Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap

pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa

efloresensi yang polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi)

dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan bahkan

mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan kronis.1

Penamaan pada penyakit dermatitis berdasarkan etiologi, morfologi,

lokalisasi, stadium penyakit, dan bentuk. Dermatitis numularis termasuk ke dalam

pembagian dermatitis berdasarkan bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis

berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan

efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing).1

Salah satu jenis dermatitis berdasarkan bentuk adalah dermatitis nummular nama

lainnya adalah ekzem discoid, ekzem nummular, nummular eczematous dermatitis.

Terdapat juga beberapa klasifikasi lain dermatitis yang berdasarkan lokasi kelainan,

penyebab, usia , faktor konstitusi. 1

Dermatitis nummular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang

menetap dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk logam, sirkular

atau lesi oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki.

Lesi awal berupa papul disertai vesikel yang biasanya mudah pecah. Dermatitis

nummular angka kejadiannya pada usia dewasa lebih sering pada laki-laki

dibandingkan wanita, onsetnya pada usia antara 55 dan 65 tahun. Penyakit ini

jarang pada anak-anak, jarang muncul dibawah usia 1 tahun, hanya sekitar 7 dari
466 anak yang menderita dermatitis nummular dan frekuensinya cenderung

meningkat sesuai dengan peningkatan umur.

Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia,

namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan

pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga

mengurangi angka kekambuhan. Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama

yang dirasakan pasien adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum

ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada

wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan

muncul di daerah lain.

Dermatitis numularis ini cenderung kearah kronis dan residif, pengobatan dan

diagnosis yang tepat akan mengarahkan pada perbaikan kondisi penderita

dermatitis itu sendiri. Dengan pengobatan yang tepat maka akan mengurangi

tingkat kekambuhan dari penderita dermatitis numularis, untuk itulah penulis

tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai diagnosis dan pengobatan pada

pasien dengan dermatitis numularis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Dermatitis numularis juga dikenal dengan nama ekzem numular; ekzem

discoid; neurodermatitis numular. Istilah ekzem numular diperkenalkan oleh

Devergie pada tahun 1857.ˡ Dermatitis numularis merupakan dermatitis yang

berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan

efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing).

Dermatitis juga merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai

respons terhadap pengaruh faktor eksogen, misalnya bahan kimia (detergen, asam,

basa, oli, semen), fisik (sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur), maupun

faktor endogen adalah faktor dari dalam, menimbulkan kelainan klinis berupa

efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi ) dan

keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan bahkan mungkin

hanya beberapa (ologomorfik), dermatitis juga cenderung residif dan menjadi

kronis. 1

2.2 Epidemiologi

Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria

daripada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara lain 50 dan

65 tahun, pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun.

Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang

pada usia 5 tahun, hanya sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis

nummular dan frekuensinya cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan


umur. Di poliklinik Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM Divisi Dermatologi Umum

pada tahun 2012-2013, didapatkan prevalensi dermatitis numularis sebanyak 3,3%

dan Divisi Dermatologi Pediatrik didapatkan sebanyak 5,1%.1

2.3 Etiologi

Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor secara sendiri atau bersama-

sama telah dikemukakan sebagai agen penyebab :

:1. Trauma lokal, baik fisik maupun kimia

Patogenesisnya belum diketahui secara pasti. Dermatitis Numularis yang

disebabkan trauma lokal terutama terjadi pada tangan, misalnya gigitan serangga

atau terkena bahan kimia yang menyebabkan iritasi.1

2. Xerosis atau kekeringan kulit

Insiden Dermatitis Numularis meningkat pada musim kering dengan

kelembaban rendah. Lingkungan dengan kelembaban rendah menyebabkan

peningkatan hilangnya kandungan air dalam kulit, selanjutnya terjadi perubahan

komposisi lipid sawar epidermis sehingga kulit menjadi kering atau xerosis.1

3. Insufisiensi vena dan varises

Ditemukannya kasus dengan lesi Dermatitis Numularis di sepanjang vena

tungkai menimbulkan dugaan bahwa Dermatitis Numularis mungkin disebabkan

oleh adanya varises dan edema pada ekstremitas bawah, sehingga timbul istilah

varicose eczema.1

4. Stres emosional /psikologis


60% kasus eksema dicetuskan oleh faktor stres, bahkan dikatakan bahwa

stres merupakan faktor pencetus utama pada dermatitis.1

5. Bakteri

Stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan ,mengingat jumlah koloninya

meningkat walaupun tanda infeksi secara klinis tak tampak; mungkin juga lewat

mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi bila koloni bakteri meningkat

diatas 10 juta kuman/cm².1

6. Alkohol

Minuman beralkohol dapat menyebabkan eksaserbasi.3

2.4 Patogenesis

Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis

dan dermis saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi sering

bersamaan dengan kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada permukaan kulit

yang kering dan gatal dapat menyebabkan masuknya alergen dan mempengaruhi

terjadinya peradangan pada kulit. Suatu penelitian menunjukkan dermatitis

numularis meningkat pada pasien dengan usia yang lebih tua terutama yang sangat

sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi. Barrier pada kulit yang lemah pada

kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis kontak alergi oleh

bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada dermatitis numular terdapat

sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran mast cell pada proses

penyakit ini dan ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell pada area lesi
dibandingkan area yang tidak mengalami lesi pada pasien yang menderita

dermatitis numularis. Suatu penelitian juga mengidentifikasi adanya peran

neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis numular dan dermatitis

atopik dengan mencari hubungan antara mast cell dengan saraf sensoris dan

mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis dari pasien

dengan dermatitis numular. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan

histamin dan mediator inflamasi lainnya dari mast cell yang kemudian berinteraksi

dengan neural C-fibers dapat menimbulkan gatal. Para peneliti juga

mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell dan saraf, meningkat pada

daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis numular. Substansi P dan

kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada non

lesi pada penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat menstimulasi

pelepasan sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi. Penelitian lain telah

menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis dari pasien dermatitis numular

menurunkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan menurunnya kemampuan

menguraikan neuropeptida dan protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan

menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.2

Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum

korneum rendah. Jumlah SP ( substance p), VIP (vasoactive intestinal polypeptide),

dan CGRP (calcitonin genrelated peptide) meningkat di dalam serabut dermal saraf

sensoris kulit, sedang pada serabut epidermal yang meningkat SP dan CGRP. Hal

ini menunjukkan bahwa neuropeptida berpotensi pada mekanisme proses

degranulasi sel mast. Dermatitis pada orang dewasa tidak berhubungan dengan

ganggguan atopi. Pada anak, lesi numularis terjadi pada dermatitis atopik.2
2.5 Manifestasi Klinis

Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal. Lesi akut

berupa vesikel dan papulovesikel (0.3-0.1 cm), kemudian membesar dengan cara

berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti

uang logam (coin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun

vesikel pecah terjadi eksudasi. Kemudian mengering menjadi kusta kekuningan.

Ukuran garis tengah lesi dapat mencapai 5 cm, jarang sampai 10 cm. penyembuhan

dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai lesi dermatomikosis. Lesi lama

berupa likenifikasi dan skuama. 1

Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau

simetris, dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar sampai nummular,

bahkan plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan termasuk

punggung tangan. Dermatitis numularis cenderung hilang-timbul, ada pula yang

terus menerus, kecuali kekambuhan umumnya timbul pada tempat semula. Lesi

dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma (fenomena kobner).1

Gejala – gejala yang umum pada dermatitis numularis, antara lain:

 Timbul rasa gatal

 Luka kulit yang antara lain makula, papul, vesikel, atau tambahan :

 Bentuk numular (seperti koin).

 Terutama pada tangan dan kaki.

 Umumnya menyebar.

 Lembab dengan permukaan yang keras.

 Kulit bersisik atau ekskoriasi.

 Kulit yang kemerahan atau inflamasi.


Secara umum, ada 3 bentuk klinis dermatitis nummular yang dapat dibedakan,

yaitu;

1. Dermatitis numular pada tangan dan lengan.

Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau

punggung jari-jari tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi

pada sisi reaksi luka bakar, kimia atau iritan. Lesi ini jarang meluas. 2

2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan.

Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian

kasus, kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga.

Umumnya kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif. Dalam

perkembangannya, kelainan dapat sangat edematous dan berkrusta, cepat

meluas disertai papul-papul dan vesikel yang tersebar. Pada Dermatitis

numular juga sering dijumpai penyembuhan pada bagian tengah lesi, tetapi

secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini bagian tepi lebih

vesikuler dengan batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan biasanya timbul

di tungkai bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan dan sering ke

badan.2

3. Dermatitis numular bentuk kering.

Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular umumnya

karena di sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan multipel pada

tungkai atas dan bawah serta beberapa papul dan vesikel kecil di bagian

tepinya di atas dasar eritematus pada telapak tangan dan telapak kaki. Gatal
minimal yang berbeda sekali dengan bentuk dermatitis numular lainnya.

Menetap bertahun-tahun dengan fluktuasi atau remisi yang sulit diobati.2

Gambar 1. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada

lengan dari penderita.4

Gambar 2. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada

tangan dari penderita.2


Gambar 3. Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada

tungkai bawah penderita.4

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Histopatologi

Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel radang

limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Lesi kronis ditemukan akantosis

teratur, hipergranulosis dan hiperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan.

Dermis bagian atas fibrosis, sebukan limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh

darah. Limfosit di epidermis mayoritas terdiri atas sel T-CD8+, sedangkan yang di

dermis sel T-CD4+. Sebagian besar sel mast di dermis tipe MCtc (mast cell

tryptase), berisi triptase.1


Gambar 4. Gambaran histopatologi dari dermatitis numularis4

Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik. Untuk

membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena kontak diperlukan

patch test dan prick test untuk menyingkirkan kemungkinan adanya dermatitis

kontak. 1 Pemeriksaan KOH untuk membedakan tinea dengan dermatitis numular

yang mempunyai gambaran penyembuhan di tengah. Jika ada kondisi lain yang

sangat mirip dengan penyakit ini sehingga sulit untuk menentukan diagnosisnya

(contohnya pada tinea, psoriasis) dapat dilakukan biopsi.

2.7 Diagnosis

Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis.1


2.8 Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari dermatitis numularis antara lain :

1. Dermatitis atopik

Merupakan peradangan kulit yang kronis dan residif, disertai gatal, umumnya

terjadi pada masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan

kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Umumnya

pada pasien dengan lesi pada tangan. Patch test dan prick test dapat membantu jika

terdapat riwayat dermatitis atopik.

Gambar 1. Bentuk lesi dermatitis atopik persisten pada daerah telapak tangan dan

daerah dada.

2. Dermatofitosis

Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit,yakni pada

jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum

pada epidermis, rambut, dan kuku ya ng disebabkan oleh

dermatofita. Pada dermatofitosis dapat

terlihat sebagai tinea dengan pinggir aktif,

bagian tengah agak menyembuh, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi

tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif
kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat dicari hifa dari sediaan

langsung untuk menegakkan diagnosis.

Gambar 2. Bentuk lesi tinea korporis

3. Pitiriasis rosea

Merupakan peradangan yang ringan dengan penyebab yang belum

diketahui. Banyak diderita oleh wanita yang berusia antara 15 dan 40 tahun

terutama pada musim semi dan musim gugur. Gambaran klinisnya bisa

menyerupai dermatitis numular. Tetapi umumnya terdapat sebuah lesi yang

besar yang mendahului terjadinya lesi yang lain. Lesi tambahan cenderung

mengikuti garis kulit dengan distribusi pohon cemara dan biasanya disertai

dengan rasa gatal yang ringan. Lesi-lesi tunggal berwarna merah muda terang

dengan skuama halus. Bisa juga lebih eritematus. Pitiriasis rosea berakhir antara

3-8 minggu dengan penyembuhan spontan.


Gambar 3. Bentuk lesi pada pitiriasis rosea dengan lesi awalnya lebih besar dan

mengikuti garis kulit yang berbentuk seperti pohon cemara.

4. Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan

residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas, dengan

skuama yang kasar, berlapis, dan transparan. Disertai fenomena tetesan lilin,

auspitz, dan koebner.


Gambar 4. Psoriasis

2.8 Penatalaksanaan

Pengobatan ditujukan untuk rehidrasi pada kulit dan perbaikan barrier lipid

epidermal, pengurangan peradangan dan pengobatan infeksi apapun. Berendam air

hangat atau dingin atau mandi untuk mengurangi gatal dan membantu rehidrasi

kulit. Pasien harus diinstruksikan untuk mandi setidaknya 1-2 kali sehari, diikuti

oleh aplikasi pelembab atau preparat obat topikal untuk menahan air di kulit. 2

Obat yang bisa digunakan :

1.Steroid

Steroid terapi yang paling umum digunakan untuk mengurangi peradangan.

Steroid topikal (misalnya pemberian triamcinolone 0,25-0,1%) efektif untuk

mengurangi eritematosa. Gatal dapat diobati dengan steroid potensi rendah (kelas
III-VI). Lesi yang sangat meradang dengan eritema intens, vesikel, dan pruritus

membutuhkan steroid potensi tinggi (kelas I-II). Steroid oral, intramuskular, atau

parenteral mungkin diperlukan dalam kasus-kasus yang parah, erupsi menyeluruh.

Jika sangat berat diobati dengan suntikan kortikosteroid intralesi seperti

triamsinolon asetonida 0,1 mg/mg (0,1 ml/suntikan).(2, 3)

2. Ointment dan Emolien

Aplikasi obat pada kulit yang lembab memungkinkan penetrasi yang lebih

efektif dan penyembuhan lebih cepat. Ointment biasanya lebih efektif daripada

krim karena mereka lebih oklusif, membentuk penghalang antara kulit dan

lingkungan, dan lebih efektif menahan air ke dalam kulit. Emolien dan steroid

topikal kelas I-III dapat digunakan jangka pendek. Contoh emollients yang sering

digunakan antara lain ; aqueous cream, gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat

lotions.2

3. Antiinflamasi topikal lainnya

Penggunaan tar sangat membantu untuk mengurangi peradangan,

terutama pada orangtua, lesi tebal, plak berskuama.2

4. Immunomodulator

Immunomodulator topikal (tacrolimus dan pimecrolimus) juga mengurangi

peradangan. penggunaannya sering dimulai beberapa hari setelah steroid topikal

untuk mengurangi risiko sensasi terbakar yang mungkin terjadi bila diterapkan ke

kulit yang sangat teriritasi.2

5.Fototerapi

Ketika erupsi menyeluruh dan berkepanjangan, fototerapi (umumnya UVB)


dapat membantu. UVB spektrum luas dan sempit paling sering digunakan,

meskipun PUVA (Psoralen + UVA) dapat digunakan pada kasus yang berat.2

6.Antihistamin

Antihistamin oral atau sedatif dapat membantu mengurangi gatal dan

membantu tidur. Misalnya hydroxyzine (atarax, vistaril,vistazine) dengan dosis oral

25-100 mg 4 kali per hari.7

7. Antibiotik

Antibiotik oral, seperti dicloxacillin, cephalexin, atau erythromycin , dapat

digunakan dalam kasus-kasus infeksi sekunder. Kultur swab dapat menjadi

panduan dalam pemilihan antibiotik. Biasa digunakan dicloxacillin dosis oral 125-

500 mg 4 kali per hari selama 7-10 hari.(2,3)

8.Pelembab lainnya

Setelah erupsi hilang, hidrasi agresif berkelanjutan dapat mengurangi

eritem, terutama di iklim kering. Pelembab yang berat (lebih) atau petroleum jelly

yang diaplikasikan pada kulit setelah mandi dapat membantu.2

9.Immunosupresif

Penyakit bisa bertambah berat dan tidak responsif dengan perawatan di

atas. Obat immunosupresif seperti metotreksat telah dijelaskan aman dan efektif

pada pasien dengan lesi yang lebih berat.2

10. Steroid sistemik

Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, diberikan

prednilson dengan dosis oral 40-60 mg 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan

secara perlahan-lahan. Hanya berguna dalam beberapa minggu, dermatitis yang


belum sembuh sempurna, dapat ditangani dengan pemberian krim steroid dan

emolilients.2

2.9 Prognosis

Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan penyakit

dari dermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau

menghindari dari faktor-faktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi

untuk cenderung berulang dengan menggunakan pelembab pada kulit akan sangat

membantu mencegah penyakit ini. Dari data pengamatan, didapatkan 22% sembuh,

25% pernah sembuh beberapa minggu hingga tahun, dan 53% tidak bebas lesi tanpa

pengobatan.
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS

Nama : Mutia Aneskia Kinanti

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dusun Cempaka Bukit Paya

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku : Aceh

Agama : Islam

Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

Status Perkawinan : Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 22 Januari 2019

3.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama: bercak merah yang terasa gatal dan semakin membesar pada

tangan dan kaki

Perjalanan Penyakit:

Pasien datang ke poli klinik kulit dan kelamin dengan keluhan utama bercak merah

yang terasa gatal dan semakin membesar pada kaki dan tangan yang dirasakan

sudah semenjak 1 bulan yang lalu. Awalnya bercak berukuran kecil kira-kira

sebesar jarum pentul. Karena sangat gatal pasien menggaruknya sehingga bercak
meluas. Tiap kali pasien menggaruk area yang gatal maka akan muncul seperti luka

baru dan keluar seperti cairan. Gatal ini biasanya dirasakan muncul secara tiba-tiba,

gatal dirasakan seperti tersengat ular bulu dan sangat gatal yang tidak tertahankan.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga menderita penyakit yang sama seperti pasien.

Riwayat Pengobatan:

Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

Riwayat Alergi :

Os tidak mempunyai riwayat alergi obat, makanan, udara

Riwayat Psikososial:

Untuk kebiasaan mandi biasanya pasien biasanya sehari dua kali pasien

menyangkal sering mengganti-ganti sabun mandinya, pasien sering menggunakan

sabun lifeboy batang. Sedangkan untuk handbody pasien jarang mengganti body

lotion, pasien menggunakan body lotion awalnya adalah adalah marina kemudian

diganti menjadi bodylotion citra namun dari perubahan tersebut pasien tidak pernah

mengalami gatal ataupun kelainan pada kulitnya. Kebiasaan berolahraga disangkal

oleh pasien selain itu pasien juga tidak memiliki alergi terhadap makanan yang

dimakan.
3.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Present:

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran (GCS) : Compos Mentis (E4V5M6)

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Status General:

Kepala : normochepali

Mata : anemia -/-, ikterus -/-

THT : Dalam batas normal

Thoraks : Cor : S1 S2 tunggal regular murmur (-)

Pulmo : vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Dermatologi:

Lokasi : Dorsum Manus dan dorsum pedis dextra,sinistra

Distribusi : Simetris, berkonfluens a/r dorsum manus dan dorsum pedis dextra

sinistra

Effloresensi : Plak eritema bentuk bulat ukuran nummular berbatas tegas pada

permukaan tampak skuama berwarna putih


3.4 RESUME

Pasien dengan inisial NKS jenis kelamin perempuan pekerjaan ibu rumah Pasien

datang ke poli klinik kulit dan kelamin dengan keluhan utama bercak merah yang

terasa gatal dan semakin membesar pada telinga, tangan dan kaki yang dirasakan

sudah semenjak 1 bulan yang lalu. Awalnya bercak berukuran kecil kira-kira

sebesar jarum pentul. Karena sangat gatal pasien menggaruknya sehingga bercak

meluas. Tiap kali pasien menggaruk area yang gatal maka akan muncul seperti luka

baru dan keluar seperti cairan. Gatal ini biasanya dirasakan muncul secara tiba-tiba,

gatal dirasakan seperti tersengat ular bulu dan sangat gatal yang tidak tertahankan.

Sebelumnya pasien belum pernah merasakan gatal yang seperti pasien rasakan

sekarang. Dikeluarga juga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan

pasien. Untuk riwayat atopi disangkal oleh pasien maupun oleh keluarga pasien.

Riwayat alergi makanan dan alergi obat-obatan disangkal oleh pasien. Dari

efloresensi didapatkan plak eritema bentuk bulat ukuran nummular pada permukaan

tampak vesikel papul dengan erosi ekskoriasi dan skuama halus berwarna putih

simetris pada regio manus, cruris.

3.5 DIAGNOSIS BANDING

1. Dermatitis numularis

2. Dermatitis kontak alergika

3. Neurodermatitis sirkumskripta / LSC

4. Tinea korporis
5. Psoriasis

3.6 DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis Numularis

3.7 PENATALAKSANAAN

 Sistemik

Methylprednisolone 2 x 1

Cetirizin 1 x 1

 Topikal

Desoxymetasone cream 2x1

 KIE

Menghindari faktor-faktor yang dicurigai sebagai penyebab timbulnya gatal

tersebut. Jaga kebersihan dan menjaga asupan nutrisi serta hindari hal-hal

yang membuat pikiran berat untuk bekerja sehingga menimbulkan stress.

3.8 PROGNOSIS

Prognosis pada pasien ini adalah dubius ad bonam hal ini dibuktikan dengan

pengobatan yang cepat oleh pasien.


BAB IV

PEMBAHASAN

Dermatitis nummular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang

menetap dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk logam, sirkular

atau lesi oval berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki.

Untuk menegakkan diagnosis pasien di mulai dari anamnesis didapatkan pasien

akan mengeluhkan sangat gatal, berulang dan waktu malam hari, kadang-kadang

bervariasi gatalnya. Dermatitis numularis cenderung hilang- timbul ada pula yang

terus menerus kecuali dalam periode pengobatan. Lesi dapat pula terjadi pada

tempat yang mengalami trauma (fenomena kobner). Pada anamnesis untuk pasien

atopi lebih sering pada wanita muda dengan dermatitis numularis ditangan.

Pemeriksaan fisik lihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien seperti adanya

gambaran vesikel dan papul dengan predileksi dibagian ekstremitas terutama

dibagian ekstensor, sedangkan pada wanita lebih sering mengenai pada bagian

ekstremitas atas termasuk tangan sisi bawah. Pada pemeriksaan fisik juga dapat

dilihat lesi plak seukuran uang koin kira-kira 1-3 cm, vesikel berdinding tipis pada

dasar eritematus. Fase akut lesi warna merah gelap, bentuk polimorf, kulit

sekitarnya normal tetapi kadang-kadang kering. Penyembuhan di tengah dapat

berbentuk anular. Plak kronis kering, berskuama dan likenifikasi.

Diskoid eksudatif dan dermatitis likinoid merupakan variasi dermatitis

nummular. Selain anamnesis dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan

diagnosis dermatitis numularis dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang


dengan menggunakan patch test ini dilakukan pada kasus rekalsitran kronis untuk

menyingkirkan dermatitis kontak . Dalam kasus didapatkan adalah pasien dengan

keluhan gatal pada bagian tangan, pasien merupakan pasien perempuan dengan

pasien ini umur pasien adalah 22 tahun. Kemudian gatal dirasakan hilang timbul

dan sewaktu-waktu, pasien juga merasakan akan timbul luka dan gelembung kecil

dibagian garukan disertai dengan kemerahan dan munculnya bilateral pada tangan

jumlah lukanya pun lebih dari satu dengan permukaan luka tampak basah apabila

gelembung kecil pasien pecah.

Berdasarkan teori dan kasus, dalam hal ini sudah sesuai antara teori yang

dikemukakan dan kasus yang didapatkan banyak persamaan baik dari segi

anamnesis yaitu usia dan tempat predileksi sesuai dengan teori selain itu didapatkan

juga keluhan utama yaitu gatal, pemeriksaaan fisik juga ditemukan banyak

kesamaan yaitu adanya lesi yang berbentuk seperti koin pada bagian tangan dengan

dasar kemerahan, namun disini lesi yang ditemukan dalam kondisi kering tidak

basah (oozing). Sedangkan untuk pemeriksaan penunjang tidak dapat dilakukan hal

ini diakibatkan oleh kurang tersedianya fasilitas laboratorium yang memadai.

Berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan menyesuaikan

antara teori dan kasus yang didapatkan sehingga dapat menarik kesimpulan kearah

diagnosis dermatitis numularis serta melakukan diagnosis banding dengan

kemungkinan diagnosa yang lain dengan melihat dari anamnesis dan hasil yang

didapatkan berdasarkan dari pemeriksaan fisik yang ada.

Setelah didapatkan diagnosis dilakukan pengobatan sesuai dengan teori

terapi pada dermatitis numularis, sedapat-dapatnya mencari penyebab atau faktor

yang memprovokasi. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien. Secara
topikal lesi dapat diobati dengan obat anti-inflamasi, misalnya preparat ter,

glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya

dikompres dahulu misalnya dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000. Kalau

ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik. Kortikosteroid

sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter, dalam jangka pendek.

Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, yaitu misalnya hidroksisin

HCl.

Dalam teori sudah disebutkan pengobatan sesuai dengan lesi yang didapatkan

baik itu dengan penggunaan topical maupun dengan sistemik dalam kasus ini

pengobatan yang diberikan kepada pasien adalah sistemik dengan pemberian

mebhydroline 50 mg @ 8 jam, kemudian diberikan juga obat topical golongan

kortikosteroid poten inerson cream 2x1. Pengobatan antara teori dan kasus sudah

sesuai ini dibuktikan dengan pemberian antihistamin untuk mengurangi gatal pasien

dan pemberian kortikosteroid yaitu inerson dalam sediaan topikal karena luka

pasien tergolong kering. Hal ini sesuai karena pada kasus lesi pasien tidak basah

sehingga tidak diperlukan kompres larutan permanganas kalikus 1:10.000, selain

itu pemberian antibiotik juga tidak diperlukan karena pasien tidak terdapat tanda-

tanda infeksi bakteri. KIE juga penting dilakukan oleh setiap dokter untuk

membantu pasien mengurangi faktor-faktor risiko penyebab kekambuhan ataupun

sehingga meminimalkan kejadian kronis atau residif pada pasien. Kesesuaian

pengobatan perlu untuk diperhatikan, selain itu dalam pemilihan pengobatan harus

memperhatikan dari jenis lesi pasien dan sesuai dengan keluhan dari pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito, S. A., Djuanda, S. Dermatitis Numularis. Dalam : Adhi Juanda.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2007 : 148-150.16

2. Miller JL. Nummular Dermatitis. Available at : http://www.emedicine.com.

Accessedon June 17, 2011.

3. Siregar, Dr. Prof. DTM & H. R.S. Atlas Berwarna Saripati penyakit Kulit,

Dermatitis Numularis. Jakarta. EGC. 2005 : 120-121.4.T53

4. Janik MP, Heffernan MP. Yeast Infection : Nummular eczema. In : Wolff

K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Fitzpatrick TB,eds.

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Edition. New York : McGraw-Hill.

2008 : 1828.5.

5. Handbook of skin diseases. Available at

:http://search.4shared.com/search.html?searchmode=2&searchName=Handbook%252

0of%2520Skin%2520Diseases. Accessed on June 17, 2016.

6. Ardhie, A. M. Dermatitis dan Peran Steroid dalam Penanganannya. Dexa

media.2004 ; 4 (17) : 159.7. Shimizu, H., MD., Phd. Nummular Eczema.

7. Shimizu’s Textbook of Dermatology.Japan : Hokkaido University Press. 2007 : 102-103.

Anda mungkin juga menyukai