlukan
infrastruktur kelola air
limpasan

Rekomendasi penerapan ST III dan Infrastruktur Kelola Air limpahan


(Drainase, embung, Waduk, Floodway zone) terluas di Kecamatan
54
Mapanget dengan luasan 4.209,19 Ha
SKENARIO PERHITUNGAN LIMPASAN
PADA DAS TONDANO, DAS SARIO, DAN DAS TIKALA
DENGAN PENERAPAN KONSERVASI TANAH DAN AIR

Limpasan
Reduksi Limpasan Prosentase Reduksi
DAS Penggunaan Lahan Rekomendasi KTA
(m3/s) Limpasan (%)
Eksisting 2015 (m3/s) (m3/s)
DAS Sario 98.32 76.33 22.00 22.37
SubDAS Tikala 229.25 199.13 30.12 13.14
DAS Tondano 582.98 489.56 93.42 16.02

1. Limpasan pada DAS Sario dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air berkurang 22,37 % dari limpasan
pada penggunaan lahan eksisting
2. Limpasan pada Sub DAS Tikala dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air berkurang 13,14 % dari
limpasan pada penggunaan lahan eksisting
3. Limpasan pada DAS Tondano dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air berkurang 16,02 % dari limpasan
pada penggunaan lahan eksisting
REKOMENDASI PENERAPAN KONSEP KONSERVASI TANAH DAN AIR (KTA) DALAM
POLA RUANG DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR MITIGASI STRUKTURAL
SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN LIMPASAN DEBIT BANJIR KOTA MANADO
SKENARIO PERHITUNGAN LIMPASAN
PADA DAS TONDANO, DAS SARIO,
DAN DAS TIKALA
3 DENGAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
DAN PENGEMBANGAN MITIGASI STRUKTURAL

 Infrastruktur Pengendali Banjir sebagai upaya mitigasi


struktural di bawah ini merupakan infrastruktur
4 pengendali banjir yang diidentifikasi dari hasil kajian
JICA dan BWS Sulawesi I, yang dilakukan pada 2016.
(Final Report UFCSI (Package-1) Comprehensive Flood
Management Study in Manado City and Tondano
River Basin).

1
SKENARIO PERHITUNGAN LIMPASAN
PADA DAS TONDANO, DAS SARIO,
DAN DAS TIKALA
DENGAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
DAN PENGEMBANGAN MITIGASI STRUKTURAL
Rona Wilayah pada Rencana Pembangunan Infrastruktur
Mitigasi Struktural

Infrastruktur
Dam Tikala 1 Dam Tikala 2 No. Pengendali
Penggunaan Lahan
RBI 2015
Pola Ruang
2014
Fungsi Kawasan
Hutan
Banjir
Penggunaan lahan eksisting Jalur air yang saat ini menjadi
1 Dam Tikala 1 Perkebunan/Kebun Kawasan Perkebunan APL
sebagai kawasan perkebunan kawasan perkebunan
2 Dam Tikala 2 Perkebunan/Kebun Kawasan Perkebunan APL

Flood Retarding
3 Tegalan/Ladang Sempadan Sungai APL
Basin
Pertanian Pangan
4 Dam Kuwil Perkebunan/Kebun APL
Lahan Kering

Flood Retarding Basin Dam Kuwil


Penggunaan lahan eksisting Rencana dan Progres
sebagai tegalan/ladang Pembangunan Kuwil Dam
SKENARIO PERHITUNGAN LIMPASAN PADA DAS
TONDANO, DAS SARIO, DAN DAS TIKALA
DENGAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
DAN PENGEMBANGAN MITIGASI STRUKTURAL

Limpasan Prosentase Reduksi


Reduksi Limpasan
DAS Penggunaan Lahan Penerapan KTA Penerapan KTA + Mitigasi 3 Limpasan (%)
(m /s)
Eksisting 2015 (m3/s) (m3/s) Struktural (m3/s)
DAS Sario 98.32 76.33 76.33 22.00 22.37
SubDAS Tikala 229.25 199.13 85.13 144.12 62.87
DAS Tondano 582.98 489.56 207.38 375.60 64.43

1. Limpasan pada DAS Sario dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air serta pengembangan mitigasi struktural berkurang
22,37% dari limpasan pada penggunaan lahan eksisting
2. Limpasan pada Sub DAS Tikala dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air serta pengembangan mitigasi struktural dan
berkurang 62,87% dari limpasan pada penggunaan lahan eksisting
3. Limpasan pada DAS Tondano dengan menerapkan Konservasi Tanah dan Air serta pengembangan mitigasi struktural
berkurang 64,43% dari limpasan pada penggunaan lahan eksisting
PERHITUNGAN SIMULASI TREN NILAI PREDIKSI LIMPASAN
(DAS TONDANO. DAS SARIO DAN SUB DAS TIKALA) 1. Pola Ruang Kota Manado
MELALUI KONSERVASI TANAH DAN AIR menggunakan pola ruang pada
draft revisi RTRW 2018, sedangkan
untuk Kabupaten/Kota lainnya
596.87
582.98 menggunakan pola ruang pada
RTRW 2014
489.56 2. Debit limpasan dengan asumsi
diterapkan Konservasi Tanah dan
Air yang tidak dapat tertampung
Penggunaan Lahan 2015 sesuai kapasitas di DAS Sario
adalah 0,83 m3/dt, DAS Tondano
229.25 230.11 Pola Ruang adalah 306.82 m3/dt, dan Sub
229.25 DAS Tikala adalah 139,34 m3/dt
Rekomendasi Penerapan KTA 3. Dengan pola ruang yang
98.32 menerapkan Konservasi Tanah dan
83.08
76.33 Air , masih terdapat limpasan yang
tidak tertampung, sehingga
diperlukan upaya tambahan
melalui pengembangan mitigasi
struktural, dan skenario perubahan
Kapasitas Pengaliran Kapasitas Pengaliran Kapasitas Pengaliran
Sungai Sario Sungai Tondano Sungai Tikala tutupan lahan
75,50 m3/det 182,74 m3/det 89,91 m3/det
PERHITUNGAN SIMULASI TREN NILAI PREDIKSI LIMPASAN
(DAS TONDANO. DAS SARIO DAN SUB DAS TIKALA)
MELALUI KONSERVASI TANAH DAN AIR DAN PENGEMBANGAN MITIGASI STRUKTURAL

Debit limpasan dengan asumsi


582.98 596.87 diterapkan rekomendasi pola ruang
melalui KTA yang tidak dapat
tertampung sesuai kapasitas:
- DAS Sario: 0,83 m3/dt
- DAS Tondano: 306.82 m3/dt
Penggunaan Lahan 2015 - Sub DAS Tikala: 109,22 m3/dt

Pola Ruang Debit limpasan dengan asumsi


229.25 230.11 Rekomendasi Penerapan diterapkan Konservasi Tanah dan
207.38
KTA dan Pengembangan Air dan pengembangan mitigasi
Mitigasi Struktural struktural yang tidak dapat
98.32 tertampung sesuai kapasitas:
83.08 76.33
85.13 - DAS Sario: 0,83 m3/dt
- DAS Tondano: 24,64 m3/dt
- Sub DAS Tikala: -
Sub DAS Tikala masih mampu
Kapasitas Pengaliran Kapasitas Pengaliran Kapasitas Pengaliran
Sungai Sario Sungai Tondano Sungai Tikala
menampung 4,78 m3/dt
75,50 m3/det 182,74 m3/det 89,91 m3/det
DELINEASI
KAWASAN YANG
AMAN DARI BANJIR
DAN MASIH
TERDAMPAK
Wilayah yang masih
terdampak banjir BANJIR SETELAH
Setelah diterapkan
KTA
PENERAPAN
KONSERVASI
TANAH DAN AIR
PADA
POLA RUANG
(SKENARIO 1)

Ketinggian
Luas (Ha)
Genangan
<1m 71.85
1-2m 113.06
2-3m 76.95
>3m 63.72
62
DELINEASI
KAWASAN YANG
AMAN DARI BANJIR
DAN MASIH
TERDAMPAK
Wilayah yang masih
terdampak banjir
BANJIR SETELAH
Setelah diterapkan PENERAPAN
KTA dan Mitigasi
struktural KONSERVASI
TANAH DAN AIR
DAN
PENGEMBANGAN
MITIGASI
STRUKTURAL
(SKENARIO 2)
Ketinggian
Luas (Ha)
Genangan
<1m 57.34
1-2m 140.04
2-3m 24.93
>3m 63
10.22
KLASIFIKASI PENETAPAN FLOOD PLAIN

Ketentuan penetapan sempadan sungai


didasarkan pada Kajian Sempadan Sungai
yang telah dilakukan Balai Wilayah Sungai
Sempadan Sungai Sulawesi I, dan penetapannya dilakukan oleh
Menteri PUPR, mengingat bahwa Wilayah
Sungai Tondano merupakan Wilayah Sungai
Strategis Nasional

FLOOD PLAIN

Ketentuan penetapan flood fringe adalah


berada pada ketinggian genangan 1-3
Flood Fringe meter dan < 1 meter dan berada setelah
sempadan sungai

64
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG FLOOD PLAIN

Arahan pemanfaatan ruang di sempadan sungai, antara lain:


1. Tidak diperbolehkan adanya kegiatan budidaya terbangun maupun non terbangun
2. Upaya mitigasi struktural adalah sistem polder, tanggul, parapet, naturalisasi
sungai, dan eko drainase
3. Upaya mitigasi non struktural adalah RTH dan/atau RTP
Sempadan Sungai 4. Pada sempadan sungai yang secara eksisting terdapat kawasan terbangun, maka
perlu tindakan relokasi
5. Pada sempadan sungai yang secara eksisting terdapat kawasan permukiman,
maka perlu tindakan relokasi ke rumah susun (sesuai rencana BAPELITBANG Kota
Manado)

FLOOD PLAIN Arahan pemanfaatan ruang di flood fringe dengan ketinggian banjir 1-3 meter, antara
lain:
1. Diperbolehkan adanya kegiatan budidaya terbangun dengan syarat, desain
panggung dan/atau peninggian bangunan
2. Upaya mitigasi struktural adalah sistem polder dan naturalisasi sungai
3. Upaya mitigasi non struktural adalah RTP dan/atau taman multi fungsi disertai
tajuk vegetasi yang rapat di lingkungan kawasan budidaya terbangun

Flood Fringe Arahan pemanfaatan ruang di flood fringe dengan ketinggian banjir < 1 meter,
antara lain:
1. Diperbolehkan adanya kegiatan budidaya terbangun sesuai dengan kondisi
eksisting disertai tajuk vegetasi yang rapat
2. Upaya mitigasi struktural adalah sistem polder dan naturalisasi sungai
3. Upaya mitigasi non struktural adalah RTP dan/atau taman multi fungsi disertai
tajuk vegetasi yang rapat di lingkungan kawasan budidaya terbangun
65
REKOMENDASI PENETAPAN SEMPADAN SUNGAI DAN FLOOD FRINGE
DI KOTA MANADO
Kecamatan Tuminting
Skala 1:2.500

Segmen Sungai Tondano


Di Kec. Tuminting
Kel. Sindulang Satu
Lebar Sempadan : 35m.
Di dalam sempadan, terdapat
234 Persil Bangunan
1 Pintu Air 67
Skala 1:6.000
Segmen Sungai Tondano
Di Kec. Singkil
Lebar Sempadan : 35 M
Di dalam sempadan, terdapat
1.738 persil bangunan
Jumlah Persil
Kelurahan
Bangunan
Karame 354
Ketang Baru 181
Kombos Timur 128
Singkil Satu 121
Ternate Baru 241
Ternate Tanjung 662
Wawonasa 51
Total 1.738

Terdapat 2 Pintu Air :


Kelurahan Singkil Satu
Kelurahan Ternate Baru

68
Arahan Pemanfaatan Ruang pada Flood Fringe Sungai Tondano dan Tikala

Skala 1:10.000

Sungai Kecamatan Arahan Luas (Ha)


PAAL DUA Diperbolehkan jaringan jalan dan tajuk vegetasi rapat 0.02
Diperbolehkan kawasan perumahan dengan desain rumah panggung dan tajuk vegetasi rapat 0.10
Diperbolehkan pengembangan rumah susun dan tajuk vegetasi rapat 0.34
Diperbolehkan sesuai bangunan eksisting disertai tajuk vegetasi rapat 2.65
PAAL DUA Total 3.11
SINGKIL Diperbolehkan jaringan jalan dan tajuk vegetasi rapat 3.38
Diperbolehkan kawasan industri dengan peninggian bangunan dan tajuk vegetasi rapat 0.80
Diperbolehkan kawasan perumahan dengan desain rumah panggung dan tajuk vegetasi rapat 28.37
Diperbolehkan pengembangan rumah susun dan tajuk vegetasi rapat 0.74
Diperbolehkan sebagai taman multifungsi 1.05
Diperbolehkan sesuai bangunan eksisting disertai tajuk vegetasi rapat 5.47
SINGKIL Total 39.81
Sungai Tondano TUMINTING Diperbolehkan jaringan jalan dan tajuk vegetasi rapat 0.10
Diperbolehkan kawasan perumahan dengan desain rumah panggung dan tajuk vegetasi rapat 1.86
Diperbolehkan sesuai bangunan eksisting disertai tajuk vegetasi rapat 1.66
Sungai Kecamatan Arahan Luas (Ha) TUMINTING Total 3.62
PAAL DUA Diperbolehkan jaringan jalan dan tajuk vegetasi rapat 0.00 WENANG Diperbolehkan hunian vertikal dan tajuk vegetasi rapat 0.05
Diperbolehkan kawasan perumahan dengan desain rumah panggung dan tajuk vegetasi rapat 0.05 Diperbolehkan jaringan jalan dan tajuk vegetasi rapat 3.28
Diperbolehkan sesuai bangunan eksisting disertai tajuk vegetasi rapat 0.98 Diperbolehkan kawasan pendidikan dengan peninggian bangunan dan tajuk vegetasi rapat 0.55
PAAL DUA Total 1.03 Diperbolehkan kawasan perdagangan&jasa dengan peninggian bangunan dan tajuk vegetasi rapat 6.18
Sungai Tikala TIKALA Diperbolehkan jaringan jalan dan tajuk vegetasi rapat 0.05 Diperbolehkan kawasan peribadatan dengan peninggian bangunan dan tajuk vegetasi rapat 0.20
Diperbolehkan kawasan perumahan dengan desain rumah panggung dan tajuk vegetasi rapat 0.21 Diperbolehkan kawasan perumahan dengan desain rumah panggung dan tajuk vegetasi rapat 13.67
Diperbolehkan sebagai taman multifungsi 0.00 Diperbolehkan sebagai taman multifungsi 0.28
Diperbolehkan sesuai bangunan eksisting disertai tajuk vegetasi rapat 8.70 Diperbolehkan sesuai bangunan eksisting disertai tajuk vegetasi rapat 69 17.61
TIKALA Total 8.96 WENANG Total 41.82
Sungai Tikala Total 9.99 Sungai Tondano Total 88.35
Arahan Pemanfaatan Ruang pada Flood Fringe Sungai Sario
Skala 1:10.000

Kecamatan Arahan Luas (Ha)


SARIO Diperbolehkan hunian vertikal dan tajuk vegetasi rapat 2.02
Diperbolehkan jaringan jalan dan tajuk vegetasi rapat 5.23
Diperbolehkan kawasan pendidikan dengan peninggian
1.22
bangunan dan tajuk vegetasi rapat
Diperbolehkan kawasan perdagangan&jasa dengan peninggian
5.29
bangunan dan tajuk vegetasi rapat
Diperbolehkan kawasan perumahan dengan desain rumah
27.39
panggung dan tajuk vegetasi rapat
Diperbolehkan sebagai taman multifungsi 0.02
SARIO Total 41.16
WANEA Diperbolehkan jaringan jalan dan tajuk vegetasi rapat 0.58
Diperbolehkan kawasan perdagangan&jasa dengan peninggian
1.24
bangunan dan tajuk vegetasi rapat
Diperbolehkan kawasan perkantoran dengan peninggian
0.00
bangunan dan tajuk vegetasi rapat
Diperbolehkan kawasan perumahan dengan desain rumah
6.69
panggung dan tajuk vegetasi rapat
Diperbolehkan sebagai taman multifungsi 0.94
WANEA Total 9.47

70
Skala 1: 5.000

Skala 1:25.000

JumlaAh Persil Bangunan


Flood Flood
Kecamatan Kelurahan Total
Fringe 1 Fringe 2
SINDULANG
TUMINTING 216 154 370
SATU
Total 216 154 370

71
Skala 1:5.000

Skala 1:25.000

Jumlah Persil Bangunan


Flood Flood
Kecamatan Kelurahan Total
Fringe 1 Fringe 2
WENANG CALACA 295 170 465
ISTIQLAL 279 279
KOMO LUAR 178 211 389
LAWANGIRUNG 1 1
PINAESAAN 241 360 601
TIKALA
63 63
KUMARAKA
WENANG
34 46 80
UTARA
72
Total 1,027 851 1,878
Kel. Dendengan Rencana Pembangunan Rumah Susun
Luar
1. Rencana pembangunan rumah susun tidak diperbolehkan pada kawasan sempadan sungai,
sehingga titik/plot rencana pembangunan rumah susun yang telah direkomendasikan oleh
BAPELITBANG perlu dipertimbangkan kembali untuk diarahkan pembangunannya pada
kawasan flood fringe
2. BAPELITBANG telah merekomendasikan 13 titik rumah susun, dengan 2 titik telah terdapat
delineasi dan luasannya, yaitu pada Kelurahan Ternate Tanjung dan Kelurahan Dendengan
Luar.
3. Rekomendasi dari Tim PKTR KRB Banjir Kota Manado untuk 11 titik yang belum terdelineasi
adalah diarahkan ke flood fringe maupun diluar flood fringe dan juga sempadan sungai
4. Rekomendasi dari Tim PKTR KRB Banjir Kota Manado untuk pengembangan rumah susun di
Kelurahan Ternate Tanjung dan Kelurahan Dendengan Luar, antara lain:
a. Kelurahan Ternate Tanjung
Rencana Awal BAPELITBANG Terdapat pembebasan lahan di Kelurahan Ternate Tanjung yang peruntukan ruangnya
dialokasikan sebagai rumah susun dan peruntukan ruang lainnya. Dari pembebasan
Kel. Dendengan lahan seluas 9,2 Ha tersebut, terdiri atas:
Luar
 Berada di sempadan sungai adalah 6,9 Ha
 Berada di flood fringe 1,13 Ha
 Berada di luar sempadan sungai maupun di luar flood fringe adalah 1 Ha
Sehingga rumah susun yang diperbolehkan pada flood fringe dengan luas 1,13 Ha dan
di luar flood fringe maupun sempadan sungai dengan luas 1 Ha
b. Kelurahan Dendengan Luar
- Luas total rencana pembangunan rumah susun adalah 2,23 Ha, yang terdiri atas:
 Berada di sempadan sungai adalah 1,56 Ha
 Berada di flood fringe 0 Ha
 Berada di luar sempadan sungai maupun di luar flood fringe adalah 0,67 Ha
Adanya rencana rumah susun yang ternyata berada di sempadan sungai, maka
diperlukan rekomendasi arahan peruntukan ruang untuk rencana rumah susun
tersebut, yaitu dialokasikan pada luar sempadan sungai maupun luar flood fringe
sebesar 1,3 Ha.
73
Rekomendasi Tim PKTR KRB Banjir Kota Manado
TERIMA KASIH

DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG


KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN

Anda mungkin juga menyukai