NIFAS FISIOLOGIS
1. Devinisi
Nifas (puerperium) adalah masa mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira
6 minggu. Akan tetapi, seluiruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan (Prawiroharjo, 2002).
Nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6 minggu (Manjoer, 2000. Hal.316)
Hanifa (2006) mengatakan bahwa masa puerperium atau masa nifas mulai setelah putus
selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu
Nifas adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pre hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1999).
Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan normal (Manuaba, 1999).
Masa nifas atau puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu
(Wiknjosastro, 2006).
2. Fisiologi Nifas
Pada masa nifas dapat dijumpai tiga kejadian penting, yaitu : Involusi uterus, lochea dan
laktasi.
a. Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara
pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk anyaman
sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindari dari
perdarahan post partum. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses
proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti
semula dengan berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang akan
dikeluarkan melalui urine. Dengan penimbunan air saat hamil akan terjadi pengeluaran urine
setelah persalinan, sehingga hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan.
PROSES INVOLUSI UTERI
1 2 3
(Manuaba, 1999).
Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi
plasenta (Manuaba, 1998).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna sebagai berikur :
1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, vernik kaseosa,
rambut Lanugo, sisa mekonium, sisa darah.
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak dari kehamilan yaitu
proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah keluaran
cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrums berwarna kuning putih susu,
hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena berdilatasi sehingga
tampak jelas. Setelah persalinan pengaruh sekresi estrogen dan progesterone hilang, maka
timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu.
Pengaruh oksitosin menyebabkan mioefitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu
keluar. Pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir disebut kolostrum warna
kekuningan dan agak kental. Kolostrum kaya akan protein immunoglobulin yang
mengandung antibodi sehingga menambah kekebalan anak terhadap penyakit dan laktoferin,
ASI masa transisi dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI matur
dihasilkan mulai hari kesepuluh.
a) Periode Taking In
Pada masa ini ibu pasif dan tergantung, energi difokuskan pada perubahan tubuh, ibu
sering mengulang kembali pengalaman persalinan. Nutrisi tambahan mungkin diperlukan
karena selera makan ibu meningkat. Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.
Pada masa ini ibu menaruh perhatiannya pada kemampuannya untuk menjadi orang
tua yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya, ibu berusaha
untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir. Periode ini berlangsung 2-4 hari setelah
melahirkan.
c) Periode Letting Go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah, ibu menerima tanggung jawab
untuk merawat bayi baru lahir, ibu harus beradaptasi terhadap otonomi, kemandirian dan
interaksi sosial.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Infeksi nifas
b. Perdarahan post partum
c. Eklampsia post partum
d. Abses paru
e. Baby blues
Penatalaksanaan Medis
1) Mobilisasi
Ibu harus cukup beristirahat, dua jam post partum ibu harus tidur terlentang untuk
mencegah terjadinya perdarahan post partum. Sesudah dua jam ibu boleh miring kiri miring
kanan, untuk mencegah adanya trombosis. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan
senam nifas dan ibu diperbolehkan pulang.
2) Pemberian Cairan
3) Pemeriksaan Fisik
a. Observasi kontraksi uterus, fundus uteri dan perdarahan.
b. Sarankan agar ibu tidak menggunakan pembebat perut segera pada masa nifas, karena
mempersulit bagi petugas kesehatan untuk menilai tonus dan posisi uterus.
4) Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
c. Anjurkan ibu untuk mengganti pembalut 2x sehari.
d. Anjurkan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan alat kelamin.
e. Anjurkan ibu jika mempunyai luka episiotomi/laserasi untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
5) Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Anjurkan ibu untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi :
- Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi.
- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
- Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
6) Latihan
a. Tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas,
tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke atas.
b. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul.
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan panggul.
7) Gizi
a. Mengkonsumsi tambahan : 5000 kalori setiap Hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup.
c. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40 hari pasca
bersalin.
d. Minum kapsul Vit.A (200-600 unit) agar bisa mendapatkan Vit. A kepada bayinya
melalui ASInya.
8) Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri. Bila kandung kemih penuh dan
tidak bisa miksi sendiri dilakukan kateterisasi.
9) Defekasi harus ada dalam 3-4 hari post partum, bila masih sulit buang air
besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans
per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
10) Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih terutama puting susu.
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
11) Senggama
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti.
b. Menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu (40 hari, atau 6 minggu
setelah persalinan).
c. Ibu siap secara psikologis untuk melakukan hubungan suami istri.
12) KB
Diberi penjelasan alat kontrasepsi untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya
menggunakan KB untuk menjarangkan anak.
Jenis-jenis kontrasepsi :
a) Metode sederhana
b) Metode efektif
(1) Suntikan KB
o Pemberiannya sederhana tiap 4–12 minggu, kemungkinan salah atau lupa
memakainya tidak ada
o Suntikan KB 1 bulan : menstruasi lancar
o Suntikan KB 3 bulan : pengeluaran ASI lancar. Tingkat efektivitasnya tinggi.
o Kerugian: Suntikan KB 1 bulan : pengeluaran ASI tidak lancar, suntikan KB 3
bulan terjadi amenorhoe berkepanjangan, mual, sakit kepala.
(2) Pil KB
(4) Susuk KB, dipasang pada lengan kanan atau kiri bagian atas wanita.
(1) Tubektomi
Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu
dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang
terjadi.
Pengkajian
1) Pengumpulan Data
(2) Keluhan utama pada pasien dengan kasus nifas, keluhan utama yang bisa
muncul nyeri pada kelaminnya karena luka bekas episiotomi.
(3) Riwayat menstruasi, hal yang dikaji adalah umur menarche, siklus haid,
lama haid, keadaan darah seperti warna, bau, konsistensi disertai disminorhea
atau tidak, hari pertama haid terakhir.
(4) Riwayat perkawinan, hal yang dikaji adalah perkawinan yang keberapa,
usia menikah dan lamanya nikah.
(5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, hal yang perlu dikaji adalah
jumlah kehamilan, jumlah kelahiran, umur kehamilan terakhir, tempat
bersalin, jalannya persalinan, berat badan bayi saat lahir, umur anak, jenis
kelamin, apakah anak hidup atau mati dan bagaimana keadaan ibu.
(7) Riwayat penyakit yang pernah diderita, kaji penyakit yang pernah diderita
oleh pasien yang dapat mempengaruhi kehamilan, persalinan, dan nifas.
(8) Riwayat penyakit keluarga, yang dikaji adalah apakah ada anggota
keluarga menderita penyakit seperti TBC, jantung, hipertensi, AIDS, diabetes
mellitus, asma, penyakit hubungan seksual (seperti : sipilis, gonorhoe).
(9) Data biologis, bernafas, asupan dan haluaran tidak seimbang, perih saat
BAK, pasien tampak ragu-ragu untuk BAK, gangguan gerak dan aktivitas,
istirahat tidur, kebersihan diri, dan pengaturan suhu tubuh.
(10) Data psikologis, wajah pasien menahan nyeri, pasien tampak meringis,
posisi pasien melindungi bagian yang sakit, fokus pada dirinya sendiri, daya
isap bayi kurang, ketidakpuasan dengan bayinya, frustasi tentang peran, baby
blues, gemetar, gelisah, ketakutan, tidak berdaya, gugup, tidak mampu
berkonsentrasi, bayi rewel, vagina terasa nyeri bila digerakkan.
(11) Pengetahuan, tidak tahu tentang perawatan bayi baru lahir, tidak tahu
tentang persiapan tubektomi, kurangnya informasi, pasien tampak bingung,
pasien tampak bertanya-tanya.
(a) Keadaan umum : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu ↑ atau ↓ berat
badan, tinggi badan, turgor kulit.
(e) Pemeriksaan payudara : puting susu lecet, suplai susu tidak adekuat,
mamae bengkak, kolotrum tidak keluar, hiperpigmentasi areola mamae, abses
payudara.
(g) Pemeriksaan genetalia dan anus : terdapat tanda-tanda infeksi atau tidak,
luka jaritan episiotomi masih basah, di sekitar luka masih lembab.
Yang dicantumkan pada data bayi adalah tanggal dan waktu bayi lahir,
APGAR score, berat badan bayi, panjang badan, kelainan-kelainan yang
terdapat pada bayi, termasuk terapi yang didapat bayi.
Untuk pasien yang berada pada ruang operasi yang perlu diobservasi yaitu :
mulai dan selesainya operasi, posisi pasien, jenis dan teknik anastesi, obat medikasi,
jumlah perdarahan, dan keadaan pasien di ruang pemulihan seperti : keadaan umum,
kesadaran, dan tanda-tanda vital pasien.
Keluhan utama : Pasien sering mengeluh nyeri pada bekas jaritan operasi.
Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual :
Aktivitas/istirahat
Sirkulasi
Tekanan darah dan nadi meningkat atau menurun, wajah pucat, capiler refill <3 detik.
Makanan/cairan
Pasien harus puasa ± 6-8 jam atau selama efek anastesi masih dirasakan, dan
dilanjutkan dengan minum sedikit-sedikit (MSS), setelah itu makanan lunak, dan
kemudian boleh makan seperti biasa.
Nyeri/kenyamanan
Pasien tampak meringis, tampak menahan nyeri, terdapat luka operasi, nyeri
pada luka operasi, luka jaritan masih basah, luka jaritan tertutup haar, eritema, luka
tidak sembuh
Pengetahuan
Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pengumpulan data dilakukan analisa data kemudian dirumuskan masalah.
Masalah tersebut dianalisa kembali dalam analisa masalah dan akhirnya menghasilkan
diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien Nifas (Carpenito, 2000 :
Doengoes, 2000) :
Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaritan luka episiotomi, involusi uterus.
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan /
pergantian tidak adekuat, peningkatan haluaran urine dan kehilangan tidak kasat mata
meningkat misalnya perdarahan.
Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan kulit.
PK : Sepsis berhubungan dengan infeksi.
Menyusui tak efektif berhubungan dengan riwayat menyusui yang gagal.
Perubahan pola eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis.
Perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan,
ketidakefektifan dan tidak tersedia modal peran.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan
post partum.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, tranmisi /
kontak interpersonal, kurang pengetahuan tentang rutinitas pra operasi.
Perencanaan
a) Nifas
Rencana perawatan yang akan dilakukan sesuai dengan permasalahan yang ada.
Nifas
Intervensi :
Rasional : lochea secara normal mempunyai bau amis, namun apabila lochea
purulenta dan berbau busuk menandakan adanya infeksi.
(c) Observasi tanda-tanda infeksi seperti kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor),
pembengkakan (tumor), perubahan fungsi (fungsiolaesa).
Rasional : dengan observasi tanda infeksi dapat diketahui secara dini adanya tanda
infeksi sehingga bisa dicegah secara dini.
(d) Anjurkan pasien untuk melakukan vulva hygiene 2 kali sehari dan mengganti pembalut 3
kali sehari, apabila dirasa penuh serta cebok yang benar setiap habis BAK.
(2) Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan kulit.
Intervensi :
Rasional : lochea secara normal mempunyai bau amis, namun apabila lochea
purulenta dan berbau busuk menandakan adanya infeksi.
(d) Observasi tanda-tanda infeksi seperti kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor),
pembengkakan (tumor), perubahan fungsi (fungsiolaesa).
Rasional : dengan observasi tanda infeksi dapat diketahui secara dini adanya tanda
infeksi sehingga bisa dicegah secara dini.
(f) Anjurkan pasien untuk melakukan vulva hygiene 2 kali sehari dan mengganti pembalut 3
kali sehari, apabila dirasa penuh serta cebok yang benar setiap habis BAK.
Intervensi :
Rasional : rasa haus mungkin cara homeostatis dari pergantian cairan melalui
peningkatan rasa haus.
(e) Observasi lokasi dan kontraksi uterus, jumlah lochea setelah 2 jam pada 8 jam pertama
kemudian 8 jam untuk waktu selanjutnya.
Rasional : uterus yang rileks atau menonjol dengan peningkatan aliran lochea dapat
diakibatkan dari kelelahan miometrium atau tertahannya jaringan plasenta.
Rasional : suhu merupakan salah satu indikator kekurangan cairan dalam tubuh.
Pelaksanaan
Evaluasi
a) Nifas
(7) Pasien dapat beradaptasi dengan peran barunya sebagai orang tua
DAFTAR PUSTAKA
Arief mansjoer. (2001). Kapita selekta kedokteran. (Edisi 2). Jakarta: Media
Aesculapus.
Carpenito, L. J. (2001). Diagnosa keperawatan. (Edisi 6). Jakarta: EGC