Anda di halaman 1dari 26

CASE REPORT SESION

CHF FC III ec Hypertensive Heart Disease + PPOK


+ Fibrilasi Atrium

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)


SMF Ilmu Penyakit Dalam

Presentan :

Rina Permatasari 12100118101


Hana Shabrina Purnama 12100118114
Nadira Salsabila Hayat 12100118165

Preseptor:

dr. Ridwan S., Sp.JP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER (P3D)FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SLAMET GARUT
2019

1
BAB I
CASE REPORT SESSION
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. I
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Usia : 55 tahun
 Alamat : Cilawu, Garut
 Pekerjaan : Buruh
 Agama : Islam
 Status pernikahan : Menikah
 Ruangan : Agate Bawah
 Tanggal masuk RS : 19 Juni 2019
 Tanggal Pemeriksaan : 26 Juni 2019

KELUHAN UTAMA
Sesak nafas

ANAMNESIS KHUSUS
Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 1 minggu SMRS dan dibawa ke IGD RS.dr
Slamet Garut. Pasien mengeluhkan keluhan tersebut muncul tiba-tiba dan dirasakan hilang
timbul. Pasien mengatakan sesak napas dirasakan terutama saat beraktivitas ringan hingga
sedang seperti berjalan menuju kamar mandi. Sesak terasa lebih buruk dengan posisi
berbaring. Pasien merasa membaik saat istirahat dengan posisi bersandar setengah duduk
dengan menggunakan 3-4 bantal. Terkadang pasien terbangun di malam hari karena sesak
disertai batuk. Untuk keluhannya tersebut pasien sempat datang berobat ke klinik cihideung
kemudian di rujuk.
Pasien mengatakan keluhan sesaknya disertai batuk berdahak berwarna putih, pasien
juga mengatakan sesaknya terkadang diikuti mengi. Batuk yang dirasakan pasien sudah
dialami kurang lebih 2 bulan SMRS, batuk dirasakan semakin hari semakin parah sampai
mengganggu aktivitas. 1 minggu yang lalu ketika sesak muncul, pasien juga mengeluhkan
menjadi mudah lelah serta jantung berdebar-debar.

2
Pasien menyangkal sering bersin-bersin di pagi hari atau jika terkena debu. Pasien
menyangkal memiliki riwayat asma. Pasien menyangkal adanya batuk lama disertai dahak
berwarna kuning kehijauan dan batuk berdarah, menyangkal batuk disertai demam, keringat
malam, dan penurunan BB drastic dalam kurun waktu 1 tahun. Pasien menyangkal memiliki
riwayat trauma atau pukulan di area dada. Pasien menyangkal adanya bengkak pada kedua
tungkai, perut, atau bagian tubuh lainnya.
Pasien merupakan perokok aktif selama kurang lebih 10 tahun, 1 hari pasien bisa
menghabiskan 1 bungkus, namun pasien mengatakan telah berhenti merokok sejak 2 tahun
yang lalu. Selain itu pasien juga merupakan seorang buruh yang sering terpapar oleh polusi
udara.

Riwayat Penyakit Sebelumnya


Pasien mengatakan memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
Riwayat Keluarga
Terdapat riwayat penyakit jantung pada isti dari pasien. Tidak ada riwayat diabetes
melitus, hipertensi, atau asma pada keluarga pasien.
Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi cuaca, makanan, dan obat-obatan.

Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Komposmentis (GCS 15 : E4 M6 V5)
 Suhu : 36,4 0C
 Nadi : 116 x/min regular, equal, isi cukup
 Respirasi : 23x/menit (thoracoabdominal)
 Tekanan Darah : 160/90 mmHg
 SpO2 : 98%
 BB : 53 kg
 TB : 170 cm
 BMI : 18,3 (Gizi Kurang)
 Status Gizi : Underweight

3
Kepala
 Bentuk : Normocephal
 Rambut : warna hitam, distribusi merata, tidak mengalami kebotakan,
lurus,tidak mudah dicabut, tipis
 Wajah : Simetris, edema (-), deformitas (-)
 Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), Edema palpebra -/-,
Pupil : Bulat, isokor, refleks cahaya +/+
Lensa : warna coklat gelap dan jernih
 Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), Sekret (-/-), PCH (-)
 Telinga : Bentuk normal, simetris, sekret -/-
 Mulut :
Bibir : tidak ada kelainan, bibir lembab, sianosis (-), mukosa basah
Langit-langit : tidak ada kelainan
Lidah : papila dalam batas normal, tidak ada lidah kotor, tremor (-)
Faring : tidak hiperemis
Tonsil : simetris T1-T1
Frenulum : ikterik (-)
Gigi dan gusi : Perdarahan Gusi(-), karies (-)

Leher
 KGB : Pembesaran KGB (-)
 Kelenjar Tiroid :Tidak ada pembesaran
 Retraksi suprasternal (-)
 JVP : 5+1 cmH2O (normal)

Axilla
 KGB : tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)

Thorax
Paru
 Inspeksi :Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi intercostal (-), retraksi
intercostal (-) , pupura (-)

4
 Palpasi : Pergerakan simetris, kanan = kiri
 Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
 Auskultasi :
o Bunyi paru anterior : VBS kanan=kiri, ronkhi (+/+),wheezing (-/-)
o Bunyi paru posterior : VBS kanan=kiri, ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tampak di midclavicular line sinistra
 Palpasi : ictus cordis kuat angkat, thrill (-)
 Perkusi : batas jantung atas: ICS III midclavicula line sinistra
batas jantung kanan: ICS IV parasternal line dextra
batas jantung kiri: ICS V axillary anterior line
 Auskultasi : Bunyi jantung S1 S2 reg, S3 gallop (-), murmur (-)

Abdomen
 Inspeksi : Datar, retraksi epigastrium (-)
 Palpasi : Lembut, turgor kembali cepat,
: Hepar, Tidak teraba
: Limpa: Tidak teraba
 Perkusi : Timpanik , pekak alih (-), pekak samping (-), asites (-)
 Auskultasi : Bising usus (+)
Anogenital : Tidak diperiksa
Ekstremitas :
Superior :
 Kulit : tidak pucat
 Purpura : tidak ada
 Ptechiae : tidak ada
 Hematom : tidak ada
 Palmar erythema : tidak ada
 Clubbing finger : tidak ada
 Edema : Ektremitas atas -/-
 CRT : <2 detik
 Akral hangat : hangat

5
 Kekuatan Motorik : Ektremitas atas 5/5

Inferior :
 Kulit : tidak pucat
 Purpura : tidak ada
 Ptechiae : tidak ada
 Hematom : tidak ada
 Palmar erythema : tidak ada
 Clubbing finger : tidak ada
 Edema : Ektremitas Bawah -/-
 CRT : <2 detik
 Akral hangat : hangat
 Kekuatan Motorik : Ektremitas Bawah 5/5

Pemeriksaan Neurologis
Rangsang Meningen
• Kaku Kuduk : (-)
• Brudzinski I : (-)
• Brudzinski II : (-)
• Brudzinski III : (-)
Refleks fisiologis
• Bisep : (+/+)
• Trisep : (+/+)
• Brchioradialis : (+/+)
• KPR` : (+/+)
• ATR : (+/+)
Refleks Patologis
• Babinsky : (-/-)
• Oppenheim : (-/-)
• Chaddock : (-/-)
• Gordon : (-/-)
• Scheiffer : (-/-)
• Rossolimo : (-/-)
6
Motorik
• Kekuatan:
• Anggota badan atas :5/5
• Anggota badan bawah :5/5

Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 19-06-2019
Darah Rutin Hasil
Hemoglobin 11,9
Hematokrit 36%
Leukosit 9460/mm3
Trombosit 166.000/mm3
Eritrosit 4.13 juta/mm3
Kimia
Klinik
AST (SGOT) 40 U/L
ALT (SGPT) 37 U/L
Ureum 38 mg/dl
Kreatinin 0,8 mg/dl
GDS 147

Hasil X-Ray Thorax


Tanggal : 20 Juni 2019
 Cor membesar dengan apex tertanam, pinggang jantung mendatar
 Sinus dan diafragma normal
 Pulmo : hilus normal
corakan bronkovaskuler bertambah
tidak tampak bercak lunak
kranialisasi (+)
Kesan : Cardiomegaly (LV, LA?) dengan bendungan paru

7
Resume
Pasien mengeluhkan sesak sejak 7 hari SMRS. Terutama saat beraktivitas. Sesak
membaik saat pasien istirahat dengan posisi setengah duduk atau dengan menggunakan 3-4
bantal. Sesak terkadang disertai dengan batuk berdahak berwarna putih pada malam hari yang
menyebabkan pasien terbangun saat tidur. Pasien mengeluhkan sesak disertai mengi, mudah
lelah dan jantung berdebar. Pasien merupakan perokok aktif namun sudah berhenti merokok
2 tahun yang lalu. Riwayat alergi dan asma disangkal oleh pasien. Pasien memiliki riwayat
tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
keadaan umum :
• CM, SS
• TD : 160/90 mmHg
• N : 116 bpm
• R : 32x/menit
• S : 36,8
• SpO2 : 93%
• Thorax : - cor : cardiomegali (LVH)

8
- Ictus cordis tampak, kuat angkat, thrill (-)
- Paru : wheezing (-/-), rhonci (+/+)

Diagnosis Banding
• CHF fc III
• Hypertensive Heart Disease
• PPOK
• Fibrilasi Atrium

Usulan Penunjang
• Hematologi Rutin (Hb, HT, Leukosit, Trombosit, Eritrosit)
• Kimia Darah: SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin
• EKG
• Foto thorax PA
• Spirometri

Diagnosis Kerja
 CHF fc III ec Hypertensive Heart Disease + PPOK + Fibrilasi Atrium

Rencana Terapi
- Infus NaCl 0,9% 500 + aminofilin 1 ½ amp / 12 jam
- O2 5 liter/ menit
- Ranitidin 2x1 amp IV
- Cefotaxime 2x1 amp IV
- MP 2 x ½
- Nebu combivent 4x1
- Nebu pulmicort 3x1
- Salbutamol 2x2
- Farsix 1x1
- KSR 1x1
- Digoxin 1x1
- Kendaron 1x200

9
Prognosis
• Quo ad vitam : dubia ad malam
• Quo ad fungsional : dubia ad malam
• Quo ad sanationam : dubia ad malam

Hasil Follow Up

Senin (24/ 06/ 2019) Selasa (25/ 06/ 2019) Kamis (7/ 2/ 2019)

S/ Sesak napas (+), batuk terus menerus disertai dahak S/ Sesak napas (+), batuk terus menerus disertai dahak Sesak napas (+), batuk (+) berdahak bening, sulit tidur
bewarna bening berwarna bening
O/ O/ O/
KU: CM KU: CM KU: CM
TD: 140/ 80mmHg TD: 140/ 100 mmHg TD: 160/ 90mmHg
N: 98x/ m N: 100x/ m N: 116x/ m
R: 25x/ m R: 25x/ m R: 23x/ m
S: 36,5˚C S: 36,7˚C S: 36,4˚C
SpO2: 97% SpO2: 98% SpO2: 98%

Mata: ca(-/ -), si (-/ -) Mata: ca(-/ -), si (-/ -) Mata: ca(-/ -), si (-/ -)
Paru-paru: VBS ka=ki, r(+/ + ), w (-/ -) Paru-paru: VBS ka=ki, r(+/ + ), w (-/ -) Paru-paru: VBS ka=ki, r(+/ + ), w (-/ -)
Cor: S1 S2 ireg, m(-), g (-) Cor: S1 S2 ireg, m(-), g (-) Cor: S1 S2 ireg, m(+) slight mitral regurgitation, g (-)
Abdomen: BU (+), NT (-) Abdomen: BU (+), NT (-) Abdomen: BU (+), NT(-)
Eks: Edema tungkai (-/ -) Eks: Edema tungkai (-/ -) Eks: Edema tungkai (-/ -)
A/ PPOK Aktif A/ PPOK + CHF A/ PPOK + CHF HHD + AF
P/ P/ P/
- Infus RL 20 gtt - Infus NaCl 0,9 % 500 + aminofilin 1 ½ amp / 12 - Infus NaCl 0,9% 500 + aminofilin 1 ½ amp / 12
- O2 5 liter/ menit jam (Bila HR ≥ 140) jam
- Ranitidin 2x1 amp IV - O2 5 liter / menit - O2 5 liter/ menit
- Cefotaxime 2x1 amp IV - Ranitidin 2x1 amp IV - Ranitidin 2x1 amp IV
- MP 2x1/ 2 - Cefotaxime 2x1 amp IV - Cefotaxime 2x1 amp IV
- Spironolactone 1x100 mg - MP 2 x ½ - MP 2 x ½
- Nebu combivent 4x1 - Nebu combivent 4x1 - Nebu combivent 4x1
- Nebu pulmicort 3x1 - Nebu pulmicort 3x1 - Nebu pulmicort 3x1
- Salbutamol 2x2 - Salbutamol 2x2 - Salbutamol 2x2
- Farsix 1x1 - Farsix 1x1 - Farsix 1x1
- KSR 1x1 - KSR 1x1 - KSR 1x1
- Digoxin 1x1 - Digoxin 1x1
- Kendaron 1x200 - Kendaron 1x200

10
BAB II
PEMBAHASAN
Congestive Heart Failure

A. Definisi

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam


jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrient

Suatu sindrom yang dikarakteristikkan dengan (sesak napas, edema pada ankle dan
fatigue) yang dapat disertai dengan tanda (peningkatan jvp, pulmonary crackles, dan
peripheral edem) disebabkan oleh kelainan struktur dan/atau fungsi, menyebabkan penurunan
cardiac output dan/ atau peningkatan intracardiac pressure at rest atau stress.

B. Epidemiologi
• Jumlah kasus CHF di Amerika Serikat sekitar 4.8 juta (1,5-2,0% populasi).
• Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan Indonesia tahun
2007 yaitu terdapat 7,2% penduduk Indonesia menderita penyakit jantung.
• Pada usia lanjut (>65 tahun) prevalensi meningkat 6-10%.
• Resiko kematian yang diakibatkan oleh gagal jantung per tahun sekitar 5-10% pada
simptom yang lebih ringan dan meningkat sampai 30-40% pada kasus lanjut.
• Pasien merupakan penduduk indonesia

C. Etiologi
• Serangan jantung coroner
• Tekanan darah tinggi (hipertensi)
• Penyakit katup jantung
• Penyakit jantung bawaan
• Kardiomegali
• Miokarditis
• Aritmia
• Hipertiroid

11
D. Klasifikasi

Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kelainan struktural jantung atau berdasarkan gejala
yang berkaitan dengan kapasitas fungsional NYHA.

12
E. Patogenesis dan Patofisiologi

• Gagal jantung kiri  gangguan pemompaan darah pada ventrikel kiri  tekanan dan
volume akhir diastolik ventrikel meningkat  ↑tekanan atrium kiri dan menghambat
aliran vena pulmonal  bendungan paru

13
• Gagal jantung kanan  gangguan ventrikel kanan  ↑ tekanan pada atrium kanan 
menghambat aliran masuk dari vena cava superior dan inferior  bendungan
sistemik.

E. Manifestasi Klinis

SYMPTOMS (LEFT) Symptoms (right)

• Dyspnea on exertion • Abdominal discomfort


• Perubahan status mental • Hepatomegali
• ↓ urinasi • Peripheral edema
• Nocturia
• Lemah lesu
• Ortopnea
• PND
• Nocturnal cough
• Hemoptisis

Framingham Criteria
Pada Pasien
Major criteria
1. PND or Orthopnea
2. Rales
3. Cardiomegaly
4. Acute pulmonary edema

Minor criteria
1. Night cough
2. DOE

14
F. Tatalaksana
Umum :
 Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal serta upaya bila
timbul keluhan, dan dasar pengobatan
 Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas seksual, serta rehabilitasi
 Edukasi pola diet, control asupan garam, air dan kebiasaan alcohol
 Monitor berat badan, hati-hati dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba
 Mengurangi berat badan pada pasien dengan obesitas
 Hentikan kebiasaan merokok
 Pada perjalanan jauh dengan pesawat, ketinggian, udara panas dan humiditas
memerlukan perhatian khusus
 Konseling mengena obat, baik efek samping dan menghindari obat-obat tertentu
seperti NSAID, antiaritmia kelas I, verapamil, diltiazem, dihidropiridin efek cepat,
antidepresan trisiklik, steroid

15
Farmakologi :

Manajemen
Pada pasien:

- Infus NaCl 0,9% 500 + aminofilin 1 ½ amp / 12 jam


- O2 5 liter/ menit
- Ranitidin 2x1 amp IV
- Cefotaxime 2x1 amp IV
- MP 2 x ½
- Nebu combivent 4x1
- Nebu pulmicort 3x1
- Salbutamol 2x2
- Farsix 1x1
- KSR 1x1
- Digoxin 1x1
- Kendaron 1x200

16
Hipertensive Heart Disease

A. Definisi
Kelainan jantung yang disebabkan oleh hipertensi

B. Etiologi
Hipertensi menyebabkan peningkatan afterload yang mengakibatkan
kompensasi berupa hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi sistolik dan diastolik yang pada
tahap selanjutnya menjadi gagal jantung.

C. Manifestasi Klinis
Pada umumnya proses kerusakan jantung akibat hipertensi bersifat
asimptomatik. Pasien hanya ditemukan memiliki tekanan darah tinggi. Pada tahap lebih
lanjut, manifestasi klinis akan sesuai dengan kerusakan organ :
Keluhan akibat peninggian tekanan darah;
- Berdebar – debar
- Pusing
- Rasa melayang
- Mudah Lelah
- Sesak nafas
- Nyeri dada
- Bengkak pada kedua tungkai dan perut
- Pandangan kabur
- Epistaksis
- Hematuria
- Polydipsia
- Poliuria
- Kelemahan otot
- Peningkatan berat badan

17
Penyakit Paru Obstruktif Kronis

A. Definisi
Menurut GOLD 2017, PPOK merupakan penyakit yang dikarakteristikan oleh
gejala respirasi yang persisten dan keterbatasan aliran udara yang dikarenakan kelainan
saluran napas dan atau kelainan alveolar biasanya disebabkan oleh paparan partikel atau
gas berbahaya.
Keterbatasan aliran udara kronis yang merupakan karakteristik PPOK
disebabkan oleh campuran penyakit saluran udara kecil (c/ obstructive bronchiolitis) dan
destruksi parenkim (c/ emphysema).

B. Epidemiologi
- Penyebab kesakitan dan kematian di seluruh dunia
- Penyebab ke-4 kematian di seluruh dunia
- Pada tahun 2020 diperkirakan akan menjadi penyebab ke-3 kematian di dunia
- Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi PPOK sebesar 3,7% dan angka kejadian
meningkat dengan bertambahnya usia dan lebih tinggi pada laki-laki → sekitar 4,2%
laki-laki dan perempuan sebesar 3,3%

C. Faktor Risiko
- Pajanan asap rokok
- Polusi udara di dalam ruangan seperti bahan biomass untuk memasak dan
memanaskan
- Pekerjaan yang berkaitan dengan paparan bahan kimia yang lama dan terus-menerus
- Polusi udara di luar ruangan
- Genetik (defisiensi antitripsin alfa 1)
- Masalah pada paru-paru yang terjadi pada saat masa gestasi atau anak-anak sperti
BBLR
- Infeksi pernafasan

D. Etiologi
- Merokok (pipe, cigar, water pipe)
a. Ringan : 0 – 200
b. Sedang : 200 – 600
18
c. Berat : > 600
- Marijuana
- Polusi udara (outdoor, indoor, occupational)
- Bahan bakar biomassa (biomass fuel)
- Faktor genetik
- Umur & jenis kelamin

E. Klasifikasi
Klasifikasi keparahan airflow limit pada PPOK

Klasifikasi keparahan airflow limit pada PPOK

F. Diagnosis
- PPOK harus dipertimbangkan pada pasien dengan dyspneu, batuk kronis atau
produksi sputum, dan atau riwayat paparan dari faktor risiko
- Spirometry : FEV1/FVC < 0,70  confirm persistent airflow limitation

19
G. Tatalaksana
Tatalaksana Farmakoterapi PPOK stabil

Tatalaksana Farmakoterapi PPOK Stabil

Obat dalam Penatalaksanaan PPOK


• Antikolinergik
• Ipratropium bromida
• Agonis β2 kerja singkat
• Salbutamol
• Fenoterol
• Terbutalin
• Agonis β2 kerja lama
• Formoterol
• Salmeterol
• Metilsantin
• Aminofilin
• Teofilin
• Kombinasi
• Salbutamol + ipratropium
20
• Fenoterol + ipratropium
• Budesonid + formoterol
• Kortikosteroid
• Budesonid
• Flutikason
• Beklometason
• Kortikosteroid sistemik
• Prednison
• Metilprednisolon

H. Pencegahan dan Terapi


 Smoking cessation
 Inhaler technique
 Influenza vaccination
 Pneumococcal vaccination
 Pulmonary rehabilitation

Atrial Fibrilasi
A. Definisi
Fibrilasi atrial didefinisikan sebagai aritmia jantung yang memiliki karakteristik :
1. RR interval yang ireguler dan tidak repetitive pada gambaran EKG
2. Tidak terdapatnya gelombang P yang jelas pada gambaran EKG
3. Siklus atrial (interval diantara dua aktivasi atrial) bila dapat dilihat, bervariasi dengan
kecepatan > 300x/menit (<200 ms).

21
B. Epidemiologi
 Epidemiologi = meningkat seiring
 Bertambah usia >50 tahun

C. Etiologi
• Penyakit Jantung yg berhubungan dengan FA
- PJK
- Kardiomiopati dilatasi
- Kardiomiopati hipertrofik
- Penyakit katup jantung
- Aritmua Jantung : takikardi atrial, atrial flutter, AVNRT, sindrom WPW, sick sinus
syndrome
- Perikarditis
• Penyakit di luar Jantung yg berhubungan dengan FA
- Hipertensi sistemik
- DM
- Hipertiroidisme
- Penyakit Paru: PPOK, hipertensi pulmonal primer, emboli paru akut
- Neurogenik: Sistem saraf autonom  FA melalui peninggian tonus vagal atau
adrenergik

22
D. Manifestasi Klinis
 Palpitasi ringan-berat
 Mudah Lelah
 Angina
 Kongesti pulmonal hipotensi
 Sinkop
 Denyut nadi ireguler.

E. Evaluasi Klinik Pasien FA


• Anamnesis
1. Tipe FA dengan mengetahui lama timbulnya (episode pertama, paroksismal,
persisten, permanen)
2. Berat gejala yang menyertai: berdebar-debar, lemah, sesak napas terutama saat
aktivitas, pusing, gejala iskemik atau gagal jantung kongestif
3. Penyakit jantung atau lainnya yang mendasari, misalnya hipertiroid
• Pemeriksaan Fisik
1. TTV: kecepatan dan regularitas denyut nadi, tekanan darah
2. JVP
3. Ronkhi: kemungkinan gagal jantung kongestif
4. Gallop: kemungkinan gagal jantung kongestif, bising: kemungkinan penyakit katup
jantung

23
5. Hepatomegali: gagal jantung kanan
6. Edema perifer: gagal jantung kongestif
- Laboratorium: HT (anemia), TSH (penyakit gondok), Enzim jantung (iskemia
jantung),
- EKG: irama (verifikasi FA), hipertrofi ventrikel kiri, pre-eksitasi ventrikel kiri,
sindrom pre-eksitasi (sindrom WPW), identifikasi iskemi
- Rontgen toraks
- Echocardiography: kelainan katup, ukuran atrium dan ventrikel, hipertrofi ventrikel
kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow dan TEE (Transesophago
Echocardiography) untuk melihat thrombus atrium kiri
- Fungsi tiroid. Pada FA episode pertama bila laju irama ventrikel sulit dikontrol
- Uji latih: identifikasi iskemi jantung, menentukan edukasi dari control laju irama
jantung
- Lainnya : holter monitoring, studi elektrofisiologi

Anti- Arrhythmic Drugs


A. Manajemen

B. Manajemen Jangka Panjang


1. Pencegahan tromboemboli
2. Mengatasi gejala klinis yang timbul
3. Manajemen optimal terhadap ancaman penyakit jantung yang menyertai

24
4. Pengontrolan denyut jantung
5. Koreksi gangguan ritme jantung

C. Electrical Theraphy
- Cardioversion  memberikan aliran listrik biasanya dengan energi yang rendah dan
disinkronkan dengan gelombang R, untuk mengkonversi takiaritmia menjadi irama
sinus, dilakukan untuk terminasi takikardia akibat reentry
- Defibrilasi  memberikan aliran listrik dengan dosis tertentu dalam waktu singkat
kepada pasien dan merupakan terapi standar fibrilasi ventrikel, ditujukan untuk
depolarisasi temporer terhadap denyut jantung ireguler dan membuat aktivitas
kontraksi jantung lebih terkoordinasi dalam waktu singkat
- Indikasi kardioversi atau defibrilasi:
a. Fibrilasi ventrikel
b. Takikardi Ventrikel
c. Takikardi Supraventricular
d. Fibilasi Atrial
e. Flutter Atrial
f. Hemodinamik buruk atau terapi medikamentosa tidak berhasil

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Loscalzo J, Hauser S. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York: McGraw-Hill; 2011.
2. Sudoyo Aru W, dkk. Buku Ajar :Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Interna Publishing.

Jakarta : 2009.

26

Anda mungkin juga menyukai