Anda di halaman 1dari 21

GAMBARAN UMUM SYSTEM SARAF

SPP
Telah diketahui jika SSP terdiri atas medulla spinalis dan otak/brain. SSP diselimuti beberapa lapisan
yang berfungsi sebagai pelindung.
A. Penutup Otak
Cranium merupakan tulang rangka penutup kepala. Dimana cranium dibagi menjadi 2 yaitu
neurocranium dan viscerocranium.

 Neurocranium: Neurocranium merupakan beberapa tulang rangka yang menutup otak.


Neurocranium dibentuk dari 8 tulang, yang terdiri atas 4 tulang singular (frontal, ethmoidal,
sphenoidal, dan occipital) dan 2 pasang tulang bilateral (temporal dan parietal). Neurocranium
terdiri dari bagian atap/roof yang disebut dengan calvarial (skullcap), terdiri dari frontal bone,
parietal bone, occipital bone. Sedangkan bagian dasar atau cranial base (basis cranium) terdiri
dari sphenoidal dan temporal bone dan irregular bone. Sebagian besar dalam tulang – tulang
yang terdapat pada calvaria disatukan oleh jaringan fibrous yang disebut sutures.
 Viscerocranium: Terdiri dari facial bones, yaitu tulang yang berada disekitar mulut, hidung,
dan sekitar mata.
Meninges cranialis yang membungkus otak, diantaranya:

 Dura mater cranialis: lapisan luar yang tebal dan kuat. Terdiri dari 2 lapisan, yaitu lapisan
endosteal (periosteal), lapisan disebelah luar yang membungkus permukaan dalam calvaria dan
lapisan meningeal lapisan disebelah dalam. Di antara dua lapisan ini akan membentuk sinus
dura matris, yang berfungsi sebagai penghubung aliran darah dari otak menuju sinus dura matris
lalu memasuki vena jungularis interna.
 Arachnoidea mater cranialis: merupakan lapisan tengah antara lapisan meningeal dengan
lapisan pia mater cranialis.
 Pia mater cranialis: lapisan terdalam yang halus dan banyak mengandung pembuluh darah.
Antara lapisan arachnoidea dengan pia mater terdapat CSF yang disebut dengan subarachnoid
space.
Sekat dural/dural infolding adalah suatu pembatas yang membatasi bagian – bagian otak, sekat dural,
antara lain;

 Falx Cerebri: Merupakan suatu pembatas yang berbentuk sabit, yang terletak dalam fissura
longitudinal antara kedua hemispherium cerebri.
 Tentorium Cerebelli: Lipatan yang lebar berbentuk bulan sabit, yang memisahkan lobus
occipitalis kedua hemispherium cerebri dari cerebellum. Falx cerebri melekat pada tentorium
cerebelli. Tentorium cerebelli di arah posterior melekat pada os occipitale, sedangkan di arah
anteromedial berbentuk cekung dan membentuk celah dengan mesencephalon yang disebut
incisura tentorii.
 Falx Cerebelli: Lipatan yang memisahkan kedua hemispherium cerebelli satu dengan yang
lainnya.
 Diaphragma Sellae: Merupakan lembar dura terkecil dan sirkular, yang membentuk atap fossa
hypophysealis. Diaphragma Sellae menutupi kelenjar hypophysis dan membentuk lubang
untuk jalan dari infundibulum dan vena – vena hipofiseal.
Sinus Durae Matris adalah ruang – ruang antara lapis endostial dan lapis meningeal duramater yang
dilapisi endotel. Darah pada pembuluh darah vena akan bermuara ke dalam sinus durae matris dan
akhirnya memasuki vena jugularis interna. Adapun sinus tersebut antara lain:

 Sinus sagitalis superior: terletak pada tepi cembung falx cerebri berawal dari crista galli dan
berakhir pada confluens sinuum. Ke dalam sinus sagitalis superior bermuara superior cerebral
vein.
 Sinus sagitalis inferior: melintas pada tepi inferior falx cerebri yang cembung dan berakhir pada
sinus rectus (straight sinus)
 Sinus rectus: terbentuk dari persatuan sinus sagitalis inferior dan great cerebral vein. Berjalan
mengikuti garis lekat falx cerebri dan bersatu dengan sinus transverse biasanya sinus
transversus sinistra.
 Sinus transversus: melintas ke lateral dari confluens sinuum. Kedua sinus transversus
meninggalkan tentorium cerebelli menjadi sinus sigmoideus.
 Sinus sigmoideus: mengikuti lintasan yang menyerupai huruf S yang membentuk alur pada os
temporale dan os occipitale. Masing – masing sinus memasuki foramen jugulare menjadi vena
jugularis interna.
 Sinus occipitalis: terletak di tepi falx cerebelli dan berjalan ke bagian superior berakhir di
confluens sinum. Sinus ke inferior berhubungan dengan intenal vertebral venous plexus.
 Sinus cavernosus: menampung darah dari vena opthalmica superior, vena ophthalmica inferior,
vena cerebri media superficialis dan sinus sphenoparietalis. Kedua sinus cavernosus saling
berhubungan melalui sinus intercavernosi. Darah sinus cavernosus disalurkan ke posterior dan
inferior ke sinus petrosus superior, sinus petrosus inferior dan plexus pterygoideus.
 Sinus petrosus superior: menyalurkan darah dari ujung posteror sinus cavernosus ke sinus
transversus. Sebelumnya sinus petrosus superior ini akan melengkung membentuk sinus
sigmoideus.
 Sinus petrosus inferior: menyalurkan darah dari sinus cavernosus ke dalam vena jugularis
interna
 Sinus basilaris: menghubungkan kedua sinus petrosus inferior dan kearah inferior berhubungan
dengan internal vertebral venous plexus.

B. Penutup Medulla Spinalis


Medulla spinalis dilindungi oleh tulang vertebrae, ligamen, otot, meninges spinalis dan CSF
(Cerebrospinal Fluid). Terdiri dari 33 vertebrae yang diatur dalam 5 daerah, tetapi hanya 24 yang dapat
digerakkan yaitu 7 vertebrae cervicalis, 12 vertebrae thoracalis, 5 vertebrae lumbalis, sedangkan 5
vertebrae sacralis dan 4 vertebrae coccygea tidak dapat digerakkan. Struktur dari vetebrae sendiri terdiri
atas 7 processus yang menonjol, yaitu satu processus spinosus, dua processus transversus, dan 4
processus articularis yang dibagi menjadi bagian superior dan inferior.
Meninges spinalis terdiri atas membran dura mater, arachnoidea, dan pia mater. Diantara membran
tersebut terdapat CSF. Meninges spinalis dan CSF berfungsi untuk menyokong, melindungi medulla
spinalis dan cauda equina. Diantara duramater dan arachnoidea mater disebut dura-arachnoid interface.
Sedangkan diantara arachnoid mater dengan pia mater terdapat subarachnoid space yang mengandung
CSF.
Sensorik dan motorik
Sistem saraf perifer dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu sensorik (afferent) yang mengirimkan
pesan atau informasi ke CNS melalui afferent neuron, dan motorik (efferent) yang menerima pesan atau
informasi dari CNS menuju target sel melalui efferent neuron.

1. Bagian sensori sistem saraf-reseptor sensori (tipe reseptor dan rangsangan sensori yang dideteksi)
Aktivitas sistem saraf umumnya dapat diawali dengan rangsangan sensorik yang dapat berupa
rangsangan pada reseptor visual, reseptor auditorik, reseptor taktil atau jenis reseptor lainnya,
rangsangan sensorik ini dapat menimbulkan respon pada otak dan rangsangan tersebut dapat disimpan
didalam otak dalam beberapa menit, beberapa minggu bahkan beberapa tahun yang selanjutnya akan
menentukan respon tubuh terhadap rangsangan yang sama. Terdapat beberapa jenis reseptor serta
stimulus yang diterima yaitu:

 Mekanoreseptor peka terhadap energi mekanis. Contohnya adalah reseptor otot rangka yang
peka terhadap peregangan, reseptor di telinga yang mengandung rambut halus yang
melengkung akibat gelombang suara, dan baroreseptor yang memantau tekanan darah.
 Termoreseptor peka terhadap suhu berupa panas dan dingin. Reseptor ini dapat ditemukan
diseluruh permukaan kulit untuk menerima rangsangan suhu.
 Osmoreseptor mendeteksi perubahan konsentrasi zat terlarut dalam cairan ekstrasel (CES) dan
perubahan aktivitas osmotik yang terjadi. Salah satunya terletak di hipotalamus dekat dengan
kelenjar yang menghasilkan ADH
 Kemoreseptor peka terhadap bahan kimia tertentu. Kemoreseptor mencakup reseptor untuk
penghiduan dan pengecapan, serta reseptor yang terletak jauh di dalam tubuh yang mendeteksi
konsentrasi O2 dan CO2 dalam darah atau kandungan kimiawi saluran cerna.
 Nosiseptor atau reseptor nyeri peka terhadap kerusakan jaringan misalnya luka sayatan atau
luka bakar. Stimulasi intens terhadap setiap reseptor juga dirasakan sebagai nyeri.

2. Bagian motorik sistem saraf - efektor


Peran yang paling penting dari sistem saraf adalah sebagai pengatur berbagai aktivitas tubuh, hal ini
dapat terjadi melalui pengaturan kontraksi otot rangka yang tepat, kontraksi otot polos organ dalam
yang sesuai dan sekresi bahan kimia/hormon oleh kelenjar endokrin dan eksokrin. Seluruh aktivitas
tersebut dapat dikatakan sebagai fungsi motorik sistem saraf, sedangkan otot dan kelenjar dikatakan
sebagai efektor karena mereka merupakan struktur anatomis yang melakukan fungsinya sesuai dengan
yang diperintahkan oleh sistem saraf.

3. Transduksi rangsangan sensori sampai impuls saraf


Reseptor dapat berupa (1) a specialized ending of the aferent neuron or (2) a separate receptor cell
closely associated with the peripheral ending of the neuron. Stimulasi suatu reseptor dapat mengubah
permeabilitas membrannya, biasanya dengan cara membuka kanal kation non spesifik. Perubahan
permeabilitas untuk setiap reseptor memiliki caranya tersendiri. Karena elektrokimiawi sodium (Na+)
memiliki daya dorong yang lebih besar daripada kation lainnya pada saat resting potential maka efek
predominan adalah fluks sodium (Na+) masuk ke dalam sel, yang nantinya akan mendepolarisasi
membran reseptor.
Jika cukup besar, suatu potensial reseptor dapat memicu potensial aksi di membran neuron aferen yang
berada di samping reseptor dengan mendorong pembukaan kanal Na+ berpintu listrik di daerah ini.
Pada serat aferen bermielin, zona pemicu ini adalah nodus Ranvier yang terdekat dengan reseptor. Cara
kanal Na+ ini terbuka berbeda-beda bergantung pada apakah reseptor merupakan sel tersendiri atau
ujung aferen khusus.

 Specialized aferent ending, aliran arus lokal antara ujung reseptor yang teraktifkan yang
mengalami potensial reseptor dan membran sel di samping reseptor mendepolarisasi regio yang
berdekatan. Jika suatu regio terdepolarisasi mencapai ambangnya maka kanal Na+ berpintu
listrik terbuka sehingga memicu potensial aksi yang dihantarkan di sepanjang serat aferen ke
SSP.
 Separate receptor cell, potensial reseptor memicu pembukaan kanal voltage-gated Ca2+ di sel
receptor. Masuknya Ca2+ menyebabkan pelepasan neurotransmiter yang berdifusi
menyeberangi celah sinaps dan berikatan dengan reseptor protein spesifik pada membran
neuron aferen sehingga membuka chemically gated receptor-channels dan mengakibatkan
masuknya Na+. Hal ini mengakibatkan terjadinya depolarisasi sehingga mengakibatkan
terbukanya voltage-gated Na+ channel pada daerah sekitar yang akan memicu potensial aksi
yang merampat spontan ke SSP.
4. Ujung saraf aferen (corpuskulum Merkel, Meissner, Pacini, Ruffini, nuclear bag dan chain)
Reseptor taktil (sentuh) pada kulit adalah mekanoreseptor. Gaya mekanik dari rangsangan mendistorsi
protein kanal kation nonspesifik di membran plasma reseptor ini, menyebabkan masuknya Na+ yang
menyebabkan potensial reseptor yang memicu potensial aksi di serat aferen. Masukan sensorik dari
reseptor ini menginformasikan CNS tentang kontak tubuh dengan benda di lingkungan eksternal.
Reseptor taktil mencakup yang berikut:

 Hair Receptor yang menginderai pergerakan rambut dan sentuhan yang sangat lembut, seperti
menggerakan rambut yang ada di lengan sentuhan dengan gumpalan kapas, serta bersifat
beradaptasi dengan cepat.
 Merkel’s disc yang mendeteksi sentuhan ringan menetap dan tekstur, seperti membaca tulisan
Braille, serta lambat untuk beradaptasi.
 Pacinian corpuscle yang memberi respon terhadap getaran dan tekanan yang dalam, serta
bersifat beradaptasi dengan cepat.
 Ruffini endings yang memberikan respon terhadap tekanan dalam yang dipertahankan dan
regangan kulit, seperti selama pemijatan, serta lambat dalam beradaptasi.
 Badan Meissner, yang sensitif terhadap sentuhan ringan, seperti menggelitik dengan bulu, serta
bersifat beradaptasi dengan cepat.

5. Ujung saraf eferen (neuromuscular junction)


Potensial aksi di neuron motorik merambat dengan cepat dari badan sel di dalam CNS ke otot rangka
di sepanjang akson bermielin. Ketika telah mendekati otot, akson mulai bercabang dan sedikit demi
sedikit akan kehilangan selubung mielinnya. Setiap terminal akson akan membentuk sebuah taut khusus
yang disebut neuromuscular junction. Setiap cabang hanya menginervasi satu sel otot, oleh karena itu
setiap sel otot hanya memiliki satu neuromuscular junction.
Satu sel otot disebut sebagai muscle fiber yang berbentuk panjang dan silindris. Pada neuromuscular
junction, akson terminalnya akan bercabang menjadi terminal button yaitu sebuah struktur yang
berbentuk seperti kenop. Seluruh terminal button akan berakhir pada sebuah cekungan dangkal, atau
alur, di serat otot di bawahnya, bagian khusus membran sel otot ini disebut motor end plate.
Pada neuromuscular junction serabut saraf dan sel otot tidak bersentuhan secara langsung. Jarak
antara serabut saraf dan sel otot cukup jauh sehingga tidak memungkinkan suatu transmisi listrik dari
suatu impuls menghubungkan keduanya, oleh karena itu digunakan sebuah chemical messenger untuk
menyampaikan pesan antara terminal button dengan motor end plate yaitu ACh sebagai
neurotransmiter.
Setiap terminal button memiliki ribuan vesikel yang mengandung ACh, pelepasan vesikel ini dapat
terjadi karena rambatan potensial aksi ke terminal akson yang mengakibatkan pembukaan kanal Ca2+
sehingga Ca2+dapat berdifusi ke terminal button yang kemudian menyebabkan pelepasan ACh pada
vesikel melalui eksositosis. ACh yang dilepaskan dari vesikel akan berdifusi dan berikatan dengan
receptor-kanal pada motor end plate sehingga terjadi pembukaan receptor-kanal. Kanal ini adalah kanal
kation nonspesifik yang memungkinkan Na+ maupun K+ melewatinya. Dikarenakan gradien
elektrokimia maka Na+ akan lebih banyak masuk daripada K+ yang keluar sehingga mengakibatkan
motor end plate mengalami depolarisasi hal ini disebut sebagai end plate potential (EPP). Ketika terjadi
EPP maka akan terbentuk aliran arus lokal antara motor end plate yang mengalami depolarisasi dan
membran sel disekitarnya yang dalam keadaan istirahat, sehingga terjadi pembukaan kanal Na+
voltage-gated maka mengakibatkan masuknya Na+ akan menurunkan potential ke ambang, yang
memicu potensial aksi yang kemudian merambat ke seluruh serat otot.
Untuk menjamin segala pergerakan yang di inginkan, maka apabila tidak lagi ada sinyal yang
dikirimkan oleh neuron motorik. Respon listrik sel otot akan di hentikan oleh asetilkolinesterase
(AChE) yang berfungsi untuk menginaktifkan ACh.

6. Muscle spindle (serabut intrafusal & ekstrafusal)


Muscle spindle (gelendong otot) terdiri dari kumpulan serat otot yang disebut sebagai serat intrafusal
yang terletak didalam kapsul jaringan ikat berbentuk gelendong yang sejajar dengan serat ekstrafusal.
Tidak seperti serat ekstrafusal yang mengandung miofibril di sepanjang strukturnya, serat intrafusal
memiliki bagian tengah yang bersifat non-kontraktil, dengan elemen kontraktil yang terbatas di kedua
ujungnya.
Setiap muscle spindle memiliki persarafan eferen dan aferennya sendiri. Neuron eferen yang
mempersarafi serat intrafusal gelendong otot dikenal sebagai neuron motorik gama, sedangkan neuron
motorik yang mempersarafi serat ekstrafusal dikenal sebagai neuron motorik alfa. Dua jenis ujung
sensorik aferen berakhir di serat intrafusal dan berfungsi sebagai reseptor muscle spindle yang keduanya
diaktifkan oleh regangan. Ujung primer (anulospiral) dibungkus di sekitar bagian serat intrafusal, ujung
ini mendeteksi perubahan panjang serat otot sewaktu peregangan serta seberapa cepat peregangan
terjadi. Ujung sekunder (flower-spray) yang berkumpul di segmen – segmen ujung pada banyak serat
intrafusal hanya peka terhadap perubahan panjang. Muscle spindle (gelendong otot) berperan penting
dalam stretch reflex (refleks regang).

7. Serabut saraf yang mentrasmisikan tipe signal berbeda dan klasifikasi fisiologinya (Kelompok Ia, Ib,
II, III, IV)
Pada umumnya dikenal dua macam klasifikasi serat saraf perifer, yaitu Erlanger-Gasser yang
mempergunakan huruf atau abjad dan klasifikasi yang menggunakan angka Romawi. Antara lain
berdasarkan atas diameter dan kecepatan penghantaran, Erlanger-Gesser membagi serat-serat itu
menjadi serat-serat: A alpha, A beta, A gamma, A delta, B, C dan serat-serat simpatik. Serat-serat A
alpha mempunyai diameter dan kecepatan penghantaran yang lebih besar daripada serat-serat lainnya,
serat-serat simpatik dan C mempunyai diameter dan kecepatan penghantaran yang paling kecil.
Klasifikasi ini meliputi serat-serat aferen dan eferen.
Klasifikasi dengan mempergunakan angka Romawi hanyalah meliputi serat-serat aferen saja, disini
serat-serat sensorik dibagi menjadi: serat-serat Ia, Ib, II, III, dan IV, sesuai dengan reseptor yang
dilayaninya.
Untuk menghindari kerancuan dalam nomenklatur ini, maka sebaiknya dipakai pedoman-pedoman
sebagai berikut: Penggolongan serat-serat menurut abjad (Erlanger-Gasser) sebaiknya hanya
dipergunakan untuk serat-serat eferen saja, sebaliknya penggolongan serat-serat dengan
mempergunakan angka Romawi dipakai untuk pembagian serat-serat aferen saja. Oleh karena itu
sekarang dapatlah dirangkumkan sebagai berikut:
a. Serat-serat eferen:

 A alpha : serat-serat somatomotorik (untuk otot serat-lintang)


 A gamma : serat-serat motorik untuk kumparan otot (untuk serat-serat intrafusal), serat-serat
ini juga disebut serat eferen gamma
 B : serat-serat simpatik preganglionik
 C : serat-serat simpatik postganglionik
b. Serat-serat aferen:

 Ia : serat-serat untuk kumparan otot, berakhir sebagai akhiran anulospiral


 Ib : untuk melayani organ tendo Golgi (fusus neurotendineus)
 II : untuk kumparan otot: berakhir sebagai akhiran racemosa, untuk reseptor raba dan
tekanan
 III : serat-serat nyeri dan suhu
 IV : serat-serat nyeri yang melayani reseptor-reseptor lainnya.

NEURON, SYNAPSIS, NEUROGLIA


Neuron
Neuron atau sel saraf merupakan unit fungsional dari SSP (Sistem Saraf Pusat) ataupun SST (Sistem
Saraf Tepi). Neuron berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya
stimulus/rangsangan. Neuron bersifat bipolar yaitu sel yang menerima informasi dari neuron pada salah
satu ujung dan menghantarkan informasi ke neuron berikutnya pada ujung sisi lain.
Neuron terdiri atas 3 bagian:

 Dendrit
Prosessus / tonjolan panjang yang berfungsi untuk menerima stimulus dari lingkungan atau sel
epitel sensorik atau dari sel neuron lain.
 Badan Sel / Perikarion
Bagian neuron yang mengandung inti dan sitoplasma disekelilingnya. Adapun fungsi dari
badan sel tersebut adalah untuk menerima impuls / rangsangan dari dendrit dan meneruskannya
ke neurit/akson.
 Akson / Neurit
Suatu prosessus tunggal yang berfungsi untuk menghantarkan impuls saraf dari badan sel
menuju sel saraf lain.
Berdasarkan jumlah dan prosessus yang terjulur dari badan sel, neuron dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

 Neuron Multipolar
Memiliki sebuah akson dan dua atau lebih dendrit. Terdiri dari 2 kelompok yaitu neuron Golgi
tipe I, yaitu neuron dengan akson panjang dan neuron Golgi Tipe II, yaitu neuron dengan akson
pendek. Neuron Golgi tipe I ditemui pada sel neuron piramidal Betz dan sel neuron
somatomotorik pada cornu ventralis medula spinalis. Neuron Golgi tipe II ditemui di neuron
intrinsik dalam cortex cerebri, cortex cerebelli, retina, dan neuron intercalatus.
 Neuron Bipolar
Memiliki sebuah dendrit dan sebuah akson yang timbul dari kedua ujung badan sel. Neuron ini
terdapat pada retina, kokhlea, nervus optikus, epitel olfaktori.
 Neuron Unipolar
Dari badan sel hanya dikeluarkan satu tonjolan yang nantinya akan bercabang dua: satu cabang
berjalan ke arah perifer yang menghantarkan impuls saraf dari perifer ke badan sel sehingga
secara fungsional disebut dendrit, cabang lain berjalan ke arah sentral untuk menghantarkan
impuls saraf ke susunan saraf pusat sehingga secara fungsional disebut dengan akson. Jenis
saraf ini sering ditemukan pada saraf sensorik dan reseptor alat indera. Dapat ditemukan di sel
ganglion spinale.

Synaps
Dalam menghantarkan impuls satu neuron akan berhubungan dengan neuron lain melalui synaps.
Synapsis merupakan suatu daerah kontak khusus atau celah antara neuron dengan sel tertentu.
Synapsis dapat dibedakan menjadi 3, yaitu
1. Synapsis Interneural: hubungan kontak fungsional antara dua neuron
2. Synapsis Neuromuskular: hubungan kontak fungsional antara satu neuron dengan satu sel otot.
3. Synapsis Neuroglandular: hubungan kontak satu neuron dengan satu sel kelenjar.

Dalam hal ini, akan dibahas mengenai synapsis interneural.


Adapun komponen synapsis, antara lain:

 Neuron pre-sinaps
Terdapat vesikel yang mengandung neurotransmitter
 Celah sinaps
Jarak antara pre-sinaps dengan post-sinaps, yang sekitar 20-40nm.
 Neuron post-sinaps
Terdapat reseptor, yang akan mengenali neurotransmiter.

Diketahui pula jenis sinaps berdasarkan hubungan antara membran pre-sinaps dengan post-sinaps,
antara lain:

 Synapsis Axodendritik
Synapsis antara ujung terminal suatu axon dengan dendrit neuron lainnya.
 Synapsis Axosomatik
Synapsis antara ujung terminal suatu axon dengan perikaryon (badan sel) suatu neuron lainnya.
 Synapsis Axoaxonik
Synapsis antara ujung terminal suatu axon dengan axon suatu neuron lainnya.
Neuroglia
Neuroglia adalah jaringan susunan saraf pusat terdiri atas sel saraf yang terbenam di dalam suatu matriks
jaringan penunjang khusus yang disebut neuroglia. Unsur–unsur sel yang membentuk neuroglia terdiri
atas:
Astrocytus
Merupakan sel–sel yang berbentuk bintang dengan badan sel yang kecil dan tonjolan protoplasma yang
bercabang–cabang. Ciri khas dari astrocytus adalah hubungannnya erat dengan pembuluh darah kapiler
sehingga dapat dikatakan sebagai membran pemisah antara sel saraf dan darah atau dikenal dengan
blood brain barrier. Dikenal terdapat 2 macam astrocytus, yaitu:
a. Astrocytus Protoplasmicus, dijumpai dalam substansia grisea dan sitoplasma yang berbintik–bintik.
b. Astrocytus Fibrosus, dijumpai pada substansia alba dan memiliki sitoplasma yang mengandung
serabut halus.
Oligodendroglia
Memiliki ukuran yang jauh lebih kecil daripada astrocytus dan tonjolan protoplasma tidak serumit dan
sebanyak astrocytus. Dijumpai dalam substansia alba dan memiliki hubungan dengan sel saraf.
Oligodendroglia mempunyai fungsi nutritif dan protektif terhadap serat saraf tersebut.

Microglia
Memiliki inti sel yang oval dan tonjolan protoplasma yang banyak dan rumit. Secara embriologi
microglia berasal dari sel mesoderm sedangkan astrocytus dan oligodendroglia berasal dari sel
ektoderm. Microglia miliki sifat ameboid dan fagositik yang memiliki peranan dalam penghancuran
dan penyingkiran sisa sel di daerah degenerasi atau sisa bekuan darah.

Ependyma
Ependyma is the thin neuroepithelial lining of the ventricular system of the brain and the central canal
of the spinal cord. Ependyma is one of the four types of neuroglia in the central nervous system (CNS).
It is involved in the production of cerebrospinal fluid (CSF), and is shown to serve as a reservoir for
neuroregeneration.

EMBRIOLOGI SISTEM SARAF PUSAT

Pendahuluan
Sistem saraf pusat mulai muncul pada awal minggu ketiga mula-mula sebagai sebuah lempeng hasil
penebalan dari lapisan ectoderm yang berbentuk seperti sandal, disebut dengan neural plate. Bagian
lateral dari neural plate selanjutnya akan melipat untuk membentuk lipatan saraf (neural fold).
Seiring pertumbuhan selanjutnya, lipatan neural fold terus meninggi lipatannya bertemu di titik tengah,
akhirnya lempeng ini akan membentuk semacam tabung, yang disebut neural tube. Pertemuan lipatan
di sisi tengah ini akhirnya akan menyatu, dan penyatuan ini akan dimulai dari regio cervical dan
berlanjut kearah cephalic dan caudal. Saat penyatuan lempeng telah dimulai, ujung-ujung bebas neural
tube akan membentuk neuroporus cranialis dan caudalis.
Penutupan neuropores dimulai dari cranial neuropore yang terjadi pada hari ke-25 perkembangan
embrio (pada stadium 18 sampai 20 somit), dan penutupan caudal neuropore terjadi kira-kira 2 sampai
3 hari setelahnya. Namun pada beberapa kasus, ketika neuropores tidak menutup sempurna maka akan
terjadi kelainan kongenital yang terjadi pada neural tube (NTD, Neural Tube Defect) yaitu anencephaly
jika cranial neuropore gagal menutup, dan spina bifida apabila caudal neuropore gagal menutup. Untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya NTD, maka seorang wanita yang sedang hamil sebaiknya
mendapat asupan asam folat yang cukup.

Perkembangan Awal Otak


Ujung cephalic dari neural tube awalnya akan berkembang menjadi tiga bagian yang melebar, yakni
primary brain vesicles yang terdiri dari :

 Prosencephalon (Forebrain(otak depan)


 Mesencephalon (Midbrain (otak tengah)
 Rhombencephalon (Hindbrain (otak belakang)
Dan hampir secara bersamaan, akan terbentuk dua flexura, yaitu:

 Flexura cervicalis terletak diantara hindbrain dan medulla spinalis


 Flexura cephalica, yang terletak di midbrain
Saat embryo berusia 5 minggu, prosencephalon terdiri dari dua bagian :

 Telencephalon, yang dibemtuk oleh bagian tengah dan 2 kantong lateral (hemispherium cerebri
primitif).
 Diencephalon, yang ditandai oleh pertumbuhan keluar vesicular optic
Rhombencephalon juga terdiri dari dua bagian :

 Metencephalon, yang nantinya akan membentuk pons dan cerebellum.


 Myelencephalon, yang nantinya akan membentuk medulla oblongata
(canalis centralis) bersambungan dengan lumen atau rongga brain vesicle.

 Rongga atau lumen pada rhombencephalon adalah ventriculus quartrus,


 Lumen pada diencephalon adalah ventriculus tertius.
 Lumen pada mesencephalon menghubungkan ventriculus quartrus dan tertius, lumen tersebut
akan mengalami penyempitan dan dikenal sebagai aqueductus Sylvii.
 Lumen pada hemisphere cerebri adalah ventriculus lateralis, dan kedua ventriculus ini
terhubung dengan ventriculus tertius lewat foramina interventriculare Monro.

Medulla Spinalis
Sesaat setelah neural tube menutup, dinding-dindingnya terdiri dari sel-sel neuroepithelial. Sel-sel ini
kemudian akan menghasilkan jenis sel lain, yaitu sel saraf primitif, (neurobalst). Neuroblast akan
membentuk mantle layer yang kemudian akan membentuk gray matter ada medulla spinalis.
Bagian luar dari medulla spinalis, yakni marginal layer, mengandung serat-serat saraf yang menjulur
dari neuroblast yang terdapat pada mantle layer. Karena serat-serat saraf ini mengalami myelinasi, maka
mereka terlihat berwarna putih dan disebut juga sebagai white matter atau substansia alba pada medulla
spinalis .
Akibat penambahan neuroblast yang terus-menerus ke mantle layer, maka tiap sisi dari neural tube
menunjukkan penebalan di sisi ventral dan dorsal. Penebalan pada sisi ventral disebut basal plate, yang
mengandung sel-sel motorik pada area kornu ventral. Sedangkan penebalan di sisi dorsal disebut alar
plate, yang membentuk area sensorik. Sebuah celah membatasi alar plate dan basal plate, celah ini
disebut sulcus limitans, dimana sulcus limitans terdiri dari roof plate dan floor plate, yang tidak
mengandung neuroblast, sulcus ini berfungsi sebagai jalan bagi serat-serat saraf yang akan menyilang
satu sama lain.
Selain area motorik di ventral dan area sensorik di dorsal, sekelompok neuron berkumpul diantara kedua
bagian tersebut untuk membentuk intermediate horn. Bagian ini mengandung neuron-neuron simpatis
dari sistem saraf otonom. Intermediate horn hanya terdapat pada region thoracolumbar (T1-T12 dan
L2/L3) pada medulla spinalis.

Sel Saraf
Perkembangan Neuroblast
Neuroblast, atau sel saraf primitif seperti yang telah dijelaskan, awalnya memiliki suatu penonjolan
yang disebut transient dendrite, namun saat melakukan migrasi ke mantle layer penonjolan ini
menghilang, dan neuroblast sementara tampak bulat atau apolar. Dengan proses diferensiasi lebih
lanjut, terbentuk dua penonjolan sitoplasma pada dua sisi yang berlawanan di neuroblast, membuatnya
disebut sebagai bipolar neuroblast. Salah satu penonjolan pada neuroblast tersebut akan memanjang
dengan cepat dan membentuk primitive axon, dan satu penonjolan lagi pada sisi yang berlawanan akan
mengalami arborization pada sitoplasmanya sehingga akan membentuk tampilan penonjolan sitoplasma
yang menyerupai akar, primitive dendrites, sel yang telah memiliki primitive axon dan dendrites
kemudian disebut multipolar neuron dan dengan diferensiasi lebih lanjut akan menjadi sel saraf dewasa
atau neuron. Akson neuron di basal plate menembus zona marginal membentuk radix ventralis (yang
menghantarkan impuls motoric dari medulla spinalis ke otot). Akson neuron di alar plate menembus
ke dalam lapisan marginal, naik dan turun ke level yang lebih tinggi dan rendah untuk membentuk
neuron asosiasi.

Sel-sel Glia
Sel sel penyokong primitif, yakni gliablast, dibentuk dari diferensiasi sel-sel neuroepitheal setelah
proses produksi neuroblast berhenti. Selanjutnya mereka akan melakukan migrasi ke mantle dan
marginal layer.
Pada mantle layer, sel-sel ini akan berdiferensiasi menjadi astrocytes, yang seringkali ditemukan
diantara pembuluh darah dan neuron, dimana mereka bertugas untuk melayani fungsi metabolik dari
neuron dan berlaku sebagai sel penyokong neuron.
Salah satu tipe sel penyokong lain yang kemungkinan besar berasal dari gliablast adalah sel
oligodendroglia. Sel tersebut biasanya ditemukan di marginal layer karena terkait dengan fungsinya
sebagai pembentuk selubung myelin pada sistem saraf pusat. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya,
selubung myelin inilah yang membuat marginal layer tampak berwarna putih.
Satu lagi sel penyokong pada sistem saraf adalah sel microglial. Sel ini berfungsi sebagai komponen
fagositik pada sistem saraf pusat. Uniknya, microglia berasal dari sel-sel mesenkim yang terdapat pada
pembuluh darah yang bertumbuh di sistem saraf pusat. Maka kesimpulannya, microglia adalah satu-
satunya sel penyokong sistem saraf yang berasal dari mesenkim yang awalnya dibentuk dari mesoderm,
sedangkan sel-sel lain yakni astrochytes dan oligodendroglia berasal dari gliablast yang awal mulanya
terbentuk dari ectoderm. Sel neuroepitheal yang telah berhenti menghasilkan neuroblast dan gliablast
akan berdiferensiasi menjadi sel ependim yang melapisi canalis centralis dan medulla spinalis.

Sel Neural Crest


Pada saat penutupan dari neural plate, sekelompok sel akan muncul pada sepanjang tepi (crest) dari
lipatan neural plate tersebut, sel-sel inilah yang kemudian disebut dengan sel neural crest. Sel neural
crest berasal dari lapisan ectoderm dan muncul di sepanjang lipatan neural plate dan akan bermigrasi
ke arah lateral untuk membentuk dorsal root ganglia untuk membentuk ganglion sensorik (ganglia radix
dorsalis) dan tipe sel lainnya.
Pada perkembangan lebih lanjut, sel-sel neuroblast pada dorsal root ganglia membentuk dua processus
yang mengarah ke sentral dan melakukan penetrasi ke sisi dorsal dari neural tube. Pada medulla spinalis,
processus tersebut akan berakhir di cornu dorsalis, atau berjalan naik melalui marginal layer menuju
ke pusat otak yang lebih tinggi. Processus ini dikenal sebagai radix sensoric dorsalis nervus spinalis.
Radix dorsalis ini akan bersatu dengan radix motor ventral, membentuk truncus nervus spinalis.
Selain membentuk dorsal root ganglia, sel-sel neural crest juga melakukan diferensiasi untuk
membentuk saraf simpatis, sel Schwann, sel pigmen, odontoblast, meninges, dan mesenkim pharyngeal
arch.

Proses Myelinasi (kaitan dengan sel glia dan sel Schwann)


Sel Schwann memproduksi selubung myelin yang menyelubungi saraf tepi, dimana satu sel Schwann
hanya menyelubungi satu akson. Sel ini berasal dari neural crest yang bermigrasi ke perifer dan mulai
menyelubungi akson yang sudah terbentuk. Dimulai pada bulan ke-4, sudah banyak terlihat tampilan
putih akibat deposisi myelin pada akson-akson saraf.
Selubung myelin yang menyelubungi akson pada medulla spinalis rupanya berasal dari sel yang
berbeda, yaitu sel oligodendroglia. Tidak seperti sel Schwann, oligodendroglia bisa melakukan
myelinasi pada lebih dari 50 akson. Karena mielinasi saraf pada medulla spinalis dimulai pada bulan
ke-4, beberapa serabut motorik yang turun dari otak menuju medulla spinalis belum terselubungi oleh
myelin hingga tahun pertama postnatal. Tractus serabut motorik tersebut mengalami mielinasi pada saat
mulai berfungsi.

Perkembangan Otak (Lanjutan)


Di rhombencephalon dan mesencephalon kedua basal dan alar plate terpisah secara jelas, namun di
prosencephalon, alar plate mengalami aksentuasi sedangkan basal plate mengalami regresi.
Rhombencephalon : Hindbrain
Rhombencephalon terdiri dari myelencephalon (bagian brain vesicles yang paling caudal), dan
metencephalon (bagian yang terletak diantara pontine flexure dan rhombencephalic isthmus).
Myelencephalon:
Myelencephalon adalah bagian otak yang akan membentuk medulla oblongata. Hampir mirip dengan
medulla spinalis, bagian otak ini juga memiliki alar plate dan basal plate namun tersusun berbeda dari
apa yang terlihat pada medulla spinalis.
Basal plate pada medulla oblongata juga terdiri dari nucleus-nucleus motorik, dan nucleus-nucleus
tersebut dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : (1) somatomotorik (efferent) yang terletak di medial, (2)
visceromotorik khusus (special) yang terletak di tengah, dan (3) visceromotorik umum (general) yang
terletak paling lateral.
Kemudian pada alar plate terdapat juga tiga jenis nucleus, yakni : (1) somatosensorik (afferent) yang
terletak paling lateral, kemudian (2) viscerosensorik khusus (special afferent) yang terletak di tengah,
dan (3) viscerosensorik umum (general afferent) yang terletak paling medial.
Setiap nucleus pada myelencephalon memiliki tujuan inervasi yang berbeda-beda, serta saraf kranial
yang tergolong didalamnya pun berbeda-beda, dan bisa dilihat pada tabel di slide show ke 10.

Metencephalon
Metencephalon, layaknya myelencephalon juga memiliki alar plate dan basal plate, dimana bagian ini
nantinya akan membentuk (1) Cerebellum, dan (2) Pons. Lempeng basal mengandung 3 kelompok
neuron motorik dan lempeng alar juga mengandung 3 kelompok neuron sensorik seperti
myelencephalon.
Pembentukan cerebellum diawali dengan penekukan alar plate bagian dorsolateral ke arah medial,
membentuk rhombic lips. Di bagian caudal metencephalon, rhombic lips ini terpisah jauh dan dibawah
mesencephalon saling mendekat di garis tengah. Karena flexura pontina yang semakin dalam, rhombic
lips ini menekan ke arah cephalocaudal, membentuk cerebellar plate.
Pada minggu ke-12, cerebellar plate terdiri dari 3 bagian, dimana bagian tengah membentuk vermis,
dan dua penebalan di bagian lateral akan membentuk cerebellar hemispheres, tidak lama setelah itu
sebuah fissure memanjang akan tampak dan memisahkan nodule dari vermis, serta memisahkan
flocculus dari hemispheres. Maka dari itu, lobus flocculonodularis adalah bagian paling primitif dari
cerebellum.
Mesencephalon : Midbrain
Pada mesencephalon, tiap basal plate yang terdapat didalamnya berisi 2 macam nucleus motorik, yaitu
:

 Somatomotorik di bagian medial, yakni CN III dan CN IV (Occulomotor dan trochlear)


 Viscerosensorik umum, yakni nucleus Edinger-Westphal yang mengatur otot pupillary
sphincter.

Pada perkembangan lebih lanjut, alar plate pada mesencephalon akan terlihat membentuk 2 tonjolan
longitudinal yang terpisah pada bagian tengahnya. Kemudian, akan terbentuk celah transversal yang
memisahkan 2 tonjolan tadi menjadi 4 tonjolan. Akhirnya, 2 tonjolan bagian atas kita kenal sebagai
colliculus anterior (superior) yang berfungsi untuk mengatur gerak refleks kepala dan leher saat
menerima impuls refleks pengelihatan dan 2 tonjolan dibawahnya kita kenal sebagai colliculus posterior
(inferior) yang berfungsi untuk mengatur gerak refleks kepala dan leher saat menerima impuls refleks
auditorik.
Prosencephalon : Forebrain
Prosencephalon terdiri dari :

 telencephalon, yang nantinya akan membentuk hemisphere cerebri. Hemisphere cerebri


mulanya mulai berkembang pada minggu ke-5 pertumbuhan sebagai evaginasi dinding lateral
prosencephalon.
 diencephalon, yang nantinya akan membentuk pituitary, thalamus, hypothalamus, dan
epiphysis (kelenjar pineal).

Dinding hemisphere cerebri mengandung selapis sel ependim yang dilapisi oleh jaringan mesenkim
yang vaskular, dimana seluruh komponen tersebut akan membentuk choroid plexus. Choroid plexus
berfungsi untuk menyekresikan cairan serebrospinal (CSS). Fungsi CSS adalah sebagai bantalan untuk
menahan beban yang menimpa tengkorak agar tidak merusak otak.

MEDULLA SPINALIS

Anatomi Umum
Medulla spinalis terletak sepanjang canalis vertebralis pada tulang vertebra. Selain dilindungi oleh
tulang, medulla spinalis juga di lindungi oleh pelindung dari yang terdalam yakni pia mater, cavitas
subarachnoid yang terdapat struktur cerebrospinal fluid (CSF), ligamentum denticulatum, septum
subarachnoidea, dan pembuluh darah, arachnoidea, dura mater, jaringan adipose, dan paling luar adalah
dinding canalis vertebralis.
Pada awal kelahiran ujung terakhir medulla spinalis berada di antara vertebra lumbal 3-4, sedangkan
setelah dewasa terletak di antara lumbal 1-2. Meski pun ujung medulla spinalis hanya sampai lumbal
1-2, radix medulla spinalis tetap melalui foramen intervertebralis yang sesuai. Jadi terdapat daerah
yang hanya terdiri atas radix medulla spinalis saja (lumbal 2 kebawah) dan bagian ini disebut sebagai
cauda equine yang tersusun atas radix lumbal dan sacral. Daerah cauda equine dapat dilakukan
pengambilan sample cairan cerebrospinal karena tidak akan menganggu/memiliki risiko cederanya
medulla spinalis dalam pengambilannya.
Secara umum medulla spinalis dibagi atas 5 bagian diantaranya 8 radix cervical, 12 thoracal, 5 lumbal,
5 sacral, dan 1 cocygeal. Nutrisi dan oksigen dihantarkan oleh beberapa arteri diantaranya a vertebralis,
a intercostalis, a lumbalis dan masing masing akan bercabang membentuk a spinalis, a radicularis
anterior, dan posterior. Aliran balik darah dimuat oeh anterior spinal vein, posterolateral spinal vein,
dan posterior spinal vein.

Anatomi Permukaan
Terdapat beberapa komponen pada medulla spinalis yang dapat dilihat pada penampang melintang
yakni fisura/cekungan dalam, sulcus atau cekungan dangkal, root/radix, cornu/tanduk dari substansia
grisea. Strukturnya sendiri terdiri dari substansia grisea atau daerah berwarna abu yang memuat
nukleus-nukleus medulla spinalis dan subtansia alba atau daerah yang berwarna putih yang memuat
traktus yang melewati medulla spinalis (akan dijelaskan lebih lanjut di materi traktus medulla spinalis).
Berikut komponen pada medulla spinalis:
 Fisura
o Fisura mediana ventralis
 Sulcus
o Sulcus medianus dorsalis
o Sulcus dorso lateralis – tempat masuknya dorsal radix
o Sulcus intermedius dorsalis – hanya dimiliki oleh daerah cervical
o Sulcus ventrolateral – tempat keluarnya radix anterior/ventral
 Cornu
o Cornu ventral
o Cornu dorsal
o Cornu lateral yang hanya dimiiki oleh segmen thoracolumbal tempat pusat dari sistem
saraf simpatis
Terdapat juga keunikan dari medulla spinalis yakni semakin keatas semakin besar ukuran dari diameter
dan bentuknya makin oval dan jika semakin ke bawah perbandingan antara subtansia alba dengan grisea
semakin kecil. Sehingga di setiap segmen medulla spinalis memiliki ciri khas tersendiri utamanya pada
struktur substansia grisea sesuai dengan penjelasan selanjutnya. Interumesensia merupakan ciri khas
dari saraf motorik yang melayani membum/ekstremitas dimana ia adalah perpanjangan dari kornu
ventral kearah lateral (seperti sepatu) yang erat kaitannya dengan traktus corticospinal yang
mengandung serat-serat motorik untuk membrum superior (thoracolumbal) dan inferior (lumbosacral).

Anatomi Unsur Intrinsik Substansia Grisea


Pembagian klasik

 Cornu dorsal
o Substansia gelatinosa – impul nyeri dan suhu
o Nucleus Proprius – propiorseptif dan raba
o Substansia visceralis secundaria - afferent visceral (Th1-L3)
 Cornu intermedium
 Cornu ventral
o Kelompok medial – nucleus ventromedials dan dorsolateralis
o Kelompok lateralis – kelompok khusus melayani motorik otot membrum
(thoracolumbal”C5-Th1” dan lumbosacral”L2-S3”) dan dibagi lagi menjadi nucleus
ventrolateral, nucleus dorsolateral, dan rertro dorsolateral
o Kelompok sentral – nucleus Phrenicus dan accecorius
Pembagian rexed terdiri dari 10 lamina yang dikelompokkan berdasarkan kelompok substansia grisea.
Gerak Refleks
Gerak refleks dibagi menjadi dua jenis yakni gerak refleks monosinaps dan polisinaps dimana
perbedaannya terdapat pada banyaknya keterlibatan sinaps dalam melakukan refleks tersebut sebagai
contoh adalah refleks patella dimana refleks ini hanya bekerja pada 1 sisi saja dan hanya melibatkan
segmen medulla spinalis terkait. Sedangkan untuk polisinaps adalah sebagai contoh jika seorang
menginjak benda tajam maka sontak ia akan mengangkat kakinya namun karena refleks ini berjalan
secara kompleks sehingga ia tidak terjatuh seusai mengangkat kakinya. Dengan kata lain pada konteks
menginjak benda tajam terjadi alur refleks yang mengatur keseimbangan dengan menyesuaikan
tegangan dikaki sebelahnya.

Sistem Saraf Otonom


Sistem saraf otonom merupakan saraf tak sadar yang terdiri dari saraf eferen, saraf aferen, dan ganglion.
Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian yakni sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis. Pada umumnya saraf simpatis bersifat meningkatkan segala hal seperti frekuensi nafas,
tekanan darah, dan lain-lain kecuali pada saluran cerna sehingga sistem simpatis bekerja pada keadaan
memacu kerja/metabolisme tubuh (flight or fight), sedangkan saraf parasimpatis berkebalikan dengan
saraf simpatis berfungsi sebagai sistem yang merangsang menghemat energi tubuh. Setiap badan sistem
saraf otonom terdiri atas dia rangkaian neuron. Satu berada pada medulla spinalis pada cornu lateral
yang disebut dengan preganglion dan yang diluar dari sistem saraf pusat atau yang disebut dengan
postganglion.

Sistem Saraf Simpatis


Badan sel neuron preganglion terdapat pada cornu lateral medulla spinalis dan untuk postganglion
terletak pada ganglion paravertebral dan prevertebral. Ganglion paravertebralis berada teratur pada sisi
lateral medulla spinalis sedangkan prevertebral terletak dalam pleksus saraf yang meliputi cabang-
cabang utama pars abdominal aorta (contoh: ganglion celiacum). Serabut preganglion dapat berjalan
langsung ke postganglion, berjalan naik atau turun dalan trungkus simpatikus untuk bersinaps pada
paravertebral di segmen tertentu, atau dapat langsung bersinaps dengan preganglion di organ target.
Sistem Saraf Parasimpatis
Preganglion dari saraf parasimpatis terletak pada nucleus saraf cranial II, VII, IX, dan X ditambah pada
segmen medulla spinalis sacral 2- 4. Serabut preganglion akan bersinaps dengan neuron postganglion
didekat organ target. Sekitar 75% serabut saraf parasimpatis berada pada saraf cranial vagus (X).

Tractus
Formatio reticularis merupakan suatu matriks mengandung berbagai nuclei dan tractus spesifik di dalam
batang otak yang bertugas mengirimkan impuls ke bagian sensorik, motorik dan bagian autonom dari
sistem saraf di spasi tulang belakang yang menerima masukan dari bagian sensoris yang ada disana,
keluar dari masing-masing preganglion saraf autonom, dan keluar dari sistem saraf motorik bagian tepi
(LMN).
Impuls diterima dan kemudian disebarluaskan serta dilakukan organisasi responnya. Penerimaan
informasi yang luas, berasal dari bagian sensoris yang melalui saraf di medulla spinalis dan dari seluruh
bagian sensoris di batang otak, di kirim melalui bagian tepi dari formatio retikularis.

1. Hubungan formatio retikularis dengan medulla oblongata :


 Nucleus reticularis lateralis
 Nucleus reticularis ventralis
 Nucleus reticularis gigantocelluraris
 Nucleus reticularis paramediani
 Nucleus retikularis paravicellularis
2. Hubungan formatio retikularis dengan Pons :
 Nucleus reticularis pontis oralis
 Nucleus reticularis pontis caudalis
 Nucleus reticularis tegmentalis pontis (nucleus reticulotegmentalis)
3. Hubungan formatio retikularis dengan Mesencephali :
 Nucleus tegmentalis pedunculopontinus
 Nucleus cuneiformis
 Nucleus subcuneiformis
RAS (Reticular Activating System) : mempertahankan keadaan sadar dan waspada, sehingga membuat
otak dapat membuat suatu presepsi, diaktivasi oleh informasi sensorik yang nantinya akan di sampaikan
menuju cerebrum.
Stimulated by :

 Semua signal sensorik terutama rasa sakit (pain) dan proprioceptive signal
 Cortical signal : dari area emotions dan motor cortex
 Obat-obat symathomimetic e.g catecholamines dan amphetamine
Inhibited by :

 Penarikan kembali sensory signal sebelumnya


 Stimulasi dari pusat tidur
 Obat bius e.g barbiturates dan ether
 Tumor
Aspek Fungsional Formatio Retikularis :

 Gairah / Arousal
 Pain Processing
 Muscle tone Modulation
 Regulation of :
 Pusat Pernapasan
 Pusat Cardiovaskular
 Pusat Kesadaran

Tractus Spinalis Ascenden


Tractus spinalis ascenden berfungsi untuk menghantarkan impuls nyeri atau suhu dari dekat permukaan
tubuh dari medulla spinalis ke batang otak. Beberapa jenis traktus spinalis ascenden adalah:
A. Tractus Dorsolateralis (Lissauer) / Tractus Collumna Dorsalis
Tractus dorsolateralis menyebar ke dermatom kulit. Tractus ini terletak pada suatu daerah antara
permukaan dorsolateral medulla spinalis dan puncak cornu dorsalis di substansia grisea medulla spinalis
segmen sacral, lumbal, thoracic, cervical. Tractus ini terdiri atas serat – serat bagian nervus lateral
raddix dorsalis nervus spinalis yang halus dengan selubung myelin yang tipis atau tidak berselubung
myelin. Serat-serat intersegmental menghubungkan substansia gelatinosa pada berbagai tingkat secara
timbal balik. Setelah memasuki substansia alba bagian lateral radiks dorsalis mengalami bifurcatio, satu
cabang menuju ke cranial dan satu cabang menju caudal, masing masing satu segmen medulla spinalis,
dalam perjalanannya cabang-cabang tersebut mengalami kolateral dan berakhir di substansia gelatinosa.
First order neuron merupakan serat saraf eferen yang berjalan menuju ke bagian segmen medulla
spinalis, selanjutnya bersinaps dengan second order neuron (intermediate neuron), dan di lanjutkan ke
third order neuron (afferent neuron) menuju bagian cortex cerebri.

Adapun perjalanan tractus, yaitu:


1. Rangsangan yang diterima oleh sensory neurons dari ekstremitas bawah berjalan menuju badan cell
di ganglion radiks dorsalis, menuju ke segmen-segmen dari medulla spinalis. Sebagian besar sensory
neuron menuju fasiculus gracilis dan sebagaian kecil bersinaps dengan interneuron pada substansia
grisea medulla spinalis untuk membentuk refleks seperti strech reflex.
2. Selama perjalanan menuju ke atas, ada sebagian sensory neuron yang menuju fasiculus gracilis ada
sebgaian membentuk kolateral dan sebagian tetap menuju ke atas melalui fasiculus gracilis di tiap
segmen medulla spinalis.
3. Pada bagian cervical menuju ke fasiculus cuneatus dan fasiculus gracilis bersinaps dengan secound
order neuron, akson dari nucleusnya menuju secara ventral dari tegmentum yang ada di medulla
oblongata dan menuju ke medial lemniscus.
4. Arcuate fibers menyilang di medial lemniscus tract menuju ke nucleus gracilis dan nuckleus cuneatus
(secound order neuron)
5. Dari caudal midbrain masuk melalui VPL nucleus - thalamus (ventral posterior lateral) dan bersinaps
di third order neuron.
6. Melanjutkan ke bagian white matter melewati capsula interna and berakhir di lower extremity input-
somatosensory cortex di central gyrus dan ada yang menuju ke bagian upper extremity input-
somatosensory cortex untuk rangsangan proprioseptif (primary somatosensory cortex).

B. Tractus Spinothalamicus Lateralis


Tractus ini terbentuk dari axon–axon yang berasal dari sel-sel neuron di dalam lamina medulla spinalis
dan menuju ke nucleus-nucleus yang berada di thalamus. Axon–axon yang keluar dari tempat-tempat
ini pada umumnya menyilang garis median secara serong di dalam segmen medulla spinalis yang
bersangkutan melalui commisura alba dan selanjutnya membelok kearah cranial dan membentuk suatu
berkas yang berjalan di daerah ventrolateral funiculus lateralis sebagai tractus spinothalamicus lateralis.

Adapun perjalanan tractus ini, yaitu:


1. Impuls berawal dari epidermal free nerve ending sebagai rasa sakit berjalan (first order neuron) dari
medial plantar nerve (L4-L5), naik menuju lumbosacral, dari first order neuron menuju dorsal root
kemudian ke substansia gelatinosa di dorsal horn medulla spinalis, ada 1-2 segmen yang di kirimkan ke
lissauer's tract.
2. First order neuron bersinaps ke second order neuron di substansia gelatinosa, second order neuron
berjalan di ventral white commisure dan masuk ke bagian spinothalamic tract.
3. Second order neuron naik terus sampai di bagian medulla brain stem, naik terus menuju midbrain
melalui spinal lemniscus, axon dari second order neuron sinaps di bagian thalamus (ventral
posterolateral nucleus).
4. Dilanjutkan dengan third order neuron yang nanti membawa impuls menuju somatosensory cortex
(postcentral gyrus).

C. Tractus Spinocerebellaris Dorsalis


Di dalam medulla spinalis, tractus ini menepati suatu posisi dekat permukaan lateral bagian dorsal
medulla spinalis. Tractus ini terdiri atas axon – axon yang tebal yang berasal dari nucleus dorsalis
(Clarke). Nucleus dorsalis merupakan suatu kolom substansia grisea yang terbentang dari segmen
medulla spinalis C8 sampai L3. Axon – axon dari nuckleus ini tidak menyilang garis median, oleh
karena itu berjalan pada sisi ipsilateral di dalam medulla spinalis. Tractus spinocerebellaris dorsalis
mencapai korteks cerebelli dari medulla oblongata melalui pendunculus cerebellaris caudalis (corpus
restiforme). Proyeksi serat – serat ini pada cerebellum terutama adalah secara ipsilateral.
Impuls – impuls proprioseptif, raba dan tekanan yang mempunyai tujuan akhir cortex cerebeli dan
mencapai medulla spinalis di sebelah caudal atau cranial nucleus dorsalis. Adapun perjalanan tractus
ini, yaitu:
1. Impuls di transfer melalui first order neuron yang berasal dari otot, menuju ke bagian medulla spinalis
C8-L3 di bagian fasiculus gracilis membelok ke bagian clarke's column.
2. Menggunakan second order neuron berasal dari clarke's collumn menuju ke bagian dorsal
spinocerebellar secara ipsilateral, second order neuron ini melanjutkan menuju ke bagian medulla
brainstem.
3. Dari medulla brain stem memasuki cerebellum secara ipsilateral melalui inferior cerebellar peduncle
yang berakhir pada cerebellar cortex.

Tractus Spinalis Descenden


Tractus Spinalis descenden terdiri dari beberapa tractus, yaitu:
A. Tractus corticospinalis / tractus piramidalis
Tractus corticospinalis merupakan tractus descendens yang paling besar, menghantarkan impuls
motorik langsung dari cortex cerebri ke berbagai nuclei motoric di batang otak dan medulla spinalis.
Serat – serat piramidalis yang berakhir di batang otak dikenal sebagai tractus corticobulbaris atau
corticonuclearis, sedangkan yang berakhir di dalam medulla spinalis dikenal sebagai tractus
corticospinalis. Adapun perjalanan tractus ini, yaitu:
1. Dari cortex cerebri yang mengandung nucleus – nucleus motoric serat-seratnya ikut membentuk
corona radiata
2. Berjalan melalui pars thalamolenticularis capsula interna
3. Berjalan melalui sepertiga bagian tengah basis pendiculi cerebri
4. Berjalan di antara (menyilang) fibrae pontis transversae di daerah basis pontis
5. Berjalan melalui piramis pada medulla oblongata
6. Pada perbatasan antara medulla oblongata dan medulla spinalis, 70% sampai 90% serat–serat tractus
corticospinalis akan mengalami decussatio untuk membentuk decussatio pyramidium.
7. Pada medulla spinalis serat–serat yang mengalami decussatio akan melanjutkan diri sebagai tractus
corticospinalis lateralis, terletak di sebelah medial tractus spinocerebellaris dorsalis.
Adapun perjalan akhir traktus corticospinalis adalah tractus corticospinalis pada segmen atas
cervical medulla spinalis, lateral corticospinal tract menginervasi motor neuron yang menuju otot leher
dan otot pada bahu --> tractus corticospinalis yang berjalan meuju segmen cervical akhir di medulla
spinalis menginervasi bagian dari otot – otot ekstremitas atas --> perjalanan tractus corticospinalis
ventralis menyilang di midline segmen thoracal medulla spinalis dan menginervasi bagian badan (trunk)
--> perjalanan tractus corticospinalis pada segmen lumbar medulla spinalis menginervasi otot pada paha
--> Perjalanan tractus pada bagian sacral medulla spinalis menginervasi bagian otot kaki.
B. Tractus Reticulospinalis
Serat – serat yang berasal dari formatio reticularis batang otak menuju ke medulla spinalis, berasal dari
dua tingkat pada batang otak pons (dua pertiga bagian medial formatio reticularis pontis caudalis dan
oralis) yang merupakan serat – serat descendens utama di dalam fasciculus longitudinalis medialis, di
dalam medulla spinalis berjalan di bagian medial funiculus ventralis. Yang kedua pada medulla
oblongata (dua pertiga bagian medial formatio reticularis) berasal dari sebelah dorsal dan cranial
nucleus olivaris caudalis, yaitu dari nucleus reticularis gigantocellularis, di medulla spinalis serat – serat
ini berjalan di bagian ventrolateral funiculus ventralis.
C. Tractus Rubrospinalis
Tractus Rubrospinalis merupakan suatu berkas yang relatif kecil dan berasal dari sel-sel nucleus ruber,
yaitu suatu kumpulan sel neuron yang berbatas jelas di tengah – tengah daerah tegmentum
mesencephali. Nucleus ruber merupakan suatu nucleus berbentuk oval dan pada penampang melintang
tampak bulat. Nucleus ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1) bagian cranial, pars parvocellularis
dan 2) bagian caudal, pars magnocelluralis. Ukuran kedua bagian ini berbeda pada berbagai jenis
hewan. Pada manusia pars magnocellularis adalah relatif kecil. Serat-serat tractus rubrospinalis hampir
segera mengalami decussatio tegmenti ventralis langsung sesudah keluar dari tepi medial nucleus ruber
dan selanjutnya berjalan kearah caudal melintasi batang otak dan di dalam medulla spinalis berjalan
sebagai suatu berkas yang relatif kecil langsung di sebelah ventral tractus corticospinalis lateralis.
D. Tractus Tectospinalis
Akson-akson traktus tectospinalis berasal dari sebelah dalam colliculus cranialis pada mecencephalon,
selanjutnya berjalan kearah ventromedial dan mengalami decussatio langsung di sebelah ventral
fasikulus longitudinalis medialis. Serat-serat ini menyilang garis median dikenal sebagai decussatio
tegmenti dorsalis, selanjutnya membelok kearah kaudal melintasi batang otak dan mengambil posisi
dekat garis median pada medulla spinalis, traktus ini berjalan di bagian ventral funikulis ventralis dekat
dengan fissura mediana ventralis dan berakhir di dalam segmen cervical medulla spinalis, terutama
empat segmen cervical paling kranial mengadakan hubungan sinaptik dengan sel neuron dalam lamina-
lamina. Fungsi traktus ini belum diketahui secara sempurna tetepi dapat diduga memegang peranan
dalam pergerakan reflek kepala akibat rangsangan penglihatan dan pendengaran.
E. Tractus Vestibulospinalis
Serat-serat saraf keluar dari nuclei vestibularis dan mencapai medulla spinalis dalam dua macam berkas:
1) sebagai tractus vestibulospinalis (tractus vestibulospinalis lateralis) berjalan dibagian ventral
funiculus ventralis, 2) sebagi komponen vasikulus longitunalis medialis (FLM) dikenal juga sebagai
traktur traktus vestibulospinalis medialis.
Tractus vestibulospinalis ini berasal dari nucleus vestibularis lateralis menerima impuls dari alat
keseimbangan melalui nervus vestibularis dari bagian cerebellum tertentu. Di dalam medulla spinalis,
tractus berjalan di bagian ventral funiculus ventralis dan berakhir pada semua segmen medulla spinalis,
terutama segmen cervical dan lumbal. Serat – serat vestibulospinal ikut dengan fasciculus longitudinalis
medialis.
PLEXUS BRACHIALIS DAN LUMBOSACRALIS

Plexus Brachialis
Extremitas superior diinervasi dari plexus brachialis yakni anyaman saraf yang berasal dari nervus
spinalis C5-C8 dan T1. Ramus anterior dari kelima nervus ini akan saling terhubung membentuk 3
truncus saat memasuki daerah leher. Truncus tersebut yakni truncus superior (C5-C6), truncus medius
(C7), dan truncus inferior (C8, T1). Masing masing truncus akan kembali bercabang menghasilkan
divisi anterior yang mensarafi bagian anterior (flexsor) extremitas superior dan posterior yang melayani
bagian posterior (extensor) dimana setiap divisi akan terhubung sesuai gambar. Jalinan antar divisi akan
menghasilkan 3 fasciculus diantaranya fasciculus lateralis, medialis, dan posterior. Fasciculus lateralis
tersusun atas serabut saraf C5-C7 dan memiliki cabang nervus pectoralis lateralis dan cabang utama
nervus musculocutaneus dan radix lateralis nervi medianus. Fasciculus medialis terdiri atas serabut
saraf C8 dan T1, bercabang menjadi nervus pectoralis medialis, nervus cutaneous brachii medialis, dan
nervus cutaneus antebrachii medialis. Fasciculus medialis memiliki cabang utama yakni menjadi nervus
ulnaris dan nervus medianus. Fasciculus posterior terdiri atas serabut saraf C5-T1, memiliki cabang
nervus subscapular superior, nervus thoracodorsalis, dan nervus subscapularis lateralis. Fasciculus ini
akan menjadi nervus axillaris dan nervus radialis.
Plexus Lumbosacralis
Plexus ini terbentuk dari anyaman saraf spinal mulai dari L1-S4. Terdapat 4 nervus yang akan melayani
ekstremitas bawah yang berasal dari plexus ini diantaranya nervus obturator, nervus femoralis, nervus
fibularis, dan nervus tibialis. Nervus obturator akan melayani paha bagian tengah baik itu dari otot
sampai ke inervasi dari kulit region paha. Nervus femoralis melayani paha bagian depan dan kulit
bagian depan dan tengah. Nervus tibialis akan melayani paha bagian belakang ditambah dengan
sebagian besar betis sampai ke telapak kaki. Nervus fibular melayani paha bagian luar ditambah dengan
beberapa otot dibagian betis. Nervus fibular dan nervus tibia akan saling terhubung satu sama lain dan
disebut sebagai nervus ischiadicus.
REFERENSI
Gambaran umum

 Moore, KL., Agur, Amr., Dalley, AF. 2014. Clinically Oriented Anatomy 7th ed. Lippincott
Williams & Wilkins.
 Hall, E. 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Elsevier Singapore Pte Ltd. Singapore.
 Sukardi, E. 2013. Neuroanatomica Medica. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
 Netter, FN. 2014. Atlas of Human Anatomy 6th ed. Elsevier inc. Philadelphia.
 Mescher, AL. 2013. Janqueira's Basic Histology Text & Atlas 13th ed. McGraw-Hill
Education. United States.
Neuron, Synapsis, Neuroglia

 Moore, KL., Agur, Amr., Dalley, AF. 2014. Clinically Oriented Anatomy 7th ed. Lippincott
Williams & Wilkins.
 Hall, E. 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Elsevier Singapore Pte Ltd. Singapore.
 Sukardi, E. 2013. Neuroanatomica Medica. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
 Netter, FN. 2014. Atlas of Human Anatomy 6th ed. Elsevier inc. Philadelphia.
 Mescher, AL. 2013. Janqueira's Basic Histology Text & Atlas 13th ed. McGraw-Hill
Education. United States.
Embrology

 Sadler, T, W. 2012. Langman’s Medical Embryology. 12nd Ed. Lippincott Williams & Wilins,
a Wolters Kluwer business. Philadelphia
Medula Spinalis

 Agur AMR, Dalley AF, Moore K. 2014. Essential Clinical Anatomy 5th ed. Canada, USA
 Baehr M, Frotscher M. 2007. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi Tanda dan
Gejala Edisi 4. ECG: Jakarta
 Sukardi E. 1986. Neuroanatomia Medica. UI Press: Jakarta
Plexus Brachialis dan Lumbosacralis

 Agur AMR, Dalley AF, Moore K. 2014. Essential Clinical Anatomy 5th ed. Canada, USA
 Baehr M, Frotscher M. 2007. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi Tanda dan
Gejala Edisi 4. ECG: Jakarta
 Sukardi E. 1986. Neuroanatomia Medica. UI Press: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai