Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ULCUS DIABETICUM

BAB I

A. Latar Belakang

Penyakit batu saluran kemih (BSK) adalah terbentuknya batu yangdisebabkan

oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yangjumlahnya berlebihan

atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larutsubstansi. Batu saluran kemih

sudah diderita manusia sejak zaman dahulu, halini dibuktikan dengan adanya batu

saluran kemih pada mummi Mesir yang berasaldari 4800 tahun sebelum Masehi.

Hippocrates yang merupakan bapak ilmukedokteran menulis 4 abad sebelum Masehi

tentang penyakit batu ginjaldisertai abses ginjal dan penyakit Gout (Menonet al., 2002).

Meskipun penyakitbatu saluran kemih ini telah lama dikenal sejak zaman Babilonia dan

pada zamanMesir kuno, namun hingga saat ini masih banyak aspek yang dipersoalkan

karenapembahasan tentang diagnosis, etiologi, pemeriksaan penunjang,

penatalaksanaanhingga pada aspek pencegahan masih belum tuntas (Purnomo, 2011).

Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi, tidakterkecuali

penduduk di Indonesia. Kejadian BSK di Amerika Serikat dilaporkan0,1-0,3 per tahun

dan sekitar 5-10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernahmenderita penyakit ini, di

Eropa Utara 3-6%, sedangkan di Eropa bagian Selatandi sekitar laut tengah 6-9%. Di

Jepang 7% dan di Taiwan 9,8%. Pada tahun 2000,penyakit BSK merupakan penyakit

peringkat kedua di bagian urologi di seluruhrumah rumah sakit di Amerika setelah

penyakit infeksi, dengan proporsi BSK28,74% (AUA, 2007). Sedangkan di Indonesia

BSK merupakan penyakit yangpaling sering terjadi di klinik urologi. Angka kejadian
BSK di Indonesiatahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari seluruh

rumah sakit diIndonesia adalah 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan58.959

penderita.Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah 19.018 penderita, dengan

jumlahkematian 378 penderita (Depkes RI, 2002).

Angka kekambuhan batu saluran kemih dalam satu tahun 15-17%, 4-5tahun 50%,

10 tahun 75% dan 95-100% dalam 20-25 tahun. Apabila penyakitini kambuh maka

dapat terjadi peningkatan mortalitas dan peningkatan biayapengobatan. Manifestasi BSK

dapat berbentuk rasa sakit yang ringan sampaiberat dan komplikasi seperti

urosepsis dan gagal ginjal (William, 1990). Batusaluran kemih dapat menimbulkan

keadaan darurat bila batu turun dalamsystem kolektivus dan dapat menyebabkan

kelainan pada kolektivus ginjal atauinfeksi dalam sumbatan saluran kemih. Kelainan

tersebut menyebabkan nyerikarena dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan reseptor

sakit dan iritasi lokaldinding ureter ataudinding pelvis ginjal yang disertai edema dan

pelepasanmediator sakit.Sekitar 60-70% batu yang turun spontan sering

disertaidengan serangan kolik ulangan(Menonet al., 2002). Salah satu komplikasi

batusaluran kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi ginjal yang ditandai kenaikankadar

ureum dan kreatinin darah, gangguan tersebut bervariasi dari stadium ringansampai

timbulnya sindroma uremia dan gagal ginjal, bila keadaan sudah stadiumlanjut bahkan

bisa mengakibatkan kematian. Penyakit ginjal dan saluran kemihtelah menyumbang

850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti mendudukiperingkat ke 12 tertinggi

angka kematian(Pahira &Razack,2001).

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD)merupakan

masalah kesehatan dunia dengan peningkatan insidensi, prevalensiserta tingkat


morbiditas. Biaya perawatan penderitaPGKmahal denganoutcomeyang buruk (Stevenset

al, 2006).PGKmerupakan suatu keadaan dimana terdapatpenurunan fungsi ginjal karena

adanya kerusakan parenkim ginjal yang bersifatkronik dan ireversibel. Penurunan fungsi

ginjal yang progresif dapat berakhirdengan gagal ginjal terminal dan berlanjut dengan

kematian karena mahalnyabiaya pengobatan untuk hemodialisis (Pradeep, 2010).Pada

tahun1995 secaranasional terdapat 2.131 pasienpenyakit ginjal kronik dengan

hemodialisis denganbebanbiaya yang ditanggung oleh Askes besarnya adalahRp12,6

milyar. Padatahun 2000 terdapat sebanyak 2.617 pasien dengan hemodialisis dengan

bebanbiaya yang ditanggung oleh Askes sebesar Rp32,4milyar dan pada tahun

2004menjadi 6.314 kasusdengan biaya Rp67,2 milyar (Bakri, 2005).

Di banyak negara termasuk di Indonesia angka kematian akibat PGKterutama

padaend stage renal disease(ESRD) terus meningkat (Stevenset al,2006).Hasil survey di

Amerika Serikat,PGK pada orang dewasa mengalamipeningkatan dari jumlah awal 10%

selama periode tahun 1988 hingga 1994menjadi 13% selama periode tahun 1999 hingga

2004 (Pradeep, 2010). Dari datadi beberapa pusat nefrologi di Indonesia memperkirakan

insidensiPGKberkisarantara 100-150/1 juta penduduk. Jumlah pasien dengan ESRD atau

gagal ginjalterminal diprediksi terus meningkat dari 340.000 pada tahun 1999 dan

mencapai651.000 pada tahun 2010(Suwitra, 2009).

Penyakit batu saluran kemih sebelumnya telah diusulkan sebagai faktorrisiko

potensial untukpenyakit ginjal kronik(PGK). Meskipun penelitian telahmenunjukkan

bahwa penyakit batu saluran kemih berkaitan dengan PGK,mekanisme asosiasi ini belum

sepenuhnya dijelaskan. Data penelitian di AmerikaSerikat pada tahun 2001-2005

menunjukkan bahwa dari semua pasien yangmenjalani dialisis pada waktu itu, 0,2%
memiliki batu saluran kemih yangkemudian diidentifikasi sebagai penyebab ESRD pada

usia rata-rata 65 tahun.Analisis pada tahun 1996 mengungkapkan bahwa 20 % pasien

dengan batustaghorn menunjukkan bukti menyebabkan progresifitas penyakit ginjal

setelahpengobatan. Kegagalan untuk membebaskan batu staghorn dari pasien

pascaoperasi meningkatkan risikoPGKdan hal ini lebih sering terjadi apabila

batumengandung struvite. Penyakit batu saluran kemih yang berat dan berulang,terutama

dari gangguan genetik yang langka, misalnya hyperoxaluria primer dancystinuria juga

diperkirakan meningkatkan risikoPGK. Akan tetapi, faktor-faktorrisiko potensial

untukPGKdi antara pasien batu salurankemih masih kurang jelas(Saucieret al., 2010).

Dari latar belakang di atas maka dipandang perlu untuk dilakukan

penelitianmengenai hubungan batu saluran kemihdengan penyakit ginjal kronik.


BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Anatomi

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi

columna vertebralis (Price dan Wilson, 2012).Kedua ginjal terletak retroperitoneal pada

dinding abdomen, masing–masing di sisi kanan dan sisi kiri columna vertebralis setinggi

vertebra T12 sampai vertebra L3.Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah daripada

ginjal kiri karena besarnya lobus hepatis dekstra. Masing– masing ginjal memiliki facies

anterior dan facies posterior, margo medialis dan margo lateralis, ekstremitas superior

dan ekstremitas inferior (Moore dan agur, 2013). Pada orang dewasa, panjang ginjal

adalah sekitar 12 cm sampai 13 cm, lebarnya 6 cm, tebalnya 2,5 cm dan beratnya sekitar

150 g.

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian korteks dan medulla ginjal

(Junquiera dan carneiro, 2007 Di dalam korteks terdapat berjuta–juta nefron sedangkan

di dalam medula banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil

dari ginjal yang terdiri dari beberapa bagian diantaranya korpuskel renalis, tubulus

kontortus proksimal, segmen tipis, dan tebal ansa henle, tubulus kontortus distal, dan

duktus koligentes (Junquiera dan carneiro, 2007Setiap ginjal memiliki sisi medial

cekung, yaitu hilus tempat masuknya syaraf, masuk dan keluarnya pembuluh darah dan

pembuluh limfe, serta keluarnya ureter dan memiliki permukaan lateral yang cembung

(Junquiera dan carneiro, 2007 Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas kaliks minor,

infundibulum, kaliks major, dan pielum/pelvis renalis (Junquiera dan carneiro, 2007
Menurut Guyton dan Hall, (2014), ginjal adalah organ utama untuk membuang

produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh.Produk-produk ini

meliputi urea, kreatin asam urat, produk akhir dari pemecahan hemoglobin.Kerja ginjal

dimulai saat dinding kapiler glomerulus melakukan ultrafiltrasi untuk memisahkan

plasma darah dari sebagianbesar air, ion-ion dan molekul-molekul.hasil dari ultrafiltrasi

dialirkan ketubulus proksimalis untuk direabsorpsi melalui brush broder dengan

mengambil bahan-bahan yang diperlukan tubuh seperti gula, asam-asam amino, vitamin

dan sebagainya. Sisa-sisa buangan yang tidak diperlukan disalurkan kesaluran

penampung dan diekskresikan sebagai urin.Fungsi ini dilakukan dengan filtrasi darah

plasma melalui glomerulus diikuti dengan reabsorpsi disepanjang tubulus ginjal

(Soeksmanto, 2006).

Fungsi ginjal secara umum yaitu : (Sherwood, 2001).

a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh

b. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES,termasuk Na+, Cl-,

K+,HCO3-, Ca2+, Mg2+, SO42-, PO42-, dan H+.Bahkan fluktuasi minor

pada konsentrasi sebagian elektrolit inidalam CES dapat menimbulkan

pengaruh besar. Sebagai contoh,perubahan konsentrasi K+ di CES dapat

menimbulkan disfungsijantung yang fatal.

c. Memelihara volume plasma yang sesuai, sehingga sangat berperandalam

pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi inidilaksanakan

melalui peran ginjal sebagai pengatur keseimbangangaram dan H2O.

d. Membantu memelihara keseimbangan asam–basa tubuh danmenyesuaikan

pengeluaran H+ dan HCO3- melalui urin.


e. Memelihara osmolaritas berbagai cairan, terutama melaluipengaturan

keseimbangan H2O.

f. Mengekskresikan produk–produk sisa dari metabolisme tubuh,misalnya urea,

asam urat, dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk,zat–zat sisa tersebut

bersifat toksik bagi tubuh, terutama otak.

g. Mensekskresikan banyak senyawa asing, misalnya obat zatpenambah pada

makanan, pestisida, dan bahan–bahan eksogen nonnutrisi lainnya yang

berhasil masuk ke dalam tubuh.

h. Mensekresikan eritropoietin, suatu hormon yang dapat

merangsangpembentukan sel darah merah.

i. Mensekresikan renin, suatu hormonn enzimatik yang memicureaksi berantai

yang penting dalam proses konservasi garam olehginjal.

j. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya

B. Definisi

Batu staghorn adalah batu ginjal yang bercabang yang menempati lebih dari satu

collecting system, yaitu batu pielum yang berekstensi ke satu atau lebih kaliks. Istilah

batu cetak/ staghorn parsial digunakan jika batu menempati sebagian cabang collecting

system, sedangkan istilah batu cetak/staghorn komplit digunakan batu jika menempati

seluruh collecting system (Fabiansyah, et al.2012)

Batu saluran kemih atau BSK adalah terbentuknya batu di saluran kemih

yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang

jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut

substansi (Lina, 2008). Berdasarkan tempat pembentukannya, batu urin ini dapat
dibagi 2 menjadi batu ginjal (dengan ukuran bervariasi mulai dari partikel kecil

sampai batu staghorn yang besar dimana dapat mengisi seluruh pelvis renal) dan

batu kandung kemih. Batu ginjal ini berbeda dengan batu kandung kemih baik dari

susunan kimia, epidemiologi dan gambaran kliniknya. Batu ginjal terutama

terdapat pada dewasa dengan golongan sosial ekonomi menengah atas, sedangkan

batu kandung kemih banyak terdapat pada anak dengan sosial ekonomi yang jelek

dan biasanya berhubungan dengan malnutrisi.

Berdasarkan lokasi, batu urin dapat dibagi menjadi batu urin bagian atas

dimana batu berada dalam atau ginjal atau ureter, dan batu urin bagian bawah

dimana batu berada dalam kandung kemih dan uretra. Pada umumnya batu urin

bagian atas ini merupakan batu ginjal (Bahdarsyam, 2003).

C. Etiologi

a. Neuropati diabetik.

Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa

merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri

pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa.

Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa tebal

ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.

b. Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)

Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan

tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/

besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik yaitu luka
pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan

asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit

sembuh.

c. Infeksi

Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik (neoropati).

(Roger Watson, 2002) Secara teoritis batu dapat terjadi atau terbentuk diseluruh

saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran

urin (statis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli.Adanya kelainan

bawaan pada pelvikalises (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi intravesika

kronik, seperti hipertrofi prostat benigna, strikture, dan buli-buli neurogenik

merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan

batu.Penyebab lain yaitu gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan

keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik)

Teori pembentukan batu ini meliputi teori komponen kristal dan teori komponen

matriks.

a. Komponen Kristal

Batu terutama terdiri dari komponen kristal yang tersusun oleh bahan-bahan

organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Tahapan pembentukan batu

yaitu : nukleasi, perkembangan, dan agregasi melibatkan komponen kristal.

Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut)

dalam urin jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadi

presipitasi Kristal.Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk

inti batu atau nukleasi yang kemudian mengadakan agregasi dan menarik bahan-
bahan lain sehingga menjadi Kristal yang lebih besar.Meskipun ukurannya sudah

cukup besar, agregat Kristal masih rapuh dan belum cukup mampu untuk

membuntukan saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel

saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain

diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk

menyumbat saluran kemih. Pembentukan inti atau nukleasi mengawali proses

pembentukan batu dan mungkin dirangsang oleh berbagai zat termasuk matriks

protein, kristal, benda asing, dan partikel jaringan lainnya. Kristal dari satu tipe

dapat sebagai nidus atau nukleasi dari tipe lain. Ini sering terlihat pada kristal

asam urat yang mengawali pembentukan batu kalsium oksalat

b. Komponen Matrix

Komponen matriks dari batu saluran kemih adalah bahan non kristal, bervariasi

sesuai tipe batu, secara umum dengan kisaran 2-10% dari berat batu.

Komposisinya terutama terdiri dari protein, dengan sejumlah kecil hexose,

hexosamine.Bagaimana peranan matriks dalam mengawali pembentukan batu

tidak diketahui secara pasti. Mungkin matrix bertindak sebagai nidus untuk

aggregasi kristal atau sebagai lem untuk perekat komponen kristal kecil dan

dengan demikian menghalangi turunnya melalui saluran kemih. Secara teoritis

batu dapat terjadi atau terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tempat-

tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (statis urine), yaitu pada

sistem kalises ginjal atau buli-buli.Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises

(stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi intravesika kronik, seperti hipertrofi

prostat benigna, strikture, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan


yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.Penyebab lain yaitu gangguan

metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih

belum terungkap (idiopatik)

Teori pembentukan batu ini meliputi teori komponen kristal dan teori komponen

matriks.

a. Komponen Kristal

Batu terutama terdiri dari komponen kristal yang tersusun oleh bahan-bahan

organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Tahapan pembentukan batu

yaitu : nukleasi, perkembangan, dan agregasi melibatkan komponen kristal.

Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut)

dalam urin jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadi

presipitasi Kristal.Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk

inti batu atau nukleasi yang kemudian mengadakan agregasi dan menarik bahan-

bahan lain sehingga menjadi Kristal yang lebih besar.Meskipun ukurannya sudah

cukup besar, agregat Kristal masih rapuh dan belum cukup mampu untuk

membuntukan saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel

saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain

diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk

menyumbat saluran kemih. Pembentukan inti atau nukleasi mengawali proses

pembentukan batu dan mungkin dirangsang oleh berbagai zat termasuk matriks

protein, kristal, benda asing, dan partikel jaringan lainnya. Kristal dari satu tipe

dapat sebagai nidus atau nukleasi dari tipe lain. Ini sering terlihat pada kristal

asam urat yang mengawali pembentukan batu kalsium oksalat


b. Komponen Matrix

Komponen matriks dari batu saluran kemih adalah bahan non kristal, bervariasi

sesuai tipe batu, secara umum dengan kisaran 2-10% dari berat batu.

Komposisinya terutama terdiri dari protein, dengan sejumlah kecil hexose,

hexosamine.Bagaimana peranan matriks dalam mengawali pembentukan batu

tidak diketahui secara pasti. Mungkin matrix bertindak sebagai nidus untuk

aggregasi kristal atau sebagai lem untuk perekat komponen kristal kecil dan

dengan demikian menghalangi turunnya melalui saluran kemih.

D. Manifestasi Klinis

Batu staghorn pada ginjal adalah batu ginjal yang bercabang yang memenuhi pelvis

renalis. Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu,

besarnya batu, dan penyulit yang telah terjadi, seperti :

a. Nyeri pinggang

b. Nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi ginjal yang terkena

c. Gejala-gejala infeksi saluran kemih seperti nyeri pinggang, demam, dysuria

d. Hematuri

E. Penatalaksanaan

a. Pencegahan

Proses terbentuknya batu pada ginjal diawali oleh fungsi penting dari ginjal itu

sendiri. Ginjal menyaring semua mineral dan berbagai zat asam yang tercampur

dengan darah dan urin. Ketika ada banyak zat berbentuk seperti kristal maka ini akan

mendorong terbentuknya batu ginjal. Meskipun batu ginjal banyak dialami oleh

semua orang, terutama untuk orang lanjut usia atau dewasa, ternyata batu ginjal bisa
dicegah. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah

terbentuknya batu ginjal yaitu :

1. Minum banyak air

Minum banyak air mineral (2 liter /hari) sangat bagus untuk mencegah

pembentukan batu ginjal. Ketika banyak minum air maka ginjal akan terus bekerja

untuk menyaring semua cairan itu. Proses ini akan membuat semakin kecil jumlah

mineral yang menumpuk pada ginjal karena keluar dari tubuh bersama dengan

urin

2. Konsumsi sumber kalsium dan oksalat bersama

Mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang mengandung kalsium dan oksalat

secara bersamaan sangat baik untuk mencegah batu ginjal. Hal ini terjadi ketika

sebenarnya proses penyerapan kalsium dan oksalat memang terjadi dalam satu

waktu. Usus dan ginjal akan mendapatkan sari makanan dari sumber makanan

yang mengandung oksalat dan kalsium. Jadi konsumsi kedua jenis kebutuhan

nutrisi ini bersamaan bisa mencegah batu ginjal.Beberapa sumber makanan yang

mengandung oksalat adalah seperti kacang-kacangan, biji-bijian, coklat dan

teh.sementara makanan yang mengandung oksalat dalam kadar yang sangat tinggi

adalah seperti buah bit, ubi jalar, bayam dan kacang. Konsumsi sumber oksalat

tanpa kalsium bisa menyebabkan batu ginjal

3. Diet Rendah Natrium tanpa Mengurangi Kalsium

Biasanya banyak orang menghindari kalsium tinggi karena kalsium dianggap

menjadi pantangan batu ginjal.Tapi sebuah penelitian membuktikan bahwa

sebenarnya kalsium bukan penyebab batu ginjal.Namun konsumsi kalsium dengan


tetap angka natrium tinggi, memang bisa menyebabkan batu ginjal.Jadi yang

harus dilakukan adalah tetap mengkonsumsi kalsium dan mengurangi natrium.

Selain itu, sumber makanan yang banyak mengandung kalsium harus selalu

dikonsumsi dengan sumber oksalat

4. Hindari Makanan dengan Purin Tinggi

Jenis batu ginjal yang terbentuk dari bahaya asam urat memang sangat

menakutkan.Kondisi ini paling sering dialami oleh penderita asam urat

tinggi.Untuk mencegahnya maka harus menghindari konsumsi berbagai jenis

makanan penyebab asam urat yang mengandung purin dalam jumlah tinggi seperti

daging merah, jeroan, kerang dan beberapa makanan laut. Lebih baik jika Anda

mengkonsumsi berbagai jenis sayuran dan produk dari susu dengan kandungan

lemak yang rendah.

5. Batasi gula

Gula pemanis bisa menyebabkan pembentukan batu ginjal karena kandungan

fruktosa yang sangat tinggi.Ginjal tidak memiliki kemampuan kuat untuk

menyaring fruktosa secara terus-menerus dan ini menyebabkan batu ginjal

terbentuk dalam ginjal.

6. Hindari alcohol

Alkohol berpotensi menyebabkan batu ginjal karena, alkohol bisa masuk ke dalam

aliran darah. Selain itu, alkohol juga bisa menjadi penyebab asam urat sehingga

ginjal menjadi lebih bermasalah

7. Batasi protein hewani


makanan yang mengandung protein terlalu tinggi juga bisa meningkatkan kadar

asam sitrat. Kondisi ini biasanya terbentuk dalam urin dan tidak mampu disaring

oleh ginjal. Contohnya daging merah, unggas, makanan laut, telur, dan berbagai

jenis makanan dari hewan

8. Batasi suplemen vitamin c

vitamin C bisa menyebabkan pembentukan oksalat dalam tubuh. Oksalat tinggi

dalam tubuh bisa menyebabkan pembentukan batu ginjal, terutama oksalat dari

suplemen dan bukan oksalat alami dari buah dan sayuran.

9. Batasi kafein

kafein yang berlebihan bisa menyebabkan terbentuknya batu ginjal. Resiko ini

menjadi lebih tinggi pada orang yang sudah menderita batu ginjal. Bahaya kafein

berkaitan dengan pembentukan mineral padat dalam ginjal dan tidak dapat

disaring sepenuhnya oleh ginjal.

b. Penatalaksanaan medis ( pengobatan)

Pengangkatan seluruh batu merupakan tujuan utama untuk mengeradikasi organisme

penyebab, mengatasi obstruksi, mencegah pertumbuhan batu lebih lanjut dan infeksi

yang menyertainya serta preservasi fungsi ginjal. Modalitas terapi untuk batu cetak

ginjal (staghorn) adalah:

1. Simple Pyelolithotomy

Simple Pyelolithotomy merupakan sebuah tindakan operasi terbuka yang biasanya

dilakukan pada kasus-kasus batu ginjal. Metode Operasi ini dilakukan pada batu

staghorn yang belum terbentuk sepenuhnya atau dengan kata lain semi staghorn

yang terletak pada pelvis ektra renal.


2. Extended pyelolithotomy

Extended pyelolithotomy (Gil Vernet metode) adalah teknik yang dapat

digunakan untuk mengangkat batu ginjal yang kompleks pada pelvis renalis dan

yang telah meluas pada beberapa kaliks

3. Bivalve Neprolitotomy

Bivalve Nephrolithotomy digunakan untuk pasien dengan Staghorn Calculi

dimana bagian terbesar dari batu berada pada caliceal dan infundibular.

4. PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy)

Merupakan cara untuk mengeluarkan batu yang berada dalam saluran ginjal

dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada

kulit.

5. Kombinasi PCNL dan ESWL

Tindakan ini dilakukan dengan cara pasien terlebih dahulu diterapi dengan PCNL

debulking lalu kemudian diikuti dengan ESWL (Extracorporeal Shockwave

Lithotripsy) dimana sisa dari batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil

sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.

c. Dishcarge planning

Discharge planning bertujuan membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat

kesehatan yang optimal. Rencana pulang yang dimulai saat pasien masuk rumah sakit

dan secara periodic diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan.

Discharge planning berupa penyuluhan pada pasien dan keluarganya meliputi :

1. Perlunya untuk memenuhi diet, terutama kalsium dan protein.

2. Menghindari makanan yang mengandung kalsium tinggi dan asam urat.


3. Menganjurkan klien untuk berolahraga.

4. Menganjurkan pasien untuk minum air putih 2 –3 lt/sehari, diluar waktu makan.

5. Menjelaskan hygiene perseorangan yang benar, contohnya perawatan dan

kebersihandaerah genitalia.

6. Hindari peningkatan suhu lingkungan yang mendadak yang dapat menyebabkan

keringatberlebih dan dehidrasi.


BAB III

A. Diagnosa

1. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurang terpajan

informasi kesehatan tentaang prosedur pembedahan dan anestesi

2. Risiko cedera (intraoperatif) dengan faktor resiko eksternal (pengaturan posisi


bedah, prosedur invasif bedah)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologi (proses pembedahan)

4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi –

perfusi (efek samping dari anaesthesi).

5. Resiko kerusakan integritas kulit dengan faktor resiko eksternal (tekanan,

imobilitas

Anda mungkin juga menyukai