Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN FIBROADENOMA MAMMAE (FAM) DIRUANG
BEDAH RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG KABUPATEN LOMBOK
TIMUR

OLEH :

BAQIATUS SHOLEHA

NIM. 032001D17007

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


DINAS KESEHATANAKADEMI PERAWAT KESEHATAN
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
2018/2019

1
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Hari :

Tanggal :

Disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(.............................................) (..............................................)

Mengetahui

Kepala Ruangan

(.......................................................)

2
LAPORAN PENDAHULUAN
FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)

1. Pengertian
Fibroadenoma Mammae atau sering disingkat dengan FAM adalah tumor
jinak berkarakter tidak nyeri dan dapat digerakkan yang banyak ditemukan pada
wanita yang berusia muda.
FAM adalah tumor jinak yang paling sering terjadi dikalangan wanita muda.
Insiden FAM bergerak naik terus sejak 30 tahun terakhir. Tumor ini jarang sekali
ditemukan pada wanita usia menopause (Kumar, 2007).
FAM adalah benjolan jinak yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan
pada salah satu lobulus payudara (Pierce, 2007).
FAM merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita muda.
FAM teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol dan konsistensi kenyal.
Tumor ini tidak melekat pada jaringan sekitarnya dan amat mudah untuk
digerakkan. Biasanya FAM tidak disertai rasa nyeri. Neoplasma jinak ini tidak
lagi ditemukan pada masa menopause (Sjamsuhidajat, 2010).
Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:
a. Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma.33 Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-
25 tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu
biasanya berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas.
Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma
tunggal.
b. Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran
dengan diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma
sekitar 4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya
ditemui pada wanita hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan
ukuran yang besar dan pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant
fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris

3
karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan
pengangkatan terhadap tumor ini.
c. Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,33 dengan
insiden 0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan
juvenile fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral.18 Tumor jenis
ini lebih banyak ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada
orang Kaukasia.
Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain
1) Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis.
2) Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran
sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.

2. Anatomi Fisiologi Payudara


2.1. Anatomi
Payudara adalah organ grandular yang terdapat pada kosta ke 2 atau ke 3
sampai ke 7, dan dari garis aksilla depan sampai pinggir sternum, akan tetapi tidak
jarang sampai ke m.latissium dorsi (Prawirohardjo, 2008).
Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan
subkutan menjadi superfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis
mayor, sebagian kecil seratus anterior dan oblique eksterna. Payudara menjadi
besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause.
Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan stroma jaringan
penyangga dan penimbunan jaringan lemak (Nugroho, 2011).
Setiap mammae terdiri dari 12-20 kelenjar lobules yang masing-masing
mempunyai saluran ke papila mamma yang disebut duktus laktiferus. Diantara

4
kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara (Sjamsuhidajat,
2004).

Menurut Pamungkas (2011), pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:
1) Korpus ( badan)
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa
lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan
dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus)
2) Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus
maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa ASI keluar.
3) Papilla atau putting
Bagian yang menonjol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu
(Nugroho, 2011) Menurut Pamungkas (2011), bentuk puting ada 4, yaitu :
a) Bentuk puting susu normal
b) Bentuk puting susu pendek
c) Bentuk puting susu panjang
d) Bentuk puting susu terbenam

2.2 Fisiologi
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen
diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai
perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial. Payudara
mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon, antara lain :

5
a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya
asinus.
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan
yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak
mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai, semuanya berkurang.
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin
dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting
susu.

3. Etiologi
Etiologi dari fibroadenoma mammae menurut Price (2005), adalah pengaruh
hormonal. Hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada
siklus menstruasi atau pada kehamilan. Lesi membesar pada akhir daur haid dan
selam hamil. Fibroadenoma mammae ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon
estrogen. Namun ada yang dapat mempengaruhi timbulnya tumor, antara lain:
konsituasi genetika dan juga adanya kecenderungan pada keluarga yang menderita
kanker (Sarjadi, 2007).
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi
timbulnya tumor ini antara lain:
1. Umur

6
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi
terjadinya FAM. Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30
tahun, terutama terjadi pada wanita dengan usia antara 15-25 tahun.
Berdasarkan data dari penelitian di Depatemen Patologi Rumah Sakit
Komofo Anyoke Teaching di Ghana (Bewtra, 2009) dilaporkan bahwa rata-
rata umur pasien yang menderita fibroadenoma adalah 23 tahun dengan
rentang usia 14-49 tahun.
2. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia
perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian
Bidgoli, et all (2011) di Iran menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan
risiko kejadian FAM (OR=6.64, CI 95% 2.56-16.31) artinya penderita FAM
kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Hasil penelitian
tersebut juga menyatakan bahwa menikah < 21 tahun meningkatkan risiko
kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23-6.53) artinya penderita FAM
kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah pada usia < 21 tahun.
3. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak
Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama
meningkat pada kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui memiliki
peran yang penting dalam perlindungan terhadap risiko kejadian FAM.
4. Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap
peningkatan hormon estrogen.33 Penggunaan kontrasepsi yang komponen
utamanya adalah estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan
kejadian FAM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Department of
Surgery, University of Oklahoma Health Sciences Center (Organ, 1983),
dilaporkan proporsi penderita FAM yang menggunakan kontrasepsi dengan
komponen utama estrogen adalah sekitar 60%.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal
merupakan faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et

7
all diketahui bahwa IMT > 30 kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM
(OR=2.45,CI 95% 1.04-3.03) artinya wanita dengan IMT > 30 kg/m2
memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM dibandingkan wanita dengan IMT <
30 kg/m2.
6. Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma.
Namun, riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama
dilaporkan oleh beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko
tumor ini.18 Dari beberapa penelitian menunjukkan adanya risiko menderita
FAM pada wanita yang ibu dan saudara perempuan mengalami penyakit
payudara. Dilaporkan 27 % dari penderita FAM memiliki riwayat keluarga
menderita penyakit pada payudara (Organ, 1983).28 Tidak seperti penderita
dengan fibroadenoma tunggal, penderita multiple fibroadenoma memiliki
riwayat penyakit keluarga yang kuat menderita penyakit pada payudara.
7. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang
juga akan meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all
diketahui orang yang mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita
FAM (OR=1.43 CI 95%1.16-1.76) artinya orang yang mengalami stress
memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM dibandingkan dengan orang yang
tidak stress.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Nugroho (2011), fibroadenoma tanda dan gejalanya sebagai berikut :
a. Fibroadenoma dapat multiple
b. Benjolan berdiameter 2-3 cm
c. Benjolan tidak menimbulkan reksi radang, mobile dan tidak menyebabkan
pengerutan kulit payudara.
d. Benjolan berlobus-lobus
e. Pada pemeriksaan mammografi , gambaran jelas jinak berupa rata dan
memiliki batas jelas.

8
5. Patofisiologi
Fibroadenoma biasa ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus
yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan sekitarnya. Pada gambaran
histologist menunjukkan stroma dengan poliferasi fibroblast yang mengelilingi
kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan struktur yang
berbeda (Elizabeth, 2005).
Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma bervariasi
selama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan dapat membesar
selama masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak menggangu kemampuan
seorang wanita untuk menyusui.
Secara histologi menurut Sarjadi (2007) fibroadenoma mammae dapat dibagi
menjadi:
1) Intracanalicular fibroadenoma
Fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur dibentuk dari
pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan epitel.
Rongga mirip duktus atau kelenjar dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel
yang regular dengan membran basal jelas dan utuh, dimana sebagian lesi
rongga duktus terbuka, bundar sampai oval dan cukup teratur.
2) Pericanalicular fibroadenoma
Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar atau kista yang
dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan. Sebagian
lainnya tertekan oleh poliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan
melintang rongga tersebut tampak sebagai celah atau struktur irregular mirip
bintang.

9
Pathway Fibroadenoma Mammae (FAM)

Faktor predisposisi dan resiko tinggi terjadinya FAM (usia, genetik, pola makan, stres, pekerjaan)

Gangguan produksi hormon esterogen

Kelemahan genetis sel-sel yang menyertai

Terbentuknya sel-sel neoplastik

Hiperplasi pada Mendesak Mendesak sel syaraf Mendesak pembuluh darah Pembedahan
sel mammae jaringan sekitar
Interupsi sel syaraf Aliran darah terhambat Diskontinuitas
jaringan
Mensuplai nutrisi Menekan jaringan
Pengeluaran transmitter hypoxia
ke jaringan tumor pada mammae
Luka terkontaminasi
Nyeri baktteri patogen
Hipermetabolis Peningkatan
ke jaringan konsistensi mammae Necrosa jaringan
Daya tahan tubuh
menurun
Suplai nutrisi ke Mammae
jaringan lain membengkak Ukuran mammae abnormal Bakteri patogen

Massa tumor mendesak Mammae asimetrik Kurang Infeksi


Berat badan
ke jaringan luar pengetahuan
Gangguan body
Nutirisi kurang dari Perfusi jaringan image Ancietas
kebutuhan tubuh terganggu
Infiltrasi pleuro parietale
Ulkus 10
Gangguan
Ekspansi paru menurun Gangguan kebutuhan integritas kulit
oksigenasi dan jaringan
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pamungkas (2011) Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan beberapa cara, yaitu
6.1. Pemeriksaan fisik (phisycal examination)
Pada pemeriksaan fisik akan memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi pada daerah
tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobile atau tidak, kenyal atau keras, dan
lain-lain.
6.2. Mammografi
Adalah proses penyinaran dengan sinar x terhadap payudara. Pemeriksaan ini digunakan
untuk mendeteksi adanya penyakit pada payudara yang tidak diketahui gejalanya
(asimptomatik).
6.3. Duktografi
Adalah pencritaan mammografi, yang dapat memperlihatkan saluran air susu yang ada,
dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan atau kotoran dari puting
6.4. Biopsi
Merupakan tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara dan dilihat di bawah lensa
mikroskop, guna mengetahui adakah sel kanker .
Biopsi terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
(a) Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)
Pada FNAC akan diambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan penghisap
berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut kita dapat
memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut
dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop (Pamungkas,
2011).
Menurut Taufan (2011) di bawah mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut :
(1) Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan
berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus
(2) Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular
(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler)
(3) Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek
uniform
(b) Core needle biopsy ( biopsi jarum inti )

11
Prosedur yang digunakan untuk mengambil jaringan yang kecil dari area yang tidak
normal pada payudar dengan menggunakan jarum yang sedikit lebih besar.
(c) Biopsy stereotaktis
Biopsy jenis ini menggunakan sinar x dan computer untuk melihat gambar. Tekhnik ini
dapat menemukan benjolan yang tidak teraba, namun terlihat saat pemeriksaan
mammogram.
(d) Biopsy terbuka atau pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan bagian dari benjolan kemudian dilihat
dengan mikroskop.
6.5. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Pemeriksaan yang direkomendasikan pada wanita yang memiliki resiko.
6.6. USG payudara
Dikenal dengan beast ultrasound, digunakan untuk mengevaluasi adanya ketidaknormalan
pada payudara yang telah ditemukan pada hasil pemeriksaan mammografi.

7. Penatalaksanaan: Medis dan Keperawatan


Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Ukuran
b. Terdapat rasa nyeri atau tidak
c. Usia pasien
d. Hasil biopsi
Karena fibroadenoma mammae adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan tidak
perlu dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan ukurannya
saja. Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor fisik dan
psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut menyebabkan rasa sakit dan tidak
nyaman pada pasien maka diperlukan pengangkatan.
Terapi pengangkatan tumor ini disebut dengan biopsi eksisi yaitu pembedahan dengan
mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat disekitarnya Terapi dengan
operasi pengangkatan tumor ini tidak akan merubah bentuk payudara tetapi hanya akan
meninggalkan jaringan parut yang akan digantikan jaringan normal secara perlahan.

12
Penatalaksanaan keperawatan:
a. Biodata umum
Nama. umur, tanggal lahir, tempat tinggal
b. Riwayat kesehatan
Riwayat gangguan penyakit yang di derita sebelumnya yang mendasari status kesehatan
c. Riwayat kesehatan dahulu
Gangguan penyakit kronis
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pernah menderita (kanker dll).
e. Keluhan utama
Nyeri pada payudara.
f. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara
umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan
bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
g. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit
trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan
pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
h. Keseimbangan cairan dan elektrolit

13
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit
yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal: 135
– 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal: 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70
– 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal
berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika
fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus
ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
i. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa
diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan
lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7
sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya
cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan
sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang
menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
j. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor
dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang
dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu
memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan
bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

14
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Perlu dikaji nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, suku atau
bangsa, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Biasanya keluhan yang paling menonjol pada klien FAM adalah benjolan pada payudara.
3. Riwayat penyakit sekarang
Yang perlu ditanyakan adalah hal-hal apa yang menyebabkan klien masuk rumah sakit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan antara lain apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya atau pernah punya penyakit yang menular atau menurun sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama,
menular, kronis atau keturunan.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan konsep diri
Perlu ditanyakan persepsi klien mengenai penyakit yang dideritanya. Biasanya klien
dengan FAM akan mengalami gangguan persepsi diri.
2. Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada klien dengan FAM tidak mengalami gangguan kognitif tapi pada pola
sensori kadang mengalami nyeri tekan.
3. Pola reproduksi seksual
Pertumbuhan FAM akan cepat biasanya pada saat klien dalam masa kehamilan dan
laktasi atau menjelang menopouse akibat rangsangan estrogen yang meninggi.
4. Pola nutrisi dan metabolism
Pada FAM tidak mengalami penurunan nafsu makan. Meskipun menu berubah,
misalnya makanan dirumah gizi tetap sama sedangkan di RS. Disesuaikan dengan
penyakit dan diit klien
5. Pola eliminasi

15
Membagi kebiasaan eliminasi alvi dan uri meliputi jumlah, warna, pola apakah ada
gangguan.
6. Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan pada pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan oleh
nyeri, misalnya nyeri akibat post operasi.
7. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan akibat dari operasi sehingga
kebutuhan klien perlu dibantu oleh perawat atau keluarga.
8. Pola hubungan peran
Terjadinya perubahan peran yang dapat menggangu hubungan akibat interpersonal
9. Pola penggulangan stress
Perlu di pertanyakan apakah membuat klien menjadi stress dan biasanya malah di
pendam sendiri atau di rundingkan dengan keluarga.
10. Pola persepsi dan tata laksanan hidup sehat
Pada FAM tidak mengalami perubahan atau gangguan personal hygiene misal :
kebiasaan mandi, gosok gigi, memcuci rambut, ganti pakaian, BAK dan BAB
11. Pola tata nilai dan keperacayaan
Adanya kecemasan dan stress sehingga pertahanan dan klien meminta perlindungan dan
pendekatan diri kepada tuhan.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Kurang pengetahuan
b. Cemas (ansietas)
c. Gangguan body image
d. Ketidakefektifan pola nafas
e. Risiko Hipotermia
f. Nyeri akut
g. Resiko kerusakan integritas kulit
h. Resiko infeksi

16
C. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa NOC
(00146) Anxietas (1211)Tingkat kecemasan
 Dapat beristirahat
 Tidak ada distres
 Tidak ada perasaan gelisah
 Tidak nampak wajah tegang
 Rasa takut yang disampaikam secara
lisan (tidak ada)
 Rasa cemas yang disampaikan secara
lisan (tidak ada)
 Tidak ada peningkatan tekanan darah
 Tidak terjadi gangguan tidur
NIC
Pengurangan Kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
4. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatkan kepercayaan
5. Identifikasi pada saat perubahan tingkat kecemasan
6. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Instruksikan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
8. Atur penggunaan obat-obat untuk mengurangi kecemasan secara tepat
9. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
Terapi relaksasi
1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang
tersedia (musik, meditasi, benafas dengan ritme, relaksasi otot progresif).
2. Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang dipilih
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
4. Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar
dan mata tertutup.
5. Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi, misalnya bernafas
dalam
6. Gunakan suara yang lembut dengan irama lambat untuk setiap kata.
7. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien.
8. Dorong klien untuk mengulang praktik teknim relaksasi jika memungkinkkan
9. Dorong pengulangan teknik praktik-praktik tertentu secara berkala
10. Dorong kontrol sendiri ketika relaksasi dilakukan
DIAGNOSA NOC
(00126) Defisiensi Pengetahuan (1833) Pengetahuan: manajemen kanker
 Banyak mengetahui tanda dan gejala
kanker

17
 Banyak mengetahui penyebab dan
faktor-faktor kanker
 Pengetahuan langkah-langkah
regimen pengobatan
 Memperoleh sumber informasi kanker
yang terpercaya
 Mengetahui tanda dan gejala
komplikasi
 Keyakinan kesehatan yang
mempengaruhi kepatuhan terhadap
pengobatan
NIC
Pengajaran Proses Penyakit
1. Kaji pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofiologi penyakit dan bagaimana hubungan dengan anatomi dan
fisiologi, sesuai kebutuhan
3. Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
4. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan
5. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan
6. Identifikasi kemungkinan penyebab, sesuai kebutuhan
7. Berikan informasi pada pasien mengenai kondisinya, sesuai kebutuhan
8. Hindari memberikan harapan kosong
DIAGNOSA NOC
(00032) Ketidakefektifan pola nafas (0415) Status pernafasan
 Frekuensi Nafas dalam kisaran normal
 Irama Nafas dalam kisaran normal
 Kepatenan jalan nafas
 Saturasi oksigen
 Tidak ada penggunaan otot bantu
nafas
 Tidak ada retraksi dinding dada
 Tidak ada pernafasan bibir dengan
mulut mengerucut
 Tidak ada sianosis
 Tidak ada dypsnea dengan aktivitas
ringan
 Tidak ada suara nafas tambahan
 Tidak ada batuk
 Tidak ada pernafasan cuping hidung
(0403) Status Pernafasan: Ventilasi
 Tidak ada dypsnea saat istirahat
maupun latihan
NIC
(3140) Manajemen jalan nafas
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

18
2. Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
3. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lendir
4. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam berputar dan batuk
5. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
6. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
adanya dan adanya suara nafas tambahan
7. Kelola pemberian bronkodilator sebagaimana mestinya
8. Kelola nebuliser ultrasonik, sebagaimana mestinya
9. Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya
10. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
11. Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya
(3350) Monitor pernafasan
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan oto bantuk nafas,
dan retraksi pada otot supraclavikulas dan intercosta
3. Monitor suara nafas tambahan seperti mengorok
4. Monitor pola nafas (bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul,
pernafasan 1:1 apneustik respirasi biot, dan pola atactic)
5. Monitor saturasi oksigen
6. Auskultasi suara nafas setelah tindakan untuk dicatat
7. Monitor peningkatan kelelahan, kecemasan dan kekurangan udara pada
pasien
8. Monitor keluhan sesak nafas, termasuk kegiatan yang meningkatkan atau
memperburuk sesak nafas tersebut
9. Monitor hasil foto thoraks
10. Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (nebulizer)
DIAGNOSA NOC
(00253) Resiko Hipotermia (0800) Termoregulasi
 Merasa merinding saat dingin
 Melaporkan kenyamanan suhu
 Tidak terjadi penurunan suhu kulit
 Hipotermia (tidak mengalami)
NIC
(3900) Pengaturan suhu
1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi, respirasi, sesuai kebutuhan
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan adanya tanda gejala dari hipotermia
5. Informasikan mengenai indikasi asanya hipotermia dan penanganan emergensi
yang tepat, sesuai kebutuhan
6. Berikan medikasi yang tepat untuk mencegah atau ,mengontrol mengigil
(3786) Perawatan hipotermia
1. Monitor suhu pasien menggunakan alat ukur dan rute yang paling tepat
2. Bebaskan pasien dari lingkungan yang dingin
3. Bebaskan pasien dari pakaian yang dingin dan basah

19
4. Dorong pasien yang mengalami hipotermia untuk mengkonsumsi cairan
hangat, tinggi karbohidrat tanpa alkohol dan kafein
5. Berikan pemanas pasif (selimut, penutup kepala dan pakaian hangat)
6. Monitor warna kulit dan suhu
DIAGNOSA NOC
(00132) Nyeri akut (1605) Kontrol nyeri
 Mengenalai nyeri kapan terjadi
 Menggambarkan faktor penyebab
 Menggunakan tindakan pencegahan
 Melaporkan gejala yang tidak
terkontrol pada profesional kesehatan
 Melaporkan nyeri yang terkontrol
 Mengenali apa yangh terkait dengan
gejala nyeri
(2102) Tingkat nyeri
 Nyeri yang dilaporkan
 Tidak ada ekspresi nyeri wajah
 Tidak ada ketegangan otot
 Tidak ada peningkatan frekuensi nafas
 Denyut nadi apikal dalam kiran
normal
 Tidak ada peningkatan tekanan darah
NIC
(1030) Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset /durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus
2. Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan terutama
pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
3. Gunakan strategi komunikasi terpeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
dan sampaikan penerimaan terhadap nyeri.
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
5. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat
nyeri
6. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berpa lama nyeri
dirasakan
7. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
8. Pilih dan implementasikan tindakan beragam (farmakologi, nonfarmakologi,
interpersonal) untuk memfasilitasi penuruan nyeri sesuai kebutuhan
9. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis (biofeedback, TENS, hypnosis,
relaksasi, bimbingan antisipasif, terapi musik, terapi bermain, terapi aktifitas,
akuppressur, aplikasi panas/dinginndan pijatan sebelum dan sesudah jika
memungkinkan)
10. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri

20
11. Dorong pasien untuk menggunakan oabt-obatan penurun nyeri yang adekuat
12. Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai strategi
nonfarmakologi yang sedang digunakan untuk mendorong pendekatan
preventif terkait dengan manajemen nyeri.
(1100) pemberian analgesik
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien
2. Cek riwayat adanya alergi obat
3. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika lebih dari satu
yang diberikan
4. Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat memfasilitasi
penurunan nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian obat atau
perubahan internal yang dibutuhkan untuk rekomendasinkhusus berdasarkan
prinsip analgesik
6. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
DIAGNOSA NOC
(00004) Resiko infeksi (1924) Kontrol Resiko: Proses Infeksi
 Dapat mengidentifikasi faktor resiko
infeksi
 Mengetahui perilaku yang
berhubungan dengan resiko infeksi
 Mengidentifikasi tanda dan gejala
infeksi
 Memonitor perilaku diri yang
berhubungan dengan resiko infeksi
 Mempertahankan lingkungan yang
bersih
NIC
(6540) Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk pasien lain
2. Ganti perawatan per pasien sesuai protokol institusi
3. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
4. Ajarkan cuci tangan bagi tenaga kesehatan
5. Ajarkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
7. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
8. Berikan antibiotik yang sesuai
9. Anjurkan pasien meminum antibiotik seperti yang diresepkan
DIAGNOSA NOC
(00044) Kerusakan integritas jaringan (1101) Integritas jaringan: kulit dan
membran mukosa
 Tidak terganggu suhu kulit, sensai,
elastisitas, integritas kulit
 Tidak ada lesi pada kulit

21
NIC
(3590) Pengecekan Kulit
1. Periksa kulit dan selaput lendir terkai adanya kemerahan, kehangatan
ekstreme, edema, atau drainase
2. Amati warna, kehangatan bengkak, pulsasi, tekstur, edema dan ulserasi pada
ekstremitas
3. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko
mengalami kerusakan kulit (burden scale)
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan warna, memar,
merah, dan pecah
6. Monitor kulit adanya ruam dan lecet
7. Monitor kulit adanya kekeringan yang berlebihan dan kelembapan
8. Monitor sumber tekanan dan gesekan
9. Monitor infeksi terutama di daerah edema
10. Periksa pakaian yang terlalu ketat
11. Dukomentasi perubahan membran mukosa
12. Lakukan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (melapisi
kasur, menjadwalkan reposisi)
(3520) Perawatan Luka Tekan
1. Catat karakteristik luka tekan setiap hari meliputi ukuran (panjang x lebar x
dalam), tingkatan luka (I-IV), lokasi eksudat, garnulasi atau jaringan nekrotik
dan epitelisasi
2. Monitor warnah suhu, oedema, kelembaban, dan kondisi area sekitar luka
3. Jaga agar luka tetap lembab untuk membantu proses penyembuhan
4. Berikan pelembab yang hangat di sekitar luka untuk meningkatkan perfusi
darah dan suplai oksigen
5. Bersihkan kulit sekitar luka dengan sabun yang lembut dan air
6. Lakukan debdridemen jika diperlukan
7. Catat karakteristik cairan luka
8. Pasang balutan yang elastik pada luka jika memungkinkan
9. Berikan salep jika diperlukan
10. Lakukan pembalutan yang tepat
11. Berikan obat-obatn oral
12. Monitor tanda dan gejala infeksi di area luka
13. Ubah posisi setiap 1-2jam sekali untuk mencegah penekanan
14. Gunakan tempat tidur anti dicubitus
15. Yakinkan nutrisi yang adekuat
16. Monitor status nutrisi
17. Fasilitasi pasien dan keluarga dapat berkonsultasi dengan perawat ahli luka,
jika dibutuhkan
DIAGNOSA NOC
Gangguan Body Image Gangguan body image pasien teratasi
dengan kriteria hasil:

22
 Body image positif
 Mampu mengidentifikasi kekuatan
personal
 Mendiskripsikan secara faktual
perubahan fungsi tubuh
 Mempertahankan interaksi sosial

NIC
Body image enhancement
1. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya
2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
3. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
5. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
6. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

23
DAFTAR PUSTAKA

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2007 : 189-1.

Nurarif A, dan Kusuma H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
& Nanda NIC NOC, Edisi Revisi jilid 1 & 2.

Price and Willson. 2005. Patofisiologi. 6th . Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

24

Anda mungkin juga menyukai