Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOSPADIA

A. PENGERTIAN
Hipuspadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak disebelah ventral penis
dan proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada grandular hingga perineal (Basuki
B Purnomo)
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksterna terletak di permukaan
ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis)
Hipospadia merupakan defek kongenital pada penis dengan meatus uretra yang terletak pada sisi
ventral dan lebih proksimal dari posisi normalnya di ujung glans penis. Hal tersebut terjadi karena
adanya gangguan pada perkembangan uretra di usia gestasi 9 hingga 20 minggu
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana muara saluran kencing tidak diujung penis, melainkan
di bawah/dibatang/pangkal penis bahkan dibelakang kantong buah zakar. Oleh karena lubang kencing
tidak berada di ujung maka saat buang air kecil maka air kencing akan membasahi celana.

B. ETIOLOGI
Penyebab kelainan ini kemungkinan bermula dari proses kehamilan juga karena maskulinisasi
inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari sel interstitial testis. Didalam kehamilan
terjadi penyatuan di garis tengah lipatan uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra terbuka pada sisi
ventral penis. Perkembangan uretra in utero normalnya dimulai sekitar usia 8 minggu dan selesai
dalam 15 minggu.
Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, brown membagi hipospadia
dalam 3 bagian :
1. Hipospadia Anterior : Tipe granular, subkoronal, dan penis distal.
2. Hipospadia Medius : Midshaft, dan penis proksimal.
3. Hipospadia Posterior : Penoskrotal, scrotal, dan perineal.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis
yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang
hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
8. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
D. WOC

E. OC
Proses Pembentukan uretra Penyatuan glandula
perkembangan terganggu uretra di garis tengah
janin usia 8 – 15 lipatan uretra tidak
minggu lengkap

Pembentukan saluran Meatus uretra (lubang


hipospadia
kencing tidak sempurna kencing) terbuka pada
sisi ventral penis

Tidak dilakukan - Stenosis Pembedahan (operasi)


operasi meatus ( aliran
urin sulit diatur)
- Kriptokirdisme
(testis turun ke
Pada jenis
dalam skrotum Eksisi chordee,
penoskrotal /
uretroplasty
perinial
Defisiensi
Cemasi
pengetahuan
infertilitas Pra pembedahan

Ansietas

Hubungan seksual
Pemasangan kateter Gangguan rasa
terganggu
inhwelling nyaman

Disfungsi seksual
Post de entry kuman

Risiko infeksi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir atau bayi. Karena kelainan
lain dapat menyertai hipospadia, dianjurkan pemeriksaan yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan
kromosom.
1. Rontgen
2. USG sistem kemih kelamin
3. BNO – IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital ginjal
4. Kultur urine (Anak Hipospadia)

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan prosedur pembedahan pada
hipospadia adalah :
1. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee
2. Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara paa ujung penis (Uretroplasti)
3. Untuk mengembalikan aspek normal dari genetalia eksterna (kosmetik)
Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malformasinya. Pada hipospadia glanular uretra
distal ada yang tidak terbentuk, biasanya tanpa recurvatum, bentuk seperti ini dapat
direkonstruksi dengan flap lokal (misalnya, prosedur santanelli, flip flap, MAGPI [meatal
advance and glanuloplasty], termasuk preputium plasty.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pemeriksaaan Fisik
a. Pemeriksaan genetalia
b. Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal.
c. Kaji fungsi perkemihan
d. Adanya lekukan pada ujung penis
e. Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
f. Terbukanya uretra pada ventral
g. Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria,
h. drinage.
2. Mental
a. Sikap pasien sewaktu diperiksa
b. Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
c. Tingkat kecemasan
d. Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan urin yang tidak bisa memancar

3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi penyebab penyakit

4. Nyeri berhubungan dengan pembedahan

5. Risiko Infeksi berhubungan dengan pra pembedahan

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam kecemasan klien teratasi.

Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Mengidentifikasi,mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
1. Gunakan pendekatan yang 1. Untuk menenangkan pasien
menenangkan 2. Menjelaskan untuk mengontrol cemas
2. Nyatakan dengan jelas harapan 3. Prosedur operasi
terhadap pelaku pasien 4. Mendorong keluarga
3. Jelaskan semua prosedur dan apa 5. Menenangkan keluarga
yang dirasakan selama prosedur 6. Tarik nafas dalam-dalam
4. Temani pasien untuk memberikan 7. Motivasi
keamanan dan mengurangi rasa 8. Mengontrol cemas
takut 9. Memberi rasa aman
5. Libatkan keluarga untuk 10. Mengetahui tingkat cemas
mendampingi klien
6. Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
7. Dengarkan dengan penuh perhatian
8. Identifikasi tingkat kecemasan
9. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
10. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan.
Ketakutan

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan urin yang tidak bisa memancar

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam gangguan citra tubuh klien teratasi

Kriteria Hasil :
1. Mendiskripsikan scra faktual perubahan fungsi tubuh
2. Mempertahankan interaksi sosial

Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji secara verbal dan non 1. Untuk menenangkan pasien
verbal respon klien terhadap 2. Menjelaskan untuk mengontrol
tubuhnya cemas
2. Monitor frekuensi mengkritik 3. Prosedur operasi
dirinya 4. Mendorong keluarga
3. Jelaskan tentang pengobatan, 5. Menenangkan keluarga
perawatan, kemajuan 6. Tarik nafas dalam-dalam
penyakitnya
4. Dorong klien mengungkapkan
perasaannya
5. Identifikasi arti pengurangan
melalui pemakaian alat bantu
6. Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam kelompok
kecil
3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi penyebab penyakit

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam klien mengetahui penyebab penyakit

Kriteria Hasil :
1. Menjelaskan kembali tentang penyakit,
2. Mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas

Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji pengetahuan klien tentang 1. Mengukur pengetahuan
penyakitnya 2. Menjelaskan patofisiologi
3. Menjelaskan pengobatan
2. Jelaskan tentang proses penyakit 4. Kebisaan pola hidup
(tanda dan gejala), identifikasi 5. Pengobatan yang sesuai
6. Untuk informasi pengetahuan
kemungkinan penyebab. Jelaskan
7. Pengobatan rutin
kondisi tentangklien 8. Evaluasi
3. Jelaskan tentang program
pengobatan dan alternatif
pengobantan
4. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin digunakan
untuk mencegah komplikasi
5. Diskusikan tentang terapi dan
pilihannya
6. Eksplorasi kemungkinan sumber
yang bisa digunakan/ mendukung
7. instruksikan kapan harus ke
pelayanan
8. Tanyakan kembali pengetahuan
klien tentang penyakit, prosedur
perawatan dan pengobatan
K. REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai