Askep Tonsilitis
Askep Tonsilitis
Disusun Oleh
2018
i
KATA PENGANTAR
Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa
shalawat serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing umatnya di jalan yang benar.
Saya menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik menyangkut isi maupun tulisan. Kekurangan-kekurangan tersebut
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis sendiri.Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga kami dapat berbenah diri
dan dapat memberikan yang terbaik.
Penulis
DAFTAR ISI
i
Kata pengantar .............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
E. Pathway Tonsilitis---------------------------------------------------------------------------5
A. Kesimpulan .............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tonsillitis adalah suatu peradangan pada tonsil (atau biasa disebut amandel) yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir 50% kasus tonsilitis adalah karana
infeksi.
Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki
keaktifan munologik (Ganong, 2010). Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak
menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut,
hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami peradangan
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan inveksi
tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis yang terjadi
berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 2009).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Tonsilitis?
2. Apa Etiologi dari Tonsilitis
3. Apa saja manisfestasi klinikTonsilitis?
4. Bagaimanakah patofisiologi pada Tonsilitis?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Tonsilitis?
6. Bagaimana pathway dari Tonsilitis ?
7. Bagaimanakah penatalaksanaannya ?
8. Bagaimana epidemologi dari Tonsilitis ?
9. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Tonsilitis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defnisi dari tonsilitis
2. Untuk mengetahui etiologi dari tonsilitis
3. Untuk mengetahui manisfestasi klinik tonsilitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari tonsilitis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari tonsilitis
6. Untuk mengetahui pathway dari tonsilitis
7. Untu mengetahui penatalaksanaan dari tonsilitis
8. Untuk mengetahui epidemologi dari tonsilitis
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan tonsilitis
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tonsilitis ialah infeksi akut, rekuren, atau kronik pada tonsil atau faringotosil,
yang dapat disebabkan oleh berbagai virus seperti HSV, EBV, sitomegalovirus,
adenovirus, dan oleh bakteri utama yaitu GABHS. Tonsilitis paling sering di jumpai pada
anak, jarang pada umur < 2 tahun. Hampir semua anak sedikitnya pernah mengalami
sekali infeksi tonsilitis, dan angka kejadian pada anak umumnya ialah kurang lebih 12%
2
dengan penyebab streptokokus sering pada anak umur 5-15 tahun, dan penyebab virus
sering pada anak kecil dan berlangsung selama 14 hari. Dan tonsilitis di bagi menjadi dua
yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis kronik. Tonsilitis akut di sebabkan oleh Beta
streptococcus hemolyticus dapat juga disebabkan oleh Streptococcus non-hemolyticus,
pada pemeriksaan di temukan jaringan tonsil membengkak, berwarna kemerahan karena
peradangan dan dalam kripta terdapat banyak leukosit, sel epitel yang sudah mati.
Gejalanya ialah nyeri tenggorokan, bau mulut, nyeri menelan, kadang di sertai otalgia,
demam tinggi dan pembesaran submandibuler. Tonsilitis kronik sering di temukan pada
anak dan orang dewasa tonsilitis ini sering kambuh, meskipun penderita sudah
mendapatkan pengobatan yang adekuat, didapatkan gambaran berupa pembesaran tonsil
karena hipertrofi disertai perlengketan kejaringan sekitar, kripta melebar, tonsil tetap
kecil, dan dianjurkan untuk tonsiloadenoidektomi.
B. Etiologi
Virus merupakan etiologi terbanyak, terutama pada usia kurang lebih 3 tahun
(preschool). Virus penyebab penyakit respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, dan
virus Parainfluenza dapat menjadi penyebab tonsilitis. Virus Eptein Barr (Epstein Barr
virus, EBV) dapat menyebabkan tonsilitis, tetapi disertai dengan gejala infeksi
mononukleosis seperti splenomegali dan limfadenopati generalisata. Infeksi sistemik
seperti infeksi virus campak. Cytomegalovirus (CMV), virus Rubella, dan berbagai virus
lainnya juga dapat menunjukkan gejala tonsilitis.
C. Manifestasi Klinik
Timbulnya sering mendadak, terutama pada anak-anak dan di mulai dengan
peningkatan suhu 1-4°C, sakit menelan yang dapat menjadi berat dan tosik. Pemeriksaan
tonsi dalam keadaan dini menunjukkan pembesaran, hipervaskularisasi dan sebagaian
tertutup oleh eksudat putih keabu-abuan yang mudah di angkat. Sebaliknya membran
"sejati" di tonsil dan tempat lain pada difteri sangat melekat dengan mukosa. Adenoid dan
tonsil biasanya terserang secara bersamaan. Akibat pembesaran adenoid, aliran udara
hidung mungkin tersumbat dalam berbagai tingkat.
D. Patofisiologi
Tonsilitis menurut Nurbaiti (2011) terjadi karena bakteri dan virus masuk ke
dalam tubuh melalui saluran napas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung
atau faring kemudian menyebar melalui system limpa ke tonsil. Adanya bakteri virus
3
patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil
membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat
mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna
putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri
menelan, demam tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar ke telinga.
Tonsillitis akan berdampak terhadap system tubuh lainnya dan kebutuhan dasar
manusia meliputi:
1. Sistem gastrointestinal
Klien sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan, sulit untuk menelan
sehingga klien susah untuk makan dan sulit untuk tidur.
2. Sistem pulmoner
Klien sering mengalami sesak napas karena adanya pembengkakan pada tonsil dan
faring, klien sering batuk
3. System imun
Tonsil terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh menurun, klien mudah
terserang demam.
4. System musculoskeletal
Klien mengalami kelemahan pada otot, otot terasa nyeri keterbatasan gerak, klien
susah untuk melakukan aktivitas sehari-hari
5. System endokrin
Adanya pembengkakan kelenjar getah bening, adanya pembesaran kelenjar tiroid
E. Pathway
Bakteri Virus
Inflamasi
Tonsillitis
Ketidakseimbangan
Gangguan
Intoleransi Bersihan jalan napas
Nyeri nutrisi
menelan
aktivitas
akut tidakjalan
Obstruksi efektif
napas Hipertermi
F. Pemeriksaan penunjang
1. Tes laboratorium digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh
pasien merupakan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam reumatik
2. Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
G. Penatalaksanaan
Pemberian antibiotik pada faringitis harus berdasarkan pada gejala klinisnya.
Pemberian antibiotik tidak diperlukan pada faringitis virus karena tidak akan
mempercepat waktu penyembuhan atau mengurangi derajat keparahan. Istirahat cukup
dan pemberian cairan yang sesuai merupakan terapi suportif yang dapat diberikan selain
itu beriksn obat kumur dan obat hisap pada anak yang lebih besar dapat meringankan
keluhan nyeri tenggorokan dan apabila nyeri berlebih atau demam beri paracetamol dan
ibuprofen. Antibiotik pilihan pada terapi faringitis akut Streptokokus A adalah Penisilin V
oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari atau benzatin penisilin G IM
dosis tunggal dengan dosis 600.000 IU (BB<30 kg) dan 1.200.000 IU (BB>30kg).
Adapun terapi operasi yang di sebut tonsilektomi bila telah terjadi fluktasi maka tindakan
aspirasi pus cukup memadai, tetapi lebih sering diikuti dengan insisi. Anestesi lokal
dengan aplikasi larutan kokain 5% atau injeksi lidokain 2% di regio insisi, cukup
memadai.
H. Epidemologi
5
Pada kasus ini hampir semua anak sedikitnya pernah mengalami sekali infeksi
tonsilitis, dan angka kejadian pada anak umumnya ialah kurang lebih 12% dengan
penyebab streptokokus sering pada anak umur 5-15 tahun, dan penyebab virus sering
pada anak kecil dan berlangsung selama 14 hari.
I. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran, antropometri, tanda-tanda vital
b. Pernafasan
Kesulitan bernafas, batuk,
Takikardia
Ukuran besarya tonsil dinyatakan dengan:
- T0 : bila sudah dioperasi
- T1 : ukuran yang normal ada
- T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
- T3 : pembesaran mencapai garis tengah
- T4 : pembesaran melewati garis tengah
c. Nutrisi dan cairan
Gejala : anoreksia, masalah menelan, penurunan menelan
Tanda : membrane mukosa kering, turgor kulit jelek
d. Aktivitas / istirahat
Lemah, letargi, iritabel, malaise
e. Eleminasi
Gejala : perubahan pola berkemih
Tanda : warna urine pekat
f. Keamanan / kenyamanan
Gejala :
Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan
Nyeri tekan pada daerah mandibula
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
g. Integritas ego
Gejala : stress, perasaan tidak berdaya
Tanda : tanda-tanda ansietas, mual, gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Tonsilitis akut adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Batasan karakteristik :
Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
6
Ekspresi wajah nyeri
Mengekspresikan perilaku (missal : gelisah, merengek, menangis,
waspada)
Perubahan selera makan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Batasan karakteristik :
Kulit terasa hangat
Kulit kemerahan
Takikardia
3. ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas
Batasan karakteristik :
gelisah
kesulitan verbalisasi
perubahan frekuensi nafas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan
Batasan akarakteristik :
Ketidakmampuan memakan makanan
Kurang minat pada makanan
Kelemahan otot untuk menelan
5. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis
Batasan karakteristik :
Kesulitan menelan
Odinofagia
Keluhan “ada yang menyangkut”
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Batasan karakteristik :
Keletihan
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
Dyspnea setelah beraktivitas
3. Intervensi Keperawatan
8
serta memenuhi
kebutuhn oksigen
dalam tubuh
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status nutrisi 1. Pengkajian penting
2. Pantau asupan dan
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 dilakukan untuk
keluaran pasien
kebutuhan tubuh jam nutrisi tepenuhi sesuai mengetahui status
3. Edukasi mengenai
berhubungan dengan kebutuhan tubuh nutrisi pasien sehingga
pentingnya nutrisi
dengan kurang dengan kriteria hasil : 4. Kolaborasi dengan dapat menentukan
- Nafsu makan
asupan makanan ahli gizi untuk ntervensi yang
meningkat
membantu memilih diberikan
- Kebutuhan tubuh
2. Berat badan dapat
makanan yang dapat
terpenuhi.
meningkatsebagai
memnuhi kebutuhan
akibat dari retensi
gizi selama sakit
5. Lakukan kolaborasi cairan
3. Informasi yang
dengan tim medis
diberikan dapat
untuk pemberian
memotivasi keluarga
terapi
dan pasien untuk
meningktkan intake
nutrisi
4. Ahli gizi adalah
spesialisasi dalam
ilmu gizi yang
membantu klien
memilih makanan
sesuai dengan keadaan
sakitnya, usia, tinggi,
berat badannya
5. Mempercepat proses
penyembuhan
Gangguan menelan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan 1. Intervensi nutrisi/
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 menelan pilihan rute makanan
2. Lakukan relaksasi
dengan obstruksi jam pasien mampu ditentukan oleh faktor-
9
mekanis mencapai status menelan otot progresif faktor ini
3. Anjurkan kurangi
yang efektif dengan 2. Meminimalisir
sekresi yang kental
kriteria hasil: terjadinya aspires
4. Kolaborasi denga
- Dapat
akibat nyeri pada agen
ahli gizi tentang
mempertahankan
inflamasi
makanan yang
makanan di dalam
3. Sekresi yang kental
mudah ditelan
mulut
dapat menyebabkan
- Mampu menelan
- Pengiriman bolus rasa tidak nyaman dan
ke hipofaring memicu aspirasi saat
selaras dengan menguyah
reflek menelan 4. mengurangi frekuensi
- Mampu untuk
mengunyah yang
mengosongan
dapat menyebabkan
rongga mulut
rongga Lelah
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat toleransi 1. Untuk
berhubungan keperawatan selama 4 x 24 aktivitas klien. melakukan intervensi
2. Observasi adanya
dengan kelemahan jam intoleransi aktifitas selanjutnya
kelelahan dalam 2. Kelelahan
teratasi dengan kriteria
melakukan aktifitas. dapat mengakibatkan
hasil:
3. Monitor Tanda-tanda
- Klien dapat tingkat aktivitas
Vital sebelum,
beraktivitas sesuai terbatas.
selama dan sesudah 3. Pemantauan
tingkat
melakukan aktifitas. TTV untuk mengukur
toleransinya.
4. Berikan lingkungan
sejauh mana
yang tenang.
perkembangan
5. Tingkatkan aktifitas
kesehatan.
sesuai toleransi klien
4. Lingkungan
yang tenang dapat
merilekskan tubuh
5. Melakukan
aktivitas dapat
meningkatkan
10
ketahanan dalam
melakukan kegiatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tonsilitis ialah infeksi akut, rekuren, atau kronik pada tonsil atau faringotosil, yang
dapat disebabkan oleh berbagai virus seperti HSV, EBV, sitomegalovirus, adenovirus,
dan oleh bakteri utama yaitu GABHS. Diagnosa atau masalah keperawatannya :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3. ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan
5. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
11
DAFTAR PUSTAKA
Nasiti N. Rahajoe, dkk 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI
Maliya Arina. 2004. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Penginderaan (THT). Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Donna L, Wong. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor
T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J., & Ahem, n. R. (2013). Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
12