PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian partisipasi masyarakat?
2. Apa saja prinsip-prinsip partisipasi masyarakat?
3. Apa saja bentuk dan tipe partisipasi masyarakat?
4. Apa saja faktor-faktor partisipasi masyarakat?
5. Apa saja macam-macam partisipasi masyarakat?
6. Apa saja penerapan partisipasi masyarakat?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PARTISIPASI
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian
atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan
emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam
defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya
partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu
perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai
dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam
bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.
Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi
adalah suatu keterlibatan mental dan emosiserta fisik peserta dalam
memberikan responterhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta
mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawabatas keterlibatannya.
Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau
buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar
pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan
pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.
2
2. PRINSIP-PRINSIP PARTISIPASI
Sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipati yang disusun oleh
Department for International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-
107) adalah:
Cakupan : Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak
dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership): Pada dasarnya setiap orangmempunyai
keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan
prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa
memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.
Transparansi :Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim
berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.
Kerjasama : Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling
berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang
berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.
3
3. BENTUK PARTISIPASI
Menurut Effendi, partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi
horizontal.
Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat yang terlibat
di dalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan
mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.
4. TIPE PARTISIPASI
Tipologi Karakteristik
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang atau telah
terjadi;
Partisipasi pasif/
manipulatif (b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek] tanpa
memperhatikan tanggapan masyarakat;
(c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di
luar kelompok sasaran.
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
seperti dalam kuesioner atau sejenisnya;
Partisipasi dengan
cara memberikan (b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan memengaruhi
informasi proses penyelesaian;
Partisipasi melalui
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;
konsultasi
4
(b) Orang luar mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya
sendiri untuk kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya,
dengan memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat;
(c) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar
(fasilitator, dll) tetapi pada saatnya mampu mandiri.
5
5. MACAM-MACAM PARTISIPASI
Cohen dan Uphoff dalam Siti Irine Astuti D. (2009: 39-40) membedakan
dengan masyarakat untuk menuju kata sepakat tentang berbagai gagasan yang
sangat penting, karena masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi
atau penolakan terhadap program yang ditawarkan (Cohen dan Uphoff dalam Siti Irene
Astuti D., 2009: 39). Dengan demikian partisipasi masyarakat dalam pengambilan
pembangunan. Menurut Ndraha dan Cohen dan Hoff dalam Siti Irene Astuti D. (2009:
39), ruang lingkup partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi: pertama,
6
menggerakkan sumber daya dan dana. Kedua, kegiatan administrasi dan koordinasi dan
ketiga penjabaran program. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi
Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak terlepas dari
kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang bisa dicapai. Dari segi
kualitas, keberhasilan suatu program akan ditandai dengan adanya peningkatan output,
sedangkan dari segi kualitas dapat dilihat seberapa besar persentase keberhasilan program
bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana
yang ditetapkan atau ada penyimpangan. Secara singkat partisipasi menurut Cohen dan
Uphoff
7
2. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa
pada dasarnya tempat perempuan[ adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak
masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi
semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan
emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.
3. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap
dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang
diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
5. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi
dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia
tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih
terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.
Memilih pemimpin atau perwakilan rakya dilakukan dengan cara PEMILU. Pada hari
itu warga negara berhak dan wajib ikut serta di dalamnya berdasarkan peraturan perundanng-
undangan sah dan asas-asanya yang meliputi LUBERJURDIL.
8
2. Menjadi Anggota dalam Lembaga Politik
Ada banyak lembaga politik di negeri ini. Sebut saja presiden dan wakilnya,
kementrian, MPR, DPR, DPD, DPRD, gubernur, bupati, partai politik, dan lain sebagainya.
Setiap warga negara Indonesia berhak menjadi anggota dari semua lembaga politik tersebut,
asal dapat memenuhi persyaratan yang ada. Untuk menjadi presiden, seseorang harus diusung
dari sebuah atau gabungan partai politik yang memenuhi presidential threshold. Presidential
threshold adalah ambang batas bagi partai politik atau gabungan partai politik untuk
mengajukan calon presiden dan/atau wakil presiden. Sedangkan untuk menjadi kepala daerah,
dapat melalui partai politik atau perseorangan (independen).
Sama halnya dengan cara menjadi anggota legislatif, kita dapat mencalonkan diri dari
partai politik atau perseorangan. Namun, untuk menjadi menteri, kewenangan ada di tangan
presiden untuk memilihnya. Sedangkan untuk menjadi anggota partai politik, biasanya kita
dapat mendaftar melalu rekruitasi terbuka dari partai tersebut.
Sebagai warga negara, kita memiliki hak untuk bebas berpendapat. Hak untuk bebas
menyatakan pendapat ini merupakan salah satu Hak Asasi Manusia yang keberadaannya
dijamin oleh hukum di Indonesia maupun hukum internasional. Oleh karena itu, kita berhak
menyampaikan aspirasi, pendapat, opini, gagasan, dan sebagainya kepada para pemangku
kebijakan. Bahkan, warga negara diperbolehkan untuk memberikan rancangan undang-undang
kepada Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden. Dalam menyampaikan aspirasi, banyak cara
yang dapat ditempuh oleh masyarakat, mulai dari melayangkan aspirasi langsung pada pejabat,
mengirimkannya pada media yang dimiliki oleh pejabat, menulis di media massa, dan lain-lain.
Pada pelaksanaan kebijakan, tentu banyak kekurangan dari pemerintah maupun wakil
rakyat beserta perangkatnya. Maka kita harus aktif mengawasi jalannya kebijakan karena
apabila tidak diawasi, terdapat kemungkinan besar akan terjadi penyelewengan oleh pelaksana
kebijakan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 tahun 1999 tentang tata cara
pelaksanaan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara. Dengan adanya PP ini,
kita diharapkan memiliki peran aktif dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih
dan bebas dari KKN.
Kita tidak dapat memungkiri fakta bahwa masih banyak warga negara Indonesia yang
belum melek politik. Bahkan mereka cenderung tidak memperdulikan bagaimana jalannya
negara ini. Kasus paling buruk adalah masyarakat tidak lagi memiliki keinginan untuk
mengenal lebih jauh pemimpinnya dan memilih untuk golput atau tidak memilih ketika
diadakan pemilihan umum.
Bidang Ekonomi
5. Membantu negara agar tidak terjadi inflasi dan mengurangi impor supaya keuanngan
negara tidak defisit.
Bidang Pendidikan
2. Menaati peraturan dan program pendidikan pemerintah dengan baik dan benar
Bidang Pertahanan
4. Ikut partisipasi baik dari lingkup keluarga dan lingkungan tempat tinggal sekitar seperti
poskampling dan gotong royong.
8. Peraturan Perundang-Undangan
10
b. UU 23 Tahun 2014 Pasal 354.
Pada ayat 1 dijelaskan bahwa untuk mendorong partisipasi masyarakat maka pemerintah
daerah;
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. https://utarikusuma.wordpress.com/2012/06/18/kewajiban-bela-negara-
bagi-setiap-warga-negara/
2. http://www.kitapunya.net/2015/08/partisipasi-dalam-usaha-pembelaan-
negara.html
3. http://www.kitapunya.net/2015/08/upaya-bela-negara-di-lingkungan-
keluarga-sekolah-masyarakat.html
4. http://yusufbudiman92.blogspot.co.id/p/warga-negara-dan-negara.html
5. Wikipedia Indonesia
12