Dalam teori ini menggunakan dua penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan
negatif yang keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah bahwa
penguat positif itu ditambah, sedangkan penguat negative adalah dikurangi agar memperkuat
respon.
Aplikasi tepro behavioristic dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik peserta didik, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau
akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian kekeseluruhan.
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktifitas belajar lebih
banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada keterampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan
pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, yang keterampilan secara terpisah dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut satu jawaban benar.
Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisahkan dari kegiatan pembelajaran dan
biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan pada
kemampuan peserta didik secara individu.
2.2 Teori Belajar Kognitif
Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar
merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlibat sebagai tingkah
laku yang nampak.
Pada teori kognitif belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek aspek kejiwaan lainnya. Proses belajar terjadi
antara lain mencakup pengetahuan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur
kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman
dari pengalaman pengalaman sebelumnya.
Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu asmilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur
kognitif yang ada sekarang. Akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga
dapat dipahami.
b. Teori Brunner
Jerome Brunner (1966) menyatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika dosen memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan
suatu konsepm teori aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
Menurut Brunner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungannya, yaitu.
1. Tahap Enaktif,
Seseorang melakukan aktifitas aktifitas dalam upayanya untuk memahami
lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhanm pegangan
dan sebagainya.
2. Tahap Ikonik
Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal, artinya memahami dunia sekiatnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbanding
3. Tahap Simbolik
Seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Meskipun begitu tidak
berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaftif dan ikonik. Penggunaan media
dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya
sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah lebih banyak
menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan
kemampuan berpikir intuitif.
Hakikat beljara menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Kegiatan
pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan dalam
merumuskan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi
mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik.
Peranan peserta didik dalam belajar konstruktivisme berperan membantu peserta didik
berjalan lancer. Pendidik tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan
membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
a. Schemata adalah kumpulan konsep atau kategori yang digunakan individu ketika
beradaptasi dengan lingkungan baru, konsep ini sendiri terbentuk dalam struktur
pekiran (Intellectual Scheme) sehingga dengan intelektualnya itu manusia dapat
menata lingkungan barunya. jadi schemata adalah suatu struktur kognitif yang
selalu berkembang dan berubah, karena proses asimilasi dan proses akomodasi
aktif serta dinamis.
b. Asimilasi adalah proses penyesuaian informasi yang akan diterima sehingga
menjadi sesuatu yang dikenal oleh peserta didik, proses penyesuaian yang
dilakukan dalam asimilasi adalah mengolah informasi yang akan diterima,
sehingga memiliki kesamaan dengan apa yang sudah ada dalam skema.
c. Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah diubah dalam schemata
yang sudah ada, untuk penempatan tersebut scema perlu menyesuiakan diri.
d. Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh individu
terhadap lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai structural mental
atau schemata yang stabil atau seimbang antara asimilasi dan akomodasi.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan
sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada
dalam mereka.
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal
dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.
Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencari
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajar harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudur pandang pelakunya, bukan sudut pandang
pengamatnya.
2.4.1 Tokoh Teori Humanistik
a. Carl Rogers
Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila
tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu,
menurut teori belajar humanism bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta
didik.
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu : (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar
yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran
melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna
terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibati
aspek perasaan peserta didik.
Menurut Roger peran guru dalam kegiatan belajar peserta didik menurut pandangan
teori humanism adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu
menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap positif dalam terhadap
belajar, (2) membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk belajar, (3) membantu peserta didik untuk
memanfaatkan dorongan dan cita0cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4)
menyediakan berbagai sumber belajar kepada peserta didik, dan (5) menerima pertanyaan
dan pendapat, serta perasaan dari berbagai peserta didik sebagaimana adanya.
b. Arthur Combs
Tujuan pembeljajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses
umumya dilalui adalah:
Peserta didik diarapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnaii metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberi motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik.
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengemabngkan potensi dirinya secara positif dan meninimalkan potensi diri yang bersifat
negatif.
Psikologi humanistik lebih memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator, yaitu :
1. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta
didik agar mereka dapat sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini peserta didik berperan
sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan.
Tujuan ini bumum, sangat khusus atau dimana saja dalam kontinum umum-khusus
Karakter bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan
landasan yang berguna sekali dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran. Kendala adalah
keterbatasan sumber-sumber, seperti waktu, media, personalia, dan uang. Karakteristik peserta
didik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta didik seperti bakat, motivasi, dan
hasil belajar yang dimilikinya.
2. Teori Pembelajaran Gagne dan Briggs
Teori pembelajaran yang dikembangkan mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan
(a) kapabilitas belajar, (b) peristiwa pembelajaran, (c) pengorganisasian belajar.
Untuk keperluan mendesain pembelajaran, Gagne mengemukakan 5 kategori kapabilitas
yang dapat dipelajari peserta didik, yaitu:
a) Informasi Verbal.
Peserta didik telah belajar informasi verbal apabila ia dapat mengingat kembali
informasi itu. Indikator yang biasanya dipakai untuk menunjukkan kapabilitas ini bisa
serupa menyebutkan, menuliskan informasi seperti nama, kalimat, alas an, proporsisi atau
seperangkat proposisi yang terkait.
b) Keterampilan intelektual, yang mencakup 5 bagian kategori : deskriminasi, konsep
konkrit, konsep abstrak, kaidah, dan kaidah tingkat tinggi.
Kapabilitas
Peserta didik akan menggunakan suatu keterampilan intelektual apabila berinteaksi
dengan lingkungan. Dua bentuk symbol, bahasa, dan angka dapat digunakan dalam
berbagai kegiatan seperti membaca, menulis, membedakan, menggabungkan,
mengklasifikasikan, dan seterusnya. Penggunaan symbol untuk mendeskripsikan,
membentuk konsep dan kaidah, serta memecahkan masalah menghasilkan apayang disebut
dengan keterampilan proses.
c) Strategi Kognitif
Peserta didik telah belajar strategi kognitif apabila ia telah mengembangkan
cara0cara untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi proses berpikir dan proses
belajarnya. Demikian juga apabila dapat belajar secara mandiri serta dapat menemukan dan
sekaligus memecahkan masalah-masalah baru. Menganalisis suatu masalah menjadi
masalah-masalah lebih rinci, merangkup isi buku teks dan menggunakan cara-cara
menemonik, merupakan contoh-contoh strategi kognitif.
d) Sikap.
Sikap adalah keadaan mental yang kompleks dari peserta diidk yang dapat
mempengaruhi pilihannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pribadi
terhadap orang lain, benda atau peristiwa. Sikap hanya nampak apabila ada perilaku yang
konsisten dalam berbagai situasi yang serupa.
e) Keterampilan Motorik
Peserta didik telah mengembangkan keterampilan motorik apabila ia telah
menampilkan gerakan-gerakan fisik dan menggunakan bahan-bahan atau peralatan
menurut prosedur yang semestinya.
Langkah pertama memilih suatu amsalah yang representative yang berhubungan dengan
tujuan pendidikan. Masalah yang representative dapat didefenisikan sebagai masalah yang
dirasakan guru sebagai hal yang paling mewakili bagaimana seorang peserta diidk yang
berpengetahuan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Langkah kedua
mengindentifikasi kaidah-kaidah pemecahan masalah pada setiap masalah yang dipilih, meliputi:
Ada tiga hal yang harus dipelajari dan dipahami dalam teori belajar struktural, yaitu
domain masalah (problem domain), kaidah-kaidah (rules), dan kaidah yang lebih tinggi (higher
of rules). Masalah-masalah dalam teori ini memiliki karakteristik berkenaan dengan komponen
tertentu, hubungan-hubungan, defenisi operasi pada komponen, hubungan tingkat tinggi dan
pengoperasian.
Kaidah yang lebih tinggi (higher of the rules). Didalam teori belajar structural tidak
dikatakan bahwa hanya dengan kaidah yang lebih tinggi cara terbaik untuk menggabungkan
kaidah yang lebih rendah ada berbagai fenomena behavioral yang dapat dilakukan, yaitu : belajar
kaidah, memecahkan masalah menjadi sub masalah yang meliputi kontruksi hirarki dari sub
masalah, pengertian, motivasi, memilih kaidah, defenisi masalah, penyimpanan dan atau retrival
dari memori, otomatisasi dan sebagainya.
Secara ekplisit penjelasan mengenai kaidah yang lebih tinggi sebagai suatu yang penting
adalah sebagai berikut : (1) kaidah yang lebih tinggi menggambarkan saling berhubungan dalam
potensi kreatif, (2) kaidah yang lebih tinggi dapat memberikan semangat pada peserta didik
untuk menggambarkan pengetahuan secara individual, (3) kaidah yang lebih tinggi merupakan
kaidah yang lebih umum yang dapat dioperasionalkan secara penuh, dan (4) kaidah yang lebih
tinggi memudahkan tugas-tugas yang sukar dalam problem yang kompleks, dengan
menggunakan sktruktur analisis.
Pada analisis structural ini dapat dirinci melalui bagian secara komrehensif, termasuk
kontruksi hitung. Secara sistematis analisis structural teori Scandura ini meliputi :
Prinsip pembelajaran yang diungkapkan dalam teori scandura memberikan kontribusi pada
teori pembelajaran yaitu : (1) memilih kaidah yang lebih tinggi, kaidah-kaidah dan komponen
atomic dan (2) mengurutkan sederhana ke kompleks. Selanjutnyan untuk mengungkapkan
tentang : (1) spesifikasi apa yang harus dipelajari, (2) karakteristik dari masalah-masalah kognitif
dari peserta didik, dan (3) proses itneraksi antara guru dengan peserta didik sesuai dengan tujuan
yang ada.
Karakteristik struktur isi bidang studi dalam Ilmu pembelajaran secara umum diklasifikasi
menjadi : (a) struktur orientasi, yang meliputi struktur konseptual, struktur procedural dan
struktur teoritik, dan (b) struktur pendukung, meliputi struktur konseptual teoritik dan struktur
belajar. Struktur orientasi merupakan struktur yang sangat penting karena mencakup semua atau
sebagian besar dari bidang studi yang akan disajikan dan dipelajari untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, sedangkan struktur pendukung merupakan struktur isi bidang studi yang
berfungsi sebagai pelengkap untuk pencapaian tujuan belajar struktur orientasi yang disajikan.
Teori belajar structural yang berpijak pada psikologi kognitif ini berkaitan dengan strategi
pergorganisasian isi tingkat makro. Strategi pembelajaran pada tingkat makro mempreksipsikan
secara penagaan 4 bidang masalah yang disebut Regeluth sebagai 4S, yakni selection,
sequencing, synthesizing, dan summary.
Penekanan teori ini pada teori strategi pemilihan, mengurutkan, pemakaian kaidah yang
lebih tinggi sesuai dengan karakteristik bidang studi (konseptual,procedural) secara optimal
sehingga dapat mendukung terjadinya peristiwa belajar bermakna bagi peserta didik.
Pengorganisasian isi dengan teori Scandura dilkaukan dengan menerapkan prinsip penataan
urutan umum ke rinci (general to detailed). Hal ini bermaksud untuk membantu proses
modifikasi struktur kognitif dengan menunjukkan hubungan jenis isi yang dipelajari.