Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

TOKSIKOLOGI INDUSTRI 1

OLEH:

Oleh:

AYU NILASARI HABIBAH 101811123027

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
Toksikologi industri dan risk assessment

Tugas

1. Merangkum ppt toksikologi industri dan risk assessment


2. Rangkum interaksi toksin reseptor dan berikan 2 contoh interaksi toksin
reseptor

Jawab:

1. Resume
Zaman dahulu beberapa toksik dimanfaatkan untuk membunuh atau bunuh
diri, hingga orang senantiasa berusaha menemukan dan mengembangkan upaya
pencegahan dan menawarkan racun. Evaluasi lebih kritis baru dimulai oleh
Maimoindes (1135-1204) dalam bukunya yang terkenal Racun dan Antidotumnya
pada tahun 1198. Sumbangan penting terjadi di abad 16 dan sesudahnya.
Paracelsus menyatakan :”Tidak ada zat yang dengan sendirinya bersifat
racun. Dosislah yang membuat suatu zat menjadi racun:. Pernyataan-
pernyataan ini menjadi dasar bagi konsep “hubungan dosis-respons” dan “indeks
terapeutik” yang dikembangkan dikemudian hari.
Toksikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari efek zat-zat yang merugikan
organisme hidup dan sistim biologiknya. Sedangkan Toksikologi industri adalah
salah satu cabang ilmu toksikologi yang menaruh perhatian pada pengaruh
pemajanan bahan-bahan yang dipakai dari sejak awal sebagai bahan baku, bahan
produksi, hasil produksi serta penanganannya terhadap tenaga kerja yang bekerja di unit
produksi. Perjalanan toksin sampai efek dapat dilihat dari gambar dibawah.
PERJALANAN TOKSIN SAMPAI EFEK
Penyimpanan
FASE I FASE II FASE III

ZAT AKTIF
TOKSIN ABSORPSI
ABSORPSI,
Siap mem
Beri Efek INTERAKSI
ZAT AK BiologiDISTRIBUSI,
TOKSIN EFEK
DG ORGAN Pada Sel,
TIF/ Biotrans (SEL,ENZIM, enzim.,
RACUN formasi TRNSP. O2, Transp. O2,
DNA/RNA) DNA/RNA
EKSRESI
FASE EKSPOSISI FASE TOKSOKINETIK FASE TOKSODINAMIK

( PAPARAN )

Efek lokal

Gambar1.Perjalanantoksinsampaiefek

Tanda Perlu Detoksifikasi Berkaitan dengan fungsi hati:


1. Selulit,
2. mual setelah mengkonsumsi makanan berlemak
3. bertambah gemuk di perut
4. depresi / perubahan suasana hati
5. Alergi, asma
6. Sakit kepala
7. Tekanan darah tinggi
8. Gangguan menstruasi/timbulnya menopause dini
9. Gula darah rendah
10. Sindroma kelelahan kronis
11. Ketidakseimbangan hormone
12. Ketidaksuburan
13. Nyeri di payudara
Berkaitan dengan pencernaan:
1. Lendir kekuningan di pagi hari
2. Sembelit
3. Kembung
4. Sering buang air besar encer
5. Susah buang air besar.
Toksin/ racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil dapa t mengganggu
kesehatan. Xenobiotik a d a l a h sebutan untuk semua bahan asing bagi tubuh, misal :
obat, bahan kimia (chemical hazard ).
Berdasarkan bentuk fisik Toksin kimia dibedakan menjadi :
a. Bentuk partikel: Debu (aerosol padat ); fog ( Kabut/ aerosol cair ); semua bentuk
aerosol di atmosfer, padatan dan cairan disebut Partikulat; fume/ Odor (partikel
logam ); asap (smoke); Mist, Smog (smoke + fog)
b. Bukan partikel : gas,uap. Toksin Bukan partikel juga dibedakan atas Toksin Non
Polar dan Polar
1) Toksin non polar/ lipofilik
2) Toksin polar
3) Toksin hidrofil ( larut dalam air )

Dalam analisa toksisitas toksin terhadap tubuh, ada prinsif yang perlu menjadi
pegangan, yaitu :

a. Toksin polar dapat larut atau berikatan dengan pelarut polar, toksin non polar
dapat berikatan atau larut dalam pelarut non polar.
b. Sebaliknya, toksin polar tidak bisa larut dalam pelarut non polar, toksin non
polar tidak bisa larut dalam pelarut polar.
Contoh : bensin dapat larut dalam minyak tanah, tetapi tidak bisa larut dalam air.

Tambahan :

a. Ikatan Kovalen Non Polar (tidak berkutub)

b. Ikatan Kovalen Polar ( berkutub )


Jadi: Kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan adanya perbedaan
keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan

Klasifikasi materi toksik ( Berdasarkan Sifat Fisik )

1. Gas ( dimeter partikel < 1 µm )


2. Debu ( diameter partikel >1 µm - 50µm)
3. Cair

Klasifikasi material toksik ( Berdasarkan Toksisitas )

1. Ringan (NAB > 0,5 mg/kg BB/ >500 ppm )


2. Sedang (NAB 0,1 – 0,5 mg/kg BB/ 100 –500 ppm
3. Berat (NAB < 0,1 mg/kg BB / <100ppm

Klasifikasi material toksik ( Berdasarkan LD50 )

Extremely Toxic <1-5 mg/Kg BB Nikotin

Highly Toxic 5-50 mg/Kg BB Timbal arsenat

Moderately Toxic 50-500 mg/Kg BB Hidrokinon

Slightly Toxic 0,5-5gr/kg BB Isopripanol

Practically non toxic 5-15gr/Kg BB Asam Ascorbat

Relatively Harmless >15 gr/Kg BB Propilen glikol

Klasifikasi material toksik ( Berdasarkan Fisiologi )

1. Korosif (Asam Nitrat, A. Perklorat dll)


2. Iritan ( Amoniak, Formalin, HCl dll)
3. Asfiksian ( Asetonitril, CO, Sianida dll )
4. Pembius ( Metilen Klorida, Metanol, Butanol, Etanol dll )
5. Karsinogen ( Asbestos, Krom dll )
Klasifikasi material toksik

1. Penggunaan bahan : solven,aditif makanan dll


2. Target Organ :
a. Hati ( Arsenic, Halothanedll )
b. Ginjal (Kadmium, Uranium dll)
c. Paru ( Lung Cancer : asbestos, Chromic Acid, Klorometileter dll, Fibrotic
Pneumokoniosis : Asbestos, Silika, Batubara/Coal)
3. Sistem Syaraf Pusat ( Benzene, Toluen, Xylene, Aceton, Methyl Mercaptan dll)
4. Sistem Kardiovaskuler ( Pb, CO, CO2, Kadmium, Nitrogliserin dll )
5. Saluran Pernafasan ( Amonia, Klor, SO2, NO2, Ozon dll
6. Sistem Reproduksi ( Eter, Kloroform, merkuri,dll)

Efek aditif (an additive effect)


Efek aditif adalah suatu keadaan dimana efek kombinasi dari dua zat kimia
sama dengan jumlah dari masing-masing efek zat kimia (the sum of the effect of
each agent given alone) (2+3=5).
Interaksi bahan kimia (interaction of chemicals)

1. Efek Sinergik
2. Potensiasi (Potentiation)
3. Antagonis (Antagonism)
4. Functional Antagonism
5. Chemical Antagonism/Inactivation
6. Dispositional Antagonism
7. Receptor Antagonism

-PAPARAN/ EKSPOSISI/PAJANAN

Paparan adalah konsentrasi/kadar toksin di lingkungan. Untuk paparan gas/ uap


tersebar merata di ruangan kerja, untuk aerosol penyebarannya bervariasi. Alat untu
mengukur batas toksin yaitu dust sampler, gas sampler dan direct Reading Gas
Detector (Portable equipment)
Mis: Hasil pengukuran kadar Etil-amin di PT.Y selama 8 jam diperoleh data-2 sbb
Jam 07.00-08.00 6 ppm
08.00-09.00 7 ppm
08.00-10.00 25 ppm
10.00-11.00 11 ppm
11.00-12.00 5 ppm
12.00-13.00 6 ppm
13.00-14.00 8 ppm
14.00-15.00 4 ppm
Kadar rata-rata Etil-amin = (6 + 7 + 25 + 11 + 5 + 6 + 8 + 4 + ) : 8 = 9 ppm.
Berarti:tenaga kerja terpajan Etil-amin di bawah NAB. Batas Pemajanan
Maksimum = FE x NAB
Besarnya FE antara 1,25 – 3 tergantung nilai NAB. Seperti terlihat pd daftar berikut :
NAB FE
0-1 3
>1 – 10 2
>10-100 1,5
>100 1,25

Kegunaan NAB bahan kimia :


1. Sebagai dasar untuk perbandingan
2. Pedoman untuk perencanaan proses produksi dan penerapan rekayasa
pengendalian dan penanggulangannya
3. Sebagai dasar untuk substitusi

ABSORPSI
Absorpsi toksin ialah proses masuknya toksin ke dalam tubuh. Jalur utama
absorpsi toksin adalah lewat saluran cerna, inhalasi dan kulit. Absorpsi, distribusi dan
eksresi toksin dalam tubuh terjadi dg adanya transpor/difusi toksin melintasi
membran sel.

Sifat kimia membran sel


Membran sel terdiri dari sebagian besar lipida dan sebagian Kecil protein serta air.
Protein dan air berpori. Komposisi % berat kimiawi membran sel
Membran Protein Lipid
Mielin saraf 20 75
Eritrosit 49 43
Hepatosit 54 39
Mitokandria 50 46

(Perbandingan ini sangat penting diketahui untuk membandingkan kadar toksin


dalam darah dg dalam organ target ). Contoh : kadar CH3Hg dlm darah dan saraf
pusat otak adalah 20 : 75.

Sifat fisik membran sel


Pori-pori membran sel. Diameter ( d ) membran sel : 3,5-4,2 Å. ( rata-rata 4 Å )
Merupakan saluran berisi air dan dikelilingi oleh rantai samping molekul protein yg
bersifat polar.Khusus sel glomerulus kapsula bowman ginjal d = 40 Å.

Gambar : struktur organisasi badan manusia.

Difusi Toksin dalam sel


Difusi = Mekanisme transpor toksin melewati lapisan semipermiabel. Difusi toksin
ke dalam membran sel dengan cara difusi pasif dan difusi aktif.

Difusi pasif toksin lipofilik ke dalam membran sel


Kekuatan menembus membran sel tergantung dari koefisien permeabilitas ( P )
𝐊 𝐱 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐚𝐧
dengan rumus sebagai berikut : 𝐏=
√𝐁𝐌
K = koefisien partisi
Tetapan = tetapan asam(ka) atau tetapan basa (kb), Khusus untuk asam/basa
BM = Berat Molekul
Koefisien partisi (P) adalah suatu konstanta yang dipergunakan untuk
menilai kemampuan partisi (membagi/memisah) dari suatu zat pada dua
kompartemen yang berbeda. Metode penentuan P kloroform air adalah
mencampurkan zat yang akan diketahui P-nya dengan kloroform yang
merepresentasikan lemak, dan air dalam jumlah yang sama. Semuanya dicampur
dan dibiarkan untuk membentuk lapisan lemak dan air yang dapat dipisahkan.
Konsentrasi zat pada kloroform dan air kemudian diukur sehingga koefisien
[𝐗] 𝐤𝐥𝐨𝐫𝐨𝐟𝐨𝐫𝐦
kloroform/air dapat ditentukan, dengan rumus: 𝐏 = 𝐥𝐨𝐠 [𝐗] 𝐚𝐢𝐫

[X] = konsentrasi zat X yang akan dicari koefisien partisinya.


Semakin besar P maka akan semakin larut dalam lemak dan semakin mudah
terserap dalam lipida membran sel.

Difusi pasif lewat membran sel karena pengaruh cairan di luar sel. Misal,
pengaruh HCl di asam lambung, pengaruh asam lemak di kulit, pengaruh larutan
basa di usus halus. Contoh:
1. Toksin bersifat asam seperti asam benzoat dan fenol. Asam-asam ini di dalam
lambung yg bersifat asam, yakni HCl (pH 1-3,5) akan bersifat non ionik ( non
polar) sehingga dpt diserap oleh membran lambung.
2. Toksin bersifat basa seperti amoniak di dalam usus yang bersifat basa ( pH 5-
8) akan berubah bentuk menjadi tak terionisasi sehingga dapat diserap oleh
membran usus. Tambahan :
Asam+Asam → Non ionik (non polar)
Basa+Basa → Non ionik (non polar )
Difusi pasif melalui pori (Khusus toksin hidrofil/ polar)
Membran sel mempunyai pori dg d ± 4 Å dpt dilewati secara difusi oleh molekul
yg :
a. d < 4Å
b. Molekul dg jumlah atom C < 3 atau
c. BM < 150

2. Contoh interaksi toksin reseptor


a. Sianida menghambat transport elektron, sehingga menghambat respirasi sel
dan gangguan pasok energi
b. Insektisida organofosfat malation menyebabkan kejangnya otot-otot
pernafasan akibat penumpukan asetilkolin yang berlebihan karena hambatan
terhadap enzim asetilkolinesterase

Anda mungkin juga menyukai