KISAH HEROIKNYA.
Dua aksi pilot heroik yang hampir sama, namun lokasi dan waktunya berbeda,
mewarnai kisah penerbangan dunia. Mereka adalah Chesley Burnett "Sully" Sullenberger
III di Sungai Hudson, New York, Amerika Serikat dan Abdul Rozaq di sungai Bengawan
Solo, Jawa Tengah. Peristiwa yang menghebohkan dunia ini terjadi di tanggal yang
hampir mirip. Peristiwa pendaratan darurat pesawat US Airways 1549 di Sungai Hudson
terjadi pada 15 Januari 2009. Sementara Garuda Indonesia GA421 terjadi 13 tahun lalu,
yakni 16 Januari 2002.
Namun pilot melihat posisi IRS di kiri dan kanan tidak sama, alias menyimpang.
Lalu kru memutuskan memindahkan IRS kanan dari posisi NAV (navigation) ke posisi
ATT (attitude). Hal semacam ini biasa dilakukan saat di darat. Tetapi autopilot malah jadi
off atau disengaged. Pesawat pun perlahan miring ke kanan. Terdengar alarm peringatan
autopilot mati di ruang kokpit. Tapi tak lama bunyi itu menghilang, diduga tidak sengaja
dimatikan oleh pilot dan kopilotnya. Perhatian mereka berdua terfokus untuk mengoreksi
IRS.
Burung besi itu pun meluncur ke bawah dengan kecepatan 330 meter per detik
atau sekitar 1.050 km per jam. Saat itu, pilot baru berusaha memegang kendali pesawat
secara manual. Mereka belum menyadari kemiringan pesawat lantaran kemiringan terjadi
sangat perlahan, yakni 1 derajat per detik. Kepanikan pun menyergap kedua pilot itu
ketika menyadari pesawat miring. "Jangan dimiringin, jangan dimiringan," teriakan
terdengar dari ruang kokpit. Keduanya sempat membuka quick reference hand book yang
tersedia pada chapter 11. Sayangnya mereka hanya membaca judul tanpa melakukan
prosedur yang tertera dalam buku tersebut.
D. KESIMPULAN
1. Potensi kecelakaan memang tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi
melalui upaya yang sungguh-sungguh potensi tersebut dapat ditekan untuk
mengurangi jumlah korban kecelakaan.
2. Keselamatan peerbangan merupakan faktor utama dalam pengoperasian
pesawat terbang.
3. Secara umum ada dua pemicu utama terjadinya kecelakaan pesawat terbang.
Pertama, “Human error” dan yang kedua adanya “kondisi” yang
membahayakan penerbangan, atau kombinasi keduanya.