Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH REFERAT

STRIKTUR URETRA

Disusun oleh :

Albert Priyambadha

Pembimbing :

Dr. Aries, SpU

KEPANITRAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 15 NOVEMBER 2018 – 12 JANUARI 2018
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA , HALIM JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

1
BAB I
PENDAHULUAN

Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita, uretra
mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra juga
penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria.

Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya
jaringan fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih,
mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin
keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak
komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.1

Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada bagian dunia
tertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, karena uretra pada
wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai uretra dapat
menyebabkan striktur. Orang dapat terlahir dengan striktur uretra, meskipun hal tersebut
jarang terjadi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI URETRA

Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian vesika
urinaria sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi.
Uretra pria dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra
posterior dibagi menjadi uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior
dibagi menjadi meatus uretra, pendulare uretra dan bulbus uretra. Dalam keadaan normal
lumen uretra laki-laki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm maka lumen uretra laki-
laki 7,2 mm dan wanita 9 mm.2

1. Uretra bagian anterior

Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini dimulai dari
meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra anterior ini berupa tabung yang
lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif
mudah.2

2. Uretra bagian posterior

3
Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang dikelilingi kelenjar
prostat dinamakan uretra prostatika. Bagian selanjutnya adalah uretra membranasea, yang
memiliki panjang terpendek dari semua bagian uretra, sukar untuk dilatasi dan pada bagian
ini terdapat otot yang membentuk sfingter. Sfingter ini bersifat volunter sehingga kita dapat
menahan kemih dan berhenti pada waku berkemih. Uretra membranacea terdapat dibawah
dan dibelakang simpisis pubis, sehingga trauma pada simpisis pubis dapat mencederai uretra
membranasea.3

B. DEFINISI

Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra yang disebabkan fibrosis pada dindingnya.1

C. ETIOLOGI
(4, 5)
Hampir semua striktur yang penyebabnya dapat diidentifikasi diperoleh . Kelompok
terbesar (45%) adalah iatrogenik dan hasil dari manipulasi uretra (kateter berdiamnya trauma,
intervensi transurethral, koreksi hipospadia, prostatektomi, brachytherapy) (4, 5). Jadi, misalnya,
kejadian striktur uretra setelah reseksi prostat transurethral (intervensi prostat yang paling
(4, 5).
umum) adalah 3% sampai 5% Penyebab lain dari striktur uretra adalah ruptur uretra
traumatis yang berhubungan dengan fraktur panggul. Uretritis bakteri juga dapat
menyebabkan penyempitan (sekitar 20% kasus); klasik, ini adalah kasus gonore yang tidak
diobati. Penyakit radang lain yang terkait dengan striktur uretra (distal) adalah balanitis
xerotica obliterans, penyakit radang kronis yang etiologinya tidak diketahui.

Sekitar 30% dari striktur uretra bersifat idiopatik ( 4). Dalam kasus ini pemicu yang paling
mungkin dianggap sebagai beberapa trauma ringan yang terlupakan yang terjadi lama di masa
lalu (mis., Cedera perineum saat mengendarai sepeda.

Usia pasien juga relevan dalam menentukan penyebab striktur: Pada pasien yang berusia
kurang dari 45 tahun, koreksi hipospadia dan trauma panggul paling sering didefinisikan
sebagai penyebabnya, sementara intervensi transurethral paling umum terjadi pada mereka
yang berusia di atas 45 (5).

Fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars membranasea, trauma tumpul pada
selangkangan (straddle injuries) yang mengenai uretra pars bulbosa, dapat terjadi pada anak

4
yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga jatuh dengan uretra pada
bingkai sepeda pria, trauma langsung pada penis, instrumentasi transuretra yang kurang hati-
hati (iatrogenik) seperti pemasangan kateter yang kasar, fiksasi kateter yang salah.

Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra, seperti
operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.

Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti infeksi oleh
kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika telah
menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang sudah jarang akibat
pemakaian antibiotik, kebanyakan striktur ini terletak di pars membranasea, walaupun juga
terdapat pada tempat lain; infeksi chlamidia sekarang merupakan penyebab utama tapi dapat
dicegah dengan menghindari kontak dengan individu yang terinfeksi atau menggunakan
kondom.6

D. PATOFISIOLOGI

Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa
pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa vesika urinaria, ureter dan ginjal. Mukosanya
terdiri dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa
dan berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular.7

Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara
epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak
sama dengan semula.

Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga
terjadi striktur uretra.

E. DERAJAT PENYEMPITAN URETRA7

Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga
tingkatan:

1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra

2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra

3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra

5
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang
dikenal dengan spongiofibrosis.1

F. GEJALA KLINIS

Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan
bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria,
inkontinensia, urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak, infiltrat,
abses dan fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urine.1

G. PEMERIKSAAN

Selain riwayat tipikal, striktur uretra dapat didiagnosis berdasarkan profil tipikal pada
uroflowmetri Investigasi ini mencatat aliran urin (diukur sebagai volume per unit waktu) dan
keseluruhan waktu buang air kecil. Grafik dari pasien dengan striktur uretra akan
menunjukkan perpanjangan waktu buang air kecil dengan dataran tinggi tingkat rendah

Bentuk kurva ini adalah patognomonik dari striktur uretra, meskipun investigasi tidak
mengatakan apa-apa tentang panjang striktur atau di mana letaknya. Kedua hal ini perlu
diketahui sebelum pengobatan dapat direncanakan, dan untuk ini penyelidikan pilihan adalah
retrograde cystourethrography (dikombinasikan, jika sesuai, dengan membatalkan
cystourethrography.7

Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin. Volume urin
yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran
urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan
pancaran kurang dari harga normal menandakan ada obstruksi. 7

Diagnosa dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan besarnya
penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah
dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan bahan kontras secara
antegrad dari vesika urinaria dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini
panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi. 8

A. Instrumentasi

6
Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan
kateter Foley ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter dengan
ukuran yang lebih kecil sampai dapat masuk ke vesika urinaria. Apabila dengan
kateter ukuran kecil dapat masuk menandakan adanya penyempitan lumen uretra.8

B. Uretroskopi

Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan


adanya striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong
jaringan fibrotik dengan memakai pisau sachse.

H. DIAGNOSIS

Diagnosis striktur uretra dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pasti
striktur uretra didapat dari pemeriksaan radiologi, tentukan lokasi dan panjang striktur serta
derajat penyempitan dari lumen uretra.9

I. PENATALAKSANAAN

Pasien yang datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik untuk
mengeluarkan urin, jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian antibiotika.
Pengobatan striktur uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang dan lokasi dari
striktur, serta derajat penyempitan lumen uretra.10

Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah:

1. Bougie (Dilatasi)

Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan periksa adanya
glukosa dan protein dalam urin.

Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie bengkok merupakan satu batang logam yang
ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang juga terbuat dari logam,
mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya hanya sedikit melengkung; bougie filiformis
mempunyai diameter yang lebih kecil dan terbuat dari bahan yang lebih lunak.

Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah pengobatan dengan
antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan meatus uretra dengan
cermat dan persiapkan kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke dalam
uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah duk lubang untuk
mengisolasi penis.

7
Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah bougie
filiformis; biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie filiformis lain
10
sampai bougie dapat melewati striktur tersebut. Kemudian lanjutkan dengan dilatasi
menggunakan bougie lurus.10

Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau lurus
ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya.

Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar
tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya
menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang bertugas di pusat
kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk memasukkan bougie. Penyulit dapat
mencakup trauma dengan perdarahan dan bahkan dengan pembentukan jalan yang salah
(false passage). Perkecil kemungkinan terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic
dengan tindakan asepsis dan dengan penggunaan antibiotik.10

Dilatasi uretra pada pasien pria (lanjutan). Bougie lurus dan bougie bengkok (F); dilatasi
strikur anterior dengan sebuah bougie lurus (G); dilatasi dengan sebuah bougie bengkok (H-
J).

8
2. Uretrotomi interna

Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang memotong jaringan
sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse, laser atau elektrokoter.

Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama bagian distal dari
pendulans uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan pada wanita dengan
striktur uretra.1

Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah striktur uretra
anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih dari 2 cm
serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan. Setelah pasien
dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali
selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali seumur hidup. Pada waktu kontrol dilakukan
pemeriksaan uroflowmetri, bila pancaran urinnya < 10 ml/det dilakukan bouginasi. 1

3. Uretrotomi eksterna

Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian dilakukan


anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini tidak dapat
dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm.

9
Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan fibrotik.

Stadium I, daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit jaringan sehat
di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi. Mukosa uretra dijahit ke penis
pendulans dan dipasang kateter selama 5-7 hari.11

Stadium II, beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak, dilakukan
pembuatan uretra baru.

Uretroplasty dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2 cm
atau dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca Uretrotomi Sachse.
Operasi uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya setelah daerah striktur di eksisi,
uretra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft atau pedikel graft
yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis dengan menyertakan
pembuluh darahnya. 1

J. KOMPLIKASI

A. Trabekulasi, sakulasi dan divertikel

Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot kalau
diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian akan melemah.
Jadi pada striktur uretra otot vesika urinaria mula-mula akan menebal terjadi trabekulasi pada

10
fase kompensasi, setelah itu pada fase dekompensasi timbul sakulasi dan divertikel.
Perbedaan antara sakulasi dan divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada sakulasi masih
di dalam otot buli sedangkan divertikel menonjol di luar vesika urinaria, jadi divertikel vesika
urinaria adalah tonjolan mukosa keluar vesika urinaria tanpa dinding otot.1

B. Residu urine

Pada fase kompensasi dimana otot vesika urinaria berkontraksi makin kuat tidak timbul
residu. Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah keadaan dimana
setelah kencing masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan normal residu ini
tidak ada.

C. Refluks vesiko ureteral

Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan vesika urinaria
melalui uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang meninggi maka
akan terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari vesika urinaria akan masuk kembali ke
ureter bahkan sampai ginjal.

D. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal

Dalam keadaan normal, vesika urinaria dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh
mempertahankan vesika urinaria dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat
mengosongkan vesika urinaria waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka
akan timbul residu, akibatnya maka vesika urinaria mudah terkena infeksi.Adanya kuman
yang berkembang biak di vesika urinaria dan timbul refluks, maka akan timbul pyelonefritis
akut maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya.

E. Infiltrat urine, abses dan fistulasi

Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa timbul
inhibisi urine keluar vesika urinaria atau uretra proksimal dari striktur. Urine yang terinfeksi
keluar dari vesika urinaria atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine, kalau tidak
diobati infiltrat urine akan timbul abses, abses pecah timbul fistula di supra pubis atau uretra
proksimal dari striktur.

K. PENCEGAHAN

- Menghindari terjadinya trauma pada uretra dan pelvis

11
- Tindakan transuretra dengan hati-hati, seperti pada pemasangan kateter

- Menghindari kontak langsung dengan penderita yang terinfeksi penyakit menular


seksual seperti gonorrhea, dengan jalan setia pada satu pasangan dan memakai
kondom

- Pengobatan dini striktur uretra dapat menghindari komplikasi seperti infeksi dan
gagal ginjal

L. PROGNOSIS

Striktur uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah dilakukan
observasi selama satu tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo Basuki B. Striktura uretra, dalam: Dasar-dasar UROLOGI. Ed 2. CV.


Sagung, Jakarta, 2003. Hal; 153-156.

2. Anger JT, Buckley JC, Santucci RA, Elliott SP, Saigal CS. Trends in stricture management
among male Medicare beneficiaries: underuse of urethroplasty? Urology. 2011;77:481–485. [PMC
free article]

3. Tasci AI, Ilbey YO, Tugcu V, Cicekler O, Cevik C, Zoroglu F. Transurethral resection of the
prostate with monopolar resectoscope: single-surgeon experience and long-term results of after 3589
procedures. Urology. 2011;78:1151–1155.

4. Sievert KD, Selent-Stier C, Wiedemann J, et al. Introducing a large model to create urethral
stricture similar to human stricture disease: a comparative experimental study. J Urol.
2012;187:1101–1109.

5. Lumen N, Hoebeke P, Willemsen P, De Troyer B, Pieters R, Oosterlinck W. Etiology of


urethral stricture disease in the 21st century. J Urol. 2009;182:983–987.

6. Fenton AS, Morey AF, Aviles R, Garcia CR. Anterior urethral strictures: etiology and
characteristics. Urology. 2005;65:1055–1058.

7. Santucci RA, McAninch JW. Urethral reconstruction of strictures resulting from treatment of
benign prostatic hypertrophy and prostate cancer. Urol Clin North Am. 2002;29:417–427. viii.

8. Das S, Tunuguntla HS. Balanitis xerotica obliterans—a review. World J Urol. 2000;18:382–
387.

9. Park S, McAninch JW. Straddle injuries to the bulbar urethra: management and outcomes in
78 patients. J Urol. 2004;171:722–725.

10. Wein AJ, Kavoussi LR, Novick AC, Partin AW, Peters CA. 10th edition. Philadelphia:
Elsevier; 2012. Campbell-Walsh Urology.

13

Anda mungkin juga menyukai