Disusun oleh:
LEMBARPENGESAHAN
..................................... .....................................
Mengetahui,
Kepala Ruang
.....................................
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karuniaNya makalah ini bisa terselesaikan dengan baik. Makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Jiwa Klien denga Masalah Keperawatan
Gangguan PersepsiSensoris : Halusinasi bisa terselesaikan.
Makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini ucapan terima kasih
disampaikan kepada:
1. Ibuk NI WAYAN RUCI, S.Kep., Ners selaku dosen pembimbing lahan
dalam PraktikKeperawatan Jiwa.
2. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberi inspirasi.
3. Petugas perpustakaan yang bersedia membantu dalam peminjaman buku
yang berguna untuk menyelesaikan makalah ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 18 yang telah memberi masukan
kepada penyusun dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi penyusunan,
bahasa, maupun segi lainnya.Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Jiwa Klien denga Masalah
Keperawatan Gangguan PersepsiSensoris : Halusinasi dapat diambil
manfaatnya sehingga bisa memberikan inspirasi kepada pembaca.
Penyusun
iii
Daftar Isi
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan pembaca mengetahui dan memahami tentang halusinasi
dan asuhan keperawatannya
1.3.2 Tujuan Khusus
Diharapkan Mahasiswa mampu
1. Melakukan pengkajian keperawatan
2. Melakukan penegakan diagnosa keperawatan
3. Melakukan perencanaan keperawatan
4. Melakukan implementasi rencana keperawatan
5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Kusumawati & Hartono, 2012).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien
mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan (Direja, 2011).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu
(Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang merasakan sesuatu
lewat panca inderanya (pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman dan
indra pengecap) dimana dalam kenyataannya hal tersebut tidak ada. (Setiadi,
2014)
3
2.2 Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
2.2 Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang menyebabkan
halusinasi adalah :
1. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan
lebih rentan terhadap stres
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang mersa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkunganya.
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stres berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
4
Akibat sters berkepanjangan menyebabkan teraktifasinya
neurotransmitter otak.
4. Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus dalam penyalahgunaan zat akditif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.Hasil studi
menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut stuart dan sundeenyang dikutip oleh jallo (2008), faktor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak,yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2. Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stress (Prabowo, 2014).
Hingga sekarang belum ada teori psikologis dari halusinasi yang
diterima semua pihak dan bisa dipakai sebagai dasar pemulihan atau
pengobatan.(Setiadi, 2014)
5
2.3 Pohon Masalah
2.4 Klasifikasi
6
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran
yang mencapai lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan
menduduki peringkat kedua dengan rata-rata 20%.sementara jenis halusinasi
yang lain yaitu halusinasi pengecapan, penghidu, perabaan , kinesthetic, dan
ansthethic hanya meliputi 10%.tabel dibawah ini menjelaskan karakteristik
halusinasi.
7
FASE-FASE HALUSINASI
8
3. Klien mungkin 3. Asyik dengan
mengalami pegalaman sensori
dipermalukan oleh dan kehilangan
pengalaman sensori kemampuan
dan menarik diri membedakan
dari orang lain halusinasi dan
4. Mulai merasa realita
kehilangan control 4. Menyalahkan
5. Tingkat kecemasan 5. Menarik diri dari
berat, secara umum orang lain
halusinasi 6. Konsentrasi
menyebabkan terhadap
perasaan antipasti pengalaman
PSIKOTIK RINGAN sensori kerja
Fase. III 1. Klien berhenti 1. Kemauan yang
Controlling melakukan dikendalikan
Ansietas berat perlawanan terhadap halusinasi akan
Pengalaman halusinasi dan lebih diikuti
sensori jadi menyerah pada 2. Kesukaran
berkuasa halusinasi tersebut berhubungan
2. Isi halusinasi dengan orang lain
menjadi menarik 3. Rentang perhatian
3. Klien mungkin hanya beberapa
mengalami detik atau menit
pengalaman 4. Adanya tanda-
kesepian jika sensori tanda fisik ansietas
halusinasi berhenti berat : berkeringat,
termor, dan tidak
mam[u mematuhi
perintah
5. Isi halusinasi
menjadi atraktif
9
6. Perintah halusinasi
ditaati
7. Tidak mampu
mengikuti perintah
dari perawat,
termor, dan
berkeringat
PSIKOTIK
Fase.IV 1. Pengalaman sensori 1. Perilaku error
Conquering menjadi mengancam akibat panic
Panik jika klien mengikuti 2. Potensi kuat
perintah suicide atau
Umumnya halusinasinya homicide
menjadi melebur 2. Halusinasinya 3. Aktivitas fisik
dalam berakhir dai merefleksikan isi
halusinasinya beberapa jam atau halusinasi seperti
hari jika tidak ada perilaku kekerasan
intervensi terapeutik agitasi, menarik
diri atau katatonik
4. Tidak mampu
merespon perintah
yang kompleks
5. Tidak mampu
merespon lebih dari
satu orang
6. Agitasi atau
kataton
AGITASI BERAT
10
Halusinasi merupakan salah satu gejala dalam menentukan diagnosis
klien yang mengalami psikotik, khususnya skizofrenia.halusinasi
dipengaruhi oleh faktor (Stuart dan Laria, 2005), dibawah ini antara
lain :
1.faktor predisposisi, adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stress.diperoleh baik dari klien maupun dari keluarganya,
mengenai faktor perkembangan sosial cultural, biokimia, psikologis
dan genetic yaitu faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress.beberapa faktor predisposisi yang berkonsentrasi pada
munculnya respon neurobiology seperti pada halusinasi antara lain :
a) Faktor genetik, telah diketahui bahwa secara genetik
skizhofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom
tertentu.namun demikian, kromosom yang keberapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih
dalam tahap penelitian .anak kembar identik memiliki
kemungkinan skizhofrenia sebesar 50% jika salah satunya
mengalami skizofrenia , sementara jika dizygote peluangnya
sebesar 15% .seorang anak yang salah satu orang tuanya
mengalami skozofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orangtuanya skizofrenia
maka peluangnya menjadi 35%.
b) Faktor perkembangan, jika tugas perkembangan mengalami
hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka
individu akan mengalami stress dan kecemasan
c) Faktor neurobiology, ditemukan bahwa kortex pre frontal dan
kortex limbic pada klien dengan skizofrenia tidak pernah
berkembang penuh.ditemukan juga pada klien skizofrenia
terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang
abnormal.neurotransmiter juga tidak ditemukan tidak normal,
khususnya dopamine, serotonin dan glutamate
11
d) Study neurotransmitter, skozofrenia diduga juga disebabkan
oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmitter serta
dopamine berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotin
e) Faktor biokimia, mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa.dengan adanya stress yang berlebihan yang di-
(lanjutannya ndk nomer 3)
Alami seseorang, maka tubuh akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)
f. teori virus, paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat
menjadi faktor predosposisi schizofrenia
12
demikian faktor-faktor pencetus respon neurobiologis dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a. Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak
13
dalam bekerja)
9) Kurangnya alat transpotasi
10) Ketidakmampuan dalam
mendapatkan pekerjaan
SIKAP/ PERILAKU 1) Merasa tidak mampu (harga diri
rendah)
2) Putus asa (tidak percaya diri )
3) Merasa gagal (kehilangan
motivasi dalam menggunakan
ketrampilan diri)
4) Kehilangan kendali diri
(demoralisasi)
5) Merasa punya kekuatan
berlebihan dengan gejala
tersebut
6) Merasa malang (tidak dapat
memenuhi kebutuhan spiritual)
7) Bertindak tidak seperti orang
lain dari segi usia maupun
kebudayaan
8) Rendahnya kemampuan
sosialisasi
9) Ketidakadekuatan pengobatan
10) Perilaku agresif
11) Perilaku kekerasan
12) Ketidakadekuatan penanganan
gejala
Mekanisme koping
14
1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
15
mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan perilaku halusiansi, maka pengkajian
selanjutanya harus dialkukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis
halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperluakn
meliputi :
1. Isi halusinasi yang dialami oleh klien. Ini dapat dikaji dengan
menanyakan suara siapa yang didengar dan apa yang dikatakan
berkata jika halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Bentuk
bayangan bagaiamana yang dilihat klien jelas bila jenis halusinasinya
adalah halusiansi penglihatan, bau apa yang dicium bila halusinasinya
adalah halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi
pengecapan, atau merasakan apa di permukaan tubuh bila mengalami
halusinasi perabaan
2. Waktu dan frekuensi halusinasi. Ini dapat dikaji dengan
menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul,
berapa kali sekali, seminggu atau bulan pengalaman halusinasi itu
muncul. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus
halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu diperhatikan saat
mengalami halusinasi.
3. Situasi pencetus halusinasi. Perawat perlu mengidentifikasi situasi
yang dialami klien sebelum mengalami halusiansi. Ini dapat dikaji
dengan menanyakan klien peristiwa atau kejadian yang dialami
sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat juga bisa
mengobservasi apa yang dialami klien menjelang muncul halusinasi
untuk memvalidasi pernyataan klien
4. Respon klien. Untuk menetukan sejauh mana halusinasi telah
mempengaruhi klien, bisa dikaji dengan menanyakan apa yang
dilakukan klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien
masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak berdaya
lagi terhadap halusinasi (Stuart, Laraia, 2005).
16
2.5Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala menurut Hamid yang dikutip oleh Jallo (2008), dan
menurut Keliat dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku pasien yang berkaitan
dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
1) Bicara, senyum, dan ketawa sendiri.
2) Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
dan respon verbal yang lambat.
3) Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari
diri dari orang lain.
4) Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan
yang tidak nyata.
5) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan
darah.
6) Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa
detik dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
7) Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain,dan
lingkungannnya), dan takut.
8) Sulit berhubungan dengan orang lain.
9) Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
10) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
11) Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan
kataton (Prabowo, 2014).
Dimensi Halusinasi
17
1. Dimensi Fisik, manusia dibangun oleh system indra untuk menanggapi
rangsang eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinansi
dapat ditimbulakn oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luarbiasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksisasi alcohol, dan kesulitan untuk tidur dalam waktu ang lama.
2. Dimensi emosisonal, perasaan cemas yang berlebihan atas dasar
problem yang tidak dapat diatasi meruakan enebab halusinansi itu
terjadi. Isi dari halusinansi dapat berupa perintah memaksa dan
menankutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
3. Dimensi intelektual, dalam halusinansi intelektual ini menerangkan
bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Ada awalnya, halusinasi merupakan usaha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang menenkan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang data mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien.
4. Dimensi social, dimensisosial pada individu dengan halusinasiaakan
menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik
dengan halusinasinya, seolah-olah ia meruppakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi social, kontrl diri, dan harga diri
yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan
system control oleh individu tersebut sehingga jika perintah
halusinansi berupa ancaman, maka individu tersebut bisa
membahaakan orang lain. Oleh karenan itu, aspek penting dalam
melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan
suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman
interpersonalyang memuaskan, serta mengusakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya
dan halusinasi tidak berlangsung.
18
5. Dimensi spiritual, manusia dicitakan Tuhan sebagai makhluk social
sehingga interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang
mendasar. Individu yang mengalami halusinansi cenderung
menyendiri hingga prosesdi atas tidak terjadi, individu tidak sadar
dengan keberadaannya sehingga halusinasi menjadi system control
dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya, individu
kehilangan control kehidupan menurut Stuart dan Laria tahun 2005
dalam (Muhith, 2015)
19
3) Fase ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman
sensori menjadi berkuasa.Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
4) Fase keempat
Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya.Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik:
halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control
dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di
lingkungan.
Perilaku klien: perilaku terror akibat panic, potensi bunuh diri,
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak
mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang (Kusumawati & Hartono, 2012).
20
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara medis pada halusinasi
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awa; dan dasar utama dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari bebagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
21
kesehatan pasien (lyer et.al.,1996). Pengkajian pada klien dengan halusinasi
difokuskan pada :
22
membuang sesuatu, tiba-tiba marah
dan menyerang, duduk terpaku,
memandang satu arah, menarik diri.
Fisik ADL Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi
memerintahkan untu tidak makan,
tidur terganggu karena ketakutan,
kurang kebersihan diri atau tidak
mandi, tidak mampu berpatisipasi
dalam kegiatan aktivitas fisik yang
berlebihan, agitasi gerakan atau
kegiatan ganjil.
Kebiasaan Berhenti dari minuman keras,
penggunaan obat-obatan, zat
halusinogen, tingkah laku merusak
diri
Riwayat kesehatan Schizofrenia, delirium berhubungan
dengan riwayat demam dan
penyalahgunaan obat.
Fungsi 1. Perubahan berat badan,
sistem tubuh hipertermia (demam)
2. Neurologikal perubahan
mood, disorientasi
3. Ketidakefektifan endokrin
oleh peningkatan temperatur
Status emosi Afek tidak sesuai, perasaan bersalah
atau malu, sikap negatif dan
bermusuhan, kecemasan berat atau
panik, suka berkelahi
Status Gangguan persepsi, penglihatan,
intelektual pendengaran, penciuman dan kecap,
isi pikir tidak realistis, tdak logis dan
sukar diikuti atau kaku, kurang
23
motivasi, koping egresi dan denial
serta sedikit bicara.
Status sosial Putus asa, menurunnya kualitas
kehidupan, ketidakmampuan
mengatasi stres dan kecemasan
(Stuart, Laraia, 2005)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya
sehingga bisa membahayan dirinya, orang lain maupun lingkungan. Hal ini
terjadi jika halusinasi sudah sampai fase IV, dimana klien mengalami panik
dan perilakunya dikendaliakn oleh isi halusinasinya.Klien benar-benar
kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan.Dalam situasi
ini, klien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang ain
(homicide), dan bahkan merusak lingkungan.Selain masalah yang diakibatkan
oleh halusinasi, klien biasanya juga mengalami masalah-masalah keperawatan
yang menjadi penyebab (triger) munculnya halusinasi. Masalah-maslah itu
antara lain harga diri rendah dan isolasi sosial (Stuart, Laraia, 2005)
24
hubungan saling percaya
b. Klien mengenal halusinasi
yang dialaminya
c. Klien dapat mengontrol
halusinasi
d. Klien dapat mendukung
keluarga untuk mengontrol
halusinasi
e. Klien dapat memanfaatkan
obat untuk mengatasi
halusinasi
(Stuart, Laraia,2005)
25
6) Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
7) Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan klien.
TUK 2. 1. Klien dapat a. Adakan kontak sering dan
Klien dapat menyebutkan singkat secara bertahap
mengenal waktu, isi, b. Observasi tingkah laku
halusinasinya frekuensi klien terkait dengan
timbulnya halusinasinya: bicara dan
halusinasi. tertawa tanpa stimulus,
2. Klien dapat memandang ke kiri/ke
mengungkapkan kanan/ke depan seolah-
perasaan olah ada temen bicara
terhadap c. Bantu klien mengenal
halusinasinya halusinasi :
1) jika menemukan klien
yang sedang
halusinasi, tanyakan
apakah ada suara yang
di dengar
2) jika klien menjawab
ada, lanjutkan dengan
menanyakan apa yang
dikatakan
3) Katakan bahwa
perawat percaya klien
mendengar suara itu,
namun perawat sendiri
tidak mendengarnya
(dengan nada
26
bersahabat tanpa
menuduh dan
menghakimi)
4) katakan bahwa klien
lain juga ada yang
seperti klien
5) katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
27
mengontrol tindakan yang terjadi halusinasi (tidur,
halusinasinya biasa dilakukan marah, menyibukkan diri
untuk dan lain-lain)
mengendalikan b. Diskusikan manfaat dan
halusinasinya cara yang digunakan klien,
2. Klien dapat jika bermanfaat beri pujian
menyebutkan c. Identifikasi bersama klien
tindakan yang apa yang dirasakan jika
biasa dilakukan terjadi halusinasi (tidur,
untuk marah, menyibukkan diri
mengendalikan dan lain-lain)
halusinasinya d. Diskusikan manfaat dan
3. Klien dapat cara yang digunakan klien,
menyebutkan jika bermanfaat beri pujian
cara baru dalam e. Diskusikan cara baru
mengontrol untuk
halusinasinya memutus/mengontrol
4. Klien dapat timbulnya halusinasi
memilih cara antara lain dengan :
mengatasi
halusinasina
seperti yang
telah
didiskusikan
dengan klien
28
terapi aktivitas kelompok (perawat, teman, anggota
keluarga ) untuk
bercakap atau
mengatakan halusinasi
yang di dengar
3. membuat jadwal
kegiatan sehari-hari agar
halusinasi tidak muncul
4. meminta keluarga/
perawat/ teman menyapa
jika tampak bicara
sendiri.
f. bantu klien memilih
dan melatih cara
memutus halusinasi
secara bertahap
g. beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
telah dipilih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian
bila berhasil
h. anjurkan klien untuk
mengikuti terapi
aktivitas kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi.
29
dalam mengontrol percaya dengan mengalami halusinasi
halusinasinya perawat b. Diskusikan denan
2. Keluarga dapat keluarga (pada saat
menyebutkan keluarga
pengertian, tanda berkunjung/pada saat
dan tindakan kunjungan rumah):
untuk 1. Gejala halusinasi
mengendalikan yang dialami
halusinasinya klien
2. Cara yang dapat
dilakukan klien
dan keluarga
untuk memutus
halusinasi
3. Cara merawat
anggota keluarga
yang mengalami
halusinasi di
rumah : beri
kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian
bersama
4. Beri informasi
waktu follow up
atau kapan perlu
mendapat
bantuan:
halusinasi tidak
terkontrol dan
resiko
30
mencederai orang
lain.
TUK 5 1. Klien dan a. Diskusikan dengan
Klien dapat keluarga dapat klien dan keluarga
memanfaatkan menyebutkan tentang dosis,
obat dengan baik manfaat, dosis, frekuensi serta
dan efek samping manfaat obat.
obat b. Anjurka klien minta
2. Klien dapat sendiri obat pada
mendemonstrasik perawat dan
an penggunaan merasakan
obat manfaatnya.
3. Klien dapat c. Anjurkan klien bicara
informasi tentang dengan dokter
manfaat dan efek tentang manfaat dan
samping obat efek samping obat
4. Klien dan yang dirasakan
keluarga dapat d. Diskusikan dengan
menyebutkan klien dan keluarga
manfaat, dosis tentang dosis,
dan efek samping frekuensi serta
obat manfaat obat
5. Klien dapat e. Anjurkan klien minta
mendemonstrasik sendiri obat pada
an penggunaan perawat dan
obat merasakan
6. Klien memahami manfaatnya
tentang akibat f. Anjurkan klien bicara
berhentinya obat dengan dokter
tanpa konsultasi tentang manfaat dan
7. Klien dapat efek samping obat
menyebutkan yang dirasakan
31
prinsip benar g. Diskusikan akibat
penggunaan obat berhentinya obat-
obat tanpa konsultasi
h. Bantu klien
menggunakan obat
dengan prinsip 5
benar
Diagnosa Keperawatan 1:
32
Evaluasi Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan
kondisinya secara verbal
33
Evaluasi 1. Klien dapat membedakan hal yang nyata dan
yang tidak setelah 3-4 kali pertemuan dengan
menceritakan hal-hal yang nyata
2. Klien dapat menyebutkan situasi, isi dan waktu
timbulnya halusinasi setelah tiga kali pertemuan
3. Klien dapat mengungkapkan respon perilakunya
saat halusinasi terjadi setelah 2 kali pertemuan
TUK 3 Klien dapat mengendalikan halusinasinya
Intervensi 1. Identifikasi tindakan klien yang positif
2. Beri pujian atas tindakan klien yang positif
3. Bersama klien rencanakan kegiatan untuk
mencegah terjadinya halusinasi
4. Diskusikan dan ajarkan cara mengatasi
halusinasi
5. Dorong klien untuk memilih cara yang disukai
untuk mengontrol halusinasi
6. Beri pujian atas pilihan klien yang tepat
7. Dorong klien intuk melakukan tindakan yang
telah dipilih
8. Diskusikan dengan klien hasil atau upaya yang
telah dilakukan
9. Beri penguatan atas upaya yang telah berhasil
dilakukan dan beri solusi jika ada keluhan klien
tentang cara yang dipilih
Rasional 1. Mengetahui cara-cara klien mengatasi
halusinasi, baik yang positf maupun yang negatif
2. Menghargai respon atau upaya klien
3. Melibatkan klien dalam menentukan rencana
intervensi
4. Memberikan informasi dan alternatif cara
mengatasi halusinasi pada klien
5. Memberi kesempatan pada klien untuk
34
memilihkan cara sesuai kehendak dan
kemampuannya
6. Meningkatkan rasa percaya diri klien
7. Motivasi respon klien atas upaya yang telah
dilakukan
8. Melibatkan klien dalam menghadapi masalah
halusinasi lanjutan
Evaluasi 1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat
dilakukan dan saat halusinasi terjadi setelah dua
klai pertemuan
2. Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 cara
mengatasi halusinasi
35
dokter
DIAGNOSA KEPERAWATAN 2:
36
Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan
sehingga halusinasi dapat dicegah.
37
Rasional 1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien
tentang menarik diri sehingga perawat dapat
merencanakan tindakan yang selanjutnya.
2. Untuk mengetahui alasan klien menarik diri.
3. Meningkatkan harga diri klien sehingga berani
bergaul dengan lingkungan sosialnya.
38
c. Membantu memecahkan masalah
39
a. Membalas sapaan perawat
b. Kontak mata positif
c. Malu berinteraksi
40
6. Meningkatkan rasa percaya diri klien kepada
keluarga dapat merasa diperhatikan.
Diagnosa Keperawatan 3
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri (harga
diri rendah)
Tujuan umum: klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa merasa
rendah diri.
41
2. Mengingatkan klien bahwa ia manusia biasa
yang mempunyai kekurangan.
3. Menghairkn realita pada klien
4. Memberikan harapan pada klien
5. Memberikan kesempatan berhasil lebih tinggi
agar klien tidak merasa putus asa
42
2. Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan
tidak menjadi halangan untuk mencapai keberhasilan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 5 :
Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas
Tujuan umum : klien dapat melakukan perawatan diri
TUK 1 Klien dapat menyelidiki dirinya
Intervensi 1. Diskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri
2. Dorong klien untuk menyebutkan kembali keuntungan
dalam melakukan perawatna diri
3. Beri puiian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan
keuntungan melakukan perawatan diri
Rasional 1. Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perawatan
diri
2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang
43
informasi yang telah diberikan
3. Reinforcement positif dapat menyenangkan hati pasien
Evaluasi 1. Klien dapat menyebutkan keuntungan dari melakukan
perawatan diri seperti memelihara kesehatan dan memberi
rasa nyaman dan segar.
44
BAB 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Kusumawati & Hartono, 2012).
Etiologi:
a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Presipitasi
Jenis-jenis halusinasi:
3.2 Saran
Semoga makalah tentang Halusinasi ini dapat berguna bagi semua
kalangan.Kita sebagai calon perawat mampu mengerti dan memahami tentang
Halusinasi terhadap pasien yang mengalami halusinasi.
70
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
71