Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Partisipasi masyarakat sering diperbincangkan diberbagai wilayah, baik didaerah kota


maupun pedesaan, karena dapat kita lihat begitu besar pengaruh dari partisipasi tersebut,
partisipasi masyarakat ini sangat menentukan keberhasilan suatu perencanaan atau program-
program yang ada disekitar mereka, keberhasilan suatu program tanpa adanya partisipasi
masyarakat tidak akan berjalan dengan baik, keikut sertaan masyarakat akan sangat dibutuhkan
dalam perencanaan atau program, agar program berjalan dengan mestinya. Program-program
yang direncanakan pastinya berkaitan besar dengan pembangunan masyarakat. Untuk itu
masyarakat dituntut untuk ikut serta dalam pembangunan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian partisipasi masyarakat?
2. Apa saja prinsip-prinsip partisipasi masyarakat?
3. Apa saja bentuk dan tipe partisipasi masyarakat?
4. Apa saja faktor-faktor partisipasi masyarakat?
5. Apa saja macam-macam partisipasi masyarakat?
6. Apa saja penerapan partisipasi masyarakat?

C. TUJUAN RUMUSAN MASALAH


1. Untuk mengetahui pengertian partisipasi masyarakat
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip partisipasi masyarakat
3. Untuk mengetahui bentuk dan tipe partisipasi masyarakat
4. Untuk mengetahui faktor-faktor partisipasi masyarakat
5. Untuk mengetahui macam-macam partisipasi masyarakat
6. Untuk mengetahui penerapan partisipasi masyarakat

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PARTISIPASI

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian
atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan
emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam
defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya
partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu
perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai
dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam
bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.
Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi
adalah suatu keterlibatan mental dan emosiserta fisik peserta dalam
memberikan responterhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta
mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawabatas keterlibatannya.

Bentuk partisipasi yang nyata yaitu :

 Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi


pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan
 Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,
biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas
 Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk
pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program
 Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang
dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya

Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau
buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar
pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

2
2. PRINSIP-PRINSIP PARTISIPASI

Sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipati yang disusun oleh
Department for International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-
107) adalah:

 Cakupan : Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak
dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
 Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership): Pada dasarnya setiap orangmempunyai
keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan
prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa
memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.
 Transparansi :Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim
berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

 Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) : Berbagai pihak yang terlibat


harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari
terjadinya dominasi.

 Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility : Berbagai pihak mempunyai


tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan
(sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-
langkah selanjutnya.

 Pemberdayaan (Empowerment : Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala


kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif
dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling
memberdayakan satu sama lain.

 Kerjasama : Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling
berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang
berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.

3
3. BENTUK PARTISIPASI

Menurut Effendi, partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi
horizontal.

 Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat yang terlibat
di dalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan
mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.

 Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk mempunyai


prakarsa dimana setiap anggota / kelompok masyarakat berpartisipasi secara horizontal
antara satu dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam
rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. menurut Effendi sendiri, tentu saja
partisipasi seperti ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu
berkembang secara mandiri

4. TIPE PARTISIPASI

Tipologi Karakteristik

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang atau telah
terjadi;
Partisipasi pasif/
manipulatif (b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek] tanpa
memperhatikan tanggapan masyarakat;
(c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di
luar kelompok sasaran.
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
seperti dalam kuesioner atau sejenisnya;
Partisipasi dengan
cara memberikan (b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan memengaruhi
informasi proses penyelesaian;

(c) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.

Partisipasi melalui
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;
konsultasi

4
(b) Orang luar mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya
sendiri untuk kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya,
dengan memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat;

(c) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama;

(d) Para profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-pandangan


masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya


seperti tenagakerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan sebagainya;
Partisipasi untuk
(b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses
insentif materil pembelajarannya;
(c) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan pada saat [[insentif yang disediakan/diterima
habis.
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk
mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek;

Partisipasi (b) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-keputusan


fungsional utama yang disepakati;

(c) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar
(fasilitator, dll) tetapi pada saatnya mampu mandiri.

(a) Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah


pada perencanaankegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru atau penguatan
kelembagaan yang telah ada;
Partisipasi (b) Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplin yang mencari
interaktif keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematik;
(c) Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai peran kontrol atas
keputusan-keputusan mereka, sehingga mereka mempunyai andil dalam
seluruh penyelenggaraan kegiatan.

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatifsecara bebas (tidak


dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau nilai-nilai yang
mereka miliki;
Self mobilization
(b) Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain
untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang
dibutuhkan;

(c) Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada.

5
5. MACAM-MACAM PARTISIPASI

Cohen dan Uphoff dalam Siti Irine Astuti D. (2009: 39-40) membedakan

partisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan

keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam

pengambilan kemanfaatan. Dan keempat, partisipasi dalam evaluasi. Keempat jenis

partisipasi tersebut bila dilakukan bersama-sama akan memunculkan aktivitas

pembangunan yang terintegrasi secara potensial.

Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi masyarakat

dalam pengambilan keputusan ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif

dengan masyarakat untuk menuju kata sepakat tentang berbagai gagasan yang

menyangkut kepentingan bersama. Partisipasi dalam hal pengambilan keputusan ini

sangat penting, karena masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi

pembangunan. Wujud dari partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ini

bermacam-macam, seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan

atau penolakan terhadap program yang ditawarkan (Cohen dan Uphoff dalam Siti Irene

Astuti D., 2009: 39). Dengan demikian partisipasi masyarakat dalam pengambilan

keputusan ini merupakan suatu proses pemilihan alternatif berdasarkan pertimbangan

yang menyeluruh dan rasional.

Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan program merupakan lanjutan dari rencana yang telah disepakati

sebelumnya, baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun tujuan.

Di dalam pelaksanaan program, sangat dibutuhkan keterlibatan berbagai unsur,

khususnya pemerintah dalam kedudukannya sebagai fokus atau sumber utama

pembangunan. Menurut Ndraha dan Cohen dan Hoff dalam Siti Irene Astuti D. (2009:

39), ruang lingkup partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi: pertama,

6
menggerakkan sumber daya dan dana. Kedua, kegiatan administrasi dan koordinasi dan

ketiga penjabaran program. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

masyarakat dalam partisipasi pelaksanaan program merupakan satu unsur penentu

keberhasilan program itu sendiri.

Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak terlepas dari

kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang bisa dicapai. Dari segi

kualitas, keberhasilan suatu program akan ditandai dengan adanya peningkatan output,

sedangkan dari segi kualitas dapat dilihat seberapa besar persentase keberhasilan program

yang dilaksanakan, apakah sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini

berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini

bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana

yang ditetapkan atau ada penyimpangan. Secara singkat partisipasi menurut Cohen dan

Uphoff

6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI


Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu
program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada
juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia,
terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Angell (dalam Ross, 1967:
130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
1. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengahke atas dengan
keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih
banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

7
2. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa
pada dasarnya tempat perempuan[ adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak
masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi
semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan
emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap
dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang
diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan


Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan
menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang
baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu
kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi
dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia
tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih
terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

7. PENERAPAN PARTISIPASI SEBAGAI WNI


 Bidang Politik

1. Memilih Pemimpin atau Perwakilan Rakyat

Memilih pemimpin atau perwakilan rakya dilakukan dengan cara PEMILU. Pada hari
itu warga negara berhak dan wajib ikut serta di dalamnya berdasarkan peraturan perundanng-
undangan sah dan asas-asanya yang meliputi LUBERJURDIL.

8
2. Menjadi Anggota dalam Lembaga Politik

Ada banyak lembaga politik di negeri ini. Sebut saja presiden dan wakilnya,
kementrian, MPR, DPR, DPD, DPRD, gubernur, bupati, partai politik, dan lain sebagainya.
Setiap warga negara Indonesia berhak menjadi anggota dari semua lembaga politik tersebut,
asal dapat memenuhi persyaratan yang ada. Untuk menjadi presiden, seseorang harus diusung
dari sebuah atau gabungan partai politik yang memenuhi presidential threshold. Presidential
threshold adalah ambang batas bagi partai politik atau gabungan partai politik untuk
mengajukan calon presiden dan/atau wakil presiden. Sedangkan untuk menjadi kepala daerah,
dapat melalui partai politik atau perseorangan (independen).

Sama halnya dengan cara menjadi anggota legislatif, kita dapat mencalonkan diri dari
partai politik atau perseorangan. Namun, untuk menjadi menteri, kewenangan ada di tangan
presiden untuk memilihnya. Sedangkan untuk menjadi anggota partai politik, biasanya kita
dapat mendaftar melalu rekruitasi terbuka dari partai tersebut.

3. Menyampaikan Aspirasi pada Pemangku Kebijakan

Sebagai warga negara, kita memiliki hak untuk bebas berpendapat. Hak untuk bebas
menyatakan pendapat ini merupakan salah satu Hak Asasi Manusia yang keberadaannya
dijamin oleh hukum di Indonesia maupun hukum internasional. Oleh karena itu, kita berhak
menyampaikan aspirasi, pendapat, opini, gagasan, dan sebagainya kepada para pemangku
kebijakan. Bahkan, warga negara diperbolehkan untuk memberikan rancangan undang-undang
kepada Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden. Dalam menyampaikan aspirasi, banyak cara
yang dapat ditempuh oleh masyarakat, mulai dari melayangkan aspirasi langsung pada pejabat,
mengirimkannya pada media yang dimiliki oleh pejabat, menulis di media massa, dan lain-lain.

4. Mengawasi Pelaksanaan Kebijakan

Pada pelaksanaan kebijakan, tentu banyak kekurangan dari pemerintah maupun wakil
rakyat beserta perangkatnya. Maka kita harus aktif mengawasi jalannya kebijakan karena
apabila tidak diawasi, terdapat kemungkinan besar akan terjadi penyelewengan oleh pelaksana
kebijakan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 tahun 1999 tentang tata cara
pelaksanaan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara. Dengan adanya PP ini,
kita diharapkan memiliki peran aktif dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih
dan bebas dari KKN.

5. Mengajak Orang Lain untuk Berpartisipasi dalam Politik

Kita tidak dapat memungkiri fakta bahwa masih banyak warga negara Indonesia yang
belum melek politik. Bahkan mereka cenderung tidak memperdulikan bagaimana jalannya
negara ini. Kasus paling buruk adalah masyarakat tidak lagi memiliki keinginan untuk
mengenal lebih jauh pemimpinnya dan memilih untuk golput atau tidak memilih ketika
diadakan pemilihan umum.

 Bidang Ekonomi

1. Mengurangi angka pengangguran

2. Membuat lapangan pekerjaan

3. Meningkatkan kegiatan ekspor dan ekspor


9
4. Mengikuti perdagangan antar negara

5. Membantu negara agar tidak terjadi inflasi dan mengurangi impor supaya keuanngan
negara tidak defisit.

 Bidang Pendidikan

1. Mengikuti program pemerintah seperti program wajib belajar 12 tahun.

2. Menaati peraturan dan program pendidikan pemerintah dengan baik dan benar

 Bidang Pertahanan

1. Mengikuti upaya bela negara sesuai profesi dan kemampuan masing-masing

2. Senantiasa memelihara ketertiban dan keamanan wilayah atau lingkungan tempat


tinggalnya.

3. Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa demi tetap tegaknya NKRI

4. Ikut partisipasi baik dari lingkup keluarga dan lingkungan tempat tinggal sekitar seperti
poskampling dan gotong royong.

8. Peraturan Perundang-Undangan

a. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2017 tentang Partisipasi Masyarakat Dalam


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah memberikan pengertian ketentuan umum tentang
:

1. Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang selanjutnya


disebut Partisipasi Masyarakat adalah peran serta Masyarakat untuk menyalurkan aspirasi,
pemikiran, dan kepentingannya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
2. Masyarakat adalah orang perseorangan warga negara Indonesia, kelompok masyarakat,
dan/atau Organisasi Kemasyarakatan.
3. Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Organisasi
Kemasyarakatan.

10
b. UU 23 Tahun 2014 Pasal 354.

Pada ayat 1 dijelaskan bahwa untuk mendorong partisipasi masyarakat maka pemerintah
daerah;

a) menyampaikan informasi tentang penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada masyarakat;

b) mendorong kelompok dan organisasi masyarakat untuk berperan aktif dalam


penyelenggaraan Pemerintah Daerah melalui dukungan pengembangan kapasitas masyarakat;

c) mengembangkan kelembagaan dan mekanisme pengambilan keputusan yang


memungkinkan kelompok dan organisasi kemasyarakatan dapat terlibat secara aktif; dan/atau

d) kegiatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

11
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah


pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu
keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung
jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental
dan emosi.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://utarikusuma.wordpress.com/2012/06/18/kewajiban-bela-negara-

bagi-setiap-warga-negara/

2. http://www.kitapunya.net/2015/08/partisipasi-dalam-usaha-pembelaan-

negara.html

3. http://www.kitapunya.net/2015/08/upaya-bela-negara-di-lingkungan-

keluarga-sekolah-masyarakat.html

4. http://yusufbudiman92.blogspot.co.id/p/warga-negara-dan-negara.html

5. Wikipedia Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai