Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar karena berhubungan dengan
perilaku dan struktur benda. Bidang Fisika dibagi menjadi gerak, fluida, panas, suara,
cahaya, listrik dan magnet, dan topik-topik modern seperti relativitas, struktur atom, fisika
statistik, fisika zat padat, fisika nuklir, dan partikel elementer (Giancoli, 2001: 1). Ilmu
Fisika semakin berkembang dengan adanya berbagai bidang ilmu yang memanfaatkan
hukum, konsep, serta teori fisika. Seperti misalnya pada fisika yang memanfaatkan
statistik dalam pembelajarannya, yang dikenal istilah fisika statistik.
Metoda statistik pertama kali dikembangkan oleh Boltzmann di Jerman dan Gibb
di Amerika Serikat. Berdasarkan perkembangan teori kuantum, Bose-Einstein, dan Fermi-
Dirac, akhirnya diperkenalkanlah modifikasi ideal Boltzman yang dapat mengatasi
kegagalan statistik Maxwell-Boltzmann untuk kasus tertentu. Pendekatan statistik
mempunyai hubungan dengan termodinamika dan gas kinetik. Untuk sistem-sistem ini,
energi partikel dapat ditentukan, salah satunya dengan cara menggunakan rata-rata statistik
persamaan keadaan dari substansi dan persamaan energi.
Mekanika statistik tidak seperti teori kinetik yang mengulas secara detail anggapan
tentang tumbukan molekul antar molekul atau molekul dengan permukaan dinding. Akan
tetapi, mengungkapkan fakta bahwa molekul-molekul yang sangat banyak dan sifat
rata-rata sejumlah molekul yang besar dan dapat dihitung tanpa informasi yang detail
tentang molekul tertentu. Mekanika statistik menghindari perincian mekanis gerak
molekuler dan hanya berurusan dari segi energi molekul. Mekanika statistik sangat
mengandalkan pada teori peluang, tetapi lebih sederhana matematiknya daripada teori
kinetik walaupun konsepnya lebih sulit.
Mekanika statistik ini menggunakan pendekatan yang lebih banyak memanfaatkan
sifat-sifat statistik benda banyak untuk memahami gejala-gejala termodinamika. Contoh
dari pernyataan tersebut, dimisalkan molekul-molekul gas yang akan dibahas dianggap
sebagai kumpulan benda banyak yang dalam pendekatannya tidak memperhitungkan sifat
masing-masing molekul. Metode statistik dapat diterapkan tidak hanya untuk molekul
tetapi juga untuk foton, gelombang elastik di dalam zat padat, dan lebih luas lagi tentang
mekanika kuantum yang disebut fungsi gelombang.

1
Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba mengkaji lebih dalam dalam penerapkan
salah satu bagian dari Fisika Statistik, yaitu “Penerapan Statistik Maxwell-Boltzmann”
yang akan dijelaskan pada bab pembahasan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah penerapan statistik Maxwell-Boltzmann dalam gas ideal
monoatomik ?
1.2.2 Bagaimanakah penerapan statistik Maxwell-Boltzmann dalam menentukan variasi
tekanan atmosfer ?
1.2.3 Bagaimanakah penerapan statistik Maxwell-Boltzmann dalam menentukan panas
jenis gas ideal ?
1.2.4 Bagaimanakah penerapan statistik Maxwell-Boltzmann dalam menghitung energi
equipartisi ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.3.1 Untuk menjelaskan penerapan statistik Maxwell-Boltzmann dalam gas ideal
monoatomik.
1.3.2 Untuk menjelaskan penerapan statistik Maxwell-Boltzmann dalam menentukan
variasi tekanan atmosfer.
1.3.3 Untuk menjelaskan penerapan statistik Maxwell-Boltzmann dalam menentukan
panas jenis gas ideal.
1.3.4 Untuk menjelaskan penerapan statistik Maxwell-Boltzmann dalam menghitung
energi equipartisi.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Bagi pembaca, tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang berguna untuk
menambah pengetahuan mengenai aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann.

2
1.4.2 Bagi penulis, dalam pembuatan makalah ini penulis mendapat pengetahuan
mengenai aplikasi statistik Maxwell-Boltzmann. Selain itu, makalah ini merupakan
salah satu tugas dari mata kuliah Fisika Statistik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penerapan Statistik Maxwell-Boltzmann dalam Gas Ideal Monoatomik

Pada wadah yang tertutup yang volumenya 𝑉 terdapat N molekul gas monoatomik
yang masing-masing masanya 𝑚. Masing-masing molekul dicirikan oleh koordinat posisi
𝑥, 𝑦, 𝑧 dan koordinat kecepatan 𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , dan 𝑣𝑧 . Energi molekul 𝐸 adalah jumlah energi
potensial dan energi kinetik. Berdasarkan salah satu asumsi gas ideal, yakni tidak ada gaya
yang bekerja di antara molekul-molekul kecuali pada saat tumbukan, sehingga dalam hal
ini efek gaya gravitasi Bumi tidak diperhitungkan. Berdasarkan hal tersebut, maka energi
potensial dapat dianggap konstan di dalam wadah, dan diambil nilainya nol. Untuk daerah
di luar wadah, energi potensial dapat dianggap tak berhingga (Sujanem, T.T)
Jika molekul-molekul dianggap benda titik, maka energi kinetik pada molekul
hanyalah energi kinetik translasi. Energi molekul di luar wadah energi molekulnya tak
berhingga, sedangkan energi molekul di sembarang cell 𝑖 pada ruang fase dalam wadah
yang ditempati gas adalah
1 …(1.1)
𝐸𝑖 = 𝑚𝑣𝑖2
2
Fungsi partisi untuk molekul ini diberikan oleh persamaan sebagai berikut :
𝑚𝑣𝑖2
(− )
𝑍 = ∑e 2𝑘𝑇 …(1.2)

Pada persamaan (1.2) penjumlahan dilakukan terhadap seluruh 𝑁 partikel.


Penyelesaian fungsi partisi ini menggunakan konsep integral, yakni penjumlahan elemen-
elemen volume yang sangat kecil yang dibatasi kurva fungsi tertentu. Berdasarkan hal
tersebut, maka persamaan (1.2) dapat dituliskan:
𝑚𝑣 2
1 (− 𝑖 )
𝑍 = ∭ ∭ 𝑒 2𝑘𝑇 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
𝐻
∞ 𝑚𝑣 2
∞ (− 𝑦 ) ∞ 𝑚𝑣 𝑚𝑣 2 2
1 (− 𝑥 ) (− 𝑧 )
𝑍 = ∭ 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧 ∫ e 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥 ∫ e 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑦 ∫ e 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑧
𝐻 −∞ −∞ −∞

𝑉 2𝜋𝑘𝑇 3/2
𝑍= ( ) …(1.3)
𝐻 𝑚
Persamaan untuk distribusi partikel 𝑁𝑖 diperoleh sebagai berikut :
𝑁𝐻 𝑚 3/2 −𝑚𝑣2 …(1.4)
𝑁𝑖 = ( ) 𝑒 2𝑘𝑇
𝑉 2𝜋𝑘𝑇

4
Persamaan (1.4) dapat juga dinyatakan sebagai berikut :

6
𝑁 𝑚 3/2 −𝑚𝑣2
𝑑 𝑁= ( ) 𝑒 2𝑘𝑇 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
𝑉 2𝜋𝑘𝑇
Distribusi dalam ruang biasa diperoleh dengan mengintegrasikan persamaan (1.4)
untuk seluruh nilai 𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , dan 𝑣𝑧 yaitu:

3
𝑁 𝑚 3/2 2𝑘𝑇 3/2
𝑑 𝑁= ( ) ( )
𝑉 2𝜋𝑘𝑇 𝑚
𝑑3𝑁 𝑁 …(1.5)
=
𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧 𝑉
Persamaan (1.5) menyatakan bahwa jumlah molekul per satuan volume ruang biasa
adalah tidak bergantung pada posisi dan sama dengan jumlah molekul total per volume
total atau dapat juga dinyatakan bahwa molekul-molekul terdistribusi secara seragam di
dalam ruang yang ditempati gas. Distribusi dalam ruang kecepatan diperoleh dengan
mengintegrasikan persamaan (2.1.4) untuk seluruh 𝑥, 𝑦, dan 𝑧, sehingga diperoleh :
𝑚 3/2 −𝑚𝑣2 …(1.6)
𝑑3 𝑁 = 𝑁 ( ) 𝑒 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
2𝜋𝑘𝑇
Persamaan keadaan diperoleh dari fungsi Helmholtz, yakni :
𝐹 = −𝑁𝑘𝑇 ln 𝑍 …(1.7)
Berdasarkan hubungan termodinamik, diperoleh persamaan sebagai berikut :
𝜕𝐹
𝑝 = −( ) …(1.8)
𝜕𝑉 𝑇
Berdasarkan persamaan fungsi partisi (1.3), persamaan fungsi Helmholtz dapat
dituliskan sebagai berikut :
3
𝑉 2𝜋𝑘𝑇 2
𝐹 = −𝑁𝑘𝑇 ln [ ( ) ]
𝐻 𝑚

𝐹 = −𝑁𝑘𝑇[ln 𝑉 − ln 𝐻 + (3/2) ln(2𝜋𝑘𝑇/𝑚)] …(1.9)

Jika persamaan (1.9) disubstituskan ke persamaan (1.8), maka diperoleh persamaan


sebagai berikut :
𝜕𝐹
𝑝 = −( )
𝜕𝑉 𝑇
𝜕
𝑝=− (−𝑁𝑘𝑇 ln 𝑉 + 𝑁𝑘𝑇 ln 𝐻 + (3/2)𝑁𝑘𝑇 ln(2𝜋𝑘𝑇/𝑚)
𝜕𝑉
𝑁𝑘𝑇
𝑝= = 𝑛𝑅𝑇/𝑉 …(1.10)
𝑉

5
Persamaan (1.10) ini merupakan persamaan keadaan gas ideal. Selanjutnya
didefinisikan entropi, 𝑆 sebagai berikut :
𝑆 = 𝑁𝑘 ln 𝑍 + 𝑈/𝑇
3 2𝜋𝑘𝑇 3
𝑆 = 𝑁𝑘 [ln 𝑉 + ln ( ) − ln 𝐻 − ln 𝑚] + 3/2 𝑁𝑘
2 𝑚 2
3
𝑆 = 𝑁𝑘 (ln 𝑉 + ln 𝑇 + 𝐴)
2
3 …(1.11a)
𝑆 = 𝑛𝑅 (ln 𝑉 + ln 𝑇 + 𝐴)
2
Pada persamaan (1.11a), 𝐴 adalah suatu konstanta yang tak bergantung pada
temperatur dan volume.
Entropi per satuan molar, 𝑠 adalah
3 …(1.11b)
𝑠 = 𝑆/𝑛 = 𝑅 ln 𝑉 + 𝑅 ln 𝑇 + 𝑅𝐴
2
Energi internal sistem dari gas diberikan oleh persamaan sebagai berikut :
𝑈 = 𝑁𝑘𝑇 …(1.12a)
3 2𝜋𝑘 3
ln 𝑍 = ln 𝑉 − ln 𝐻 + ln ( ) + ln 𝑇 …(1.12b)
2 𝑚 2
Berdasarkan persamaan (1.12a) dan (1.12b), maka didapatkan :
3 3
𝑈 = 𝑁𝑘𝑇 = 𝑛𝑅𝑇 …(1.13)
2 2
Energi internal sistem per satuan molar didapatkan dengan persamaan sebagai
berikut :
𝑈 3 …(1.14)
𝑢= = 𝑅𝑇
𝑛 2
Panas jenis molar pada volume konstan adalah:
𝜕𝑢 3
𝑐𝑣 = ( ) = 𝑅 …(1.15)
𝜕𝑇 𝑉 2
Hasil yang didapatkan pada persamaan (1.15) sesuai dengan hasil yang ditentukan
berdasarkan teori kinetik gas.

2.2 Penerapan Statistik Maxwell-Boltzmann dalam Menentukan Variasi Tekanan


Atmosfer

Energi molekul seluruhnya dianggap energi kinetik dengan menggunakan


penerapan statistik Maxwell-Boltzmann pada gas ideal monoatomik. Kajian mengenai
penerapan statistik Maxwell-Boltzmann pada bagian ini akan memperhitungkan pengaruh

6
medan grafitasi terhadap molekul-molekul gas pada atmosfir bumi. Acuan asal koordinat
ruang pada kajian ini adalah permukaan bumi dengan sumbu Z sebagai arah vertikal. Pada
pembahasan ini, dimisalkan kolom udara mempunyai luas penampang A dan temperatur
seragam T (dekat permukaan bumi temperatur menurun dengan peningkatan elevasi).
Molekul di dalam cell yang koordinat vertikalnya z mempunyai energi potensial mgz.
Persamaan untuk mendapatkan total energi molekul adalah sebagai berikut :
1 …(2.1)
𝑤 = 𝑚𝑔𝑧 + 𝑚𝑣 2
2
Persamaan fungsi partisi dapat dituliskan sebagai berikut :
1 𝑚𝑔 𝑚𝑣 2
𝑍= ∬ 𝑑𝑥𝑑𝑦 ∫ exp (− 𝑧) 𝑑𝑧 ∭ exp (− ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 …(2.2)
𝐻 𝑘𝑇 2𝑘𝑇
3
1 𝑘𝑇 𝑚𝑔 ∞ 2𝜋𝑘𝑇 2
𝑍 = 𝐴 {[− 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑧)] } ( )
𝐻 𝑚𝑔 𝑘𝑇 0 𝑚
3
1 𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 2
𝑍= 𝐴{ [− exp(∞) + exp(0)]} ( )
𝐻 𝑚𝑔 𝑚
3
1 𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 2
𝑍= 𝐴 { (0 + 1)} ( )
𝐻 𝑚𝑔 𝑚
3
1 𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 2
𝑍= 𝐴 ( )
𝐻 𝑚𝑔 𝑚
3
𝐴 𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 2
𝑍= ( ) …(2.3)
𝐻 𝑚𝑔 𝑚
Jumlah titik-titik di dalam cell ke i dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut :
𝑁 𝑤𝑖 …(2.4)
𝑁𝑖 = 𝑒𝑥𝑝 (− )
𝑍 𝑘𝑇
Jika nilai H diganti dengan dx dy dz dvx dvy dvz dan dengan menggunakan
persamaan (2.4), maka diperoleh persamaan berikut :
𝑁 𝑤𝑖
𝑑6 𝑁 = 3 𝑒𝑥𝑝 (− )
𝑘𝑇
𝐴 𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 2
𝐻 𝑚𝑔 ( 𝑚 )
3
6
𝑁 𝑚𝑔 𝑚 2 𝑚𝑔 𝑚 2
𝑑 𝑁= ( ) 𝑒𝑥𝑝 {− ( 𝑧+ 𝑉 )} 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 …(2.5)
𝐴 𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 𝑘𝑇 2𝑘𝑇

7
Nilai distribusi z diperoleh dengan mengintegrasi seluruh variabel kecuali z,
sehingga didapatkan :
3
𝑁𝑚𝑔 𝑚 2 𝑚𝑔 𝑚 2 𝑚 2 𝑚 2
𝑑𝑁𝑧 = ( ) 𝑒𝑥𝑝 − 𝑧 ∫ 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑉𝑥 ) 𝑑𝑉𝑥 ∫ 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑉𝑦 ) 𝑑𝑉𝑦 ∫ 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑉 ) 𝑑𝑉𝑧
𝐴𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 𝑘𝑇 2𝑘𝑇 2𝑘𝑇 2𝑘𝑇 𝑧
3 1 1 1
𝑁𝑚𝑔 𝑚 2 𝑚𝑔 2𝜋𝑘𝑇 2 2𝜋𝑘𝑇 2 2𝜋𝑘𝑇 2
𝑑𝑁𝑧 = ( ) 𝑒𝑥𝑝 − 𝑧 𝑑𝑧 ( ) ( ) ( ) 𝐴
𝐴𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑚 𝑚 𝑚
3 3
𝑁𝑚𝑔 𝑚 2 𝑚𝑔 2𝜋𝑘𝑇 2
𝑑𝑁𝑧 = ( ) 𝑒𝑥𝑝 − 𝑧 𝑑𝑧 ( )
𝐴𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑚
𝑁𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝑑𝑁𝑧 = 𝑒𝑥𝑝 − 𝑧 𝑑𝑧 …(2.6)
𝑘𝑇 𝑘𝑇
dNz adalah jumlah molekul dalam lapisan tipis dari penampang A dengan tebal dz
pada ketinggian z, digambarkan sebagai berikut:
Untuk dua lapisan dengan tebal sama pada ketinggian z1 dan z2, jumlah molekul
𝑑𝑁
relative 𝑑𝑁2 adalah
1

𝑁𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝑑𝑁2 𝑒𝑥𝑝 − 𝑧 𝑑𝑧
= 𝑘𝑇 𝑘𝑇 2
𝑑𝑁1 𝑁𝑚𝑔 𝑒𝑥𝑝 − 𝑚𝑔 𝑧 𝑑𝑧
𝑘𝑇 𝑘𝑇 1
𝑑𝑁2 𝑚𝑔
= 𝑒𝑥𝑝 − (𝑧 − 𝑧1 ) …(2.7)
𝑑𝑁1 𝑘𝑇 2

Integrasi persamaan (2.6) untuk seluruh vx, vy, dan vz memberikan distribusi di
dalam ruang biasa.
3
𝑁 𝑚𝑔 𝑚 2 𝑚𝑔 𝑚 2
6
𝑑 𝑁= ( ) 𝑒𝑥𝑝 {− ( 𝑧+ 𝑉 )} 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 …(2.8a)
𝐴 𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 𝑘𝑇 2𝑘𝑇

Jika persamaan (2.8a) diintegral terhadap vx, vy, vz maka didapatkan distribusi
molekul dalam ruang tertentu, yaitu sebagai berikut :
3
3
𝑁 𝑚𝑔 𝑚 2 𝑚𝑔𝑧 𝑚 2
𝑑 𝑁= ( ) 𝑒𝑥𝑝 (− ) ∭ 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑉 ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
𝐴 𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 𝑘𝑇 2𝑘𝑇
3 3
𝑁 𝑚𝑔 𝑚 2 𝑚𝑔𝑧 2𝜋𝑘𝑇 2
𝑑3𝑁 = ( ) 𝑒𝑥𝑝 (− )( )
𝐴 𝑘𝑇 2𝜋𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑚
𝑁 𝑚𝑔 𝑚𝑔𝑧
𝑑3𝑁 = 𝑒𝑥𝑝 (− )
𝐴 𝑘𝑇 𝑘𝑇
𝑑3𝑁 𝑁
= =𝑛 …(2.8b)
𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧 𝑉

8
Berdasarkan persamaan gas ideal, yaitu :
𝑃𝑉 = 𝑁𝑘𝑇
𝑁
𝑃= 𝑘𝑇
𝑉
𝑃 = 𝑛𝑘𝑇
𝑁 𝑚𝑔 𝑚𝑔𝑧
𝑃={ exp (− )} 𝑘𝑇
𝐴 𝑘𝑇 𝑘𝑇
𝑁𝑚𝑔 𝑚𝑔𝑧
𝑃= 𝑒𝑥𝑝 (− ) …(2.9)
𝐴 𝑘𝑇
Jika z = 0, maka persamaan (2.9) dapat dituliskan sebagai berikut :
𝑁𝑚𝑔 𝑚𝑔(0)
𝑃0 = 𝑒𝑥𝑝 (− )
𝐴 𝑘𝑇
𝑁𝑚𝑔 …(2.10)
𝑃0 =
𝐴
𝑃0 adalah tekanan di permukaan Bumi, dengan demikian persamaan (2.10) menjadi
sebagai berikut :
𝑁𝑚𝑔 𝑚𝑔𝑧
𝑃= exp (− )
𝐴 𝑘𝑇
𝑚𝑔𝑧 …(2.11)
𝑃 = 𝑃0 𝑒𝑥𝑝 (− )
𝑘𝑇
Persamaan (2.11) merupakan persamaan barometrik atau hukum atmosfer.

2.3 Penerapan Statistik Maxwell-Boltzmann dalam Menentukan Panas Jenis Gas Ideal

Teori gas ideal monoatomik yang telah dikemukakan di depan yakni 𝑐𝑣 = 3𝑅⁄2.
Teori ini sesuai dengan eksperimen untuk gas monoatomik untuk semua rentangan
temperatur atau temperatur yang luas. Pada pembahasan ini, dianggap bahwa molekul
adalah poliatomik. Jika energi molekul tidak bergantung pada ruang koordinat x, y, dan z
dari pusat massa, dan jika tidak ada energi potensial bersama diantara molekul, maka
fungsi partisi (z) akan langsung sebanding dengan V.
𝑉
𝑧= (2𝜋𝑘𝑇/𝑚)3/2 …(3.1)
𝐻
Fungsi Helmholtz 𝐹 = −𝑁𝑘 ln 𝑍 yang memiliki ketergantungan yang sama
terhadap V seperti pada gas monoatomik, dan gas mempunyai persamaan keadaan yang
sama, yaitu :
𝑝𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑝 = 𝑛𝑅𝑇/𝑉 …(3.2)

9
Kapasitas panas jenis yang didapatkan pada molekul poliatomik akan berbeda
dengan kapasitas panas jenis gas monoatomik, karena molekul poliatomik dapat
mempunyai energi internal sendiri yang mencakup energi rotasi, vibrasi, dan eksitasi
elektronik. Jika panas mengalir ke dalam gas poliatomik, maka hanya sebagian kecil yang
dipergunakan untuk menaikkan energi kinetik rata-rata molekul, sisanya digunakan untuk
menaikkan energi internal molekul. Temperatur sebanding dengan energi kinetik translasi,
sehingga peningkatan temperatur untuk aliran panas lebih kecil daripada gas poliatomik
jika dibandingkan dengan monoatomik yang menghasilkan panas jenis akan lebih besar
(Ngurah, 1995).
Jika ditinjau berdasarkan teori klasik tentang panas jenis dari gas diatomik, maka
molekul-molekul digambarkan sebagai dumbel yang tersusun dari dua atom (diperlakukan
sebagai titik massa) yang mempunyai jarak pisah tertentu. Masing-masing molekul
diasosiasikan dengan tiga derajat kebebasan dari pusat massa dengan energi rata-rata
1
𝑘𝑇 seperti pada gas monoatomik. Energi kinetik rotasi sebanding dengan kuadrat
2

kecepatan sudut, sehingga prinsip ekuipartisi yang diterapkan untuk rotasi juga memiliki
1
energi 𝑘𝑇 untuk masing-masing derajat kebebasan. Jika atom-atom adalah massa titik,
2

maka rotasi terhadap garis yang melalui molekul tidak signifikan atau tidak memiliki arti.
Untuk rotasi yang memiliki dua derajat kebebasan yaitu perputaran disekeliling sumbu
yang tegak lurus garis penghubung, misalkan molekul-molekul yang dianggap sebagai
osilator harmonik sederhana, maka energi rata-rata yang diasosiasikan dengan vibrasi
1 1
adalah kT (2 𝑘𝑇 untuk energi kinetik, 2 𝑘𝑇 untuk energi potensial).
3
Berdasarkan hal tersebut, maka energi rata-rata molekul adalah 2 𝑘𝑇 untuk translasi,

𝑘𝑇 untuk rotasi, dan 𝑘𝑇 untuk vibrasi. Energi internal total (U) untuk N molekul adalah :
𝑈 = 𝑈𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 + 𝑈𝑟𝑜𝑡 + 𝑈𝑣𝑖𝑏
3
𝑈 = 𝑁𝑘𝑇 + 𝑁𝑘𝑇 + 𝑁𝑘𝑇
2
3 …(3.3)
𝑈 = 𝑛𝑅𝑇 + 𝑛𝑅𝑇 + 𝑛𝑅𝑇
2
Energi internal spesifik molal (u) diberikan oleh persamaan berikut :
𝑈
𝑢=
𝑛
3
𝑛𝑅𝑇 + 𝑛𝑅𝑇 + 𝑛𝑅𝑇
𝑢= 2
𝑛

10
3
𝑢= 𝑅𝑇 + 𝑅𝑇 + 𝑅𝑇 …(3.4)
2
Panas jenis molar pada volume konstan adalah:
𝜕𝑢
𝑐𝑣 = ( )
𝜕𝑇 𝑉
3
𝑐𝑣 = ( ) 𝑅 + 𝑅 + 𝑅
2
7
𝑐𝑣 = ( ) 𝑅 …(3.5)
2
𝑐𝑣 = (𝑐𝑣 )𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 + (𝑐𝑣 )𝑟𝑜𝑡 + (𝑐𝑣 )𝑣𝑖𝑏

2.4 Penerapan Statistik Maxwell-Boltzmann dalam Menghitung Energi Equipartisi

Energi w dari sebuah molekul pada umumnya adalah fungsi semua koordinat cell
di dalam ruang fase dimana titik fase molekul berada. Misalkan z menyatakan sembarang
koordinat dan energi wz diasosiasikan dengan koordinat tersebut. Jika distribusi di dalam
ruang fase dapat dinyatakan dengan fungsi kontinu dari koordinat, maka distribusi di
dalam koordinat z dapat diperoleh dengan menyusun pernyataan umum untuk fungsi
distribusi z dan integrasikan ke seluruh koordinat kecuali z, sehingga akan diperoleh :
𝑁𝑚𝑔 𝑚𝑔
𝑑𝑁𝑧 = exp (− ) 𝑑𝑧 …(4.1)
𝑘𝑇 𝑘𝑇
𝑤𝑧
𝑑𝑁𝑧 = 𝐴 exp (− ) 𝑑𝑧 …(4.2)
𝑘𝑇
A adalah bilangan tetap atau konstanta yang tak bergantung pada z. Jumlah total
partikel N adalah :

𝑁 = ∫ 𝑑𝑁𝑧

𝑤𝑧
𝑁 = ∫ 𝐴 exp (− ) 𝑑𝑧
𝑘𝑇
𝑤𝑧 …(4.3)
𝑁 = 𝐴 ∫ exp (− ) 𝑑𝑧
𝑘𝑇
Jumlah energi total Uz yang sesuai dengan koordinat z adalah :

𝑈𝑧 = ∫ 𝑤𝑧 𝑑𝑁𝑧 …(4.4)

𝑤𝑧
𝑈𝑧 = ∫ 𝑤𝑧 𝐴 exp (− ) 𝑑𝑧
𝑘𝑇
𝑤𝑧
𝑈𝑧 = 𝐴 ∫ 𝑤𝑧 exp (− ) 𝑑𝑧
𝑘𝑇

11
Energi rata-rata w z dari sebuah partikel diasosiasikan dengan koordinat z yaitu :
𝑈𝑧
𝑤
̅𝑧 = …(4.5)
𝑁
Apabila energi wz adalah fungsi kuadrat dari z, yakni jika dalam bentuk wz = az2 ,
dengan a adalah konstanta dan jika limit z dari 0 sampai  , atau dari -  sampai  ,
dengan demikian :
𝑈𝑧
𝑤
̅𝑧 =
𝑁
𝑤
𝐴 ∫ 𝑤𝑧 exp (− 𝑧 ) 𝑑𝑧
𝑤
̅𝑧 = 𝑘𝑇
𝑤
𝐴 ∫ exp (− 𝑧 ) 𝑑𝑧
𝑘𝑇
∞ 𝑎𝑧 2
𝐴 ∫−∞ 𝑎𝑧 2 exp (− ) 𝑑𝑧
𝑘𝑇
𝑤
̅𝑧 =
∞ 𝑎𝑧 2
∫−∞ exp (− 𝑘𝑇 ) 𝑑𝑧

1
𝑤
̅𝑧 = 𝑘𝑇
2

Untuk tiap-tiap koordinat yang mana kondisi di atas dipenuhi, energi rata-rata per
partikel di dalam asembli sebuah partikel dalam keseimbangan termodinamika pada
1
temperatur T adalah 2
kT. Hal tersebut merupakan pernyataan umum dari prinsip
equipartisi energi. Kondisi di atas dipenuhi untuk koordinat kecepatan translasi vx, vy, dan
vz, karena energi diasosiasikan dengan vx, vy, dan vz, adalah 1
2
m v x2 , 1
2
m v y2 , 1
2
m v z2 dan

rentangan masing-masing dari -  sampai +  .

12
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan mengenai penerapan statistik Maxwell-Boltzmann di atas,


maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
3.1.1 Gas monoatomik terdiri dari N molekul, masing-masing massanya m, di dalam ruang
tertutup yang volumenya V. Masing-masing molekul disimbulkan dengan koordinat
posisi x, y, z, dan koordinat kecepatannya vx, vy, dan vz. Energi molekul w
merupakan jumlah energi potensial dan energi kinetik.
3.1.2 Persamaan Barometrik memperhitungkan pengaruh medan gravitasi terhadap
molekul-molekul gas pada atmosfer bumi. Pada kajiannya, digunakan acuan asal
koordinat ruang, yaitu pada permukaan bumi dengan sumbu Z dalam arah vertikal.
Molekul di dalam cell yang koordinat vertikalnya z mempunyai energi potensial
mgz.
3.1.3 Pada gas diatomik, kecuali pada temperatur rendah temperatur aktual lebih besar
daripada temperatur karakteristik untuk rotasi, dan semua yang lainnya untuk kasus
ini, mekanika kuantum memberikan hasil yang sama seperti mekanika klasik.
3.1.4 Pada ekuipartisi energi, jika untuk tiap-tiap koordinat yang mana kondisinya sesuai
dengan syarat telah dipenuhi, maka energi rata-rata perpartikel di dalam asembli
sebuah partikel dalam keseimbangan termodinamika pada temperatur T
1
adalah 2
kT.

3.2 Saran

Fisika statistik dapat diaplikasikan pada berbagai bidang. Selain statistik Maxwell-
Boltzmann, masih banyak lagi terdapat penerapan dari fisika statistik. Oleh karena itu,
perlu dikaji lebih lanjut mengenai aplikasi fisika statistik yang lainnya guna menambah
wawasan dan pengetahuan dalam bidang fisika, khususnya fisika statistik.

13

Anda mungkin juga menyukai