PENDAHULUAN
Infark miokard akut Adalah kerusakan sel miokard dikarenakan iskemia berat yang
terjadi secara tiba-tiba. Hal ini sangat berkaitan dengan adanya thrombus yang terbentuk
oleh rupturnya plak ateroma. Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI)
merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari
angina pektoris tidak stabil, IMA tanpa elevasi ST (NSTEMI) dan IMA dengan elevas ST
(STEMI).
Karakteristik utama sindrom koroner akut segment ST elevasi adalah angina tipikal
dan perubahan EKG dengan gambaran elevasi yang diagnostik untuk infark miokard akut
dengan elevasi segmen ST (IMA-EST). Sebagian besar pasien IMA-EST akan mengalami
peningkatan biokimia jantung, sehingga berlanjut menjadi infark miokard tanpa
elevasisegmen ST (IMA-NEST). Oleh karena itu pasien dengan EKG yang diagnostik untuk
IMA-EST dapat segera mendapat terapi reperfusi sebelum hasil biokimarka jantung
tersedia.(perki)
Gejala utama Sindrom Koroner Akut (SKA) yang menginisiasi kaskade diagnostik dan
terapetik adalah nyeri dada, namun klasifikasi pasien didasarkan pada elektro-kardiogram. Dua
kategori pasien dapat ditemukan yaitu pasien dengan nyeri dada akut dengan elevasi ST
persisten (>20 menit), keadaan ini dinamakan dinamakan STEMI dan secara umum
menggambarkan oklusi koroner total akut. Gambaran kedua yaitu pasien dengan nyeri dada
akut namun tanpa peningkatan segmen ST persisten (NSTEMI/UA).Strategi awal pada pasien
ini adalah untuk meredakan iskemia dan gejala, memantau pasien dengan EKG serial dan
mengulangi pengukuran penanda nekrosis miokardial. NSTEMI/UA disertai peningkatan
marka jantung disebut sebagai Non ST-Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI). Adapun
bila tidak disertai dengan peningkatan marka jantung disebut sebagai Unstable Angina Pectoris
(UA).
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
I. Faktor resiko :
Modifikasi :
Hipertensi (-) Diabetes Melitus (-)
Merokok (+) Riwayat Penyakit Jantung (+)
Tidak Modifikasi:
Jenis Kelamin (laki-laki)
Umur: 61 tahun
Riwayat keluarga penyakit jantung (-)
I. PEMERIKSAAN FISIK
GENERAL
Keadaan Umum : Sedang
Keadaan penyakit : Sedang
Keadaan gizi :
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 156/72 mmhg
Nadi : 75x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,5°C
LOKALISASI
Kulit
Warna : Sawo matang
Sianosis : Tidak ada
Hemangioma : Tidak ada
Turgor : Cepat kembali
Kelembapan : Cukup
Pucat : Tidak ada
Kepala
Rambut
Warna : Hitam
Tebal/tipis : Tebal
Jarang / Tidak (Distribusi) : Tidak
Alopesia : Tidak ada
Mata
Palpebra : edema (-/-), cekung (-/-)
Alis dan bulu mata : Tidak mudah di cabut
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Produksi air mata : Cukup
Pupil : Reflek cahaya (+/+)
Kornea : Jernih
Telinga
Bentuk : Simetris
Sekret : Tidak ada
Serumen : Minimal
Nyeri : Tidak ada
Hidung
Bentuk : Simetris
Pernafasan Cuping Hidung : Tidak ada
Sekret : Tidak ada
Conca : Hiperemis (-)
Mulut
Bentuk : Simetris
Bibir : Mukosa basah, berwarna merah muda
Gusi : Tidak ada pembengkakan dan tidak mudah berdarah
Lidah
Bentuk : Simetris
Pucat : (-)
Tremor : (-)
Kotor : (-)
Warna : Merah muda
Faring
Hiperemis : (-)
Edem : (-)
Tonsil
Warna : Merah muda
Pembesaran : Tidak ada
Leher
Pembesaran KGB : (-)
Massa : (-)
Thoraks
-Perkusi : Sonor/Sonor
Jantung
-Inspeksi : Iktus : Tidak terlihat
-Palpasi : Apeks : Tidak teraba
-Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea parasternalis
dextra
Batas kiri : ICS VI linea midclavicula
sinistra
Batas atas : ICS III linea parasternalis dextra
-Auskultasi : BJI lebih besar dari BJII
Abdomen
-Inspeksi : Bentuk : Simetris, seopel
-Palpasi : Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Massa : Tidak teraba
-Perkusi : Timpani (+)
-Auskultasi : Peristaltik usu normal
-Turgor : Kembali cepat
Pemeriksaan Elektrokardiografi
Interpretasi EKG :
- Irama dasar : Sinus
- P wave : 0.04 s
- Heart rate : 75x/menit
- PR interval : 0.12 s
- Axis : 40o
- QRS complex : 0.08 s
- ST segmen : elevasi di V1-V3
- Kesimpulan : Irama sinus, HR 75 x/menit, normoaxis, STEMI anteroseptal
wall
Pemeriksaan Echocardiografi
Kesimpulan :
Global normokinetik
LVH Konsentrik
MR mild
Fungsi sistolik LV dan RV baik
V. PENATALAKSANAAN
O2 2-4 lpm
Diet low sodium, low fat
IVFD NaCl 0,9 500 cc/ 24 hours
Inj. Arixtra 2,5 mg / hari
Inj. Ketorolac 1 amp/12 jam
Clopidogrel 75mg loading 1 x 1 tab
Mini Aspilet 1 x 1 tab
ISDN 1 mg 2 x 1
Laxadin syr 1 x cth 1
Lansoprazole 1 x 1
FOLLOW UP
Ruangan : ICCU
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Karakteristik utama sindrom koroner akut segment ST elevasi adalah angina tipikal dan
perubahan EKG dengan gambaran elevasi yang diagnostik untuk infark miokard akut dengan
elevasi segmen ST (IMA-EST). Sebagian besar pasien IMA-EST akan mengalami peningkatan
biokimia jantung, sehingga berlanjut menjadi infark miokard tanpa elevasisegmen ST (IMA-
NEST). Oleh karena itu pasien dengan EKG yang diagnostik untuk IMA-EST dapat segera
sindrom klinis dari SKA yang berkaitan dengan peningkatan segmen ST yang menetap disertai
3.2 Epidemiologi
3.3 Etiologi
3.4 Patogenesis
seperti : teori disfungsi endotel, teori infiltrasi lipid, teori radikal bebas, teori trombogenik dan
teori inflamasi.
Pada teori infiltrasi lipid menyatakan bahwa aterosklerosis berkembang sebagai reaksi
dinding pembuluh terhadap peningkatan filtrasi lipid dan protein plasma darah. Sedangkan
pada teori trombogenik, aterosklerosis terjadi sebagai akibat episode berulang trombosis mural
Aterogenesis dimulai saat terjadi jejas pada endotel akibat berbagai faktor risiko dengan
berbagai intesitas. Salah satu penjejas utama endotel adalah LDL plasma yang tinggi. LDL
akan mengalami oksidasi menjadi LDL-oks yang mudah sekali menempel dan menumpuk pada
dinding pembuluh darah menjadi deposit lipid. Penumpukan ini menyebabkan jejas pada
endotel. Pada keadaan terjejas, endotel normal akan menjadi endotel yang hiperpermiabel yang
infiltrasi monosit ke dalam lapisan pembuluh darah, akibat peningkatan adesivitas terhadap
lipoprotein, leukosit, platelet dan kandungan plasma lain. Selain itu, endotel terjejas juga
memiliki prokoagulan yang lebih tinggi dibanding antikoagulan, serta memiliki pemacuan
molekul adesi leukosit. Keadaan ini mengakibatkan makromolekul lebih mudah menempel
pada dinding pembuluh darah sehingga mengakibatkan jejas pada endotel. Sel endotel
Respon inflamasi yang terjadi pada aterogensis diperantai oleh makrofag derivat
monosit dan limfosit T, yang apabila berlanjut akan meningkatkan jumlah makrofag dan
limfosit T yang apabila berlanjut akan meningkatkan jumlah makrofag dan limfosit yang
bermigrasi. Aktivasi makrofag dan limfosit menimbulkan pelepasan enzim hidrolitik, sitokin,
kemokin dan faktor pertumbuhan yang dapat menginduksi kerusakan lebih lanjut dan akhirnya
menimbulkan nekrosis fokal. Respon inflamasi ini apabila terus berlanjut akan menstimulasi
migrasi dan proliferasi miosit yang saling bercampur pada area inflamasi dan membentuk lesi
intermedia. Apabila inflamasi tidak mereda, maka arteri akan mengalami remodeling yaitu
penebalan dan pelebaran arteri secara bertahap hingga lumen arteri tidak dapat berdilatasi
kembali.
Pada dasarnya dinding arteri itu dinamis dan mudah diatur, tetapi apabila ada
atherogenesis.
Fatty streak
mengikat leukosit dan molekul kemo atraktan (cth: Monosite Cemoatraktan Protein 1
4. Setelah memasuki dinding arteri dalam respon terhadap kemoatraktan monosit darah
tadi akan menimbulkan stimulus lain seperti MCSFR (Macrophagh Coloni Stimulating
mempromosikan terbentuknya Foam cell. Macrofagh Foam cell adalah sumber sitokin
tambahan dan pengefektif molekul seperti superoxide anion dan matrix metalo
proteinase
6. SMC berpindah ke intima dari media menyebabkan penebalan dari lapisan intima.
7. Sel otot polos pada intima terbagi dan bercampur dengan matrix extraselular
8. Dalam tahap lanjut kalsifikasi bisa terjadi dan menyebabkan terbentuknya fibrosis
3.5 Patofisiologi
lnfark miokard akut yang terjadi pada SKA merupakan suatu nekrosis miokard yang
disebabkan sumbatan mendadak aliran darah koroner. Hal ini disebabkan sebagian besar
disebabkan oleh ruptur plak aterom yang kemudian dilanjutkan dengan proses vasokonstriksi,
1. Nyeri dada yang khas atau tipikalyang menetap (lamanya berlangsung > 20 menit),
3. nyeri dapat menjalar ke rahang bawah, leher, lengan kiri atau punggung, dan disertai
Nyeri dada yang tipikal pada STEMI bersifat substernal,berlokasi ditengah atau kiri
dada seperti ditekan benda berat, diremas dan ditusuk. Gejala penyerta yang juga dapat timbul
adalah pusing seperti melayang, sinkop,dan sesak napas. Beberapa gejala yang tidak khas
berupa mual/muntah, sesak napas, lemas, ber-debar-debar, dan pingsan. Kadang-kadang nyeri
dapat dirasakan di daerah epigastrium dan dapat menyerupai gejala dispepsia. Gejala tidak khas
lebih sering didapatkan pada wanita, usia lanjut, dan pasien diabetes. Perlu dibedakan dengan
nyeri dada/ angina tipikal pada penyakit jantung koroner (coronary artery disease/CAD) stabil.
Adapun yang disebut sebagai angina tipikal pada CAD stabil memenuhi tiga kriteria dibawah
ini : 1
3. dan berkurang dengan istirahat dan atau pemberian nitrat dalam beberapa menit
Angina atipikal bila hanya memenuhi dua kriteria di atas, non-angina/ chest pain bila
• klinis angina tipikal yang menetap tanpa peningkatan segmen ST yang khas,
o Anterior : V1 -V6
o Anteroseptal : V1-V4
o Inferior: 11,111,AVF
o Lateral: l,AVL,V5-V6
o Posterior: V7-V9
Pemeriksaan marka jantung yang paling spesifik adalah troponin T atau troponin I. Bila
tidak tersedia pemeriksaan troponin, maka dapat dilakukan pemeriksaan CKMB. Troponin
mulai meningkat 3 jam setelah onset dan bertahan hingga 14 hari. CKMB mulai meningkat
bila gejala klinis mencurigakan infark miokard akut. Diagnosis STEMI dapat ditegakkan tanpa
menunggu hasil pemeriksaan marka jantung sehingga terapi revaskularisasi atau reperfusi
dapat secepatnya bila memungkinkan. Pemeriksaan marka jantung perlu dilakukan secara
serial untuk menentukan prognosis. Pada layanan kesehatan yang mempunyai fasilitas
ekokardiografi, pemeriksaan ekokardiografi dilakukan bila ada kecurigaan diseksi aorta,
emboli paru, efusi perikard massif atau komplikasi mekanik. Pemeriksaan ekokardiografi tidak
Diseksi aorta, perforasi ulkus peptikum atau saluran cerna, emboli paru, dan
tension pneumotoraks.
vasospatik.
Ulkus peptikum, pleuritis, refluks gastroduodenal (GERD), nyeri otot dinding dada,
KOMPLIKASI
Aritmia
Gagal jantung
Komplikasi mekanik