Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya kehidupan manusia selalu berjalan seiring dengan waktu yangterus
berputar. Dalam menjalani kehidupannya, manusia mengalami suatu proses yang sangat
panjang, dimulai dari masa bayi hingga menginjak masa dewasa. Namun kehidupan
manusia tidaklah monoton, artinya dalam setiap jenjang kehidupannya manusia akan
mengalami perubahan-perubahan yang terjadi lambat tetapi pasti baik dari segi fisik
maupun psikisnya. Antara pria dan wanita, mengalami siklus kesehatanyang berbeda,
siklus kesehatan wanita dirasa lebih rumit dari pada siklus kesehatan pria. Hal ini salah
satunya dikarenakan pria dan wanita mempunyai organ reproduksi yang berbeda. Oleh
karena itu siklus kesehatan antara pria dan wanita tidaklah sama
Secara garis besar periode daur kehidupan wanita melampaui beberapa tahap
diantaranya bayi, masa kanak-kanak, masa pubertas, masa reproduksi,
menopause/klimakterium. Masing-masing masa itu mempunyai kekhususan, karena itu
gangguan pada setiap masa tersebut juga dapat dikatakan khas karena merupakan
penyimpanan dari faal yang khas pula dari masa yang bersangkutan.
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan
Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan
antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada
setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal
ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
Secara garis besar periode daur kehidupan wanita melampaui beberapa tahap
diantaranya bayi, masa kanak-kanak, masa pubertas, masa reproduksi,
menopause/klimakterium. Masing-masing masa itu mempunyai kekhususan, karena itu
gangguan pada setiap masa tersebut juga dapat dikatakan khas karena merupakan
penyimpanan dari faal yang khas pula dari masa yang bersangkutan.
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan
Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan
antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada

1
setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal
ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
.

B. Rumusan Masalah
1. Pelayanan Kesehatan Pada Wanita Sepanjang Daur Kehidupannya
2. Skirining
3. Deteksi dini
4. Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS)
5. Strategi Promosi MTBSS
6. ASI sebagai makanan dan obat dalam MTBS
7. Pencatatan dan Pelaporan menurut POTTER dan PERRY
8. Monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan kebidanan komunitas kohort ibu dan balita
9. Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Pelayanan Kebidanan Di Komunitas

C. Tujuan
1. Pelayanan Kesehatan Pada Wanita Sepanjang Daur Kehidupannya
2. Skirining
3. Deteksi dini
4. Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS)
5. Strategi Promosi MTBSS
6. ASI sebagai makanan dan obat dalam MTBS
7. Pencatatan dan Pelaporan menurut POTTER dan PERRY
8. Monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan kebidanan komunitas kohort ibu dan balita
9. Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Pelayanan Kebidanan Di Komunitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelayanan Kesehatan Pada Wanita Sepanjang Daur Kehidupannya


1. Skirining
a. Definisi
Skrining (screening): pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang
yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau
mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974 ).
Skrining: pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya
masalah atau faktor risiko. ( Rochjati P, 2008 )
Skrining: usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis
belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar –
benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.
Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/ mencari penderita dengan
penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan
gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan
yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
b. Penemuan Penyakit Dengan ‘Screening’
 Screening: Penemuan penyakit secara aktif pada orang-orang yang tampak sehat
dan tidak menunjukkan adanya gejala.
 Uji screening tidak dimaksudkan sebagai diagnostik, akan tetapi seringkali
digunakan sebagai tes diagnosis.
 Diagnosis menyangkut konfirmasi mengenai ada atau tidaknya suatu penyakit
pada individu yang dicurigai atau menderita suatu penyakit tertentu. Orang-orang
dengan tanda positif atau dicurigai menderita penyakit seharusnya diberi
perawatan/ pengobatan setelah diagnosa dipastikan hasilnya.
c. Kriteria Menilai, Suatu Alat Ukur
Suatu alat (test) scereening yang baik adalah yang mempunyai tingkat
validitas dan reabilitas yang tinggi yaitu mendekati 100%. Validitas merupakan
petunjuk tentang kemampuan suatu alat ukur (test) dapat mengukur secara benar dan

3
tepat apa yang akan diukur. Sedangkan reliabilitas menggambarkan tentang
keterandalan atau konsistensi suatu alat ukur
d. Tujuan Screening
 Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya
 Mencegah meluasnya penyakit
 Mendidik masyarakat melakukan general check up
 Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit (waspada
mulai dini)
 Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi
e. Bentuk Pelaksanaan Screening
 Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu
 Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu,
contoh pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita
yang sudah menikah
 Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis
penyakit
 Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis
penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas
f. Kriteria Program Penyaringan
 Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas
 Tersedia obat potensial untuk terapi nya
 Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya
 Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus
 Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
 Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat
 Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti
 Ada SOP tentang penyakit tersebut
 Biaya screening harus seimbang (lebih rendah) dengan resiko biaya bila tanpa
screening
 Penemuan kasus terus menerus
g. Contoh Screening
 Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
 Pap smear untuk mendeteksi ca cervix

4
 Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
 Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
 Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
 Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
h. Apa Itu Validitas
 Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka
yang benar sakit terhadap yang sehat
 Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang
sebenarnya (sehat atau sakit)
 Validitas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test diagnostic
i. Komponen Validitas
 Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang
positif betul-betul sakit
 Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang
negatif betul-betul tidak sakit.
2. Deteksi dini

a. Pengertian

Deteksi dini ialah usaha untuk mengidentifikasi/mengenali penyakit atau kelainan


yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes (uji), pemeriksaan, atau
prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang
yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat, dan yang tampak sehat tetapi
sesungguhnya menderita kelainan.

b. Tujuan Deteksi Dini

Deteksi dini bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit pada stadium yang lebih
awal atau dengan kata lain menemukan adanya kelainan sejak dini.

c. Deteksi pada ibu hamil mengandung makna :


 Deteksi dini pada ibu hamil yang berisiko, akan dapat menurunkan angka
kematian ibu.
 Kehamilan merupakan hal yang bersifat fisiologis, tetapi perlu perawatan dini
yang khusus agar ibu dan janin sehat, tanpa pengawasan hal yang bersifat
fisiologis dapat menjadi patologis.

5
 Bentu-bentuk komplikasi yang terjadi dalam kehamilan.
Kadar hemoglobin ibu kurang dari 8 gr%, tekanan darah ibu di atas 130/90
mmHg, terdapat udema diwajah, preeklamsi dan eklamsia, perdarahan
pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada umur kehamilan lebih dari 32
minggu, sungsang pada primigravida, sepsis, prematur, gameli, janin besar,
penyakit kronis pada ibu, riwayat obstetri buruk.
d. Bayi dan Balita
Pada bayi dan balita deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan DDST
(denver devolopmental screening test). Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang pada
bayi :
 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan yaitu untuk mengetahui atau
menemukan status gizi kurang atau buruk.
 Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan bayi dan balita(keterlambatan),gangguan daya lihat,gangguan daya
dengar
 Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian.
e. Pubertas
 Gangguan pada masa puberitas sering kali diakibatkan oleh pola hidup remaja,
dengan pola hidup yang sehat, akan mendapatkan tubuh yang sehat rohani dan
jasmani.
 Gangguan menstruasi yang dialami pada remaja putri dapat merupakan indikasi
adanya gangguan pada organ reproduksi wanita.
 Bidan dapat melakukan penyuluhan-penyuluhan, bimbingan pada remaja putri
dalam konteks kesehatan reproduksi.
f. Klimakterium, menopause, dan senium.
 Gangguan yang sering dialami pada masa ini adalah osteoporosis atau
pengeroposan tulang, hipertensi dan lain-lain.
Untuk melakukan deteksi dini pada masa ini salah satu program pemerintah
yaitu posyandu lansia dapat merupakan solusinya. Pada masa ini seorang wanita
secara reproduksi sudah tidak dapat berperan, namun bukan berarti terbebas dari
resiko gangguan reproduksi. Salah satunya penyakit kangker serviks atau mulut rahim

6
biasanya terjadi pada masa ini. Pap smear merupakan salah satu cara untuk
mendeteksi adanya kangker mulut rahim.
10. Manajemen Terpadu Balita Sakit(MTBS)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen melalui pendekatan
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik
mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan
balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan (Surjono et al, ; Wijaya, 2009; Depkes RI,
2008).
Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi
tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali untuk tindak lanjut.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksana balita sakit. Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi
dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan
sampai 5 tahun (Depkes RI, 2008).
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan
kesehatan dasar seperti puskesmas. World Health Organization (WHO) telah mengakui
bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya
menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
MTBS telah digunakan di lebih dari 100 negara dan terbukti dapat:
a. Menurunkan angka kematian balita,
b. Memperbaiki status gizi,
c. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
d. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan,
e. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah. (Soenarto, 2009)

Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi


tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan penilaian
anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk mencari riwayat penyakit dan pemeriksaan
fisik. Klasifikasi dalam MTBS merupakan suatu keputusan penilaian untuk penggolongan
derajat keparahan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis penyakit yang spesifik.
Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai suatu tindakan sesuai dengan klasifikasi tersebut.
Tiap klasifikasi mempunyai warna dasar, yaitu merah (penanganan segera atau perlu dirujuk),

7
kuning (pengobatan spesifik di pelayanan kesehatan), dan hijau (perawatan di rumah) sesuai
dengan urutan keparahan penyakit (Depkes RI, 2008; Surjono, et al, 1998).

Tiap klasifikasi menentukan karakteristik pengelolaan balita sakit. Bagan pengobatan


terdiri dari petunjuk cara komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu untuk memberikan
obat dan dosis pemberian obat, baik yang harus diberikan di klinik maupun obat yang harus
diteruskan di rumah. Alur konseling merupakan nasihat perawatan termasuk pemberian
makan dan cairan di rumah dan nasihat kapan harus kembali segera maupun kembali untuk
tindak lanjut (Surjono et al, 1998).

Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:

a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain
dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien
apabila sudah dilatih)
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan
dalam 1 kali pemeriksaan MTBS);
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan). (Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008)

Berikut ini gambaran singkat penanganan balita sakit memakai pendekatan MTBS.
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh petugas kesehatan yang
telah dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBSuntuk melakukan
penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-
keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan
raba'. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-
jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi, petugas akan menentukan jenis
tindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi pneumonia berat atau penyakit sangat
berat akan dirujuk ke dokter puskesmas, anak yang imunisasinya belum lengkap akan
dilengkapi, anak dengan masalah gizi akan dirujuk ke ruang konsultasi gizi, dst.

Di bawah ini adalah gambaran pendekatan MTBS yang sistematis dan terintegrasi
tentang hal-hal yang diperiksa pada pemeriksaan. Ketika anak sakit datang ke ruang
pemeriksaan, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan,
dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:

8
a. Apakah anak bisa minum/menyusu?
b. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
c. Apakah anak menderita kejang? Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah
anak tampak letargis/tidak sadar?
Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:
a. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
b. Apakah anak menderita diare?
c. Apakah anak demam?
d. Apakah anak mempunyai masalah telinga?
e. Memeriksa status gizi
f. Memeriksa anemia
g. Memeriksa status imunisasi
h. Memeriksa pemberian vitamin A
i. Menilai masalah/keluhan-keluhan lain (Depkes RI, 2008)

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi


keluhan/penyakit anak, setelah itu melakukan langkah-langkah tindakan/ pengobatan yang
telah ditetapkan dalam penilaian/ klasifikasi. Tindakan yang dilakukan antara lain:

a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah;

b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah;

c. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal
aturan penanganan diare di rumah;

d. Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit
maupun dalam keadaan sehat;

e. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan, dan lain-lain. Selain itu
di dalam MTBS terdapat penilaian dan klasifikasi bagi Bayi Muda berusia kurang dari 2
bulan, yang disebut juga Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).

Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam MTBM terdiri dari:

a. Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri;
b. Menilai dan mengklasifikasikan diare;

9
c. Memeriksa dan mengklasifikasikan ikterus;
d. Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah
pemberian Air Susu Ibu (ASI). Di sini diuraikan secara terperinci cara mengajari ibu
tentang cara meningkatkan produksi ASI, cara menyusui yang baik, mengatasi masalah
pemberian ASI secara sistematis dan terperinci, cara merawat tali pusat, menjelaskan
kepada ibu tentang jadwal imunisasi pada bayi kurang dari 2 bulan, menasihati ibu cara
memberikan cairan tambahan pada waktu bayinya sakit, kapan harus kunjungan ulang,
dll;
a. Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi;
b. Memeriksa masalah dan keluhan lain. (Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008)
4. Strategi Promosi MTBS
Untuk meningkatkan penemuan penderita tuberkulosis, ISPA, Malaria, DBD secara
dini pada anak Balita diperlukan puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) setiap
daerah menerapkan suatu metode yang bersifat aktif selektif, yaitu MTBS. Aspek positif dari
data yang ada adalah walaupun Case Detection Rate (CDR) rendah (karena penemuan pasif)
tetapi target cure rate tercapai, ini menunjukkan bahwa 85% dari yang ditemukan sembuh
berarti ada pemutusan rantai penularan dengan sekitarnya. Dengan CDR yang masih rendah
walaupun yang ditemukan 85% sembuh ternyata masih banyak anak Balita penderita TB di
lapangan belum ketemu dan diobati yang merupakan sumber penularan. Dengan cara
sekarang (berdasarkan hasil penelitian) akan sulit untuk meningkatkan CDR. Sebaiknya dinas
kesehatan kabupaten dan Puskesmas menerapkan metode penemuan penderita tuberkulosis
dengan cara aktif selektif yang terintegrasi dengan pelayanan gizi dan kesehatan dasar di
Posyandu maupun di Polindes, yaitu dengan MTBS.

Alasan yang dapat menjelaskan mengapa dinas kesehatan kabupaten dan Puskesmas tidak
dapat membuat kebijakan dalam penemuan penderita tuberkulosis dan penyakit infeksi anak
Balita lainnya karena tidak adanya pendanaan yang cukup untuk melakukan modifikasi serta
pendanaan program penurunan angka kesakitan dan kematian anak Balita. Oleh karena itu
perlu promosi MTBS yang dapat membantu mencegah penularan berbagai penyakit pada
anak dan menolong penyembuhan anak balita sakit di kota maupun di perdesaan.

5. ASI sebagai makanan dan obat dalam MTBS

Dari aspek imunologik, ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori IgA

10
tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada
saluran pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Lisosim, enzim yang melindungi
bayi terhadap bakteri (E. coli dan Salmonella) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali
lebih banyak daripada susu sapi.
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3
macam yaitu: Bronchus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut
Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pencernaan, dan Mammary Asociated
Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu. Bakteri ini menjaga keasaman
flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
Namun sampai saat ini belum ada data yang menunjukkan bahwa kualitas kolostrum dan
ASI pada ibu menyusui penderita TB-Paru apakah masih sama dengan ibu menyusui yang
memiliki status gizi dan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, perlu penelitian tentang
kualitas kolostrum ASI pada penderita TB Paru hubungannya dengan status gizi bayinya.
Hasil penelitian Hanim, dkk (2009) menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif enam
bulan merupakan jaminan ketahanan pangan bagi bayi-bayi yang sehat maupun sedang sakit.
Tidak ada bahan makanan yang selalu tersedia setiap saat, terjangkau dan bernilai gizi tinggi
selain ASI, karena ASI saja merupakan makanan lengkap untuk bayi hingga berumur 6 bulan.
Oleh karena itu, disarankan untuk memberi ASI eksklusif (hanya diberi ASI hingga berumur
6 bulan). Penelitian ini telah mengkaji hal tersebut pada ibu menyusui yang menderita
tuberkulosis.
Ternyata ada perbedaan psikologis dalam pemberian ASI eksklusif enam bulan antara
penderita TB dan ibu menyusui yang sehat. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini
mengganggu penyerapan zat besi dalam ASI. Namun meskipun menderita anemi, ibu tetap
dapat memproduksi ASI yang cukup untuk bayi mereka (WHO, 2002). Begitu pula pada ibu
menyusui penderita penyakit kronis seperti tuberkulosis akan tetap dapat memproduksi ASI
yang cukup untuk bayi mereka. Berdasarkan hal tersebut tidak ada alasan untuk tidak
memberikan ASI secara eksklusif selama enam bulan. Selanjutnya MTBS pada bayi yang
masih mendapat ASI ternyata bayi lebih cepat berhasil sembuh disbanding bayi yang tidak
mendapat ASI secara eksklusif.
B. Monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan kebidanan komunitas kohort ibu dan balita
1. Pengertian Monitoring Dan Evaluasi
a. Monitoring

11
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas
objektif program./ Memantau perubahan, yang focus pada proses dan keluaran. Monitoring
melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan dan melibatkan pengamatan atas kualitas
dari layanan yang kita berian

b. Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian social untuk secara sistematis
menginvestigasi efektifitas program. /Menilai kontribusi program terhadap perubahan
(Goal/objektif) dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan program
(rekomendasi). Evaluasi memerlukan desain studi/penelitian,terkadang membutuhkan
kelompok kontrol atau kelompok pembanding, melibatkan pengukuran seiring dengan
berjalannya waktu,dan melibatkan studi/penelitian khusus.
2. Perbedaan dan Persamaan Monitoring dan Evaluasi
a. Kaitan antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan hasil dari monitoring
dan digunakan untuk kontribusi program
b. Monitoring bersifat spesifik program. Sedangkan Evaluasi tidak hanya dipengaruhi oleh
program itu sendiri, melainkan varibel-varibel dari luar. Tujuan dari Evaluasi adalah
evalausi efektifitas dan cost effectiveness.
3. Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Pelayanan Kebidanan Di Komunitas
a. Pengertian
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita.
b. Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang terdeteksi di rumah tangga
yang teridentinfikasi dari data bidan.
c. Jenis Register Kohort
1) Register kohort ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin,
serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang
pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang
mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatar ibu dan bayi baru lahir
tanpa adanya duplikasi informasi.
2) Register kohort bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatanbayi, termasuk neonatal.
3) Register kohort balita

12
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan sampai dengan
5 tahun

Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang
merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling
dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya
masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan
balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa
terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian bidan desa memasukan
seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data
yang ada di desa pun dimiliki puskesmas.
Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini bidan
puskesmas dan timnya dapat memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada didaerah
tersebut.
Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa memberikan pemeriksaan
seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil lersebut mempunyai faktor resiko atau
tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.

4) Cara Pengisian Kohort


a) Ibu
KOLOM PENGISIAN
1 Diisi nomor urut,
2 Diisi nomor indeks dari famili folder
3 Diisi nama ibu hamil,
4 Diisi nama suami ibu hamil,
5 Diisi alamat ibu hamil,
6 Diisi umur ibu hamil,
7 Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu/tanggal HPL,
8 Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun
9 Paritas diisi Gravida

10 Diisi bila jarak kahamilan < 2 tahun

13
11 Diisi bila BB ibu < 45 kg, lila < 23,5 cm,

12 Diisi bila TB ibu < 145 cm,

13 sd 17 Resiko tinggi : diiisi dengan tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi, HB
diperiksa dan ditulis hasil pemeriksaannya,
18 Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi
oleh tenaga kesehatan
19 Diisi diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh Non NAKES,

20 sd 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya

23 sd 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai berikut : K I :Kontak
pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada kehamilan I s/d 5 bulan
dengan rambu-rambu O dan secara langsung juga akses dengan rambu-rambu ◙. K4 :
Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya. Untuk memperoleh K4 dapat memakai
rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu Δ Perhatian : K4 tidak boleh rada usia
kehamilan 7 bulan Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5
bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi agar
tidak kehilangan K4. Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada
akhir kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk
setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses apabila ibu tersebut dapat
menunjukan pemeriksaan dengan jelas Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga
kesehatan tidak memandang usia kehamilan dengan rambu-rambuΟ
35 Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga kesehatan
36 Diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes, ,
37 Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus
38 Diisi lahir mati
39 Diisi BB bila BBL < 2500 gram
40 Diisi BB bila BBL > 2500 gram
41 Keadaan ibu bersalin,di beri tanda v bila sehat,
42 Dijelaskan sakitnya,
43 Diisi sebab kematiaannya
44 Diisi v (rumput),
45 Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan

14
b) Bayi
KOLOM PENGISIAN
1 Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nornor urut
ibu pada register kohort ibu..
2 Disi nomor indeks dari Family Folder
3 sd 7 3sd 7 jelas.
8 Diisi angka berat bayi lahir dalam gram
9 sd 10 diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan.
11 Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan.
12 sd 23 Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu : N = naik, T =
turun, R = Bawah garis titik¬ – titik (BGT), BGM = Bawah garis merah.
24 sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi.
36 Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal
37 Diisi penyebab kematian bayi tersebut.
38 Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan

3) Balita
KOLOM PENGISIAN
1 Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nomor urut
ibu pada register kohort ibu..
2 Disi nomor indeks dari Family Folder
3 sd 7 3sd 7 jelas.
8 sd 31 diisi hasil penimbangan dalam kg dan rambu gizi
32 sd 35 diisi tanggal pcmberian vit A bulan februari dan Agustus
36 Diisi tanggal bila ditemkan sakit.
37 Diisi penyebab sakit
24 sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi.
36 Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal
37 Diisi penyebab kematian bayi tersebut.

38 Diisi tanngal meninggal


39 Diisi sebab meninggal

15
40 Diisi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang.
41 Diisi jenis kelainan tumbuh kembang
42 Diisi bila ada kcterangan penting tentang balita tersebut.

Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut dengan PWS KIA
atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat manajemen program KIA untuk memantau
cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar
dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan
KIA nya masih rendah.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada sektor
terkait, khususnya Pamong setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan
sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis,
sehingga semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI
rdan AKB akan turun sesuai harapan.
5) Pencacatan dan Pelaporan

Pengertian pencatatan

Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktivitas dalam


bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan diatas kertas,disket, pita nama dan pita film. Bentuk
catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara (syahlan : 253).
Sedangkan setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan laporan.
Laporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya
yang disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tersebut (syahlan
: 256).
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada
pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan
terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi
yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan
informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan
informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan organisasi tersebut.
Sistem Pencatatan secara umum terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu Sistem
PencatatanTradisional dan Sistem Pencatatan Non-Tradisional.

16
Sistem Pencatatan Tradisional adalah system pencatatan yang memiliki catatan
masing-masing dari setiap profesi atau petugas kesehatan, dimana dalam sistem ini masing-
masing disiplin ilmu (Dokter, Bidan, Perawat, Epidemiolog, Ahli Gizi dsb) mempunyai
catatan sendiri – sendiri secara terpisah. Keuntungan system ini adalah pencatatan dapat
dilakukan secara lebih sederhana. Kelemahan system ini adalah data tentang kesehatan yang
terkumpul kurang menyeluruh, koordinasi antar petugaskesehatan tidak ada dan upaya
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan tuntassulit dilakukan.
Sistem Pencatatan Non-Tradisional adalah Pencatatan yang berorientasi pada
Masalah (Problem Oriented Record /POR). Keuntungan system ini adalah kerjasama antar
tim kesehatan lebih baik dan menunjang mutu pelayanan kesehatan secara menyeluruh.Setiap
petugas kesehatan dituntut untuk membuat pencatatan tentang data kesehatan sebaik
mungkin.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat pula disimpulkan bahwa
pencatatan dan pelaporan merupakan :
a) Suatu kegiatan mencatat dengan berbagai alat/media tentang data kesehatan
yangdiperlukan sehingga terwujud tulisan yang bias dibaca dan dapahami isinya.
b) Salah satu kegiatan administrasi kesehatan yang harus dikerjakan
dandipertanggungjawabkan oleh petugas kesehatan.
c) Kumpulan Informasi kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang berfungsi
sebagaialat/sarana komunikasi yang penting antar petugas kesehatan.

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas
kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas juga merupakan
fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapkan terciptanya sebuah informasi yang akurat,
representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan
kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat,
dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan
progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas,
dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal:

(1) pencatatan, pelaporan, dan pengolahan;


(2) analisis; dan
(3) pemanfaatan.

17
Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang
berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam
format laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas menerima
laporan-laporan dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang
lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3 di
Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke masing-masing pengelola program di Dinas
Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim
ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk
pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3) tahunan.
Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan penggunaan obat-
obat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas,
rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan
terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta
masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu.
Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten dan kecamatan memerlukan data yang
dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data atau informasi harus lengkap dan data tersebut
harus diterima tepat waktu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan
diinformasikan (Santoso, 2008).

Untuk pengembangan efektifitas Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, standar


mutu (Input, Proses, Lingkungan dan Output) perlu dikaji dan dirumuskan kembali, masing-
masing komponen terutama proses pencatatan dan pelaporannya perlu ditingkatkan.

1.2 Metode Penelitian Dalam Pencatatan Dan Pelaporan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan studi kasus dengan
menggunakan metode kualitatif, maksudnya adalah untuk menggali informasi sebanyak-
banyaknya dan secara detail pada proses pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
puskesmas.
1. Manfaat pencatatan adalah sebagai berikut :
a. Memberi informasi tentang keadaan masalah atau kegiatan
b. Sebagai bukti dari suatu kegiatan atau peristiwa

18
c. Bahan proses belajar dan bahan penelitian
d. Sebagai pertanggungjawaban
e. Bahan pembuatan laporan
f. Perencanaan, pelaksaan, dan evaluasi
g. Bukti hukum
h. Alat komunikasi dalam penyampaian pesan serta mengingatkan kegiatan peristiwa
khusus.
2. Bentuk pencatatan berdasarkan isi meliputi :
a. Catatan tradisional : berisi hal-hal yang didengar dan dilakukan oleh pencatat secara
tidak sistematis, tidak lengkap dan biasanya berupa catatan harian.
b. Catatan sistematis : menggambarkan pola keadaan, masalah dan langkah pemecahan
masalah.
Batasan dari pencatatan dan pelaporan adalah sebagai berikut :
Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan adalah
melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan dan
melaporkan data tersebut kepada instansi yang berwenang berupa laporan lengkap
pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan format yang ditetapkan
 Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah melakukan
pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan dan melaporkan data
tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan kepada instansi yang berwenang
dengan menggunakan format yang ditetapkan.
Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan yang diselenggarakan setiap triwulan dan
tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam satu triwulan dan satu tahun
berjalan, serta melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi data kegiatan triwulanan
dan tahunan kepada instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang telah
ditetapkan.
3. Macam-macam Pencatatan
Model naratif atau narasi.
Sering di sebut tekhnik pencatatan yang berorientasi pada sumber data.
Keuntungan:
a. 1. Sudah di kenal
b. 2. Udah di kombinasikan dengan cara dokumentasi lain
c. 3. Jika di tulis dengan tepat bisa mencakup seluruh keadaan pasien

19
d. 4. Mudah di tulis

e. Kekurangan
f. 1. Tidak terstruktur dan simpang siur datanya.
g. 2. Perlu banyak waktu
h. 3. Terbatas dengan kemampuan pelayanan kesehatan
i. 4. Informasi sulit untuk jangka panjang

Naratif adalah model lama, tradisional yang paling fleksible. Sistem pencatatan naratif
cara penulisannya mengikuti dengan ketat urutan kejadian atau kronologis. Dengan cara
naratif ini tiap institusi mempunyai kebijakan sendiri dalam sistem pencatatan.

Pengelolaan
1. Pencatatan
Semua kegiatan pokok baik didalam maupun diluar gedung puskesmas, puskesmas
pembantu, dan bidan didesa harus dicatat. Untuk memudahkan dapat menggunakan formulir
standar yang ditetapkan dalam SP2TP. Jenis formulir standar yang digunakan dalam
pencatatan adalah sebagai berikut

Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)


Kegunaan untuk mengikuti keadaan kesehatan dan gambaran penyakit di suatu keluarga.
Penggunaan dalam anggota keluarga yang mengindap salah satu penyakit misalnya penderita
TBC paru,Kusta, keluarga resiko tinggi yaitu ibu hamil resiko tinggi. Dalam pelaksanaannya
keluarga yang menggunakan RKK diberi alat bantu Kartu Tanda Pengenal Keluarga(KTPK)
untuk memudahkan pencarian berkas pada saat melakukan kunjungan ulang.

Kartu rawat jalan


Kartu rawat jalan atau lebih dikenal dengan kartu rekam medik pasien merupakan kartu untuk
pencatatan identitas dan status pasien rawat jalan yang berkunjung ke puskesmas.

Kartu indeks penyakit

20
Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas pasien , riwayat dan perkembangan penyakit.
Kartu indeks penyakit diperuntukkan khusus penderita penyakit TBC, paru, dan kusta.

Kartu Ibu
Merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan dan riwayat kehamilan
sampai kelahiran.

Kartu anak
Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan, pelayanan preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitative yang di berikan kepada balita dan anak pra sekolah.

KMS balita, anak sekolah


Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas pelayanan dan pertumbuhan yang di peroleh
balita dan sekolah.

KMS ibu hamil


Merupakan alat untuk mengetahui identitas dan mencatat perkembangan kesehatan ibu hamil
dan pelayanan kesehatan yang di terima ibu hamil.

KMS usia lanjut(USILA)


Merupakan alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi baik fisik maupun
psikososial dan di gunakan untuk memantau kesehatan, deteksi dini penyakit, dan evaluasi
kemajuan kesehatan USILA.

Register
Merupakan formulir untuk mencatat dan merekap data kegiatan baik di dalam maupun di luar
gedung puskesmas, yang telah di catat di kartu dan catatan lainnya Ada beberapa jenis
register sebagai berikut:

1. Nomor indeks pengunjung puskesmas


2. Rawat jalan
3. Register kunjungan
4. Register rawat inap
5. Register KIA dan KB

21
6. Register kohort ibu dan balita
7. Register deteksi dini tumbuh kembang dan gizi
8. Register penimbangan balita
9. Register imunisasi
10. Register gizi
11. Register kapsul beryodium
12. Register anak sekolah
13. Sensus harian kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi , dan penyakit.

Adapun kriteria system pencatatan data kesehatan yang baik mencakup hal – hal di
bawah ini:

a. Pencatatan Harus Sistematis, Jelas, Ringkas dan mengacu pada responpasien terhadap
kejadian penyakit atau intervensi yang diberikan.
b. Ditulis dengan Baik dan menghindari kesalahan.
c. Tepat Waktu, ditulis segera setelah tindakan/kegiatan dilakukan.
d. Ditulis secara Terperinci mencakup What, Why, When, Where, Whoand How
e. Menghindari kata-kata yang sulit diukur
f. Mencantumkan nama jelas dan tanda tangan setelah melakukanpencatatan.

2. Pelaporan

Pelaporan merupakan cara komunikasi petugas kesehatan yang dapat dilakukan


baiksecara tertulis maupun lisan tentang hasil dari suatu kegiatan atau intervensi yang
telahdilaksanakan.

a. Laporan Lisan

1) Kelemahan: Kemungkinan yang dilaporkan hanyalah hal-hal yangbaik-baik saja dan


bersifat subyektif.
2) Keuntungan: Hasil dari kegiatan/intervensi yang telah dilakukandan data yang telah
terkumpul dapat segera ditindaklanjuti dalamwaktu yang lebih cepat.

22
b. Laporan Tertulis

1) Kelemahan: memakan waktu dan biaya yang lebih.


2) Keuntungan: bisa lebih bersifat Objektif dan lebih terperinci sertapelaporan dapat bersifat
positif maupun negative.

4. Pencatatan dan Pelaporan menurut POTTER dan PERRY adalah :

1. Komunikasi
Sebagai alat komunikasi yang efektif antar petugas kesehatansehingga kesinambungan
informasi dan upaya pelayanan kesehatan dapat tercapai.
2. Pendidikan
Sebagai informasi tentang gambaran penyakit atau masalahkesehatan dan pemecahannya
3. Pengalokasian Dana
Dapat digunakan untuk merencanakan tindakan dankegiatan yang tepat dengan dana yang
tersedia.
4. Evaluasi
Sebagai dasar ntuk melakukan evaluasi terhadap hasil intervensi yangdiberikan.
5. Dokumen yang Sah
Sebagai bukti nyata dan legal yang dapat digunakan biladidapatkan adanya penyimpangan
serta bila diperlukan untuk keperluan pengadilan.
6. Jaminan Mutu
Dapat memberikan jaminan kepada masyarakat terhadap mutulayanan kesehatan yang
diberikan.
7. Penelitian
Merupakan sumber data yang sangat bemanfaat untuk kepentinganpenelitian atau riset.
8. Analisis
Merupakan dasar analisis masalah kesehatan pada individu, keluargamaupun masyarakat.

9. Feed Back
Dapat digunakan sebagai umpan balik dalam rangka meningkatkanpelayanan kesehatan
kepada masyarakat.

3. Pelaksanaan

23
1) Pencatatan dengan menggunakan format
a. Family folder
b. Buku register
1) Rawat jalan dan rawat inap
2) Penimbangan
3) Kohort ibu.
4) Kohort anak
5) Persalinan
6) Laboratorium
7) Pengamatan penyakit memar
8) Imunisasi
9) PKM
c. Kartu indeks penyakit ( kelompok penyakit )
d. Kartu perusahaan
e. Kartu murid
f. Sensus harian (penyakit dan kegiatan puskesmas mempermudah pembuatan laporan

4. Pelaporan
Jenis dan periode laporan :
a. Bulanan
1) Data kesakitan
2) Data kematian
3) Data operasional (gizi, imunisasi, KIA, KB, dsb)
4) Data managemen obat

b. Triwulan
1) Data kegiatan puskesmas

c. Tahunan
1) Umum dan fasilitas
2) Saran
3) Tenaga

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kami ambil dari masalah ini ialah Pada masa kanak-kanak
sudah Nampak perbedaan antara anak pria dan wanita, terutama dalam tingkah lakunya,
tetapi perbedaan ini ditentukan terutama oleh lingkungan dan pendidikan. Pubertas
merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Secara klinis pubertas
mulai dengan timbulnya cirri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir kalau sudah ada
kemampuan reproduksi. Masa ini merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung
kira-kira 33 tahun. Klimakterium bukan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa
peralihan yang normal, yang berlagsung beberapa tahun sebelum dan beberapa tahun sesudah
menopause.

B. Saran

Saran yang dapat kami berikan ialah, kesehatan reproduksi sangatlah memerlukan
perhatian semua pihak. Pengetahuan dan pemahaman serta tanggung jawab yang tinggi
sangat diperlukan dalam menangani masalah-masalah kesehatan reproduksi. Pendekatan
siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penannganan sistem
reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan sangat
perlu diterapkan. Sehingga masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat
kita perkirakan dan dapat kita tangani dengan baik sehingga tidak berakibat buruk pada masa
kehidupan selanjutnya. Demikianlah saran dari kami, jika ada kekurangan dari makalah ini
kami menerima kritik dan saran yang membangun.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://unuyraihanney.blogspot.com/2015/03/makalah-monitoring-dan-evaluasi.html

26

Anda mungkin juga menyukai