Anda di halaman 1dari 14

Hukum dan Penanaman Modal

PERIZINAN DALAM PENANAMAN MODAL

OLEH:

KELOMPOK I

 Muh. Arsul Haq Sulthan (003302482018)


 Fatimah HS (003902482018)
 Siti Syarifah Wafiqah Wardah (007502482018)
 Muh. Chaerul Anwar (007702482018)
 Isma Widya Astuti B (009102482018)

PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami hantarkan kehadirat Allah


SWT,karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada dosen mata
kuliah Hukum dan Penanaman Modal, Bapak Dr. Ahmad Fadil, S.H., M.H
yang telah memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi kami
baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penyusunan
makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih banyak kelemahan serta kekurangan baik dari segi isi
maupun dari segi penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini kedepannya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 02 Mei 2019


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi oleh penanam
modal dalam memulai usaha di Indonesia adalah perizinan.
Pengurusan perizinan merupakan salah satu langkah awal yang
penting dalam memulai kegiatan usaha. Pengurusan izin sesuai
ketentuan yang berlaku merupakan suatu bukti legalitas bagi suatu
kegiatan usaha yang menyatakan sah atau diperbolehkannya
seseorang atau badan hukum untuk melakukan kegiatan usaha. Tanpa
bukti legalitas maka kegiatan usaha yang bersangkutan berada dalam
kondisi informal. Bukti legalitas memberikan perlindungan dan
kepastian hukum bagi para pihak yang terlibat dengan kegiatan usaha
yang bersangkutan. Dengan kata lain apabila usaha yang dilakukan
tidak dilengkapi dengan dokumen legalitas yang diperlukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, akan sulit bagi suatu
kegiatan usaha untuk mengembangkan usahanya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah ketentuan yang berkaitan dengan perizinan
penanaman modal dalam undang-undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal?
2. Apa saja jenis-jenis perizinan dalam Penanaman Modal?
3. Siapakah yang berwenang menyelenggarakan perizinan Penanaman
Modal?
4. Bagaimanakah proses pengajuan perizinan Penanaman Modal?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ketentuan yang Berkaitan dengan Perizinan Penanaman Modal


dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal

Terdapat beberapa ketentuan dalam Undang-Undang nomor 25


Tahun 2007 tentang penanman Modal yang berkaitan dengan
perizinan. Ketentuan mengenai perizinan dalam Undang-Undang
Penanaman Modal diatur dalam Bab XI mengenai Pengesahan dan
Perizinan Perusahaan. Dalam Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 disebutkan:

“Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan


kegiatan usahawajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan dari instansi yang memiliki
kewenangan, kecuali ditentukan laindalam undang-undang.”

Kemudian dalam ayat (5) disebutkan:

“Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diperoleh melalui


pelayanan terpadu satu pintu”

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat (PTSP) di BKPM, adalah


pelayanan terkait dengan penanaman modal yang diselenggarakan
secara terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap
permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk. Pelayanan
terpadu satu pintu bertujuan membantu penanam modal dalam
memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal dan informasi
mengenai penanaman modal. Dengan sistem itu, sangat diharapkan
bahwa pelayanan terpadu di pusat dan daerah dapat menciptakan
penyederahanaan perizinan dan percepatan penyelesaiannya. Sistem
pelayanan terpadu satu pintu ini diharapkan dapat mengakomodasi
keinginan penanam modal atau pengusaha untuk memperoleh
pelayanan yang lebih efisien, mudah dan cepat.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (selanjutnya disebut


sebagai BKPM) merupakan lembaga yang mengoordinasi dan
melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 28 ayat (1) huruf j UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal. BKPM dalam melaksanakan pelayanan
terpadu satu pintu harus melibatkan perwakilan secara langsung dari
setiap sektor dan daerah terkait dengan pejabat yang mempunyai
kompetensi dan kewenangan.

Dilihat dari ketentuan-ketentuan Undang-Undang 25 Tahun


2007 tentang Penanaman Modal di atas, terdapat peraturan yang
menjadi “payung hukum” bagi pelaksanaan pelayanan terpadu satu
pintu. Meskipun demikian ketentuan tersebut tidak dapat dilaksanakan
tanpa adanya pengaturan lebih lanjut mengenai mekanisme dan tata
cara pelayanan terpadu satu pintu. Undang-undang hanya mengatur
pelayanan terpadu satu pintu secara umum dan memerintahkan
penyusunan peraturan presiden untuk mengatur tata cara dan
pelaksanaannya.

Untuk membangun sistem pelayanan penanaman modal dalam


satu pintu ini memang tidaklah mudah karena memerlukan kesamaan
visi dan koordinasi yang baik antara lembaga-lembaga pemerintah
yang berkepentingan dalam penanaman modal. Namun apabila
ketentuan mengenai pelayanan terpadu satu pintu benar-benar
dilakukan dengan asumsi faktor-faktor lain (seperti kepastian hukum,
stabilitas, pasar buruh yang fleksibel, kebijakan ekonomi makro,
termasuk rezim perdagangan yang kondusif dan ketersediaan
infrastruktur) mendukung, diharapkan pertumbuhan penanaman modal
akan mengalami akselerasi. Karena bagi para penanam modal yang
akan melakukan kegiatan usahanya di wilayah negara Indonesia,
adanya perizinan melalui pelayanan terpadu satu pintu ini merupakan
suatu hal menguntungkan karena dapat meminimalisasi waktu,
prosedur dan biaya dalam mengurus perizinan penanaman modal.

B. Jenis-Jenis Perizinan dalam Penanaman Modal


1. Izin Prinsip Penanaman Modal
Izin Prinsip Penanaman Modal, yang selanjutnya disebut Izin
Prinsip, adalah Izin yang wajib dimiliki dalam rangka memulai
usaha.
2. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal
Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal, yang selanjutnya disebut
Izin Prinsip Perluasan, adalah Izin Prinsip yang wajib dimiliki
perusahaan untuk memulai kegiatan dalam rangka perluasan
usaha.
3. Izin Prinsip Perubahahan Penanaman Modal
Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal, yang selanjutnya
disebut Izin Prinsip Perubahan, adalah Izin Prinsip yang wajib
dimiliki perusahaan, dalam rangka legalisasi perubahan rencana
atau realisasi Penanaman Modal yang telah ditetapkan
sebelumnya.
4. Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal
Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal, yang
selanjutnya disebut Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan, adalah
Izin Prinsip yang wajib dimiliki perusahaan hasil penggabungan,
untuk melaksanakan bidang usaha perusahaan hasil
penggabungan.
5. Izin Usaha Untuk Berbagai Sektor Usaha
Izin Usaha adalah izin yang wajib dimiliki perusahaan untuk
memulai pelaksanaan kegiatan produksi/operasi yang
menghasilkan barang atau jasa, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan.
6. Izin Usaha Perluasan untuk Berbagai Sektor Usaha
Izin Perluasan adalah Izin Usaha yang wajib dimiliki perusahaan
untuk memulai pelaksanaan kegiatan produksi yang menghasilkan
barang atau jasa atas pelaksanaan perluasan usaha, khusus untuk
sektor industri.
7. Izin Usaha Perubahan untuk Berbagai Sektor Usaha
Izin Usaha Perubahan adalah izin yang wajib dimiliki perusahaan,
dalam rangka legalisasi terhadap perubahan realisasi Penanaman
Modal yang telah ditetapkan sebelumnya.
8. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal untuk
Berbagai Sektor Usaha
Izin Usaha Penggabungan Perusahaan adalah izin yang wajib
dimiliki perusahaan hasil penggabungan dalam rangka memulai
pelaksanaan kegiatan produksi/operasi untuk menghasilkan barang
atau jasa.
9. Izin Pembukaan Penenmpatan Tenaga Kerja
Izin Usaha Penempatan Tenaga Kerja adalah izin usaha jasa
penempatan tenaga kerja untuk menyelenggarakan pelayanan
penempatan tenaga kerja.
10. Izin Kantor Perwakilan Perusahaan Asing (KPPA)
Izin Kantor Perwakilan adalah izin untuk perusahaan asing di luar
negeri yang memiliki perwakilannya di Indonesia. Kantor
Perwakilan Perusahaan Asing, yang selanjutnya disebut KPPA,
adalah kantor yang dipimpin oleh satu atau lebih perorangan warga
negara asing atau warga negara Indonesia yang ditunjuk oleh
perusahaan asing atau gabungan perusahaan asing di luar negeri
sebagai perwakilannya di Indonesia.
11. Surat Izin Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing
adalah kantor yang dipimpin oleh perorangan WNI atau WNA yang
ditunjuk oleh Perusahaan Asing atau Gabungan Perusahaan Asing
di luar negeri sebagai perwakilannya di Indonesia.

C. Penyelenggara Perizinan Penanaman Modal

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang


Penanaman modal pasal 25 ayat 5 menyatakan bahwa perizinan
Penanaman modal diperoleh melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) di lakukan oleh:

1. Pemerintah Pusat dilakukan oleh PTSP Pusat di BKPM;


Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat diselenggarakan pada PTSP
Pusat di BKPM dan terdiri atas:
a. penyelenggaraan Penanaman Modal yang ruang lingkupnya lintas
provinsi;
b. urusan pemerintahan di bidang Penanaman Modal yang meliputi:
1) Penanaman Modal terkait dengan sumber daya alam yang
tidak terbarukan dengan tingkat risiko kerusakan lingkungan
yang tinggi;
2) Penanaman Modal pada bidang industri yang merupakan
prioritas tinggi pada skala nasional;
3) Penanaman Modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan
penghubung antar wilayah atau ruang lingkupnya lintas
provinsi;
4) Penanaman Modal yang terkait pada pelaksanaan strategi
pertahanan dan keamanan nasional;
5) Penanaman Modal Asing dan Penanam Modal yang
menggunakan modal asing, yang berasal dari Pemerintah
negara lain, yang didasarkan perjanjian yang dibuat oleh
Pemerintah Pusat dan pemerintah negara lain; dan
6) bidang Penanaman Modal lain yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat menurut peraturan perundang-undangan.
2. Pemerintah Provinsi dilakukan oleh BPMPTSP Provinsi;
Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal yang
menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi diselenggarakan oleh
BPMPTSP Provinsi dan terdiri atas:
a. urusan pemerintah provinsi yang diatur dalam perundang-
undangan;
b. urusan pemerintahan provinsi yang ruang lingkupnya lintas
kabupaten/kota; dan
c. urusan Pemerintah yang diberikan pelimpahan wewenang kepada
Gubernur.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan oleh BPMPTSP
Kabupaten/Kota;
Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal yang
menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota diselenggarakan
oleh BPMPTSP Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. urusan Pemerintah Kabupaten/Kota di bidang Penanaman Modal
yang ruang lingkupnya dalam satu Kabupaten/Kota; dan
b. urusan Pemerintah Pusat yang diberi pelimpahan wewenang
kepada Bupati/Walikota.

D. Proses Pengajuan Perizinan Penanaman Modal


1. Calon penanam modal yang akan mengadakan usaha mempelajari
lebih dahulu daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Bagi Penanaman
Modal sesuai Pasal 12 Undang-Undang No 25 Tahun 20017
Tentang Penanaman Modal.
2. setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha
yang terbuka, lokasi proyek yang dibuktikan dengan surat konfirmasi
pencadangan tanah dari Gubernur Kepala daerah Tingkat I dan
ketentuan-ketentuan lain yang bersangkutan, calon penanam modal
mengajukan permohonan penanaman modal kepada Ketua BKPM
dengan mempergunakan tata cara permohonan yang ditetapkan oleh
Ketua BKPM.
3. Berdasarkan penilaian terhadap permohonan penanaman modal
ketua BKPM menyampaikan permohonan tersebut kepada Presiden
dengan disertai pertimbangan guna memperoleh Keputusan.
4. Ketua BKPM menyampaikan tembusan permohonan dan
pertimbangan tersebut kepada:
a. Departemen yang membina bidang usaha penanaman modal
yang bersangkutan;
b. Departemen Keuangan.
5. Persetujuan/Penolakan Presiden mengenai suatu permohonan
penanaman modal disampaikan kepada Ketua BKPM.
6. Ketua BKPM menyampaikan pemberitahuan tentang Keputusan
presiden tersebut dalam ayat (5) kepada calon penanam modal.
7. Ketua BKPM menyampaikan tembusan Surat Pemberitahuan
Keputusan Presiden yang berlaku juga sebagai Persetujuan Prinsip
atau Izin Usaha Sementara kepada:
a. Departemen yang membina bidang usaha penanaman modal
yang bersangkutan;
b. Departemen Keuangan;
c. Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk penyelesaian hak-hak
atas tanah;
d. Gubernur Kepala daerah Tingkat I cq. BKPMD yang bersangkutan
untuk koordinasi penyelesaian izin lokasi
8. Apabila penanaman modal telah memperoleh Keputusan Presiden
berupa persetujuan penanaman modal setelah dipenuhi persyaratan
yang ditetapkan, maka:
a. Ketua BKPM, atas nama Menteri yang bersangkutan
mengeluarkan:
1) Angka pengenal importir terbatas;
2) Keputusan pemberian fasilitas/keringanan pajak dan bea
masuk;
3) Izin kerja bagi Tenaga Kerja Asing Pendatang yang diperlukan;
4) Izin Usaha Tetap.
b. Gubernur Kepala daerah Tingkat I mengeluarkan Izin Lokasi yang
disiapkan oleh Kantor Wilayah badan Pertanahan Nasional
setempat.
c. Kepala Badan Pertanahan Nasional atau Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional setempat mengeluarkan Hak Guna
Usaha dan Hak Guna Bangunan atas tanah sesuai ketentuan
yang berlaku.
d. Bupati/Walikotamadya Kepala daerah Tingkat II mengeluarkan
Izin Mendirikan Bangunan (IBM) dan Izin Undang-Undang
Gangguan (UUG)/HO.
9. Setelah memperoleh Surat Pemberitahuan Persetujuan Presiden
dari Ketua BKPM, penanam modal dalam waktu yang ditetapkan
menyampaikan kepada BKPM Daftar Induk barang-barang modal,
serta bahan baku dan bahan penolong yang akan diimpor.
10. Berdasarkan penilaian terhadap Daftar Induk sebagaimana
dimaksud dalam ayat (9) Ketua BKPM mengeluarkan Ketetapan
mengenai fasilitas/keringanan bea masuk dan pungutan impor
lainnya.
11. Permohonan untuk perubahan atas rencana penanaman modal
yang telah memperoleh persetujuan Presiden, termasuk perubahan
untuk perluasan proyek, disampaikan oleh penanam modal kepada
Ketua BKPM untuk mendapatkan persetujuannya dengan
mempergunakan tata cara yang ditetapkan oleh Ketua BKPM.

Khusus Penanaman modal di bidang pertambangan di luar


minyak dan gas bumi, serta di bidang kehutanan tata cara Penanaman
modalnya adalah:
1. Permohonan penanaman modal dalam negeri di bidang
pertambangan di luar minyak dan gas bumi disampaikan kepada
Ketua BKPM:
a. Atas dasar Kontrak Karya antara calon penanam modal dengan
Pemerintah cq. Departemen Pertambangan dan Energi bagi
pengusahaan bahan galian golongan strategis;
b. Atas dasar Kuasa Pertambangan bagi penguasahaan bahan
galian golongan vital;
c. Atas dasar Izin Pertambangan bagi penguasahaan bahan galian
golongan tidak strategis dan tidak vital.
2. Permohonan penanaman modal asing di bidang pertambangan
bahan galian di luar minyak dan gas bumi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku disampaikan kepada Ketua
BKPM atas dasar kontrak karya antara calon penanam modal
dengan Pemerintah cq. Departemen Pertambangan dan Energi.
3. Permohonan penanaman modal di bidang pertambangan di luar
minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2), termasuk permohonan perubahan penanaman modal yang
telah memperoleh persetujuan Pemerintah, diatur dan diselesaikan
menurut ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
dan Pasal 2 Keputusan Presiden ini.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagaimana dalam Pasal 25 ayat 5 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, menyatakan bahwa
perizinan penanaman modal melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) di BKPM. Pelayanan Satu Pintu adalah pelayanan terkait
dengan penanaman modal yang diselenggarakan secara terintegrasi
dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai
dengan tahap penyelesaian produk. Penyelenggara perizinan
penanaman modal yaitu, Pemerintah Pusat dilakukan oleh PTSP Pusat
di BKPM, Pemerintah Provinsi dilakukan oleh BPMPTSP Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan oleh BPMPTSP
Kabupaten/Kota.

B. Saran
Ketentuan mengenai penanaman modal khususnya
mengenai perizinan harus di lakukan sebaik mungkin agar
meningkatkan laju peningkatan investasi di Indonesia, untuk itu
diperlukan kesamaan visi dan koordinasi yang baik antara lembaga-
lembaga pemerintah yang berkepentingan dalam penanaman modal.
Selain itu implementasi dari otonomi daerah harus kuat sehingga
semua investor yang berada di daerah dapat terdaftar hingga ke pusat.
DAFTAR PUSTAKA

 Ilmar, Aminuddin.2017. Hukum Penanaman Modal di Indonesia.


Jakarta: Kencana.
 28 April. Di Web PTSP Tanah Bumbu. Diakses
http://dispmptsp.tanahbumbukab.go.id/?page_id=173
 28 April. Renintha Karina. Jenis-Jenis Perizinan dan Jangka Waktu
Penerbitannya. 03 Februari 2013. Diakses
http://hukumpenanamanmodal.com/perizinan-bkpm/jenis-jenis-
perizinan-dan-jangka-waktu-penerbitannya/
 28 April 2018. Bona909. Prosedur Investasi di Indonesia. 06 Maret
2010. Diakses
https://adlmaruf.wordpress.com/2010/03/06/prosedur-investasi-di-
indonesia/
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007
 Peraturan Kepala BKPM Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015
Tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan non Perizinan
Penanaman Modal

Anda mungkin juga menyukai