Menurut Pamungkas (2011), pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1
1) Korpus ( badan)
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa
lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI
disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus).
2) Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding
alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar.
3) Papilla atau puting
Bagian yang menonjol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu.
Menurut Pamungkas (2011), bentuk putting ada 4, yaitu :
a) Bentuk putting susu normal
2
d) Bentuk putting susu terbenam
3
A. Diagnosa, Perencanaan Hasil, dan Intervensi
4
2. Irama pernafasan pada 4. Monitor status pernafasan
kisaran normal dan oksigenasi,
3. Tidak ada penggunaan
sebagaimana mestinya
otot bantu nafas
Rasional: monitor dilakukan
4. Tidak ada retrasksi
agar apabila terjadi penurunan
dinding dada
5. Tidak ada pernafasan pola pernafasan dapat
dengan bibir mengerucut dilakukan tindakan dengan
6. Tidak ada dispnea saat
segera
istirahat
7. Tidak ada dispnea saat
Monitor Pernafasan (3350)
latihan
5
tambahan seperti mengorok
Rasional: jalan nafas masih
tidak efektif apabila masih
terdapat suara nafas tambahan
4. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan dan
kekurangan udara pada
pasien
Rasional: apabila pasien
merasa lelah dan cemas akan
membuat pasien mengeluarkan
hormon kortisol yang
mengakibatkan sistem tubuh
juga terganggu
6
hasil: Rasional: agar obat dapat
adekuat, maka penentuannya
Kontrol Nyeri (1605)
Definisi
harus sesuai, dikarenakan
1. Mengenali kapan nyeri
Pengalaman sensorik dan apabila beda lokasi,
terjadi secara konsiten
emosional yang tidak 2. Menggambarkan faktor karakteristik, kualitas dan
meyenangkan dengan penyebab secara konsisten keparahan nyeri, maka beda
3. Menggunakan tindakan
kerusakan jaringan aktual pula pemberian obatnya
pencegahan
atau potensial, atau
4. Melaporkan gejala yang
digambarkan sebagai suatu 2. Mengecek riwayat alergi
tidak terkontrol pada
kerusakan; (International obat
profesional kesehatan
Association for the study 5. Mengenali apa yang Rasional: apabila pasien
of Pain); awitan yang tiba- terkait dengan gejala nyeri meminum obat yang
6. Melaporkan nyeri yang
tiba atau lambat dengan menyebabkan alergi dapat
terkontrol
intensitas dari ringan memungkinkan terjadi hal fatal,
hingga berat, terjadi misal kematian
Tingkat Nyeri (2102)
konstan atau berulang
1. Nyeri yang dilaporkan
tanpa akhir yang dapat 3. Memilih analgesik atau
2. Tidak ada ekspresi nyeri
diantisipasi atau diprediksi kombinasi analgesik yang
wajah
dan berlangsung lebih dari 3. Tidak ada keteganga otot sesuai ketika lebih dari satu
4. Denyut nadi apikal dalam
3 bulan. yang diberikan
kisaran normal
Rasional: pemilihan obat harus
5. Tidak ada peningkatan
diberikan dengan sesuai agar
tekanan darah
tidak terjadi resisten pada tubuh
pasien
7
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgesik
Rasional: pemberian obat pada
pasien diperlukan kolaborasi
dengan beberapa tenaga
kesehatan agar adekuat
5. Menganjurkan pasien
terkait dengan kebutuhan
diet untuk kondisi sakit
Rasional: agar rasa nyeri pada
pasien berkurang tetapi asupan
makanan pada pasien tetap
terjaga
1. Melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
Rasional: pengkajian nyeri
yang dilakukan perawat harus
dilakukan secara komprehensif
yang bertujuan agar intervensi
8
yang diberikan dapat adekuat
2. Mengobservasi adanya
petunjuk non verbal
mengenai ketidaknyamanan
terutama pada mereka yang
tidak dapat berkomunikasi
secara efektif
Rasional: pada beberapa orang
terdapat pasien yang tidak dapat
berkomunikasi dengan baik
sehingga perawat perlu untuk
mengobservasi dengan terliti
agar mengetahui nyeri yang
dirasakan
4. Memberikan informasi
9
mengenai nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri dirasakan
Rasional: apabila pasien
memiliki informasi yang cukup,
akan terjadi komunikasi yang
teraupetik dan efektif
5. Memilih dan
mengimplementasikan
tindakan beragam
(farmakologi,
nonfarmokologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi nyeri sesuai
kebutuhan
Rasional: pemilihan tindakan
yang beragam bertujuan agar
pasien tidak bosan dalam
menjalani pengobatan tetapi
masih adekuat dan tidak
menjadi resisten
Setelah dilakukan tindakan
3. Risiko infeksi Kontrol Infeksi (6540)
keperawatan selama 3x24 jam
berhubungan dengan 1. Membersihkan lingkungan
diharapkan masalah
bakteri patoge dan dengan baik setelah
keperawatan risiko infeksi
imunosupresi (domain 11, digunakan setiap pasien
dapat diatasi dengan kriteria
kelas 1, kode 00004) Rasional: membersihakan
hasil:
lingkungan dimaksudkan untuk
menghilangkan kuman atau
Definisi Kontro Risiko: Proses
bakteri di tempat tersebut agar
10
Infeksi (1924) pasien yang terkena infeksi
Rentan mengalami invasi
1. Dapat mengidentifikasi menjadi tidak bertambah parah
dan multiplikasi
fator risiko infeksi
organisme patogenik yang
2. Mengetahui perilaku yang
2. Menganjurkan pengunjung
dapat mengganggu
berhubungan dengan
untuk mencuci tangan pada
kesehatan
risiko infeksi
saat memasuki dan
3. Dapat mengidentifikasi
meninggalkan ruangan
tanda dan gejala infeksi
Rasional: bakteri memiliki
secara konsisten
4. Memonitor perilaku diri ukuran yang tidak terlihat,
yang berhubungan dengan mencuci tangan dimaksudkan
risiko infeksi agar membunuh bakteri pada
5. Mempertahankan
tangan pengunjung agar pasien
lingkungan yang bersih
tidak bertambah parah
11
bakteri patogen pada tubuh
B. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan diharapkan:
Klien diharapkan tidak mengalami gangguan pola napas tidak efektif
Klien diharapkan tidak merasakan nyeri di sekitar sakit sebelumnya
Klien diharapkan dapat mengontrol risiko infeksi
Faktor etiologi kanker payudara yang pasti sampai saat ini belum
diketahui, namun dapat dicatat pula bahwa penyebab penyakit ini bersifat
multifactorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu : faktor
genetika, lingkungan, pola makan, virus, dan radiasi di daerah dada (Emy
Rianti et al, 2012). Sedangkan menurut Moningkey dan Kodim (dalam
Chyntia,2009) terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
12
a. Faktor reproduksi
13
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetic ditemukan bahwa kanker
payudara berhubungan dengan gen tertentu yaitu adanya mutase pada
beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker
payudara. Gen yang dimaksud adalah gen yang bersifat onkogen dan gen
yang bersifat mensupresi tumor. Gen pensupresii tumor yang berperan
penting dalam pembentukan kanker payudara diantaranya adalah gen
BRCA1 dan gen BRCA2.
f. Lingkungan
Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi
pada system ductal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan
perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi casrinoma
insitu dan menginvasi stroma. Carcinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). pada ukuran itu kira-kira
seperempat dari carcinoma mammae telah bermetastasis. Carcinoma mammae
14
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah. (Nurpeni,2015)
15
2.3.4 WOC Kanker Payudara
Faktor Hormonal (Endokrin) Faktor lingkungan
Menarche dini sebelum usia 12 thn Pemajanan lama thd
Faktor genetika (terdapat
Tdk punya anak radiasi
BRCA (gen suseptibilitas
Menggunakan kontrasepsi oral (KO) Gaya hidup tidak sehat
Ca. Payudara)
Terapi pengganti hormone
(ERT/Estrogen Replacement Therapy)
Kanker payudara
Metastase sel kanker
Kemoterapi MK:
MK Pre Operatif: MK Post Operatif : Radiasi Nyeri akut
Nyeri akut Risiko infeksi Terapi Gg. Integritas kulit
Gg. Integritas Nyeri akut hormonal Kecemasan
Kulit Gg. Citra tubuh Gg. Citra tubuh
Kecemasan
17
2.3.5 Manifestasi Klinis Kanker Payudara
Klien yang mengalami kanker payudara memiliki beberapa gejala atau
manifestasi klinis. Gejala umum dari kanker payudara adalah :
1) Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
2) Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran
karena mulai timbul pembengkakan
3) Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar
puting susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus
pada payudara
4) Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
5) Ada cairan yang keluar dari puting susu
6) Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar,
erosi dan terjadi retraksi
7) Ada rasa sakit
8) Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar
kalsium darah meningkat
9) Ada pembengkakan didaerah lengan
10) Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
11) Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar
12) Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun
sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik
ke dalam
13) Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
14) Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah
15) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh
lain (Heru, 2016).
18
pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis. Selain
itu juga pemeriksaan Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu
diulang untuk follow up.
2) Pemeriksaan Mamografi
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi. Mamogram adalah gambar hasil
mamografi. Untuk memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang
baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan proyeksi berbeda 45
derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi dapat
bertujuan skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan
follow up/kontrol dalam pengobatan. Mammografi dikerjakan pada
wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia
lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada
usia >40 tahun.
Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10
dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi
dan akan memberi hasil yang optimal. Untuk standarisasi penilaian
dan pelaporan hasil mamografi digunakan BIRADS yang
dikembangkan oleh American College of Radiology.
Tanda primer berupa:
1) Densitas yang meninggi pada tumor
2) Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses
infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas
(komet sign).
3) Gambaran translusen disekitar tumor
4) Gambaran stelata.
5) Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
6) Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder :
1) Retraksi kulit atau penebalan kuli
2) Bertambahnya vaskularisasi
19
3) Perubahan posisi putting
4) Kelenjar getah bening aksila (+)
5) Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6) Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
3) USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik.
Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di
antaranya:
Permukaan tidak rata
Taller than wider
4) MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-Scan
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada
mamografi, namun secara umum tidak digunakan sebagai
pemeriksaan skrining karena biaya mahal dan memerlukan waktu
pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan pada
wanita muda dengan payudara yang padat atau pada payudara dengan
implant, dipertimbangkan pasien dengan risiko tinggi untuk menderita
kanker payudara. Tepi hiperekoik Echo interna heterogen
Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor
membentuk sudut 90 derajat.
5) Pemeriksaan Patologi Anatami
Pemeriksaan patologi pada kanker payudara meliputi pemeriksaan
sitologi, morfologi (histopatologi), pemeriksaan immunohistokimia, in
situ hibridisasi dan gene array (hanya dilakukan pada penelitian dan
kasus khusus).
6) Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel
lainnya. IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker
payudara. Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam
membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.
20
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk kanker
payudara adalah: Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan
reseptor progesteron (PR), HER2, dan Ki-67.
21
3) Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi
yang mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal
rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah
onkologi.
4) Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh
payudara beserta kompleks puting- areolar,tanpa diseksi
kelenjar getah bening aksila. Indikasi: Tumor phyllodes
besar, keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan
paliatif menghilangkan tumor, penyakit Paget tanpa massa
tumor, dan DCIS.
5) Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan
payudara, dengan preservasi kulit dan kompleks puting-
areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar getah bening
aksila. Indikasi: Mastektomi profilaktik dan Prosedur
onkoplasti.
2) Breast Conserving Therapy (BCT)
BCS adalah pembedahan atas tumor payudara dengan
mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa
dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah
lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah
bening aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah
eradikasi tumor secara onkologis dengan mempertahankan bentuk
payudara dan fungsi sensasi.
BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal kanker payudara
stadium awal. Beberapa penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS
yang sama antara BCT dan mastektomi. Namun pada follow up 20
tahun rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi dibandingkan mastektomi
tanpa ada perbedaan dalam OS. Sehingga pilihan BCT harus
didiskusikan terutama pada pasien kanker payudara usia muda. Secara
22
umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang aman pada pasien
kanker payudara stadium awal dengan syarat tertentu. Tambahan
radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih baik.
Indikasi: Kanker payudara stadium I dan II dan Kanker payudara
stadium III dengan respon parsial setelah terapi neoajuvan.
3) Kemoterapi
Kemoterapi proses pemberian obat-obatan anti kanker atau
sitokina dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang
bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme kemotaksis.
Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga seluruh tubuh
(Hasdianah dan Suprapto, 2014).
4) Terapi Penyinaran
Radio terapi atau terapi sinar adalah penggunaan sinar berenergi
tinggi (seperti sinar x) untuk membunuh atau memperkecil sel kanker.
Radioterapi sesudah operasi mengurangi angka kekambuhan sebesar
50-75%. Namun radioterapi dapat menyebabkan efek samping
dikemudian hari. Untuk alasan itu, radioterapi setelah operasi
dianjurkan dibatasi pada pasien dengan resiko tinggi untuk
kekambuhan (Saryono dan Pramitasari, 2014).
23
3. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk dilakukan diagnostic,
yang umumnya hana dapat dilakukan di Rumah Sakit besar yaitu :
a. Mammografi
Mammografi ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi
teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibedakan lesi solid dan kristik.
Pemeriksaan lain dapat berupa termografi, xerografi (Reksoprodjo
dkk, 2010).
B. Diagnosa Keperawatan
Pada pasien dengan post operasi kanker payudara akan muncul
berbagai macam diagnose keperawatan, diantara diagnosa tersebut adalah :
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit
2. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan
(NANDA, 2002)
24
tiba-tiba atau lambat 3. Dapat mengenali apa yang 2. Mengecek adanya riwayat
dengan intensitas dari terkait dengan gejala nyeri alergi obat
ringan hingga berat, terjadi Tingkat Nyeri (2102) Rasional : Agar tidak
konstan atau berulang 1. Tidak ada nyeri yang terjadi hal yang fatal,
tanpa akhir yang dapat dilaporkan semisal kematian akibat
diantisipasi atau diprediksi 2. Klien dapat beristirahat alergi terhadap obat
dan berlangsung lebih dari dengan nyaman 3. Kolabograsi dengan dokter
3 bulan. 3. Nafsu makan klien tidak apakah obat, dosis, rute
terganggu pemberian, atau perubahan
Status Kenyamanan: Fisik interval dibutuhkan, buat
(2010) rekomfendasi khusus
1) Dapat mengontrol berdasarkan prinsip
terhadap gejala analgesic
2) Intake makanan tidak Rasional : dengan
terganggu melakukan kolaborasi,
3) Intake cairan tidak asuhan keperawatan yang
terganggu diberikan menjadi semakin
optimal
Manajemen Obat (2380)
1. Menentukan obat apa yang
diberikan, dan mengelola
menurut resep dan/atau
protokol
Rasional : Agar obat yang
diberikan kepada klien
sesuai dengan yang
diresepkan oleh dokter
2. Mengajarkan pasien
dan/atau anggota keluarga
mengenai metode
pemberian obat yang sesuai.
Rasional : memandirikan
25
klien supaya tidak selalu
bergantung pada tenaga
kesehatan
3. Menentukan dampak
penggunaan obat pada gaya
hidup pasien
Rasional : agar pasien
patuh dalam mengonsumsi
obat sesuai dengan anjuran
yang telah diberikan
Manajemen Nyeri (1400)
1. Melakukan pengkajian
komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
kualitas,, intensitas atau
beratnya nyeri dan factor
pencetus
Rasional : agar pengobatan
yang dilakukan dapat sesuai
dengan tingkat nyeri yang
dialami
2. Menggunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
menyampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
Rasional : Membantu
pasien untuk memperjelas
dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta
26
dapat mengambil tindakan
untuk mengubah situasi
yang ada bila pasien
percaya pada hal yang
diperlukan
3. Mengajarkan prinsip-
prinsip manajemen nyeri
Rasional : agar klien dapat
mengatasi nyeri yang
sewaktu-waktu bisa terjadi
27
Segera Setelah Operasi menghindari penularan
(2305) penyakit
1. Tekanan darah normal
berkisar 120/80 mmHg Perawatan Sirkumsisi (3000)
2. Tidak ada perdarahan 1. Memposisikan pasien pada
3. Tidak timbul nyeri posisi yang nyaman selama
prosedur
Rasional : untuk
mengurangi komplikasi
akibat immobilisasi
2. Memonitor adanya
perdarahan setiap 30 menit
untuk setiap 2 jam setelah
prosedur
Rasional : jika terjadi
perdarahan yang tiba-tiba,
dapat segera diberi
penanganan
Perlindungan Infeksi (6550)
1. Memonitor adanya tanda
dan gejala infeksi sistemik
dan local
Rasional : sebagai
pemantauan apabila terjadi
infeksi
2. Meningkatkan asupan
nutrisi yang cukup
Rasional : agar nutrisi klien
adequat
3. Mengajarkan pasien dan
keluarga pasien mengenai
perbedaan-perbedaan antara
28
infeksi-infeksi virus dan
bakteri
Rasional : agar keluarga
klien juga mengetahui
tanda-tanda terjadinya
infeksi
29
mengidentifikasikan
deskripsi yang realistic
terhadap adanya perubahan
dalam peran
2. Memberikan suasana
penerimaan
Konseling (5240)
1. Membangun hubungan
terapeutik yang didasarkan
pada [rasa] saling percaya
dan saling menghormati
30
2. Menunjukkan empati,
kehangatan, dan ketulusan
3. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan diharapkan:
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah
keperawatan nyeri kronis dapat teratasi
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah
keperawatan risiko infeksi pada pasien dapat teratasi
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah
keperawatan gangguan citra tubuh pada pasien dapat teratasi.
Daftar Pustaka
31
Hasdianah, H.R, Suprapto, S.I. 2014. Patologi & Patofisiologi Penyakit.
Yogyakarta: Nuha Medika
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th ed. United states of America: Mosby Elseiver.
Nugroho, Taufan. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurpeni, M. R. K., & Nurpeni, M. R. K. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara (Ca Mammae)
di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah Denpasar (Doctoral dissertation,
Universitas Udayana).
Pamungkas, Zaviera. 2011. Deteksi Dini Kanker Payudara. Yogyakarta: Buku
Biru
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka
Rianti, E., Tirtawati, G. A., & Novita, H. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Risiko Kanker Payudara Wanita. Jurnal Health Quality Vol, 3(1).
Sari, M., Dewi, Y. I., & Utami, A. (2014). Hubungan dukungan keluarga terhadap
motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani Kemoterapi di Ruang
Cendrawasih I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Ners
Indonesia, 2(2), 158-166.
Sarjadi. 2007. Buku ajar Patologi Robbins. Jakarta : EGC
Saryono, Roischa, D.P. 2014. Perawatan Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Ilmu Bedah . Edisi 2. Jakarta : EGC
Susanti, L. A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Post Operasi Ca
Mammae Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Yurdiatini, Ni Putu, Johannes Hudyono. (2014). Diagnosis dan Penatalaksanaan
Fibroadenoma Payudara. Jurnal Kedokteran Meditek Vol. 20 No. 53
32