Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Fisika statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat atau perilaku sistem
yang terdiri dari banyak partikel. Generalisasi perilaku partikel merupakan ciri pokok dari
pendekatan statistik. Hingga saat ini pendekatan statistik cukup memadai untuk
merepresentasikan keadaan sistem dan perilaku partikel penyusunnya. Berdasarkan hal
tersebut perlu disusun cara memahami keadaan suatu sistem dan perilaku partikel pada
sistem partikel yang memenuhi hukum-hukum fisika klasik maupun fisika modern.
Pada bagian awal dalam kuliah ini menerangkan tentang dasar-dasar statistik dan
fungsi distribusi partikel sebagai pengetahuan dasar dalam memahami penerapan statistik
pada sistem partikel. Sistem yang tersusun oleh partikel-partikel tidak identik
(terbedakan) dan mematuhi hukum-hukum fisika klasik dapat didekati dengan statistik
klasik Maxwell-Boltzmann, sedangkan pada sistem yang tersusun oleh partikel-partikel
identik (tidak terbedakan), hukum-hukum fisika klasik tidak cukup memadai untuk
merepresentasikan keadaan sistem dan hanya dapat diterangkan dengan hukum-hukum
fisika kuantum. Sistem semacam ini dapat didekati dengan statistik modern, yaitu statistik
Fermi-Dirac dan Bose-Einstein. Statistik Fermi-Dirac sangat tepat untuk menerangkan
perilaku partikel-partikel identik yang memenuhi larangan Pauli, sedangkan statistik
Bose-Einstein sangat tepat untuk menerangkan perilaku partikel-partikel identik yang
tidak memenuhi larangan Pauli.
Statistic Fermi-dirac dirumuskan untuk assembli fermion, yaitu sistem kuantum
dengan spin merupakan kelipatan ganjil dari ħ/2. Sistem ini memiliki satu sifat khas yaitu
memenuhi pinsip eksklusi pauli. Berdasarkan prinsip ini maka tidak ada fermion yang
boleh memiliki sekumpulan bilangan kuantum yang sama. Satu keadaan energy hanya
boleh ditempati maksimum oleh dua fermion dengan syarat arah spin harus berlawanan.
Setelah memahami bagaimana statistic Fermi-dirac, kita harus memahami pula
bagaimanakah aplikasi dari statistic yang memenuhi prinsip ekslusi pauli ini.oleh sebab
itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai penerapan pada Fermi-Dirac.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan,
sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimanakah penerapan statistik Fermi-Dirac pada panas jenis dan emisi
termionik?
1
1.3.Tujuan
1.3.1. Untuk mendeskripsikan penerapan statistik Fermi-Dirac panas jenis dan emisi
termionik.

1.4.Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah sebagai berikut:
1.4.1. Bagi Penulis
Melalui proses penulisan makalah ini, manfaat yang didapatkan oleh para
penulis adalah keterampilan dalam menulis ilmiah, berbahasa, dan juga
pemahaman terhadap penerapan statistik Fermi-Dirac.
1.4.2. Bagi Pembaca
Melalui makalah ini, para pembaca dapat memperoleh informasi dan
pengetahuan tentang penerapan statistik Fermi-Dirac.

2
BAB II
PEMBAHASAN
3.1.Panas Jenis Logam
Salah satu penerapan dari Statistik Fermi-Dirac adalah dalam mengkaji panas jenis
gas elektron. Panas jenis gas elektron ini tidak dapat dijelaskan oleh fisika klasik (Statistik
Maxwell-Boltzman).

Energi rata-rata w untuk sebuah elektron didefinisikan seperti pada persamaan berikut
  1
4V w 2
 w dNw 0 h 3  
3
w 2 m 2 dw
exp ( w  wm ) / kT   1 1.1
w  0  w 1

4V
 dNw 0 h 3   w 2
3 5)
2 m 2 dw
0 exp ( w  wm ) / kT   1

Pada temperatur nol absolut, batas atas integral dapat diambil, karena pada temperatur
ini tidak ada elektron dengan energi yang lebih besar daripada wmo. Untuk w < wmo, dan
pada T = 0 K, maka persamaan (29) akan berubah menjadi

4V
2m 2 w dw
3
dNw  3
1.2
h
5)
3
Jadi w0  wm 0
5
Energi rata-rata pada sebarang temperatur diperoleh dengan cara yang sama, dengan
menggunakan perluasan deret untuk wm sebagai fungsi temperatur (T), dan integrasikan
dari 0 sampai  , sehingga diperoleh hasil seperti berikut:

3  5 2  kT 
2

w  wm0 1     ........ 1.3
5  12  wm 0   )
Energi internal total (U) dari N elektron adalah
U  Nw 1.4
Jadi kapasitas panas pada volume konstan (cv) adalah 5)
dU
cv 
dT
dw
cv  N
dT
N 2 k 2
cv  T
2 wm 0

3
 2 kT
cv  R 1.5
2wm 0
5)
Dari kajian Statistik Fermi-Dirac, diperoleh bahwa panas jenis gas elektron
dipengaruhi oleh temperatur. Berbeda halnya dengan kajian Statistik Maxwell-Boltzmann

yang memperoleh hasil c v  3 R , yang berarti bahwa panas jenis zat padat tidak
2
bergantung pada temperatur.

3.2.Emisi Termionik
Pada suhu yang cukup tinggi elektron dapat keluar dari permukaan logam. Pada
suhu tersebut sebagian elektron memilki energi yang sangat besar yang sanggup melewati
potensial penghalang di dinding logam.Filamen di dalam tabung sinar katoda dipanaskan
agar elekttron keluar dari logam filamen. Elektron yang keluar kemudian ditarik dengan
medan listrik yang cukup besar sehingga menumbuk material luminisens pada layar yang
menghasilkan spot cahaya (Abdullah, 2009).
Elektron-elektron dalam konduktor muncul ke permukaan konduktor dengan energi
yang cukup sehingga dapat lepas melewati permukaan. Peristiwa ini disebut dengan emisi
termionik. Pemancaran elektron-elektron dapat digambarkan dengan electrode pengumpul
pada potensial positif relative terhadap permukaan pemancar. Jika beda potensial antara
electrode pengumpul dengan pemancar cukup besar, maka semua elektron yang
dipancarkan akan terkumpul.

y
vx
s = vxdt

Permukaan
x
Gambar 1. Gerakan electron menuju permukaan logam

4
Jika luas permukaan logam adalah A, dan jarak yang ditempuh elektron menuju
permukaan logam adalah s, maka volume batangan logam adalah V  A. v x dt . Selanjutnya

4Vm 2 kT
substitusi nilai ini pada persamaan dNvx  ln exp{wm  wx  / kT }  1dvx , maka
h3
akan muncul persamaan baru seperti berikut
4 A . v x dt m 2 kT
dNvx  ln exp{wm  wx  / kT }  1dvx
h3
dNvx 4 . v x m 2 kT
 ln exp{wm  wx  / kT }  1dvx
A dt h3

dNvx e 4 . v x m 2 e kT
 ln exp{wm  wx  / kT }  1dvx
A dt h3

dNvx e 4 . m 2 e kT
 ln exp{wm  wx  / kT }  1v x dvx
A dt h3

4 . m 2 e kT
ln exp{wm  wx  / kT }  1 x
dw
dJv x 
h 3 m

4 . m e kT
dJvx  ln exp{wm  wx  / kT }  1dwx 2.1
h3
)
Pada semua permukaan konduktor terdapat Potensial Barier. Potensial Barier yaitu
suatu daerah sempit di mana medan listrik mengarahkan sedemikian sehingga elektron
bergerak pelan mendekati elektron dari dalam. Elektron dengan energi yang cukup besar
yang mampu melewati Potensial Barier, melompati permukaan, dan memberi kontribusi
terhadap arus emisi, sedangkan elektron dengan energi yang lebih kecil dari energi yang
dipersyaratkan akan kembali kedalam logam. Misalkan wB adalah energi kinetik minimum,
yang normal terhadap permukaan, di mana elektron-elektron harus melawan Potensial
Barier. Kerapatan Arus Saturasi (jenuh) diperoleh dengan mengintegrasi persamaan:
4 . m e kT
dJv x  ln exp{wm  wx  / kT }  1dwx 2.2
h3
)
Jika wb sampai tak hingga, maka diperoleh:

4 . m e kT
 ln exp{w  wx  / kT }  1dwx
2.3
J sat  m
h3 wb 2)
Dalam rentangan integrasi, wx selalu lebih besar daripada wB, dan haruslah
dianggap bahwa wx lebih besar daripada wB. Hal ini disebabkan karena pada temperatur
biasa, elektron-elektron dalam logam tidak lepas secara spontan. Jika wm  wx  / kT dalam

5
rentangan integrasi adalah bilangan negative besar, suku eksponensial adalah kecil, dan
dengan menggunakan aproksimasi ln  x 1  x , maka akan muncul persamaan baru seperti
berikut:

4 . m e kT
J sat 
h3  ln exp{w
wb
m  w x  / kT }  1dwx


4 . m e kT
J sat 
h3  exp{w
wb
m  wx  / kT dwx

wm

4 . m e kT e kT
J sat 
h3  wx
kT
dwx
wb e

4 . m e kT wm kT 1
J sat 
h 3
.e  wx
wB e kT
dwx


4 . m e kT wm kT  wx kT
J sat 
h3
.e  e dwx
wB

wx du 1

Misal e kT
 u , maka  , sehingga dwx   kT du
dwx kT

4 . m e kT wm kT u
J sat 
h3
.e w e (kTdu)
B


4 . m e k 2T 2 wm kT u
J sat  
h3
.e w e du
B


4 . m e k 2T 2 wm kT   wx kT 
J sat   .e e 
h3 wB

4 . m e k 2T 2 wm kT  wB kT
J sat  .e e
h3
4 . m e k 2T 2  wm  wB  / kT
J sat  e
h3

4 . m e k 2T 2
J sat  exp wm  wB  / kT 2.4
h3
2)
4 . m e k 2
Jika A  dan   wm  wB  , maka persamaan (2.4) akan menjadi
h3
J sat  AT 2 exp  / kT  2.5
Persamaan (2.5) adalah Persamaan Dushman untuk Emisi Termionik. )

6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a. Panas jenis gas elektron
Penggunaan kajian Statistik Fermi-Dirac didapatkan panas jenis gas elektron pada
volume konstan (cv) sebagai berikut:
dU
cv 
dT
dw
cv  N
dT
N 2 k 2
cv  T
2 wm 0
 2 kT
cv  R
2 wm 0
Berdasarkan kajian Statistik Fermi-Dirac, diperoleh bahwa panas jenis gas elektron
dipengaruhi oleh temperature yang hasil ini sesuai dengan eksperiment.

b. Emisi Termionik
Dalam mengkaji emisi termionik, dengan menggunakan statistik Fermi-Dirac
didapatkan suatu formulasi untuk menghitung besarnya arus saturasi (Jsat) seperti
berikut:
J sat  AT 2 exp  / kT  ,

4 . m e k 2
A dan   wm  wB  ,
h3

3.2. Saran
Berdasarkan pemaparan materi, adapun saran yang ingin penulis sampaikan yaitu
diharapkan untuk mengingat kembali materi yang sudah diajarkan dan lebih rajin dalam
membaca buku pedoman karena materi ini merupakan materi yang lumayan sulit
sepertinya adanya integral lipat tiga.

Anda mungkin juga menyukai