PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai sebuah Negara yang berkembang, Indonesia tidak hanya mengikuti
perkembangan trend yang sifatnya positif namun juga membawa perkembangan
yang sifatnya merugikan seperti gangguan jiwa. Dijelaskan bahwa gangguan mental
atau jiwa dapat disebabkan oleh aspek dari luar individu, seperti halnya kehidupan
bermasyarakat, ketika sesorang dituntut untuk memenuhi atau melakukan hal-hal
yang diluar kapasitasnya maka akan menimbulkan stress yang berlebihan, dan jika
tidak ditangani dengan tepat maka kondisinya akan menjadi lebih buruk dan
berakhir pada gangguan kejiwaan (Adisty wismani Putri dkk, 2014).Hasil analisis
dari WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia.
Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding gangguan jiwa
lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara berkembang, 8 dari 10
orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan medis.
Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa kronik (Mirza, dkk, 2015).
Skizofrenia merupakan gangguan mental dengan ciri utama gejala psikotik, dan
gejala tersebut dapat menyebabkan penderita sikzofrenia mengalami penurunan
kualitas hidup, fungsi sosial, dan pekerjaan.Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua
yaitu gejala negatif dan gejala positif. Gejala negatif yaitu menarik diri, tidak ada
atau kehilangan dorongan atau kehendak. Gejala positif yaitu halusinasi, waham,
pikiran yang tidak terorganisir, dan perilaku yang aneh (Videbeck, 2015). Dari
gejala tersebut, halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, lebih
dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep, 2013).
Riset kesehatan dasar 2013 penderita gangguan jiwa berat mencapai 400.000
orang atau sebanyak 1,7 per 1000 penduduk, Sedangkan pada tahun 2018
berdasarkan proposi rumah tangga (RT) dengan anggota rumah tangga (ART)
gangguan jiwa skizofrenia/psikosis provinsi cukup signifikan naik dari 1,7%
menjadi 7% dengan gangguan jiwa terbanyak yaitu di Bali, DI Yogyakarta , Nusa
Tenggara Barat, Aceh, Jawa Tengah, Sulawesi selatan,Sumatera Barat. Yang pernah
memasung anggota rumah tangga (ART) dengan gangguan jiwa berat (14%) dan
yang terbanyak yang tinggal di pedesaan (17,7%). Sedangkan di provinsi Sulawesi
utara angka resiko gangguan jiwa ringan hingga berat sekitar 687.580 orang dari
2.750.320 warga sulut saat ini (Manado post,2017).
Berdasarkan survey awal peneliti di Rumah Sakit jiwa Prof.Dr. V.L
Ratumbuysang Manado. Di ruangan Kabela saat ini jumlah klien dengan halusinasi
17 orang, resiko perilaku kekerasan 8 orang, deficit perawatan diri 4 orang, harga
diri rendah 3 orang ,isolasi sosial 3 orang, jumlah pasien saat ini yang dirawat di
ruangan kabela berjumlah 35 orang.
Menurut data yang ditemukan dari perawat diruangan Rawat inap pada
umumnya pasien halusinasi yang dirawat akibat putus obat dan dirawat sampai satu
tahun bahkan lebih. Peran perawat adalah memberikan obat dengan menggunakan
prinsip 6 benar kepada pasien tapi berdasarkan temuan perawat tidak menggunakan
prinsip tersebut mengakibatkan pemberian obat kepada pasien tidak efektif, ketika
pasien pulang perawat tidak menjelaskan kepada keluarga tentang prinsip 6 benar
sehingga keluarga tidak memahami dalam pemberian obat ketika pasien berada
dirumah dan menyebabkan peningkatan riwayat putus obat pada pasien halusinasi
meningkat dan kembali di rawat di rumah sakit jiwa.
1. Tujuan umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada Ny/Tn dengan gangguan sensori
persepsi : halusinasi pendengaran diruang kabela RS Prof. Dr. V. L Ratumbuysang
Manado.
2. Tujuan Khusus
a. Tujuan Khusus
1) Mengkaji dan menganalisa klien dengan halusinasi pendengaran
pendengaran
Bagi pemegang kebijakan sebagai bahan refrensi, dan kepada perawat sebagai
2. Pendidikan
Bisa bermanfaat sebagai acuan dalam proses belajar khususnya mata pelajaran
keperawatan jiwa
3. Bagi penulis
L Ratumbuysang Manado.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
a. Skizofrenia
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai
area, fungsi individu , termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima dan
menginterpretasikan realita, measakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku
dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial
Menurut viedback (2008), skizofrenia merupakan penyakit mempengaruhi
otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan
perilaku yang aneh dan terganggu. Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua
kategori utama yaitu gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup
waham,halusinasi dan diagnosis bicara, dan perilaku tidak teratur, serta gejala
negative atau gejala samar, seperti efek daftar, tidak memiliki kemauan dan
menarik diri dari masyarakat atau rasa yang tidak nyaman.
Penyebab skizofrenia
Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti mengapa
seseorang menderita skizofrenia,padahal orang lain tidak. Ternyata dari
penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan factor tunggal.
Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain :
1. Factor genetic
2. Virus
3. Auto antibody
4. Malnutrisi
Peran genetic pada skizofrenia dari penelitian diperoleh gambaran sebagai
berikut:
1. Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara kandung
10,1% anak-anak 12,8% dan penduduk secara keseluruhan 0,9%
2. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identic 59,20%
sedangkan kembar fraternal 15,2%
Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak
janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari.
Gangguan ini muncul,misalnya ,karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin
dan kelainan hormonal.
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang
abnormal, skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai factor-faktor lainnya
yang disebut epigenetic factor. Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia
muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan :
a. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu
perkembangan otak janin
b. Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan
c. Komplikasi kandungan
d. Kekurangan gizi yang cukup berat,terutama pada trimester kehamilan
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai factor
epignetik tersebut,bila mengalami stressor psikososial dalam kehidupannya,
maka resikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang
tidak ad factor epigenetic sebelumnya.
b. Halusinasi
seseorang dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering
terjadi adalah halusinasi pendengaran. Klien merasa ada suara padahal tidak ada
stimulus suara. Isi suara dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya
tentang perilaku klien sendiri. Klien sendiri merasa yakin bahwa suara itu
1) factor perkembangan
dan keharmonisan klien tidak mampu mandiri sejak kecil. Mudah frustasi
2) factor sosialkultural
Adanya stress yang berlebihan yang dialami oleh sesorang maka didalam
4) Factor psikologis
terjerumus pada penyelah guna zat adaptif. Klien lebih memilih kesenangan
b.Faktor presipitasi
Penyebab halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi menurut (yosep 2011)
1) Dimensi fisik
lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
3) Dimensi intelektual
4) Dimensi sosial
sosial,control diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia
nyata. Isi halusinasi di jadikan sistem control oleh individu tersebut,
5) Dimensi spiritual
Menurut (Yosep,2011)
a. Halusinasi pendengaran
Data subyektif :
berbahaya
5) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau
yang membhayakan
Data obyektif :
b. Halusinasi penglihatan
Data subyektif :
3) Melihat bayangan
Data obyektif :
c. Halusinasi penghidu
Data subyektif :
Data obyektif :
d. Halusinasi peraba
Data subyektif :
Data obyektif:
e. Halusinasi pengecap
Data subyekrif :
Data obyektif :
Data subyektif :
Data obyektif:
suara tersebut.
5. Fase halusinasi
4 fase :
a. Fase I (comforting)
b. Fase II (conndeming)
dengan realita.
memenuhi perintah.
d. Fase IV (conquering)
6.Psikopatologi
menurun.
Meningkatknya pada fase comforting,klien
menuruti perintahnya
respon.
Factor predisposisi
Stressor presipitasi
Sumber-sumber koping
Mekanisme koping
constructive Destructive
Rentang respon
1) Antipsikotik
Dosis : 1-100 mg
Efek samping :
2) Anti ansietas
tertentu
Efek samping :
gatal-gatal.
3) Anti depresan
sinequan,
Efek samping :
dieare hepatitis,icterus.
4) Anti manik
memori,
koordinasi.
5) Anti Parkinson
ansietas, iritabilitas.
1.Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau
masalah klien . data yang dikumpulkan meliputi data biologis,psikologis,sosial
dan spiritual. data dasar yang diuraikan dalam format pengkajian jiwa pada klien
dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.kemudian
dikumpulkan juga data focus pada klien dengan ganggguan sensori persepsi :
halusinasi pendengaran sebagai berikut :
b. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil pengkajan tentang jenis
halusinasi
c. Waktu,frekuensi,dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat perlu mengkaji waktu,frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi ? apakah pagi,siang,sore
atau malam? Ketika halusinasi muncul biasa jam berapa? Frekuensi terjadi
halusinasi apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya
apakah kalau sendiri atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan
untuk menentukan intervensi khusus pasa waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
halusinasi
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul,
perawat dapat menayakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau
orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi
perilaku pasien saat halusinasi timbul.
2. Pengelompokkan Data
Data yang dikelompokkan menjadi dua macam yaitu :
a) Data objektif yang bisa ditemukan secara nyata. Data ini dapat melalui
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat
b) Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini dapat melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga
3. Analisa data
Analisa data merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap data yag telah
dikumpulkan oleh peneliti dengan tujuan menerapkan asuhan keperawatan jiwa
pada klien dengan halusinasi pendengaran. Dalam melakukan analisa data ada
empat cara yang harus dilakukan penelti yaitu :
1) Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul
2) Mengelompokkan data berdasarkan bio-psiko-sosial dan spiritual
3) Membandingkan dengan standar
4) Membuat kseimpulan tentang kesenjangan (masalah keperawatan) yang
ditemukan
4. Masalah keperawatan
Dari data yang dikumpulkan, perawat dapat merumuskan masalah keperawatan
pada setiap kelompok data yang terkumpul. Maka masalah keperawatan yang
muncul pada klien dengan halusinasi pendengaran adalah sebagai berikut :
1. Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri,orang lan, lingkungan, dan verbal)
2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronis
5. Gangguan pemeliharaan kesehatan
6. Deficit perawatan diri : mandi& berhias
5. Pohon masalah
Umumnya, sejumlah masalah klien saling beruhubungan serta dapat
digambarkan sebagai pohon masalah. Agar penentuan pohon masalah dapat
dipahami dengan jelas, penting untuk memperhatikan tiga komponen yang
terdapat pada pohon masalah, yaitu penyebab (cause) , masalah utama ( core
problem), dan akibat (effect).maka berdasarkan masalah keperawatan ditemukan
dapat digambarkan pohon masalah
sebagai berikut :
Resiko perilaku
mencederai
Akibat
Gangguan
pemeliharaan
kesehatan
Masalah Gangguan sensori/persepsi
: Halusinasi pendengaran
utama
Gangguan konsep
diri: harga diri
rendah
6. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa klien yang akan muncul berdasarkan pohon masalah sebagai
berikut :
1. Gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran
8. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan merupakan standar dari asuhan keperawatan yang
berhubungan dengan aktivitas keperawatan professional yang dilakukan oleh
perawat, dimana implementasi dilakukan pada klien, keluarga dan komunitas
berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat.
Dalam menimplementasikan perencanaan, perawat kesehatan jiwa
menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit
meningkatkan,mempertahankan,dan memulihkan kesehatan fisik dan mental .
kebutuhan klien terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan
kebutuhan melalui standar pelayanan dan asuhan keperawatan. Pedoman
keperawatan dibuat untuk tindakan pada klien baik secara individual,kelompok
maupun terkait dengan ADL (activity daily living). Dengan adanya perinciaan
kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki jadwal harian untuk masing-
masing klien sehingga waktu kerja perawat menjadi lebih efektif dan efisien (Kelit
dan Akemat ,2009) dikutip dalam Mukhripa,Damaiyanti,&Iskandar 2012
9. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan
evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil
atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan yang telah
ditentukan
(Afnuhazi, 2015).
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
keperawatan jiwa
B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu
Lokasi penelitian ini dilakukan diruangan Kabela di Rumah Sakit Prof DR V.L
D. Definisi Operasional
kegiatan perawat yang dilakukan perawat baik langsung maupun tidak untuk
memenuhi kebutuhan pasien melalui proses perawatan : pengkajian,analisa
data,intervensi, implementasi,evaluasi
1. Data primer
pengkajian
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari keluarga, dan perawat yang ada diruangan Kabela
a. Wawancara
b. Observasi
mental kepada klien selama lima hari mulai dari pengkajian sampai
dibuat.
c. Dokumentasi
diruangan.
d. Kepustakaan
Bila diperlukan
1. Populasi
Dalam penelitian ini adalah klien yang mengalami halusinasi yang berjumlah 72
klien yang berada di Rumah Sakit Jiwa Prof DR V.L Ratumbuysang Manado.
2. Sampel
Sampel yang diambil adalah 1 klien halusinasi pendengaran dengan kriteria klien
G. Analisa Data
Analisa data merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap data yag telah
dikumpulkan oleh peneliti dengan tujuan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada
klien dengan halusinasi pendengaran. Dalam melakukan analisa data ada empat cara
yang harus dilakukan penelti yaitu :
1) Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul
2) Mengelompokkan data berdasarkan bio-psiko-sosial dan spiritual
3) Membandingkan dengan standar
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan (masalah keperawatan) yang ditemukan
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian pada
I. Etika Penelitian
responden yang harus ditanda tangani, tetapi jika menolak peneliti tidak akan
bahwa penulisan nama akan disingkat dengan huruf depannya saja, hal tersebut
3. Kerahasiaan
tersebut hanya akan diketahui oleh peneliti dan pembimbing atas persetujuan
responden dan hanya kelompok data tertetu yang disajikan sebagai hasil
penelitian
J. Jalannya Penelitian
1) Tahap persiapan
c) Seminar proposal
d) Tahap pelaksanaan
Andi.Yogyakarta.
dengan
data.