yang dibina oleh Ibu Dewi Noor Fatkhah R., S.E., M.SA., Ak
oleh
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
Januari 2019
PENGERTIAN PENYUSUTAN
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat
yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dari aset tersebut
semakin berkurang. Pengurangan nilai aset dibebankan secara bertahap. Kebijakan pajak untuk
penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu keadilan pajak, kebijakan ekonomi dan
administrasi.
Asset yang boleh disusutkan adalah asset yang dipakai dalam usaha atau menjalankan
usaha. Asset ini dapat dibedakan menjadi aset bisnis, aset campuran, dan aset pribadi.
Nila aset yang harus disusutkan harus menurun secara bertahap, baik karena semakin
buruk fisiknya atau kareena factor kualitas. Kalua nlainya tidak menurun secara bertahap,
maka tidak dapat disusutkan tapi langsung dibayakan. Adapun aset yang tidak dapat
disusutkan adalah tanah, aset pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.
3. Aset berwujud dan tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode.
Aset berwujud dan tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
dapat disusutkan. Untuk aset takberwujud penyusutannya disebut amortisasi.
6. Dasar melakukan penyusutan adalah harga perolehan, harga penggantian dan revaluasi.
Undang-undang pajak penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan saat dimulainya
penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan.
Untuk harta/aset tetap dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya
pekerjaan tersebut.
Penyusutan terhadap harta dalam usaha sewa guna usaha khususnya sewa guna usaha tanpa hak
opsi dimulai pada bulan harta tersebut disewagunausahakan.
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak, apabila tidak mengikuti prinsip
umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru dilakukan pada tahun harta/aset tersebut
menghasilkan.
Mulai tahun 1995, wajib pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan fiskal untuk
aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode saldo menurun ganda atau metode garis lurus.
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat
yang diestimasi. Jumlah yang dapat disusutkan adalah jumlah perolehan suatu aset atau jumlah
lain yang disubtitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya.
Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa
manfaat suatu aset setelah dikurangu taksiran biaya pelepasan. Jumlah tercatat adalah nilai buku,
yaitu biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain
yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan
aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Biaya perolehan aset tetap
terdiri atas harga beli termasuk biaya impor dan PPN masukan tidak boleh direstitusikan dan
biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam aset tersebut. Misalnya :
Masa Manfaat
Metode Penyusutan
1. Berdasarkan Waktu
a. Metode garis lurus.
b. Metode pembebanan yang menurun
1) Metode jumlah angka tahun
2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda
2. Berdasarkan Penggunaan
Metode yang digunakan untuk aset tetap telah ditelaah ulang secara periodic dan jika
terdapat suatu perubahan yang signifikan dalam pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan
dari aset tersebut, metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola
tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu kebijakan akuntansi
dan dilaporkan sesuai denga PSAK Nomor 25 tentang laba atau rugi bersih untuk periode
berjalan, kesalahan mendasar dan perubahan kebijakan akuntansi, beban penyusutan untuk
periode sekarang serta masa yang akan dating harus disesuaikan.
Penyusutan Kelompok dan Gabungan
Pada umumnya, penyusutan dimulai pada tahun pengeluaran. Untuk aset tetap yang masih dalam
proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada tahun selesainya pengerjaan tersebut. Berbeda
dengan penyusutan fiscal yang harus setahun penuh, penyusutan komersial boleh dilakukan
untuk jangka yang lebih pendek.
Dasar Penyusutan
Dasar penyusutan yang digunakan adalah biaya perolehan awal, baik melalui pendirian maupun
pembelian, penambahan, dan perbaikan. Apabila perusahaan melakukan penilaian kembali maka
dasar penyusutan adalah nilai setelah revaluasi.
Pengungkapan
Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa manfaat suatu aset merupakan masalah
pertmbangan. Pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi masa manfaat atau tingkat
penyusutan yang digunakan menyediakan bagi para pengguna laporan informasi yang membuat
mereka menalaah kebijakan yang dipilih oleh manajemen dan dapat membuat perbandingan
dengan perusahaan lain . untuk alas an serupa perlu mengungkapkan jumlah yang dapat
disusutkan yang dialokasikan dalam suatu periode dan akumulasi penyusutan pada akhir periode
tersebut.
1. Aset atau harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu periode tidak boleh
langsung dibebankan pada tahun pengeluarannya, tapi harus dikapitalisasi dan
disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya.
2. Aset atau harta yang dapat disusutkan adalah aset tetap, baik bangunan atau bukan
bangunan.
3. Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali tanah tersebut memiliki masa
manfaat terbatas
Perbedaan Kuntansi Komersil dan Akuntansi Fiskal
PT. Abadi membeli aset tetap berupa mesin, dengan harga perolehan Rp 1.000.000.000,00.
Mesin tersebut dalam aset tetap kelompok 1. Besarnya beban penyusutan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus Saldo Menurun
1 250.000.000 500.000.000
2 250.000.000 250.000.000
3 250.000.000 125.000.000
4 250.000.000 125.000.000
Akum. Penyusutan 1.000.000.000 1.000.000.000
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan per tahun berbeda-beda tetapi pada
akhir masa manfaat (tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan adalah sama. Sehingga dalam
perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini dikenal dengan istilah beda waktu/beda
sementara (timing difference/temporary difference). Walaupun berdasarkan nilai nominal pada
akhir masa manfaat besarnya akumulasi beban penyusutan sama, namun jika ditinjau dari nilai
tunai (present value) jumlahnya akan menjadi berbeda.
Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value) tingkat diskon yang digunakan
adalah 20%. (Lihat tabel).
Metode Penyusutan
Garis Lurus Saldo Menurun
Tahun Tingkat Diskon
Nominal PV PV Nominal PV PV (20%)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp
1.000.000.000,00 dan pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor 20% jumlah
nilai tunai (present value) dari akumulasi beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode
garis lurus sebesar Rp 647.183.641,90 dan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp
722.897.376,60
Tabel (Perbandingan besar penghematan pajak antara metode garis lurus dan metode saldo
menurun dengan tingkat diskonto 20%).
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat dilakukan
jika perusahaan memilih metode saldo menurun dalam menghitung besarnya beban peyusutan.
Tarif pajak yang digunakan adalah tarif pajak tertinggi yaitu 30% karena diasumsikan bahwa
perusahaan telah mencapai laba di atas Rp 100.000.000. Dengan tingkat diskon 20% besar
penghematan pajak adalah Rp 216.869.212,96 – Rp 194.115.092,59 = Rp 22.714.120,37.