PENDAHULUAN
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat berubah
tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun
cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air
sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentase jumlah cairan terhadap
berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan,
sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.1
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada perdarahan,
luka bakar, dehidrasi, muntah, dan diare, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat.
Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan kompartemen
ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan
intersisial.1
Keseimbangan cairan dan elektrolit sendiri diatur oleh salah satu organ yang paling
vital dalam tubuh manusia yaitu ginjal. Kebanyakan orang telah mengenal salah satu fungsi
ginjal yang penting, yaitu untuk membersihkan tubuh dari bahan-bahan sisa hasil pencernaan
atau yang diproduksi oleh metabolisme. Fungsi kedua adalah untuk mengontrol volume dan
komposisi cairan tubuh. Untuk air dan semua elektrolit dalam tubuh, keseimbangan antara
asupan (hasil dari pencernaan) dan keluaran (hasil dari ekskresi atau konsumsi metabolik)
sebagian besar dipertahankan oleh ginjal.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cairan tubuh adalah cairan yang terdapat dalam tubuh makhluk yang memiliki fungsi
fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan jumlah dan komposisi cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan
ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut.1,3
Kadar persentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu. Beberapa
variabel yang mempengaruhi komposisi dan total cairan tubuh antara lain adalah umur di
mana jumlah cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia, lalu kondisi lemak tubuh di
mana tubuh akan mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak
tubuh; dipengaruhi juga oleh jenis kelamin di mana wanita dewasa mempunyai jumlah cairan
tubuh lebih sedikit dibanding pada pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa
lebih banyak dibandingkan dengan pria.1,2
Secara total, cairan tubuh manusia memiliki jumlah normal air sebagai berikut:2
a. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
b. Dewasa :
Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 - 55% Berat Badan
Pria dewasa (20-40 tahun): 55 - 60% Berat Badan
Usia lanjut : 45-50% Berat Badan
Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yang berbeda, yaitu Cairan Intraselular
(CIS) dan Cairan Ektraselular (CES). Keseimbangan cairan dan elektrolit akan saling
bergantung satu sama lain dan jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.1
a. Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang letaknya berada di dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam berbagai reaksi dan proses kimia.
Jumlahnya mencakup sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan.
Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah
HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-2
b. Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari
total cairan tubuh atau mencakup sekitar 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan
dalam transportasi zat-zat penting seperti nutrien, elektrolit dan oksigen ke sel dan
membersihkan sisa hasil metabolisme untuk kemudian diekskresikan keluar dari tubuh,
fungsi lain juga termasuk regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan membran
mukosa, penghancuran makanan dalam proses pencernaan.2
2) Cairan intravaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang bersirkulasi dalam pembuluh darah misalnya
plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat yang
tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat
diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih
55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel darah merah, sel darah
putih dan platelet.1
3) Cairan transselular
Cairan Transselular merupakan cairan yang berada pada ruang dan rongga-rongga
khusus pada tubuh seperti cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, cairan sinovia pada
sendi, air mata, liquor intraokular dan sekresi lambung, di mana cairan ini jumlahnya sekitar
1%-3%.1
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+, sedikit K+, Ca2+, Mg2+
serta elektrolit anion terbanyak Cl- , HCO3-, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.
Keseimbangan cairan, serta elektrolit yang terkandung di dalamnya, dipertahankan oleh
kemampuan homeostasis tubuh. Secara kuantitatif, intake dan output cairan adalah hal yang
mempengaruhi keseimbangan cairan itu sendiri.3
Minum : 1300 ml
Pencernaan makanan : 1000 ml
Oksidasi metabolik : 300 ml
Jumlah : 2600 ml
Kebutuhan Intake cairan berdasarkan umur dan berat badan:
No Umur BB(KG) Kebutuhan Cairan
1 3 hari 3 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3 2 tahun 11,8 1350-1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun 54 2200-2700
2) Output Cairan
Kehilangan cairan dapat terjadi melalui 4 rute utama yang berbeda, yaitu:
a) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi setelahnya lewat traktur urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal hasil keluaran
produksi urine bisa mencapai sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per
jam pada orang dewasa. Terdapat variasi dari urine output pada orang sehat dalam setiap
harinya, yaitu bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun
sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.2
b) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang
oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.besarnya tergantung dari aktivitas, jumlahnya 0-500
ml.2
c) Insensible water loss (IWL)
IWL merupakan pengeluaran cairan yang sulit diukur, pengeluaran ini melalui kulit dan
paru-paru/pernapasan. Jumlahnya sekitar 1000-1300ml. keadaan demam dan aktivitas
meningkatkan metabolisme dan produksi panas, sehingga meningkatkan produksi cairan
pada kulit dan pernapasan.2
d) Feses
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).2
Kulit : 600-900 ml
Paru-paru : 400 ml
Feses : 100 ml
Jumlah : 2600-2900 ml
4) Ginjal
Ginjal mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan filtrasi CES di glomerulus,
sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi di tubulus ginjal. Secara lebih lengkap akan
dibahas di bagian fisiologi ginjal.1
5) Persarafan
Mekanisme persarafan juga berperan dalam proses menjaga keseimbangan cairan dan
sodium. Ketika terjadi peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor pada dinding atrium
kiri akan berespon dengan meningkatkan stroke volume dan memicu respons simpatetik pada
ginjal untuk pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal.1
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
korteks renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna lebih terang dibandingkan korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut
yang disebut piramid renalis, dengan puncak kerucut piramid menghadap ke kaliks yang
terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah tepi medial ginjal yang
berbentuk konkaf sebagai tempat masuknya sistem pembuluh darah, pembuluh limfatik,
ureter dan pleksus saraf yang menginervasi ginjal. Pelvis renalis merupakan sebuah struktur
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Pelvis renalis sendiri terbagi
menjadi dua atau tiga kaliks mayor yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau
tiga kaliks minor yang lebih kecil. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut
piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh infiltrasi bagian korteks dan tersusun dari
segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid
membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak
duktus pengumpul.4
Lengkungan Henle (Loop of Henle) secara spesifik terbagi atas pars desendens
(bagian yang menurun menuju medulla) dan pars asendens (Bagian yang naik kembali
menuju korteks). Pars asendens atau bagian lengkung henle yang menukik naik berkontak
erat dengan glomerulus pada kutub vaskuler. Pada tempat kontak tersebut terdapat aparatus
juksta glomerular, yang saat terstimulasi akan menyebabkan reabsorpsi bahan-bahan dari
cairan tubuli dan mensekresi bahan-bahan ke dalam tubuli. Aparatus juksta glomerular
sendiri terangsang oleh kiriman ion natrium yang dideteksi oleh makula densa, dan respons
akhirnya adalah pelepasan renin yang akan mempengaruhi status hemodinamik seseorang.
Bagian terakhir adalah tubulus distalis yang terdiri atas tubulus distalis, tubulus konektivus,
dan tubulus kolektivus.5
Gambar 6. Glomerulus
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai saringan
disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan dilakukan proses
penyaringan sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170
liter per hari. Ultrafiltrat ini kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut tubulus.
Urin ini dialirkan keluar ke saluran ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui
Uretra. 5
Nefron dengan segala komponennya berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi
cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan yang sudah tidak
dibutuhkan lagi akan melalui proses pembuangan. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan
menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin.5
Ginjal adalah organ sangat kaya akan pembuluh darah alias tervaskularisasi dengan
sangat baik. Hal ini berhubungan dengan tugasnya yang memang pada dasarnya adalah
“menyaring/ membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal rata-rata mencapai 1,2 liter/menit
atau 1.700 liter/hari, dan darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat dengan kecepatan
saring 120 ml/menit (170 liter/hari) ke dalam tubulus-tubulus. Cairan filtrat ini diproses
dalam tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Selain itu, fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan
ekstrasel dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh
filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus.1,3
1. Filtrasi Glomerular
Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus. Seperti layaknya
kapiler di bagian tubuh lainnya, kapiler pada glomerulus secara relatif bersifat impermeable
terhadap protein plasma memiliki ukuran molekul besar dan bersifat cukup permeabel
terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa
nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) mencakup sekitar 25% dari curah
jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit
dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus
(GFR = Glomerular Filtration Rate).1,3
Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler
glomerulus dan kapsula bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus
mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula
bowman’s serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi
oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.
Laki-laki pada kasus ini menderita stroke dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Asupan cairan yang buruk, diperkirakan sebagai penyebab dari semua gangguan
yang teridentifikasi. Asupan cairan yang kurang menyebabkan dehidrasi intrasel yang
berakhir ke turgot kulit yang buruk dan mulut kering, serta kondisi hipovolemik
menyebabkan pasien mengalami hipotensi dan takikardia. Diduga terjadi gangguan ginjal
akibat hipotensi dan menyebabkan berkurangnya pasokan darah ke ginjal, yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan proses bersihan zat-zat dari dalam darah.
Ketidakseimbangan fungsi ginjal inilah akhirnya menyebabkan gangguan elektrolit
(hipernatremia dan hiperkalemia), jumlah bikarbonat yang berlebih, dan ureum yang tidak
berhasil dibersihkan dari dalam darah oleh ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hall, John E., and Arthur C. Guyton. 2017. Guyton and Hall textbook of medical
physiology. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier
2. Barrett, Kim E., and William F. Ganong. 2012. Ganong's review of medical
physiology. New York: McGraw-Hill Medical.
3. Sherwood, Lauralee. 2016. Human physiology: from cells to systems. Pacific
Grove, Calif: Brooks/Cole.
4. Moore, Keith L., and Arthur F. Dalley. 2014. Clinically oriented anatomy.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
5. Mescher, A. L., & Junqueira, L. C. U. (2013). Junqueira's basic histology: Text
and atlas (Thirteenth edition.). New York: McGraw Hill Medical.