Anda di halaman 1dari 10

PENYUSUTAN PERENCANAAN PAJAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit Internal

yang dibina oleh Ibu Dewi Noor Fatkhah R., S.E., M.SA., Ak

oleh

Agustha Pratama 160422608279

Fisqi Rizqi Ardiansyah 160422600639

Gita Yuniar 160422608252

Irodatun Nadilla 160422608281

Yosep Kristianus Yuda Irawan 160422600602

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

Januari 2019
PENGERTIAN PENYUSUTAN

Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat
yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dari aset tersebut
semakin berkurang. Pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap. Kebijakan pajak untuk
penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu keadilan pajak, kebijakan ekonomi dan
administrasi.

KARAKTERISTIK DARI ASET YANG DAPAT DISUSUTKAN

1. Digunakan dalam kegiatan usaha.

Asset yang boleh disusutkan adalah asset yang dipakai dalam usaha atau menjalankan
usaha. Asset ini dapat dibedakan menjadi aset bisnis, aset campuran, dan aset pribadi.

2. Nilainya menurun secara bertahap.

Nila aset yang harus disusutkan harus menurun secara bertahap, baik karena semakin
buruk fisiknya atau kareena factor kualitas. Kalua nlainya tidak menurun secara bertahap,
maka tidak dapat disusutkan tapi langsung dibayakan. Adapun aset yang tidak dapat
disusutkan adalah tanah, aset pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.

3. Aset berwujud dan tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode.

Aset berwujud dan tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
dapat disusutkan. Untuk aset takberwujud penyusutannya disebut amortisasi.

4. Pihak yang berhak melakukan penyusutan


Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah :
a. Pihak yang menggunakan aset tersebut dalam kegiatan usaha ;
b. Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner ;

5. Saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan.


Secara umum saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan, tetapi adakalanya pada
tahun perolehan.

6. Dasar melakukan penyusutan adalah harga perolehan, harga penggantian dan revaluasi.

Pada umumnya, dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Harga perolehan (historical cost)


Termasuk di dalamnya adalah harga, ongkos, dan pajak. Pajak yang dapat dikreditkan
seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dapat dikreditkan dengan pajak keluaran
tidak termasuk dalam harga perolehan.
b. Harga penggantian (replacement cost)
Pada prinsipnya harga penggantian tidak diperkenankan karena untuk kepentingan
pencatatan menggunakan harga perolehan.
c. Revaluasi (revaluation)
Suatu aset yang telah direvaluasi biasanya disusutkan berdasarkan nilai revaluasinya.

PENYUSUTAN BERDASARKAN PERATURAN PERPAJAKAN

Saat Mulainya Penyusutan Fiskal

Undang-undang pajak penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan saat dimulainya
penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan.

Harta/Aset dalam Pengerjaan

Untuk harta/aset tetap dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya
pekerjaan tersebut.

Harta/Aset dalam Usaha Sewa Guna Usaha

Penyusutan terhadap harta dalam usaha sewa guna usaha khususnya sewa guna usaha tanpa hak
opsi dimulai pada bulan harta tersebut disewagunausahakan.

Persetujuan Dirjen Pajak

Wajib pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak, apabila tidak mengikuti prinsip
umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru dilakukan pada tahun harta/aset tersebut
menghasilkan.

Pengelompokan Harta Berwujud

Dua pengelompokan harta berwujud :

1. Harta berwujud kelompok bukan bangunan

Kelompok Bukan Bangunan Masa Manfaat


Kelompok 1 4 tahun
Kelompok 2 8 tahun
Kelompok 3 16 tahun
Kelompok 4 20 tahun
2. Harta berwujud kelompok berupa bangunan

Kelompok Bangunan Masa Manfaat


Bangunan permanen 20 tahun
Bangunan tidak permanen 10 tahun

Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal

Mulai tahun 1995, wajib pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan fiskal untuk
aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode saldo menurun ganda atau metode garis lurus.

Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Bukan Bangunan

Kelompok Bukan Bangunan Tarif Penyusutan


Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun
Kelompok 1 25,00% 50,00%
Kelompok 2 12,50% 25,00%
Kelompok 3 6,25% 12,50%
Kelompok 4 5,00% 10,00%

Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Berupa Bangunan

Kelompok Bangunan Tarif Penyusutan (Metode Garis Lurus)


Bangunan permanen 5%
Bangunan tidak permanen 10%

PENYUSUTAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat
yang diestimasi. Jumlah yang dapat disusutkan adalah jumlah perolehan suatu aset atau jumlah
lain yang disubtitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya.
Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa
manfaat suatu aset setelah dikurangu taksiran biaya pelepasan. Jumlah tercatat adalah nilai buku,
yaitu biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.

Biaya Perolehan

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain
yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan
aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Biaya perolehan aset tetap
terdiri atas harga beli termasuk biaya impor dan PPN masukan tidak boleh direstitusikan dan
biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam aset tersebut. Misalnya :

1. Biaya persiapan tenpat


2. Biaya pengiriman awal, biaya simpan dan biaya bongkar muat
3. Biaya pemasangan
4. Biaya professional seperti arsitek dan insinyur

Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan

1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.


2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang
dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.

Masa Manfaat

Masa manfaat adalah :

1. Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan.


2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset oleh perusahaan.

Metode Penyusutan

1. Berdasarkan Waktu
a. Metode garis lurus.
b. Metode pembebanan yang menurun
1) Metode jumlah angka tahun
2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda

2. Berdasarkan Penggunaan

a. Metode jam jasa


b. Metode jumlah unit produksi

3. Berdasarkan Kriteria Lainnya


a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok
b. Metode anuitas
c. Sistem persediaan

Metode yang digunakan untuk aset tetap telah ditelaah ulang secara periodic dan jika
terdapat suatu perubahan yang signifikan dalam pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan
dari aset tersebut, metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola
tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu kebijakan akuntansi
dan dilaporkan sesuai denga PSAK Nomor 25 tentang laba atau rugi bersih untuk periode
berjalan, kesalahan mendasar dan perubahan kebijakan akuntansi, beban penyusutan untuk
periode sekarang serta masa yang akan dating harus disesuaikan.
Penyusutan Kelompok dan Gabungan

Untuk memudahkan kegiatan administrasi, adakalanya perusahaan memilih cara penyusutan


dengan mengelompokkan aset ke dalam beberapa kelompok. Dalam ketentuan fiscal disebut
dengan golongan harta. Besarnya penyusutan dihitung dengan cara mengalikan tarif ke nilai
seluruh aset yang sejenis. Apabila kelompok aset tidak sejenis maka penyusutan dihitung dengan
cara gabungan. Besarnya penyusutan tiap tahun adalah penyusutan tiap jenis aset yang dihitung
dengan metode garis lurus.

Saat Dimulainya Penyusutan

Pada umumnya, penyusutan dimulai pada tahun pengeluaran. Untuk aset tetap yang masih dalam
proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada tahun selesainya pengerjaan tersebut. Berbeda
dengan penyusutan fiscal yang harus setahun penuh, penyusutan komersial boleh dilakukan
untuk jangka yang lebih pendek.

Dasar Penyusutan

Dasar penyusutan yang digunakan adalah biaya perolehan awal, baik melalui pendirian maupun
pembelian, penambahan, dan perbaikan. Apabila perusahaan melakukan penilaian kembali maka
dasar penyusutan adalah nilai setelah revaluasi.

Pengungkapan

Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa manfaat suatu aset merupakan masalah
pertmbangan. Pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi masa manfaat atau tingkat
penyusutan yang digunakan menyediakan bagi para pengguna laporan informasi yang membuat
mereka menalaah kebijakan yang dipilih oleh manajemen dan dapat membuat perbandingan
dengan perusahaan lain . untuk alas an serupa perlu mengungkapkan jumlah yang dapat
disusutkan yang dialokasikan dalam suatu periode dan akumulasi penyusutan pada akhir periode
tersebut.

Persamaan Akuntansi ; Komersial dan Akuntansi Fiskal

Persamaan yang terdapat dari keduanya sebagai berikut.

1. Aset atau harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu periode tidak boleh
langsung dibebankan pada tahun pengeluarannya, tapi harus dikapitalisasi dan
disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya.
2. Aset atau harta yang dapat disusutkan adalah aset tetap, baik bangunan atau bukan
bangunan.
3. Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali tanah tersebut memiliki masa
manfaat terbatas
Perbedaan Kuntansi Komersil dan Akuntansi Fiskal

No Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal


1 Masa manfaat: Masa manfaat :
a. Masa manfaat ditentukan aset a. Ditetapkan berdasarkan Menteri keuangan
berdasarkan taksiran umur ekonomis
maupun umur teknis
b. Nilai residu tidak diperhitungkan
b. Ditelaah ulang secara periodik

c. Nilai residu bias diperhitungkan


2 Harga perolehan : Harga perolehan:

a. Untuk pembelian menggunakan harga a. Untuk transaksi yang tidak mempunyai


sesungguhnya hubungan istimewa berdasarkan harga yang
b. Untuk pertukaran aset tidak sejenis sesungguhnya
menggunakan harga wajar b. Untuk transaksi yang mempunyai hubungan
istimewa berdasarkan harga pasar
c. Untuk pertukaran sejenis berdasarkan
nilai buku aset yang dilepas c. Untuk transaksi tukar menukar adalah
berdasarkan harga pasar
d. Aset sumbangan berdasarkan harga
pasar d. Dalam rangka likuidasi, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengabungan
adalah harga pasar kecuali ditentukan lain
oleh Menteri keuangan.

e. Jika di revaluasi adalah sebesar nilai setelah


revaluasi
3 Metode Penyusutan : Metode Penyusutan:

a. Gais lurus a. Untuk aset tetap bangunan adalah garis


b. Jumlah angka tahun lurus
c. Saldo menurun / menurun ganda b. Untuk aset tetap bukan bangunan wajib
d. Metode jam jasa pajak dapat memlih garis lurus atau saldo
menurun berganda asal diterapkan secara
e. Unit produksi taat asas.
f. Anuitas
g. System persediaan

Perusahaan dapat memilih salah satu


metode yang dianggap sesuai, namun
harus diterapkan secara konsisten dan
harus ditelaah secara periodic.
4 System Penyusutan System Penyusutan :

a. Penyusutan individual Penyusutan secara individual kecuali untuk


peralatan kecil, boleh secara golongan.
b. Penyusutan gabungan/kelompok
5 Saat Dimulainya Penyusutan : Saat Dimulainya Penyusutan :
a. Saat perolehan c. Saat perolehan
b. Saat penyelesaian d. Dengan izin Menteri Keuangan dapat
dilakukan pada tahun penyelesaian atau
tahun mulai menghasilkan.

PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENYUSUTAN

Contoh Soal Perencanaan Pajak Atas Penyusutan

PT. Abadi membeli aset tetap berupa mesin, dengan harga perolehan Rp 1.000.000.000,00.
Mesin tersebut dalam aset tetap kelompok 1. Besarnya beban penyusutan dapat dilihat pada tabel
berikut :

Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus Saldo Menurun
1 250.000.000 500.000.000
2 250.000.000 250.000.000
3 250.000.000 125.000.000
4 250.000.000 125.000.000
Akum. Penyusutan 1.000.000.000 1.000.000.000

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan per tahun berbeda-beda tetapi pada
akhir masa manfaat (tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan adalah sama. Sehingga dalam
perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini dikenal dengan istilah beda waktu/beda
sementara (timing difference/temporary difference). Walaupun berdasarkan nilai nominal pada
akhir masa manfaat besarnya akumulasi beban penyusutan sama, namun jika ditinjau dari nilai
tunai (present value) jumlahnya akan menjadi berbeda.

Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value) tingkat diskon yang digunakan
adalah 20%. (Lihat tabel).

Metode Penyusutan
Garis Lurus Saldo Menurun
Tahun Tingkat Diskon
Nominal PV PV Nominal PV PV (20%)

1 250.000.000 208.333.333,30 500.000.000,00 416.666.666,70 0,833333

2 250.000.000 173.611.111,10 250.000.000,00 173.611.111,10 0,694444

3 250.000.000 144.675.925,90 125.000.000,00 72.337.963,00 0,578703

4 250.000.000 120.563.271,60 125.000.000,00 60.281.635,80 0,482253

1.000.000.000 647.183.641,90 1.000.000.000,00 722.897.376,60

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp
1.000.000.000,00 dan pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor 20% jumlah
nilai tunai (present value) dari akumulasi beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode
garis lurus sebesar Rp 647.183.641,90 dan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp
722.897.376,60

Tabel (Perbandingan besar penghematan pajak antara metode garis lurus dan metode saldo
menurun dengan tingkat diskonto 20%).

Garis Lurus Saldo Menurun


Keterangan
Nominal PV PV Nominal PV PV
Harga Perolehan 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 500.000.000 416.666.666,70
Biaya Penyusutan 1.000.000.000,00 647.183.641,98 1.000.000.000 722.897.376,54
PPh 30% 300.000.000,00 194.115.092,59 300.000.000 216.869.212,96
Penghematan Pajak = 216.869.212,96 – 194.155.092,59 = 22.714.120,37

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat dilakukan
jika perusahaan memilih metode saldo menurun dalam menghitung besarnya beban peyusutan.
Tarif pajak yang digunakan adalah tarif pajak tertinggi yaitu 30% karena diasumsikan bahwa
perusahaan telah mencapai laba di atas Rp 100.000.000. Dengan tingkat diskon 20% besar
penghematan pajak adalah Rp 216.869.212,96 – Rp 194.115.092,59 = Rp 22.714.120,37.

Anda mungkin juga menyukai