Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai sebuah Negara yang berkembang, Indonesia tidak hanya mengikuti
perkembangan trend yang sifatnya positif namun juga membawa perkembangan
yang sifatnya merugikan seperti gangguan jiwa. Dijelaskan bahwa gangguan mental
atau jiwa dapat disebabkan oleh aspek dari luar individu, seperti halnya kehidupan
bermasyarakat, ketika sesorang dituntut untuk memenuhi atau melakukan hal-hal
yang diluar kapasitasnya maka akan menimbulkan stress yang berlebihan, dan jika
tidak ditangani dengan tepat maka kondisinya akan menjadi lebih buruk dan
berakhir pada gangguan kejiwaan (Adisty wismani Putri dkk, 2014).Hasil analisis
dari WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia.
Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding gangguan jiwa
lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara berkembang, 8 dari 10
orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan medis.
Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa kronik (Mirza, dkk, 2015).
Skizofrenia merupakan gangguan mental dengan ciri utama gejala psikotik, dan
gejala tersebut dapat menyebabkan penderita sikzofrenia mengalami penurunan
kualitas hidup, fungsi sosial, dan pekerjaan.Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua
yaitu gejala negatif dan gejala positif. Gejala negatif yaitu menarik diri, tidak ada
atau kehilangan dorongan atau kehendak. Gejala positif yaitu halusinasi, waham,
pikiran yang tidak terorganisir, dan perilaku yang aneh (Videbeck, 2015). Dari
gejala tersebut, halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, lebih
dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep, 2013).
Riset kesehatan dasar 2013 penderita gangguan jiwa berat mencapai 400.000
orang atau sebanyak 1,7 per 1000 penduduk, Sedangkan pada tahun 2018
berdasarkan proposi rumah tangga (RT) dengan anggota rumah tangga (ART)
gangguan jiwa skizofrenia/psikosis provinsi cukup signifikan naik dari 1,7%
menjadi 7% dengan gangguan jiwa terbanyak yaitu di Bali, DI Yogyakarta , Nusa
Tenggara Barat, Aceh, Jawa Tengah, Sulawesi selatan,Sumatera Barat. Yang pernah
memasung anggota rumah tangga (ART) dengan gangguan jiwa berat (14%) dan
yang terbanyak yang tinggal di pedesaan (17,7%). Sedangkan di provinsi Sulawesi
utara angka resiko gangguan jiwa ringan hingga berat sekitar 687.580 orang dari
2.750.320 warga sulut saat ini (Manado post,2017).
Berdasarkan survey awal peneliti di Rumah Sakit jiwa Prof.Dr. V.L
Ratumbuysang Manado. Di ruangan Kabela saat ini jumlah klien dengan halusinasi
17 orang, resiko perilaku kekerasan 8 orang, deficit perawatan diri 4 orang, harga
diri rendah 3 orang ,isolasi sosial 3 orang, jumlah pasien saat ini yang dirawat di
ruangan kabela berjumlah 35 orang.
Menurut data yang ditemukan dari perawat diruangan Rawat inap pada
umumnya pasien halusinasi yang dirawat akibat putus obat dan dirawat sampai satu
tahun bahkan lebih. Peran perawat adalah memberikan obat dengan menggunakan
prinsip 6 benar kepada pasien tapi berdasarkan temuan perawat tidak menggunakan
prinsip tersebut mengakibatkan pemberian obat kepada pasien tidak efektif, ketika
pasien pulang perawat tidak menjelaskan kepada keluarga tentang prinsip 6 benar
sehingga keluarga tidak memahami dalam pemberian obat ketika pasien berada
dirumah dan menyebabkan peningkatan riwayat putus obat pada pasien halusinasi
meningkat dan kembali di rawat di rumah sakit jiwa.

Berdasarkan dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil penelitian


judul Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sensori Persepsi : halusinasi
pendengaran Dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Diruang Kabela Rumah Sakit
Prof. Dr.V.L Ratumbuysang Manado.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah


sebagai berikut : “Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ny./Tn
Dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran Diruang Kabela Di
Rumah Sakit Prof.Dr. V. L Ratumbuysang Manado”
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada Ny/Tn dengan gangguan sensori
persepsi : halusinasi pendengaran diruang kabela RS Prof. Dr. V. L Ratumbuysang
Manado.

2. Tujuan Khusus
a. Tujuan Khusus
1) Mengkaji dan menganalisa klien dengan halusinasi pendengaran

2) Menentukan diagnose keperawatan pada klien dengan halusinasi

pendengaran

3) Menentukan intervensi keperawatan klien dengan halusinasi

4) Mengimplementasikan tindakan keperawatan yang telah disusun dalam

bentuk pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah ditetapkan

5) Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan berdasarkan tujuan

keperawatan yang telah ditetapkan

6) Melihat kesenjangan antara teori dan praktik


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Rumah sakit

Bagi pemegang kebijakan sebagai bahan refrensi, dan kepada perawat sebagai

bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terutama dalam

pengembangan proses asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama

gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran Di Rumah sakit Prof.Dr.

V.L Ratumbuysang Manado

2. Pendidikan

Bisa bermanfaat sebagai acuan dalam proses belajar khususnya mata pelajaran

keperawatan jiwa

3. Bagi penulis

Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan khususnya merawat dan

melaksanakan Asuhan Keperawatan jiwa pada klien gangguan jiwa dengan

gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran Di Rumah Sakit Prof.Dr. V.

L Ratumbuysang Manado.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
a. Skizofrenia
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai
area, fungsi individu , termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima dan
menginterpretasikan realita, measakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku
dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial
Menurut viedback (2008), skizofrenia merupakan penyakit mempengaruhi
otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan
perilaku yang aneh dan terganggu. Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua
kategori utama yaitu gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup
waham,halusinasi dan diagnosis bicara, dan perilaku tidak teratur, serta gejala
negative atau gejala samar, seperti efek daftar, tidak memiliki kemauan dan
menarik diri dari masyarakat atau rasa yang tidak nyaman.

Penyebab skizofrenia
Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti mengapa
seseorang menderita skizofrenia,padahal orang lain tidak. Ternyata dari
penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan factor tunggal.
Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain :
1. Factor genetic
2. Virus
3. Auto antibody
4. Malnutrisi
Peran genetic pada skizofrenia dari penelitian diperoleh gambaran sebagai
berikut:
1. Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara kandung
10,1% anak-anak 12,8% dan penduduk secara keseluruhan 0,9%
2. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identic 59,20%
sedangkan kembar fraternal 15,2%
Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak
janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari.
Gangguan ini muncul,misalnya ,karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin
dan kelainan hormonal.
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang
abnormal, skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai factor-faktor lainnya
yang disebut epigenetic factor. Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia
muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan :
a. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu
perkembangan otak janin
b. Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan
c. Komplikasi kandungan
d. Kekurangan gizi yang cukup berat,terutama pada trimester kehamilan
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai factor
epignetik tersebut,bila mengalami stressor psikososial dalam kehidupannya,
maka resikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang
tidak ad factor epigenetic sebelumnya.
b. Halusinasi

Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori

seseorang dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering

terjadi adalah halusinasi pendengaran. Klien merasa ada suara padahal tidak ada

stimulus suara. Isi suara dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya

tentang perilaku klien sendiri. Klien sendiri merasa yakin bahwa suara itu

berasal dari Tuhan,setan,sahabat,atau musuh (Yosep,2016)

Dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi klien terhadap


lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan sesuatu
yang tanpa stimulus (rangsangan) dari luar. ( Marni, 2015).

2. Faktor penyebab halusinasi

a. factor prediposisi menurut Yosep (2011) :

1) factor perkembangan

Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol emosi

dan keharmonisan klien tidak mampu mandiri sejak kecil. Mudah frustasi

hilang percaya diri.

2) factor sosialkultural

Seseorang yang merasa tidak terima dilingkungan sejak bayi akan

membekas di ingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa di singkirkan,

kesepain dan tidakpercaya pada lingkunganya


3) Faktor biokimia

Adanya stress yang berlebihan yang dialami oleh sesorang maka didalam

tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik

neurokimia seperti Buffofenon dan dimetytranferase (DMP). Akibat stress

berkepanjangan menyebabkab teraktivitasnnya neurotransmitter otak.

Misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamin

4) Factor psikologis

Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah

terjerumus pada penyelah guna zat adaptif. Klien lebih memilih kesenangan

sesaat dan lari dari alam nyata.

5) Pola genetic dan pola asuh

Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang

sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b.Faktor presipitasi

Penyebab halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi menurut (yosep 2011)

1) Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti

kelelahan yang luar biasa,penggunaan obat-obatan, demam hingga


delirium, intoksikas alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu yang

lama.

2) Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat

diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi

dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup

lagi menentang perintah tersebut sehingga dengan kondisi tersebut klien

berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

3) Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan

halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada

awalnya halusinasi merupakan usahadari ego sendiri untuk melawan

impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan

kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak

jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

4) Dimensi sosial

klien mengganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu

sangatlah membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-olah

dia merupakan tempat akan memenuhi kebutuhan akan interaksi

sosial,control diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia
nyata. Isi halusinasi di jadikan sistem control oleh individu tersebut,

sehingga jika sistem halusinasi berupa ancaman,dirinya maupun orang

lain. Oleh karena itu,aspek penting dalam melakukan intervensi

keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang

menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta

menguasakan klien tidak menyediri sehingga klien selalu berinteraksi

dengan lingkungan dan halusinasi tidak langsung.

5) Dimensi spiritual

Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,

hilangnya aktifitas ibadah dan jaran berupaya secara spiritual untuk

menyucikan diri,. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya

menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang

menyebakan takdirnya memburuk.

3.Tanda dan gejala

Menurut (Yosep,2011)

a. Halusinasi pendengaran

Data subyektif :

1) Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang

berbahaya

2) Mendengar suara atau bunyi


3) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

4) Mendengar sesorang yang sudah meninggal

5) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau

yang membhayakan

Data obyektif :

1) Mengarahkan telinga pada sumber suara

2) Bicara atau teratawa sendiri

3) Marah marah tanpa sebab

4) Menutup telinga mulut komat kamit

5) Ada gerakan tangan

b. Halusinasi penglihatan

Data subyektif :

1) Melihat orang yang sudah meninggal

2) Melihat makhluk tertentu

3) Melihat bayangan

4) Melihat sesuatu yang menakutkan

5) Melihat cahaya yang sangat terang

Data obyektif :

1) Tatapan mata pada tempat tertentu

2) Menunjuk kea rah tertentu


3) Ketakutan pada objek yang dilihat

c. Halusinasi penghidu

Data subyektif :

1) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah,bayi, bau

masakan,dan parfum yang sangat menyengat

2) Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu

Data obyektif :

1) Ekspresi wajah seperti sedang mencium

2) Adanya gerakan cuping hidung

3) Mengarahkan hidung pada tempat tertentu

d. Halusinasi peraba

Data subyektif :

1) Klien mengatakan seperti ada sesuatu di ditubuhnya

2) Merasakan ada sesuatu di tubuhnya

3) Merasakan ada sesuatu di bawah kulit

4) Merasakan sangat panas,atau dingin

5) Merasakan tersengat aliran listrik

Data obyektif:

1) Mengusap dan menggaruk kulit

2) Meraba permukaan kulit


3) Menggerak gerakan badanya

4) Memegangi terus area tertentu

e. Halusinasi pengecap

Data subyekrif :

1) Merasakan seperti sedang makan sesuatu

2) Merasakan ada yang dikunyah dimulutunya

Data obyektif :

1) Seperti mengecap sesuatu

2) Mulutnya seperti mengunyah

3) Meludah atau muntah

f. Halusinasi cheneshetic dan kinestik

Data subyektif :

1) Klien mengatakan tubuhnya tidak berfungsi

2) Merasakan tidak ada denyut jantung

3) Perasaan tubuhnya melayang-layang

Data obyektif:

1) Klien menatap dan melihati tubuhnya sendiri

2) Klien memegangi tubuhnya sendiri


4.Jenis Halusinasi

Menurut Yusuf (2015) jenis halusinasi diabagi menjadi 5 yaitu :

a. Halusinasi pendengaran (adiktif, aukustik)

Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau

bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sring

mendengar sebuah kata atau kalimat yang bermakna.

Biasanya suara tersebut di tunjukkan oleh penderita sehingga

penderita tidak jarang bertengkar dan berdebat dengan suara-

suara tersebut.

Suara dapat di rasakan dari jauh atau dekat, bahkan mungkin

datang dari tiap tubuhnya sendiri. Suara bisa menyenangkan,

menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman,

mengejek, memaki atau bahkan menakutkan dan kadang-

kadng mendesak atau memerintah untuk berbuat sesuatu

seperti membunh atau merusak.

b. Halusinasi penglihatan (visual, optic)

Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit

organic). Biasanya muncul bersamaan dengan penurunan

kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-

gambaran yangmengerikan atau tidak menyenangkan.


c. Halusinasi penciuman( olfaktorik)

Halusinasi ini biasanya mencium sesuatu bau tertentu dan

merasakan tidak enak, melambungkan rasa bersalah pada

penderita. Bau ditambah dilambangkan sebagai pengalaman

yang dianggap penderita sebagai kombinasi moral.

d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)

Walaupun jarang terjadi biasanya bersamaan dengan

halusinasi penciuman. Penderita merasa menegcap sesuatu.

e. Halusinasi raba (taktil)

Merasa diraba,diesntuh, ditiup atau meras ada sesuatuyang

bergerak dibawah kulit. Terutama pada keadaan delirium

toksis dan skizofrenia.

5. Fase halusinasi

Menurut kusumawati dan Hartono (2010),tahapan terdiri dari

4 fase :

a. Fase I (comforting)

Comforting disebut juga fase menyenangkan, pada

tahapan ini masuk dalm golongan nonpsikotik.

Karakteristik dari fase ini kien mengalami stress,cemas,

perasaan perpisahan, perasaan rasa bersalah, kesepian


memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Pada fase ini

klien berperilaku tersenyum atau tertawa yang tidak

sesuai, menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata

cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asik dengan

halusinasinya dan suka menyendiri.

b. Fase II (conndeming)

Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan

termasuk dalam psikotik ringan.karakteristik klien pada

fase ini menjadi pengalaman sensori menjijikandan

menakutkan, kecemasan meningkat,melamun dan berfikir

sendiri dominan, mulai merasakan ada bisikan yang tidak

jelas. Klien tidak ingin orang lain tau dank lien

mengontrolnya. Perilaku klien pada fase ini biasanya

meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom seperti

peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, klien

asyik dengn halusinasinya dn tidak bisa membedakan

dengan realita.

c. Fase III (controling)

Controlling disebut juga ansietas berat, yaitu

pengalaman sensori menjadi berkuasa. Karakteristik klien


meliputi bisikan, suara,bayangan, isi halusinasi semakin

menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Tanda-tanda

fisik berupa berkeringat,tremor,dan tidak mampu

memenuhi perintah.

d. Fase IV (conquering)

Conquering disebut juga fase panic yaitu klien lebur

dengan halusinasinya termasuk dalam psikotik berat.

Karakteristik yang muncul pada klien meliputi halusinasi

berubah menjadi takut,tidak berdaya, hilang control,dan

tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain.

6.Psikopatologi

Proses terjadinya halusinasi diawali dari datu dengan

orang yang menderita halusinasi akan menganggap

sumber dari halusinasinya berasal dari lingkungan atau

stimulus eksternal (Yosep 2011). Pada fase awal masalah

itu menimbulkan peningkatan kecemasan yang terus

menerus dan sistem pendukung yang kurang akan

menghambat atau membuat persepsi untuk membedakan

antara ap yang dipikirkan dengan perasaan sendiri

menurun.
Meningkatknya pada fase comforting,klien

mengalami emosi yang berlanjut seperti cemas, kesepian,

perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol bila

kecemasan dapat diatur. Pada fase ini klien cenderung

merasa nyaman dengan

halusinasinya. Pada fase conderming klien mulai menarik

diri. Pada fase controlling klien dapat merasakan kesepian

bila halusinasinya berhenti. Pada fase conquering klien

lama kelamaan sensorinya terganggu, klien merasa

terancam dengan halusinasinyaterutama bila tidak

menuruti perintahnya

Pada model stress dan adaptif dalam keperawatan jiwa

halusinasi disebabkan oleh factor berikut ini antara lain

factor predisposisi,stressor presipitasi,penilaian terhadap

stressor, sumber koping, mekanisme koping, dan rentang

respon.
Factor predisposisi

Biologis Psikologi Sosial Budaya

Stressor presipitasi

Sifat Asal Waktu Jumlah

Penilaian Terhadap Stressor

kognitif Afektif Fisiologis Perilaku sosial

Sumber-sumber koping

Kemampuan Sosial Dukungan sosial Aset Materi keyakinan positif

Mekanisme koping

constructive Destructive

menarik diri Proyeksi Regresi

Rentang respon

Respons Adaptif respon maladaptif

1.Pikiran Logis 1.Proses isi 1.Waham,


terganggu
2.Persepsi akurat 2.Ilusi 2.Halusinasi

3.Emosional 3Emosi berlebihan 3.Kerusakan proses


emosi
4. Konsisten dengan 4.Perilaku yang tidak 4.Perilaku tidak
pengalaman biasa terorganisasi
7
5.Perilaku cocok 5.Menarik diri 5.Isolasi sosial
7.Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan klien skizofrenia yang menjalani halusinasi adalah dengan

pemberian obat-obatan dan tindakan lain.(Abdul,Muhith,2015) yaitu :

1. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi

pendnegaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia

adalah obat anti psikosis.

1) Antipsikotik

Jenis : Clorpromazin (CPZ),Haloperidol (HLP)

Dosis : 1-100 mg

Mekanisme kerja : Menahan kerja reseptor dopamine dalam otak

sebagai penenang, penurun aktivitas

motoric, mengurangi insomnia,sangat

efektif untuk mengatasi : delusi,halusinasi,

ilusi,dan gangguan proses berpikir

Efek samping :

a. Gejala ekstrapiramidal seperti berjalan menyeret kaki, postur

condong kedepan,banyak keluar air liur,wajah seperti topeng,

sakit kepala, dan kejang

b. Gastrointestinal seperti mulut kering, anoreksia, mual,muntah

berat badan bertambah


c. Sering berkemih,retensi urine, hipertensi, anemia,dan dermatitis.

2) Anti ansietas

Jenis : Atarax ,Diazepam (chlordiazepoxide)

Mekanisme kerja : Meredakan ansietas atau ketegangan

yang berhubungan dengan situasi

tertentu

Efek samping :

a. Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung,tremor, letih,

depresi, sakit kepala, ansietas, insomnia, bicara tidak jelas.

b. Anoreksia ,mual, muntah, diare ,konstipasi, kemerahan, dan

gatal-gatal.

3) Anti depresan

Jenis : Elavil,asendin, anafranil,norpamin,

sinequan,

tofranil, ludiomil, pamelor, vivactil,surmotil.

Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi,penenang

Efek samping :

a. Tremor, gerakan tersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing,

ansietas, lemas,dan insomnia.


b. Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, kram abdomen,

dieare hepatitis,icterus.

c. Retensi urine, perubahan libido, disfungsi erelsi.

4) Anti manik

Jenis : Lithoid, klonopin, lamictal

Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan

mengurangi sensitivitas reseptor dopamine

Efek samping : Sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan

memori,

Suara tidak jelas,otot lemas,hilang

koordinasi.

5) Anti Parkinson

Jenis : Levodova, trihexipenidyl (THP)

Mekanisme kerja : Meningkatkan reptor dopamine untk

mengatasi gejala Parkinson akibat

penggunaan obat antipsikotik, menurunkan

ansietas, iritabilitas.

Efek samping : sakit kepala, mual,muntah , dan hipotensi.

2. Terapi kejang listrik/ Electro compulsive therapy (ECT)

3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Halusinasi
Asuhan keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional atau ners
melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif, baik dengan klien maupun tenaga
kesehatan lain, dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya pada berbgai tatanan pelayanan
termasuk praktik kperawatan individu dan berkelompok (Nursalam, 2015)
Standar asuhan keperawatan atau standar praktek keperawatan mengacu pada
standar praktik profesional dan standar kinerja professional. Standar praktik
professional tersebut mengacu pada proses keperawatan jiwa yang terdiri dari lima
tahap standar yaitu : 1) pengkajian, 2) diagnosa, 3) perencanaan, 4) pelaksanaan
(implementasi), dan 5) evaluasi (Abdul,Muhit 2015)

1.Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau
masalah klien . data yang dikumpulkan meliputi data biologis,psikologis,sosial
dan spiritual. data dasar yang diuraikan dalam format pengkajian jiwa pada klien
dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.kemudian
dikumpulkan juga data focus pada klien dengan ganggguan sensori persepsi :
halusinasi pendengaran sebagai berikut :

a. Jenis halusinasi pendegaran


Berikut adalah jenis halusinasi pendengaran berdasarkan data objektif dan
subjektifnya.
Jenis halusinasi Data subjektif Data objektif
Halusinasi 1. Mendengar sesuatu 1. Mengarahkan telinga
menyuruh melakukan
pendengaran pada sumber suara
sesuatu yang
berbahaya 2. Bicara atau tertawa
2. Mendengar suara atau
sendiri
bunyi
3. Mendengar suara yang 3. Marah-marah tanpa
mengajak bercakap-
sebab
cakap
4. Mendengar seseorang 4. Menutup telinga mulut
yang sudah meninggal
komat kamit
5. Mendengar suara yang
mengacam diri klien 5. Ada gerakan tangan
atau orang lain atau
yang membahayakan

b. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil pengkajan tentang jenis
halusinasi
c. Waktu,frekuensi,dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat perlu mengkaji waktu,frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi ? apakah pagi,siang,sore
atau malam? Ketika halusinasi muncul biasa jam berapa? Frekuensi terjadi
halusinasi apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya
apakah kalau sendiri atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan
untuk menentukan intervensi khusus pasa waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
halusinasi
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul,
perawat dapat menayakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau
orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi
perilaku pasien saat halusinasi timbul.
2. Pengelompokkan Data
Data yang dikelompokkan menjadi dua macam yaitu :
a) Data objektif yang bisa ditemukan secara nyata. Data ini dapat melalui
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat
b) Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini dapat melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga

3. Analisa data
Analisa data merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap data yag telah
dikumpulkan oleh peneliti dengan tujuan menerapkan asuhan keperawatan jiwa
pada klien dengan halusinasi pendengaran. Dalam melakukan analisa data ada
empat cara yang harus dilakukan penelti yaitu :
1) Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul
2) Mengelompokkan data berdasarkan bio-psiko-sosial dan spiritual
3) Membandingkan dengan standar
4) Membuat kseimpulan tentang kesenjangan (masalah keperawatan) yang
ditemukan
4. Masalah keperawatan
Dari data yang dikumpulkan, perawat dapat merumuskan masalah keperawatan
pada setiap kelompok data yang terkumpul. Maka masalah keperawatan yang
muncul pada klien dengan halusinasi pendengaran adalah sebagai berikut :
1. Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri,orang lan, lingkungan, dan verbal)
2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronis
5. Gangguan pemeliharaan kesehatan
6. Deficit perawatan diri : mandi& berhias

5. Pohon masalah
Umumnya, sejumlah masalah klien saling beruhubungan serta dapat
digambarkan sebagai pohon masalah. Agar penentuan pohon masalah dapat
dipahami dengan jelas, penting untuk memperhatikan tiga komponen yang
terdapat pada pohon masalah, yaitu penyebab (cause) , masalah utama ( core
problem), dan akibat (effect).maka berdasarkan masalah keperawatan ditemukan
dapat digambarkan pohon masalah
sebagai berikut :
Resiko perilaku
mencederai
Akibat
Gangguan
pemeliharaan
kesehatan
Masalah Gangguan sensori/persepsi
: Halusinasi pendengaran
utama

Isolasi sosial : Deficit perawatan


Penyebab menarik diri diri: mandi& berhias

Gangguan konsep
diri: harga diri
rendah

Ket : gambar pohon masalah

6. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa klien yang akan muncul berdasarkan pohon masalah sebagai
berikut :
1. Gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran
8. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan merupakan standar dari asuhan keperawatan yang
berhubungan dengan aktivitas keperawatan professional yang dilakukan oleh
perawat, dimana implementasi dilakukan pada klien, keluarga dan komunitas
berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat.
Dalam menimplementasikan perencanaan, perawat kesehatan jiwa
menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit
meningkatkan,mempertahankan,dan memulihkan kesehatan fisik dan mental .
kebutuhan klien terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan
kebutuhan melalui standar pelayanan dan asuhan keperawatan. Pedoman
keperawatan dibuat untuk tindakan pada klien baik secara individual,kelompok
maupun terkait dengan ADL (activity daily living). Dengan adanya perinciaan
kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki jadwal harian untuk masing-
masing klien sehingga waktu kerja perawat menjadi lebih efektif dan efisien (Kelit
dan Akemat ,2009) dikutip dalam Mukhripa,Damaiyanti,&Iskandar 2012

9. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan
evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil
atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan yang telah
ditentukan
(Afnuhazi, 2015).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP


sebagai pola pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai
berikut (Dalami, dkk, 2014) :
S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada yang
kontradiksi dengan masalah yang ada
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien.

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk pasien


gangguan sensori persepsi halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Pasien mampu :
1. Mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
2. Menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialaminya
3. Menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi yang dialami
4. Menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
5. Menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi :
(a) Menghardik halusinasi
(b) Mematuhi program pengobatan
(c) Bercakap-cakap dengan orang lain di sekitarnya bila timbul halusinasi
(d) Menyusul jadwal kegiatan dari bangun tidur dipagi hari sampai mau
tidur pada malam hari selama 7 hari dalam seminggu dan
melaksanakan jadwal tersebut secara mandiri
6. Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan
halusinasi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif dengan rancangan “studi kasus” , dimana peneliti

mengambil kasus pada klien dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi

pendengaran kemudian dilaksanakan dalam bentuk penerapan asuhan

keperawatan jiwa

B. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu

asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi pendengaran di Rumah

Sakit Prof Dr.V.L Ratumbuysang Manado.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan diruangan Kabela di Rumah Sakit Prof DR V.L

Ratumbuysang Manado. Waktu penelitian dilaksanakan pada minggu pertama

bulan April 2019

D. Definisi Operasional

1) Asuhan keperawatan pada klien halusinasi pendengaran adalah rangkaian

kegiatan perawat yang dilakukan perawat baik langsung maupun tidak untuk
memenuhi kebutuhan pasien melalui proses perawatan : pengkajian,analisa

data,intervensi, implementasi,evaluasi

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari klien dengan menggunakan format

pengkajian

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari keluarga, dan perawat yang ada diruangan Kabela

3. Metode yang digunakan adalah dengan cara :

a. Wawancara

Melakukan tanya jawab langsung pada pasien,keluarga pasien,perawat

(khususnya kepala ruangan)

b. Observasi

Melakukan pengamatan, pemeriksaan fisik, psikososial dan status

mental kepada klien selama lima hari mulai dari pengkajian sampai

evaluasi disertai dengan pembuatan catatan perkembangan dari setiap

tindakan yang sudah dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah

dibuat.
c. Dokumentasi

Melihat, mengetahui, dan mengumpulkan data dari catatan medis

(status) pasien, hasil pemeriksaan, serta bukti laporan yang ada

diruangan.

d. Kepustakaan

Mengumpulkan data atau informasi dari literatur-literatur atau bukti

yang ada kaitannya dengan penulisan laporan kasus ini.

e. Pemeriksaan fisik dan penunjang

Bila diperlukan

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini adalah klien yang mengalami halusinasi yang berjumlah 72

klien yang berada di Rumah Sakit Jiwa Prof DR V.L Ratumbuysang Manado.

2. Sampel

Sampel yang diambil adalah 1 klien halusinasi pendengaran dengan kriteria klien

yang tidak komplikasi dengan waham

G. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap data yag telah
dikumpulkan oleh peneliti dengan tujuan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada
klien dengan halusinasi pendengaran. Dalam melakukan analisa data ada empat cara
yang harus dilakukan penelti yaitu :
1) Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul
2) Mengelompokkan data berdasarkan bio-psiko-sosial dan spiritual
3) Membandingkan dengan standar
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan (masalah keperawatan) yang ditemukan

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian pada

orang dengan gangguan jiwa dan strategi pelaksanaan

I. Etika Penelitian

1. Lembar persetujuan menjadi responden (inform concent)

Peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengumpulan data sebelum lembar persetujuan diberikan kepada responden.

Jika responden bersedia diteliti maka diberi lembar persetujuan menjadi

responden yang harus ditanda tangani, tetapi jika menolak peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghargai keputusan.


2. Penulisan nama

Kepada responden dalam hal nama responden diterangkan terlebih dahulu

bahwa penulisan nama akan disingkat dengan huruf depannya saja, hal tersebut

bertujuan untuk menghormati dan menjaga kerahasiaan klien.

3. Kerahasiaan

Informasi dari responden dijamin oleh peneliti kerahasiaannya dengan infromasi

tersebut hanya akan diketahui oleh peneliti dan pembimbing atas persetujuan

responden dan hanya kelompok data tertetu yang disajikan sebagai hasil

penelitian

J. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :

1) Tahap persiapan

b) Kegiatan yang dilakukan meliputi survey awal bulan januari 2019,

pengajuan pembuatan jududl, pembuatan proposal, konsultasi dan

pembuatan izin penelitian

c) Seminar proposal

d) Tahap pelaksanaan

Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Skizofrenia

Gangguan Persepsi Sensori : Haalusinasi Pendengaran di Rumah sakit


jiwa Prof. Dr. V.L Ratumbuysang Manado yang akan dilaksanakan pada

bulan minggu pertama April 2019

e) Tahap penyajian hasil

Hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan mulai pengkajian, diagnose,

intervensi, implementasi, dan evaluasi di sajikan dalam bentuk narasi


DAFTAR PUSTAKA

Abdul,Muhith. (2015) . Buku Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan aplikasi.

Andi.Yogyakarta.

Adisty, Budhi. (2014). Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia (Pengetahuan

dan keterbukaaan Masyarakat Terhadap Gangguan Kesehatan

Mental). Jurnal Ilmiah kesehatan Vol 2

Deden Dermawan (2013). Keperawatan jiwa Konsep Dan Kerangka Kerja

Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta

Mirza, dkk. 2015. Hubungan Lamanya Perawatan Paseien Skizofrenia

dengan

Riset Kesehatan Dasar .(2018). Pedoman wawancara petugas pengumpulan

data.

Stres Keluarga. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17 Januari

2018 pukul 07.50 WIB.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2016.Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai