Anda di halaman 1dari 13

TUGAS DOKTER MUDA

DEPARTEMEN GIGI DAN MULUT

Oleh:
Esty Risa Mubarani
04054821719035

DEPARTEMEN GIGI DAN MULUT


RS. MOH. HOESIN PALEMBANG/ FK UNSRI
PERIODE 3 OKTOBER S/D 22 OKTOBER 2018
1. ICD 10 Penyakit Gigi dan Mulut

2. Klasifikasi Karies Berdasarkan Kedalaman D1-D6


Klasifikasi karies dari ICDAS (International Caries Detection and Assessment
System). ICDAS mengklasifikasi karies berdasarkan keparahan karies yaitu dari
masih belum ada kavitas, hingga kavitas yang mencapai pulpa.
 D0 : gigi yang sehat.
 D1 : perubahan awal pada email yang tampak secara visual. Biasa dilihat
dengan cara mengeringkan permukaan gigi, dan tampak adanya lesi putih di
gigi tersebut.
 D2 : perubahan pada email yang jelas tampak secara visual. Terlihat lesi putih
pada gigi, walau gigi masih dalam keadaan basah.
 D3 : kerusakan email, tanpa keterlibatan dentin (karies email)
 D4 : terdapat bayangan dentin (tidak ada kavitas pada dentin). Karies pada
tahap ini sudah menuju dentin, berada pada perbatasan dentin dan email
(dentino-enamel junction).
 D5 : kavitas karies yang tampak jelas dan juga terlihatnya dentin (karies sudah
mencapai dentin).
 D6 : karies dentin yang sudah sangat meluas (melibatkan pulpa).
3. Inervasi Gigi

Serabut saraf yang terapat pada gigi baik rahang atas dan rahang bawah juga pada
mata terhubung melalui saraf trigeminus ( nervus V/ganglion gasseri).
 N.V1 Cabang Opthalmicus

 N.V2 Cabang Maxillaris

 N.V3 Cabang Mandibula

a. Cabang maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan


gingiva. Cabang mandibularis memberikan persarafan sensorik ke gigi mandibularis,
lidah, dan gingiva. Variasi nervus yang memberikan persarafan ke gigi diteruskan ke
alveolaris, ke soket di mana gigi tersebut berasal.
 Nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang maxillaris
nervus trigeminus.
 Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal dari cabang
mandibularis nervus trigeminus.

CABANG MAXILLARIS MEMPERSARAFI :


PALATUM
Membentuk atap mulut dan lantai cavum nasi yang terdiri dari :
 Palatum durum (langit keras)

 Palatum mole (langit lunak)

PALATUM DURUM
Terdapat tiga foramen:
 foramen incisivum pada bidang median ke arah anterior
 foramina palatina major di bagian posterior dan
 foramina palatina minor ke arah posterior

 Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum),


mempersarafi gigi anterior rahang atas
 Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen palatina
mayor), mempersarafi gigi premolar dan molar rahang atas.

PALATUM MOLAE
N. Palatinus Minus (keluardari foramen palatina minus), mempersarafi seluruh
palatina mole.

PERSARAFAN DENTIS DAN GINGIVA RAHANG ATAS


Permukaan labia dan buccal : N. alveolaris superior posterior, medius dan
anterior
o Nervus alveolaris superior anterior, mempersarfi gingiva dan gigi anterior
o Nervus alveolaris superior media, mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan
molar I bagian mesial
o Nervus alveolaris superior posterior, mempersarafi gingiva dan gigi molar I
bagian distal, molar II dan molar III

Permukaan palatal : N. palatinus major dan nasopalatinus


o Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum),
mempersarafi gingiva dan gigi anterior rahang atas
o Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen palatina
mayor), mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan molar rahang atas.

CABANG MANDIBULARIS:
PERSARAFAN DENTIS
Dipersyarafi oleh Nervus Alveolaris Inferior, mempersarafi gigi anterior dan
posterior gigi rahang bawah

PERSARAFAN GINGIVA
Permukaan labia dan buccal :
• N. Buccalis, mempersarafi bagian buccal gigi posterior rahang bawah
• N. Mentalis, merupakan N.Alveolaris Inferior yang keluar dari foramen Mentale

Permukaan lingual :
N. Lingualis, mempersarafi 2/3 anterior lidah, gingiva dan gigi anterior dan posterior
rahang bawah
4. Trepanasi Gigi
Trepanasi adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau melalui tulang
untuk mengalirkan secret luka serta untuk mengurangi rasa sakit. Jika timbul
abses alveolar akut, berarti infeksi telah meluas dari saluran akar melalui
periodontal sampai ke dalam tulang periapeks. Nanah dikelilingi oleh tulang pada
apeks gigi dan tidak dapat mengalir keluar. Pada stadium ini belum tampak suatu
pembengkakan. Perasaan sangat nyeri terutama bila ditekan sehingga untuk
menghilangkannya perlu segera dilakukan drainase. Trepanasi ada 2 jenis yaitu :
 Trepanasi melalui saluran akar
Merupakan usaha awal untuk memperoleh drainase dengan membuka
saluran akar lebar-lebar sampai melewati foramen apikalis dan saluran
akar dibiarkan terbuka beberapa hari supaya secret dapat mengalir keluar.
 Trepanasi melalui tulang
Adalah cara melakukan drainase dengan pengambilan tulang alveolar
langsung diatas apeks dan mengalirkan nanah keluar.
5. Pengertian, Tatalaksana, dan Cara Diagnosis dari:
a. White Spot
White spot adalah suatu daerah yang kepadatannya berkurang pada
bagian bawah permukaan enamel, sedangkan permukaan atas atau luar lapisan
enamel masih utuh. Hal ini disebabkan karena terjadi pelepasan ion kalsium
dan fosfat dari prisma enamel. White spot dibagi menjadi dua, yaitu white spot
kering dan white spot basah.Pada white spot kering dapat dilakukan inspeksi
gigi dengan menggunakan chip blower/puspus untuk mengeringkan gigi dan
white spot basah dilakukan dengan inspeksi gigi tanpa dikeringkan. Pada
tahap ini, kerusakan masih bisa diatasi dengan memberikan aplikasi fluor pada
gigi.

b. Karies email
Karies email adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi
(lapisan terluar dan terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada
pewarnaan hitam atau coklat pada enamel. Pemeriksaan gigi yang mengalami
karies email dapat dilakukan menggunakan sonde dan sonde tampak seperti
menyangkut. Pasien belum merasakan ngilu/sakit. Tatalaksana yang dapat
diberikan adalah remineralisasi dengan fluor, konsul diet dan faktor risiko lain,
serta aplikasi penutupan fissure.

c. Karies dentin
Karies dentin adalah perkembangan dari karies email yang sudah
mencapai pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa. Pemeriksaan
menggunakan sonde dan dirasakan menyangkut. Pasien sudah merasakan
ngilu, karena pada dentin terdapat tubulus-tubulus yang dapat menghantarkan
rasa sakit/ngilu. Tatalaksana dari karies dentin adalah pembuatan ragangan
restorasi yang diinginkan, pertimbangan resistensi dan retensi, pembuangan
karies dentin dan penempatan restorasi, penyingkiran karies dentin,
penghalusaan bagian dalam kavitas, dan penghalusan tepi preparasi.

d. Iritasi Pulpa
Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi
mengalami kerusakan sampai batas dentino enamel junction. Pada
pemeriksaan dapat dilakukan inspeksi yang menunjukkan adanya karies kecil.
Dengan sonde tidak memberikan reaksi dan tes thermis dengan chlor etil
terasa ngilu. Tatalaksana yang dapat diberikan adalah dilakukan penumpatan
sesuai indikasi.

e. Hiperemia Pulpa
Hiperemia pulpa adalah keadaan dimana lapisan dentin mengalami
kerusakan, terjadi peningkatan sirkulasi darah karena terjadi pelebaran
pembuluh darah halus di dalam pulpa. Pada hiperemia pulpa, dilakukan tes
dengan chlor etil terasa ngilu, tes menggunakan sonde terasa ngilu, sedangkan
pada perkusi tidak ada rasa apa-apa. Tatalaksana yang diberikan adalah
penumpatan sesuai indikasi, bila karies sudah mencapai profunda, maka
dilakukan pulp capping.

f. Pulpitis reversibel
Pulpitis reversibel adalah keadaan dimana terjadinya inflamasi pada
pulpa akibat jejas yang dapat menimbulkan infeksi, namun pulpa masih
mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah jejas ditiadakan.
Diagnosis dapat ditegaskan oleh pemeriksaan visual, taktil, termal, dan
pemeriksaan radiograf. Pulpitis reversibel akut berhasil dirawat dengan
prosedur paliatif yaitu aplikasi semen seng oksida eugenol sebagai tambalan
sementara, rasa sakit akan hilat dalam beberapa hari. Bila sakit tetap bertahan
atau menjadi lebih buruk, maka lebih baik pulpa diekstirpasi. Bila restorasi
yang dibuat belum lama mempunyai titik kontak prematur, memperbaiki
kontur yang tinggi ini biasanya akan meringankan rasa sakit dan
memungkinkan pulpa sembuh kembali. Bila keadaan nyeri setelah preparasi
kavitas atau pembersihan kavitas secara kimiawi atau ada kebocoran restorasi,
maka restorasi harus dibongkar dan aplikasi semen seng oksida eugenol.
Perawatan terbaik adalah pencegahan yaitu meletakkan bahan protektif pulpa
dibawah restorasi, hindari kebocoran mikro, kurangi trauma oklusal bila ada,
buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan injuri pada pulpa
dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau memoles restorasi
amalgam.
g. Pulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibel adalah suatu infeksi jaringan pulpa yang
merupakan proses lanjut dari karies yang bersifat kronis yang akan berakhir
dengan nekrosis. Diagnosa dapat ditegakkan melalui beberapa cara, yaitu:
Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta
menyebar. Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada
rangsangan sakit), nyeri lama sampai berjam-jam. Gejala Obyektif: karies
profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan kadang-
kadang ada keluhan. Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin,
sehingga keadaan gigi dinyatakan vital. Perawatan gigi pada pulpitis
irreversibel dilakukan dengan pulpektomi. Pulpektomi adalah pembuangan
seluruh jaringan nekrotik pada ruang pulpa dan saluran akar diikuti pengisian
saluran akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi.

h. Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya.
Gigi ditemukan sudah berubah warna menjadi abu-abu kehitaman, terdapat
lubang gigi yang dalam. Saat dilakukan sondenasi tidak ada rasa apa-apa dan
tidak sakit. Ketika sudah sampai tahap nekrosis pulpa, dapat dilakukan
perawatan saluran akar pada gigi nekrosis

i. Periodontitis
Periodontitis adalah peradangan pada jaringan yang menyelimuti gigi
dan akar gigi. Pada pemeriksaan ditemukan gusi bengkak, merah dan keluar
nanah atau darah diantara gusi dan gigi dan gusi terasa nyeri. Tatalaksana
yang dapat diberikan yaitu scalling, root planning, dan pemberian antibiotik.

6. Selulitis
Selulitis suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut pada permukaan
jaringan lunak dan bersifat difus. Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit atau
anamnesa dan pemeriksaan klinis (inpeksi, palpasi & auskultasi intraoral dan
ekstraoral), yang lebih jauh menegakkan diagnosa selulitis tersebut berasal dari
gigi. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologis, umumnya periapikal
foto dan panoramik foto, walaupun banyak kasus dilaporkan selulitis dapat
didiagnosa dengan MRI.
Gejala lokal antara lain pembengkakkan mengenai jaringan lunak/ikat longgar,
sakit, panas dan kemerahan pada daerah pembengkakkan, pembengkakan
disebabkan oedem, infiltrasi eslular dan kadang karena adanya pus,
pembengkakkan difus, konsistensi kenyal – keras seperti papan, kadang-kadang
disertai trismus dan kadang-kadang dasar mulut dan lidah terangkat. Gejala
sistemik seperti temperatur tinggi, nadi cepat dan tidak teratur, malaise,
lymphadenitis, peningkatan jumlah leukosit, pernafasan cepat, muka kemerah-
merahan, lidah kering, delirium terutama malam hari, disfagia dan dispnea, serta
stridor.
Apabila terdapat tanda-tanda seperti kondisi sistemik seperti malaise dan
demam tinggi, adanya disfagia atau dispnoe, dehidrasi atau pasien kurang minum,
diduga adanya penurunan resistensi terhadap infeksi, toksis sept ikemia da n
infiltrasi ke daerah anatomi yang berbahaya serta memerlukan anestesi umum
untuk drainase, diperlukan penanganan serius dan perawatan di rumah sakit
sesegera mungkin. Jalan nafas harus selalu dikontrol, intubasi endotracheal atau
tracheostomi jika diperlukan. Empat prinsip dasar perawatan infeksi (Falace,
1995), yaitu: menghilangkan causa (Jika keadaan umum pasien mungkinkan
segera dilakukan prosedur ini, dengan cara pencabutan gigi penyebab), drainase
(Insisi drainase bisa dilakukan intra maupun extra oral, ataupun bisa dilakukan
bersamaan seperti kasus-kasus yang parah. Penentuan lokasi insisi berdasarkan
spasium yang terlibat).
Gambar Insisi Drainase

Dalam pemberian antibiotik perlu diperhatikan apakah pasien mempunyai


riwayat alergi terhadap antiboi tik tertentu, terutama bila diberikan secara
intravena untuk itu perlu dilakukan skin test terlebih dahulu. Antibiotik diberikan
selama 5-10 hari (Milloro, 2004). Antibiotik per-oral yang efektif mengatasi
infeksi ondontogenik ialah penisilin, eritromisin, klindamisin, sefadroksil,
metronidazole, tetrasiklin. Suppotive Care, seperti istirahat dan nutrisi yang
cukup, pemberian analgesik & antiinflamasi (analgesik-antiinflamasi nonsteroid
seperti Diklofenak (50 mg/8 jam) atau Ibuprofen (400-600 mg/8 jam) dan jika
Kortikosteroid diberikan, perlu ditambahkan analgesik murni, seperti Paracetamol
antiinflamasi diberikan dalam (650 mg/4-6 jam) dan/atau Opioid rendah seperti
Kodein (30 mg/6 jam)), pemberian aplikasi panas eksternal (kompres panas)
maupun peroral (melalui obat kumur saline) dapat memicu timbulnya pernanahan.

7. Ludwig Angina
Ludwig angina adalah infeksi ruang submandibula berupa selulitis atau
flegmon yang progresif dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang
submandibula, tidak membentuk abses dan tidak ada limfadenopati, sehingga
keras pada perabaan submandibula. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis yang
didapatkan pasien mempunyai riwayat perawatan hygine mulut atau baru saja
melakukan ekstraksi gigi, mengorek dan sakit gigi. Pada pemeriksaan tanda vital
pasien merasa demam, takipnea,dan takikardi. Tatalaksana yang dapat diberikan
menggunakan 4 prinsip utama, yaitu:
1. Proteksi dan kontrol jalan napas
2. Pemeberian antibiotik yang adekuat
3. Insisi dan drainase abses
4. Hidrasi dan nutrisi adekuat

8. Kategori Antibiotik untuk Ibu Hamil dan Menyusui


Lactation Risk Categories Pregnancy Risk Categories
L1 (safest) A (controlled studies show no risk)
L2 (safer) B (no evidence of risk in humans)
L3 (moderately safe) C (risk cannot be ruled out)
L4 (possibly hazardous) D(positive evidence of risk)
L5 (contraindicated) X (contraindicated in pregnancy)
NR: Not Reviewed. This drug has not yet been reviewed by Hale

Antibiotika
Amoxicilin Larotid, Amoxil Approved B L1
Aztreonam Azactam Approved B L2
Ultracef, Approved B L1
Cefadroxil Duricef
Ancef, Approved B L1
Cefazolin Kefzol
Claforan Approved B L2
Cefotaxime
Mefoxin Approved B L1
Cefoxitin
Cefrozil Cefzil Approved C L1

Ceftazidime Ceftazidime, Approved B L1


Fortaz,
Taxidime
Ceftriaxone Rocephin Approved B L2
Ciprofloxacin Cipro Approved C L3
Clindamycin Cleocin Approved B L3

Erithromycin E-Mycin, Ery- Approved B L1


tab, ERYC, L3 early
Ilosone postnatal
Fleroxacin - Approved - NR
Gentamicin Garamycin Approved C L2
Kanamycin Kebecil, Approved D L2
Kantrex
Moxalactam Moxam Approved - NR
Nitrofurantoin Macrobid Approved B L2
Ofloxacin Floxin Approved C L2
Penicillin - Approved B L1
Streptomycin Streptomycin Approved D L3
Sulbactam - Approved - NR
Sulfisoxazole Gantrisin, Azo- Approved C L2
Gantrisin
Tetracycline Achromycin, Approved D L2
Sumycin,
Terramycin
Ticarcillin Ticarcillin, Approved B L1
Ticar, Timentin
Trimethoprim/Sulphametoxazole Proloprim, Approved C L3
Trimpex

Anda mungkin juga menyukai