Anda di halaman 1dari 3

Faskes tingkat 1 sebenarnya kepanjangan dari fasilitas kesehatan tingkat satu atau bisa juga

disebut sebagai PPK 1 (pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama) , yaitu tempat
pertama yang harus anda datangi ketika anda ingin berobat menggunakan kartu BPJS.

Misal jika kebetulan faskes tingkat 1yang tertera pada kartu BPJS anda adalah poliklinik A,
maka ketika anda sakit dan anda ingin berobat dengan menggunakan BPJS maka fasilitas
kesehatan yang harus anda datangi pertama kali adalah poliklinik A.
(http://www.pasienbpjs.com/2015/11/faskes-tk1-bpjs.html)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menargetkan seluruh fasilitas


kesehatan tingkat pertama di Indonesia sudah bisa melakukan sistem rujukan secara daring
pada akhir bulan ini.

Deputi Direksi Bidang Pelayanan Kesehatan Peserta BPJS Kesehatan Arief Syaifuddin
menjabarkan, dari total fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) sebanyak 22.443 unit,
yang sudah bisa menggunakan sistem rujukan daring baru mencapai 19.937 unit atau
sebesar 88,8%.

Itu berarti, masih ada 22.467 atau 11,2% FKTP lagi yang belum bisa menggunakan sistem
rujukan secara digital.

“Sisanya faskes ini belum bisa mengakses aplikasi Primary Care [Pcare] secara real time
dan online, karena terkendala ketersediaan jaringan komunikasi dan data [jarkomdat] yang
merupakan syarat utama rujukan daring,” ujarnya, Senin (9/3/2018).

Dia menjelaskan, sistem rujukan daring diluncurkan dalam tiga fase sepanjang 15
Agustus—30 September 2018. Pertama, untuk sosialisasi. Kedua, untuk penerapan rujukan
daring secara luas. Ketiga, untuk pengaturan rumah sakit rujukan dari para peserta nantinya.

“Kalau bisa dirujuk ke rumah sakit tipe C, mengapa harus ke A, makin tinggi tipe tentu
akan semakin mahal,” ucap Arief.

Menurutnya, FKTP yang sistem rujukannya belum bisa diakses secara daring ditargetkan
dapat go online paling lambat akhir bulan ini.

Untuk itu, sebutnya, BPJS Kesehatan akan terus mengupayakan agar 2.506 fasilitas
kesehatan tersebut bisa segera siap mengikuti rujukan daring pada fase kedua dan ketiga.
Namun, FKTP yang belum bisa dijangkau internet masih bisa menggunakan sistem rujukan
secara manual.

“Ini belum berhasil lantaran adanya masalah atau tidak tersedianya jaringan internet yang
cukup dan stabil. Misalnya, di Jabodetabek masih 0,1% itu di Kepulauan Seribu. Kami terus
komunikasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika,” ucap Arief.
Untuk diketahui, sistem rujukan daring tersebut ditampung dalam platform Primary Care
BPJS Kesehatan dan akan dijalankan penuh pada 1 Oktober 2018.

Pcare memungkinkan pembaruan langsung data pasien dan sarana pada tiap FKTP peserta
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Saat ini, Pcare menggunakan versi 1.4.6 yang sudah
bisa diakses sejak Mei 2018.

Sementara itu, rumah sakit yang masuk dalam daftar FKTP diminta melengkapi data pada
aplikasi Health Facilities Information System (HFIS). Data tersebut meliputi ketersediaan
dokter spesialis/subspesialis beserta jadwal praktik dan sarana prasarana penunjang seperti
pelayanan obat-obatan, penunjang diagnosa, dan rujukan.

Adapun, radius rujukan antara faskes tingkat I (puskesmas, klinik, dokter perorangan)
dengan fasilitas kesehatan tingkat rujukan lanjut (FKTRL) yang ditetapkan adalah 15 km.

“Tapi untuk di daerah yang jarak rumah sakitnya jauh, rujukan bisa dilakukan lebih dari
jarak 15 km. Yang terpenting dokter spesialisnya tersedia, sarananya ada, dan kapasitasnya
masih tersedia pula,” terangnya.

LEBIH TERUKUR

Deputi Direksi Bidang Jaminan Pembiayaan Kesehatan Rujukan BPJS Kesehatan Budi
Mohamad Arief menuturkan, sistem rujukan secara daring membuat pengelolaan klaim
kesehatan bisa lebih terukur.

Terlebih, BPJS ditargetkan oleh pemerintah untuk menggaet 261 juta penduduk menjadi
peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) hingga 2019.

Saat ini, baru 201,66 juta jiwa penduduk Indonesia atau sebesar 77% dari total penduduk
Indonesia yang telah menjadi peserta layanan JKN KIS.

“Sistem daring ini poinnya ada pada data sehingga bisa dimonitor,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, sistem rujukan daring merupakan salah satu upaya untuk menekan
defisit keuangan dan mengurangi angka kecurangan peserta BPJS Kesehatan.

Sepanjang tahun lalu, BPJS Kesehatan mencatatkan defisit keuangan hingga Rp9,75 triliun
lantaran jumlah klaim tembus melampaui pendapatan dari iuran peserta.

Terkait dengan defisit yang terjadi, Budi berharap bantuan pemerintah cepat tersalurkan
setelah selesainya audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Pasalnya, BPJS Kesehatan tengah melakukan efisiensi dan tidak akan menaikkan iuran
BPJS bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).

“Hasil audit telah diterima oleh Kemenkeu. Kami harapkan ke depan BPJS dapat segera
mendapatkan bantuan sehingga dapat menyelesaikan kewajiban kepada rumah sakit.”

Terpisah, Koordinator Advokasi BPJS Watch Timbul Siregar berpendapat, sistem rujukan
daring merupakan bagian dari proses perbaikan pelayanan JKN. Dengan demikian, FKTP
dapat merujuk ke RS terdekat dengan pasien dan RS yang dituju dapat menangani penyakit
yang diderita pasien.

“Saya menilai sistem rujukan daring ini juga bisa menekan biaya Indonesia Case-Based
Group [INA-CBGs] sehingga defisit bisa diturunkan,” ujarnya.

Sekadar catatan, hingga akhir Mei 2018, rerata rujukan nasional berjumlah 17%, naik dari
tahun 2017 yg sekitar 12,5%. (https://ekonomi.bisnis.com/read/20180904/12/834848/akhir-
september-seluruh-faskes-tingkat-pertama-harus-sudah-go-online)

Anda mungkin juga menyukai