Anda di halaman 1dari 32

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara


2.1.1 Anatomi Payudara
Payudara adalah organ grandular yang terdapat pada kosta ke 2 atau ke 3
sampai ke 7, dan dari garis aksilla depan sampai pinggir sternum, akan tetapi tidak
jarang sampai ke m.latissium dorsi (Prawirohardjo, 2008).
Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan
subkutan menjadi superfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis
mayor, sebagian kecil seratus anterior dan oblique eksterna. Payudara menjadi
besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause.
Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan stroma jaringan penyangga
dan penimbunan jaringan lemak (Nugroho, 2011).
Setiap mammae terdiri dari 12-20 kelenjar lobules yang masing-masing
mempunyai saluran ke papila mamma yang disebut duktus laktiferus. Diantara
kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara (Sjamsuhidajat,
2005).

Gambar 2.1 Anatomi payudara(Soetjiningsih, 1997)

Menurut Pamungkas (2011), pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1
1) Korpus ( badan)
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa
lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI
disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus).
2) Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding
alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar.
3) Papilla atau puting
Bagian yang menonjol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu.
Menurut Pamungkas (2011), bentuk putting ada 4, yaitu :
a) Bentuk putting susu normal

b) Bentuk putting susu pendek

c) Bentuk putting susu panjan

2
d) Bentuk putting susu terbenam

2.1.2 Fisiologi Payudara


Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon
(Pamungkas, 2011). Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui
masa pubertas, masa fertilitas sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan
juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya
asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari
ke delapan haid, payudara jadi lebih besar, dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal.
Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata, pada waktu itu
pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobules dan duktus alveolus
berpoliferasi dan tumbuh duktus baru (Sjamsuhidajat, 2004).

3
A. Diagnosa, Perencanaan Hasil, dan Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1. Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
Napas berhubungan keperawatan selama 2x24 jam (3180)
dengan ekspansi paru diharapkan masalah
(domain 4, kelas 4, kode keperawatan pola napas tidak 1. Memposisikan pasien untuk
00032) efektif dapat diatasi dengan memaksimalkan ventilasi
kriteria hasil: Rasional: posisi pasien dapat
Definisi Status Pernafasan (0415) berpengaruh agar ekspansi paru
Inspirasi dan/atau ekspirasi 1. Frekuensi pernafasan dapat terjadi dengan maksimal
yang tidak memberi menjadi normal
2. Irama nafas menjadi
ventilasi yang adekuat 2. Memotivasi pasien untuk
normal
3. Kepatenan jalan nafas bernafas pelan, dalam,

pada keadaan baik beputar, dan batuk


4. Saturasi oksigen pada Rasional: bernafas secara pelan
kisaran normal dan dalam dimaksudkan agar
5. Tidak ada retraksi dinding
ekpansi paru pada pasien dapt
dada
6. Tidak ada pernafasan terjadi dengan baik
dengan bibir mengerecut
7. Tidak ada suara nafas 3. Auskultasi suara nafas, catat
tambahan area yang ventilasinya
8. Tidak ada pernafasan
menurun atau tidak ada dan
cuping hidung
adanya suara nafas
tambahan
Status Pernafasan: Ventilasi
Rasional: auskultasi dilakukan
(0403)
agar dapat mengetahui apakah
ekspansi paru sudah baik atau
1. Frekuensi nafas pada
tidak
kisaran normal

4
2. Irama pernafasan pada 4. Monitor status pernafasan
kisaran normal dan oksigenasi,
3. Tidak ada penggunaan
sebagaimana mestinya
otot bantu nafas
Rasional: monitor dilakukan
4. Tidak ada retrasksi
agar apabila terjadi penurunan
dinding dada
5. Tidak ada pernafasan pola pernafasan dapat
dengan bibir mengerucut dilakukan tindakan dengan
6. Tidak ada dispnea saat
segera
istirahat
7. Tidak ada dispnea saat
Monitor Pernafasan (3350)
latihan

1. Monitor kecepatan, irama,


kedalaman dan kesulitan
bernafas
Rasional: untuk mengetahui
masih atau tidaknya pola nafas
tidak efektif

2. Mencatat pergerakan dada,


catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot bantu
nafas, dan retraksi pada otot
supraclavikula dan
intracosta
Rasional: pasien fibroadenoma
mammae memiliki dada yang
tidak simetris karena terdapat
tumor di jaringannya

3. Monitor suara nafas

5
tambahan seperti mengorok
Rasional: jalan nafas masih
tidak efektif apabila masih
terdapat suara nafas tambahan

4. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan dan
kekurangan udara pada
pasien
Rasional: apabila pasien
merasa lelah dan cemas akan
membuat pasien mengeluarkan
hormon kortisol yang
mengakibatkan sistem tubuh
juga terganggu

5. Monitor keluhan sesak


nafas, termasuk kegiatan
yang meningkatkan atau
memperburuk sesak nafas
tersebut
Rasional: keluhan sesak nafas
yang dirasakan dapat diartikan
bahwa pernafasan masih tidak
efektif
Setelah dilakukan tindakan
2. Nyeri Kronis Pemberian Analgesik (1100)
keperawatan selama 2x24 jam
berhubungan dengan 1. Menentukan lokasi,
diharapkan masalah
kerusakan sel saraf karakteristik, kualitas,
keperawatan nyeri kronis
(domain 12, kelas 1, kode keparahan nyeri sebelum
dapat diatasi dengan kriteria
00133) mengobati pasien

6
hasil: Rasional: agar obat dapat
adekuat, maka penentuannya
Kontrol Nyeri (1605)
Definisi
harus sesuai, dikarenakan
1. Mengenali kapan nyeri
Pengalaman sensorik dan apabila beda lokasi,
terjadi secara konsiten
emosional yang tidak 2. Menggambarkan faktor karakteristik, kualitas dan
meyenangkan dengan penyebab secara konsisten keparahan nyeri, maka beda
3. Menggunakan tindakan
kerusakan jaringan aktual pula pemberian obatnya
pencegahan
atau potensial, atau
4. Melaporkan gejala yang
digambarkan sebagai suatu 2. Mengecek riwayat alergi
tidak terkontrol pada
kerusakan; (International obat
profesional kesehatan
Association for the study 5. Mengenali apa yang Rasional: apabila pasien
of Pain); awitan yang tiba- terkait dengan gejala nyeri meminum obat yang
6. Melaporkan nyeri yang
tiba atau lambat dengan menyebabkan alergi dapat
terkontrol
intensitas dari ringan memungkinkan terjadi hal fatal,
hingga berat, terjadi misal kematian
Tingkat Nyeri (2102)
konstan atau berulang
1. Nyeri yang dilaporkan
tanpa akhir yang dapat 3. Memilih analgesik atau
2. Tidak ada ekspresi nyeri
diantisipasi atau diprediksi kombinasi analgesik yang
wajah
dan berlangsung lebih dari 3. Tidak ada keteganga otot sesuai ketika lebih dari satu
4. Denyut nadi apikal dalam
3 bulan. yang diberikan
kisaran normal
Rasional: pemilihan obat harus
5. Tidak ada peningkatan
diberikan dengan sesuai agar
tekanan darah
tidak terjadi resisten pada tubuh
pasien

4. Kolaborasi dengan dokter


apakah obat, dosis, rute,
pemberian obat atau
perubahan internal yang
dibutuhkan untuk

7
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgesik
Rasional: pemberian obat pada
pasien diperlukan kolaborasi
dengan beberapa tenaga
kesehatan agar adekuat

5. Menganjurkan pasien
terkait dengan kebutuhan
diet untuk kondisi sakit
Rasional: agar rasa nyeri pada
pasien berkurang tetapi asupan
makanan pada pasien tetap
terjaga

Manajemen Nyeri (1030)

1. Melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
Rasional: pengkajian nyeri
yang dilakukan perawat harus
dilakukan secara komprehensif
yang bertujuan agar intervensi

8
yang diberikan dapat adekuat

2. Mengobservasi adanya
petunjuk non verbal
mengenai ketidaknyamanan
terutama pada mereka yang
tidak dapat berkomunikasi
secara efektif
Rasional: pada beberapa orang
terdapat pasien yang tidak dapat
berkomunikasi dengan baik
sehingga perawat perlu untuk
mengobservasi dengan terliti
agar mengetahui nyeri yang
dirasakan

3. Menggali bersama pasien


faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
Rasional:mencari tahu bersama
mengenai nyeri yang dirasakan
dapat meningkatkan hubungan
perawat dengan paien, dan
pasien dapat memiliki
informasi mengenai
penanganan nyeri agar
berkurang

4. Memberikan informasi

9
mengenai nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri dirasakan
Rasional: apabila pasien
memiliki informasi yang cukup,
akan terjadi komunikasi yang
teraupetik dan efektif

5. Memilih dan
mengimplementasikan
tindakan beragam
(farmakologi,
nonfarmokologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi nyeri sesuai
kebutuhan
Rasional: pemilihan tindakan
yang beragam bertujuan agar
pasien tidak bosan dalam
menjalani pengobatan tetapi
masih adekuat dan tidak
menjadi resisten
Setelah dilakukan tindakan
3. Risiko infeksi Kontrol Infeksi (6540)
keperawatan selama 3x24 jam
berhubungan dengan 1. Membersihkan lingkungan
diharapkan masalah
bakteri patoge dan dengan baik setelah
keperawatan risiko infeksi
imunosupresi (domain 11, digunakan setiap pasien
dapat diatasi dengan kriteria
kelas 1, kode 00004) Rasional: membersihakan
hasil:
lingkungan dimaksudkan untuk
menghilangkan kuman atau
Definisi Kontro Risiko: Proses
bakteri di tempat tersebut agar

10
Infeksi (1924) pasien yang terkena infeksi
Rentan mengalami invasi
1. Dapat mengidentifikasi menjadi tidak bertambah parah
dan multiplikasi
fator risiko infeksi
organisme patogenik yang
2. Mengetahui perilaku yang
2. Menganjurkan pengunjung
dapat mengganggu
berhubungan dengan
untuk mencuci tangan pada
kesehatan
risiko infeksi
saat memasuki dan
3. Dapat mengidentifikasi
meninggalkan ruangan
tanda dan gejala infeksi
Rasional: bakteri memiliki
secara konsisten
4. Memonitor perilaku diri ukuran yang tidak terlihat,
yang berhubungan dengan mencuci tangan dimaksudkan
risiko infeksi agar membunuh bakteri pada
5. Mempertahankan
tangan pengunjung agar pasien
lingkungan yang bersih
tidak bertambah parah

3. Meningkatkan intake nutrisi


yang tepat
Rasional: meningkatkan daya
imun memerlukan intake nutrisi
yang baik

4. Mendorong untuk istirahat


Rasional:apabila pasien
mengalami kelelahan daya
imunitasnya akan menurun dan
menyebabkan infeksi

5. Memberikan antibiotik yang


sesuai
Rasional:pemberian antibiotik
dilakukan untuk menanggulangi

11
bakteri patogen pada tubuh

B. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan diharapkan:
 Klien diharapkan tidak mengalami gangguan pola napas tidak efektif
 Klien diharapkan tidak merasakan nyeri di sekitar sakit sebelumnya
 Klien diharapkan dapat mengontrol risiko infeksi

1.3 Konsep Dasar Kanker Payudara


1.3.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada


jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran
maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan
lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).

Sedangkan menurut Osborn, et al. 2010 kanker payudara adalah formasi


keganasan sebagai hasil dari pertumbuhan yang tidak terkontrol pada sel-sel
abnormal jaringan payudara. Sumber lain menjelaskan bahwa kanker
payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh dijaringan payudara. Menurut
Carpenito, 2000 kanker payudara adalah gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang
biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah.
1.3.2 Etiologi Kanker Payudara

Faktor etiologi kanker payudara yang pasti sampai saat ini belum
diketahui, namun dapat dicatat pula bahwa penyebab penyakit ini bersifat
multifactorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu : faktor
genetika, lingkungan, pola makan, virus, dan radiasi di daerah dada (Emy
Rianti et al, 2012). Sedangkan menurut Moningkey dan Kodim (dalam
Chyntia,2009) terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:

12
a. Faktor reproduksi

Karakteristik reproduktif yang berhbungan dengan risiko terjadinya


kanker payudara adalah menarche pada usia muda, menopause pada umur
lebih tua, dan kehamilan pertama pada usia tua. Diperkirakan periode
antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama
merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara
anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan
bertambahnya umur.
b. Faktor hormone

Hormone esterogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.


Laporan dari Havard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi
esterogen replacement.
Suatu analisis juga menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko
kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang
menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause, sel-sel yang
sensitive terhadap rangsangan hormonal memiliki kemungkinan
mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
c. Penyakit fibrokistik

Pada wanita dengan hiperplasis dan papilloma, resiko sedikit


meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hyperplasia atipik, resiko
meningkat hingga 5 kali.
d. Radiasi

Eksposur drngan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas


meningkatkan terjadinya kanker payudara dan berhubungan secara linier
dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
e. Riwayat keluarga dan faktor genetik

13
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetic ditemukan bahwa kanker
payudara berhubungan dengan gen tertentu yaitu adanya mutase pada
beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker
payudara. Gen yang dimaksud adalah gen yang bersifat onkogen dan gen
yang bersifat mensupresi tumor. Gen pensupresii tumor yang berperan
penting dalam pembentukan kanker payudara diantaranya adalah gen
BRCA1 dan gen BRCA2.
f. Lingkungan

Pengaruh lingkungan diduga karena berbagai faktor antara lain :


alcohol, diet tinggi lemak, kecanduan kopi dan infeksi virus. Hal tersebut
akan mempengaruhi onkogen dan gen supresi tumor dari sel kanker
payudara.
g. Wanita yang belum mempunyai anak

Wanita yang belum mempunyai anak lebih lama terpapar dengan


hormone esterogen relative lebih lama dibandingkan wanita yang sudah
punya anak
h. Umur

Umur dibawah 20 tahun jarang dijumpai kanker payudara, angka


kejadiannya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. (Erik,2005).
1.3.3 Patofisiologi Kanker Payudara

Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi
pada system ductal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan
perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi casrinoma
insitu dan menginvasi stroma. Carcinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). pada ukuran itu kira-kira
seperempat dari carcinoma mammae telah bermetastasis. Carcinoma mammae

14
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah. (Nurpeni,2015)

15
2.3.4 WOC Kanker Payudara
Faktor Hormonal (Endokrin) Faktor lingkungan
 Menarche dini sebelum usia 12 thn  Pemajanan lama thd
Faktor genetika (terdapat
 Tdk punya anak radiasi
BRCA (gen suseptibilitas
 Menggunakan kontrasepsi oral (KO)  Gaya hidup tidak sehat
Ca. Payudara)
 Terapi pengganti hormone
(ERT/Estrogen Replacement Therapy)

Perubahan dalam bahan genettika sel (tumbuh sel abnormal)

Berkembangnya sel scr tdk terkendali

Hiperplasia pada sel


payudara
Sel kanker melelpaskan diri dari sel kanker primer

Kanker payudara
Metastase sel kanker

Peningkatan Invasi pada Perubahan Melalui sal. Mll aliran darah


metabolism sel kanker stroma struktur payudara limfe (hematogen)

Invasi sel kanker pd Pembesaran Pleura Otak


Sel kanker mengambil nutrisi Adanya massa dan
jaringan yg peka sensasi teraba benjolan kelenjar limfe
sel normal
nyeri (pleksus saraf dan regional Nyeri kepala
Efusi pleura
periosteum) epilepsy
Kebutuhan nutrisi tdk Ataksia
Benjolan pecah Kulit melekat ke Edema limfatik Mual-muntah
tercukupi
Interupsi sel saraf jar. Dibawahnya dan kulit bercawak Sesak nafas
scr tdk normal (peau d’orange)
MK: Keseimbangan Ulserasi
nutrisi kurang dari MK: Nyeri MK: Gg. Pola
kebutuhan tubuh akut Retraksi kulit nafas tidak
MK: Risiko payudara/berkerut MK: Gg. efektif
infeksi (dimpling) Integritas kulit
16
Tindakan

mastectomi Terapi supportif

 Kemoterapi MK:
MK Pre Operatif: MK Post Operatif :  Radiasi  Nyeri akut
 Nyeri akut  Risiko infeksi  Terapi  Gg. Integritas kulit
 Gg. Integritas  Nyeri akut hormonal  Kecemasan
Kulit  Gg. Citra tubuh  Gg. Citra tubuh
 Kecemasan

17
2.3.5 Manifestasi Klinis Kanker Payudara
Klien yang mengalami kanker payudara memiliki beberapa gejala atau
manifestasi klinis. Gejala umum dari kanker payudara adalah :
1) Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
2) Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran
karena mulai timbul pembengkakan
3) Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar
puting susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus
pada payudara
4) Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
5) Ada cairan yang keluar dari puting susu
6) Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar,
erosi dan terjadi retraksi
7) Ada rasa sakit
8) Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar
kalsium darah meningkat
9) Ada pembengkakan didaerah lengan
10) Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
11) Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar
12) Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun
sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik
ke dalam
13) Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
14) Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah
15) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh
lain (Heru, 2016).

2.3.6 Diagnosis Kanker Payudara


Menurut Heru (2016) ada beberapa penatalaksanaan umum yang
dilakukan pada klien kanker payudara diantarannya yaitu :
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan darah rutin dan

18
pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis. Selain
itu juga pemeriksaan Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu
diulang untuk follow up.
2) Pemeriksaan Mamografi
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang dikompresi. Mamogram adalah gambar hasil
mamografi. Untuk memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang
baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan proyeksi berbeda 45
derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi dapat
bertujuan skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan
follow up/kontrol dalam pengobatan. Mammografi dikerjakan pada
wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia
lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada
usia >40 tahun.
Pemeriksaan Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10
dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi
dan akan memberi hasil yang optimal. Untuk standarisasi penilaian
dan pelaporan hasil mamografi digunakan BIRADS yang
dikembangkan oleh American College of Radiology.
Tanda primer berupa:
1) Densitas yang meninggi pada tumor
2) Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses
infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas yang tidak jelas
(komet sign).
3) Gambaran translusen disekitar tumor
4) Gambaran stelata.
5) Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
6) Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder :
1) Retraksi kulit atau penebalan kuli
2) Bertambahnya vaskularisasi

19
3) Perubahan posisi putting
4) Kelenjar getah bening aksila (+)
5) Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6) Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.
3) USG Payudara
Salah satu kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik.
Gambaran USG pada benjolan yang harus dicurigai ganas di
antaranya:
 Permukaan tidak rata
 Taller than wider
4) MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-Scan
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada
mamografi, namun secara umum tidak digunakan sebagai
pemeriksaan skrining karena biaya mahal dan memerlukan waktu
pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan pada
wanita muda dengan payudara yang padat atau pada payudara dengan
implant, dipertimbangkan pasien dengan risiko tinggi untuk menderita
kanker payudara. Tepi hiperekoik Echo interna heterogen
Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor
membentuk sudut 90 derajat.
5) Pemeriksaan Patologi Anatami
Pemeriksaan patologi pada kanker payudara meliputi pemeriksaan
sitologi, morfologi (histopatologi), pemeriksaan immunohistokimia, in
situ hibridisasi dan gene array (hanya dilakukan pada penelitian dan
kasus khusus).
6) Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibodi sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel
lainnya. IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker
payudara. Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam
membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.

20
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk kanker
payudara adalah: Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan
reseptor progesteron (PR), HER2, dan Ki-67.

2.3.7 Penatalaksanaan Umum Kanker Payudara


1) Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk
pengobatan kanker payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai
berikut:
 Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast
conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi
lokal/regional.
 Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal :
ovariektomi, adrenalektomi, dsb.
 Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
Jenis pembedahan pada kanker payudara:
1) Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara
dan seluruh payudara termasuk kompleks puting-areola,
disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris level I sampai
II secara en bloc. Indikasi: Kanker payudara stadium I, II,
IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat
dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor.
2) Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan
payudara, kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan
minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III
secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi
yang pertama kali dikenal oleh Halsted untuk kanker
payudara, namun dengan makin meningkatnya pengetahuan
biologis dan makin kecilnya tumor yang ditemukan maka
makin berkembang operasi operasi yang lebih minimal.

21
3) Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi
yang mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal
rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah
onkologi.
4) Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh
payudara beserta kompleks puting- areolar,tanpa diseksi
kelenjar getah bening aksila. Indikasi: Tumor phyllodes
besar, keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan
paliatif menghilangkan tumor, penyakit Paget tanpa massa
tumor, dan DCIS.
5) Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan
payudara, dengan preservasi kulit dan kompleks puting-
areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar getah bening
aksila. Indikasi: Mastektomi profilaktik dan Prosedur
onkoplasti.
2) Breast Conserving Therapy (BCT)
BCS adalah pembedahan atas tumor payudara dengan
mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa
dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah
lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah
bening aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah
eradikasi tumor secara onkologis dengan mempertahankan bentuk
payudara dan fungsi sensasi.
BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal kanker payudara
stadium awal. Beberapa penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS
yang sama antara BCT dan mastektomi. Namun pada follow up 20
tahun rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi dibandingkan mastektomi
tanpa ada perbedaan dalam OS. Sehingga pilihan BCT harus
didiskusikan terutama pada pasien kanker payudara usia muda. Secara

22
umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang aman pada pasien
kanker payudara stadium awal dengan syarat tertentu. Tambahan
radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih baik.
Indikasi: Kanker payudara stadium I dan II dan Kanker payudara
stadium III dengan respon parsial setelah terapi neoajuvan.
3) Kemoterapi
Kemoterapi proses pemberian obat-obatan anti kanker atau
sitokina dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang
bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme kemotaksis.
Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga seluruh tubuh
(Hasdianah dan Suprapto, 2014).
4) Terapi Penyinaran
Radio terapi atau terapi sinar adalah penggunaan sinar berenergi
tinggi (seperti sinar x) untuk membunuh atau memperkecil sel kanker.
Radioterapi sesudah operasi mengurangi angka kekambuhan sebesar
50-75%. Namun radioterapi dapat menyebabkan efek samping
dikemudian hari. Untuk alasan itu, radioterapi setelah operasi
dianjurkan dibatasi pada pasien dengan resiko tinggi untuk
kekambuhan (Saryono dan Pramitasari, 2014).

2.3. 8 Asuhan Keperawatan Kanker Payudara


A. Pengkajian
1. Anamnesis
Didahului dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap.
Keluhan utama dapat berupa masa tumor dipayudara, rasa sakit, cairan
pada putting susu, kemerahan, atau keluhan berupa pembesaran getah
bening atau tanda metastasis jauh (Reksoprodjo dkk, 2010)
2. Pemeriksaan fisik
Karena organ payudara dipengaruhi oleh factor hormonal antara
lain esterogen dan progesterone maka sebaiknya pemeriksaan payudara
dilakukan disaat pengaruh hormonal itu seminimal mungkin yaitu setelah
menstruasi lebih kurang satu minggu dari hari pertama menstruasi.
Pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan untuk
kanker payudara secara klinis cukup tinggi (Reksoprodjo dkk, 2010)

23
3. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk dilakukan diagnostic,
yang umumnya hana dapat dilakukan di Rumah Sakit besar yaitu :
a. Mammografi
Mammografi ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi
teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibedakan lesi solid dan kristik.
Pemeriksaan lain dapat berupa termografi, xerografi (Reksoprodjo
dkk, 2010).
B. Diagnosa Keperawatan
Pada pasien dengan post operasi kanker payudara akan muncul
berbagai macam diagnose keperawatan, diantara diagnosa tersebut adalah :
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit
2. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan
(NANDA, 2002)

5. Diagnosa, Perencanaan Hasil, dan Intervensi

No. Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan Pemberian Analgesik (2210)
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 1. Menentukan lokasi,
penyakit (domain 12, kelas diharapkan masalah karakteristik, kualitas dan
1, kode 00133) keperawatan nyeri kronis keparahan nyeri yang
dapat diatasi dengan kriteria terjadi
Definisi hasil: Rasional : agar obat dapat
Pengalaman sensorik dan Kontrol Nyeri (1605) adekuat, maka
emosional yang tidak 1. Dapat mengenali kapan penentuannya harus sesuai,
meyenangkan dengan nyeri terjadi dikarenakan apabila beda
kerusakan jaringan aktual 2. Klien dapat melaporkan lokasi, karakteristik,
atau potensial, atau perubahan terhadap kualitas dan keparahan
digambarkan sebagai suatu gejala nyeri pada nyeri, maka beda pula
kerusakan; awitan yang professional kesehatan pemberian obatnya

24
tiba-tiba atau lambat 3. Dapat mengenali apa yang 2. Mengecek adanya riwayat
dengan intensitas dari terkait dengan gejala nyeri alergi obat
ringan hingga berat, terjadi Tingkat Nyeri (2102) Rasional : Agar tidak
konstan atau berulang 1. Tidak ada nyeri yang terjadi hal yang fatal,
tanpa akhir yang dapat dilaporkan semisal kematian akibat
diantisipasi atau diprediksi 2. Klien dapat beristirahat alergi terhadap obat
dan berlangsung lebih dari dengan nyaman 3. Kolabograsi dengan dokter
3 bulan. 3. Nafsu makan klien tidak apakah obat, dosis, rute
terganggu pemberian, atau perubahan
Status Kenyamanan: Fisik interval dibutuhkan, buat
(2010) rekomfendasi khusus
1) Dapat mengontrol berdasarkan prinsip
terhadap gejala analgesic
2) Intake makanan tidak Rasional : dengan
terganggu melakukan kolaborasi,
3) Intake cairan tidak asuhan keperawatan yang
terganggu diberikan menjadi semakin
optimal
Manajemen Obat (2380)
1. Menentukan obat apa yang
diberikan, dan mengelola
menurut resep dan/atau
protokol
Rasional : Agar obat yang
diberikan kepada klien
sesuai dengan yang
diresepkan oleh dokter
2. Mengajarkan pasien
dan/atau anggota keluarga
mengenai metode
pemberian obat yang sesuai.
Rasional : memandirikan

25
klien supaya tidak selalu
bergantung pada tenaga
kesehatan
3. Menentukan dampak
penggunaan obat pada gaya
hidup pasien
Rasional : agar pasien
patuh dalam mengonsumsi
obat sesuai dengan anjuran
yang telah diberikan
Manajemen Nyeri (1400)
1. Melakukan pengkajian
komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,
kualitas,, intensitas atau
beratnya nyeri dan factor
pencetus
Rasional : agar pengobatan
yang dilakukan dapat sesuai
dengan tingkat nyeri yang
dialami
2. Menggunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
menyampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
Rasional : Membantu
pasien untuk memperjelas
dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta

26
dapat mengambil tindakan
untuk mengubah situasi
yang ada bila pasien
percaya pada hal yang
diperlukan
3. Mengajarkan prinsip-
prinsip manajemen nyeri
Rasional : agar klien dapat
mengatasi nyeri yang
sewaktu-waktu bisa terjadi

Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi (6540)


2. Risiko infeksi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Membersihkan lingkungan
berhubungan dengan
diharapkan masalah dengan baik setelah
prosedur invasif
keperawatan risiko infeksi digunakan setiap pasien
pembedahan.
Rasional: membersihakan
dapat diatasi dengan kriteria
(Domain 11, kelas 1, kode lingkungan dimaksudkan
hasil:
00004) untuk menghilangkan
Keparahan Infeksi (0703)
kuman atau bakteri di
4. Tidak adanya kemerahan
tempat tersebut agar pasien
5. Tidak mengalami demam
Definisi
yang terkena infeksi
6. Tidak timbul nyeri
Rentan mengalami invasi menjadi tidak bertambah
7. Cairan [luka] tidak berbau
dan multiplikasi parah
busuk
2. Mengganti peralatan
organisme patogenik yang
Kontrol Risiko: Proses
perawatan per pasien
dapat mengganggu
Infeksi (1924)
sesuai protokol institusi
kesehatan.
4. Mengidentifikasi factor Rasional : mengganti
risiko infeksi peralatan bertujuan untuk
5. Mengetahui perilaku yang mengurangi peluang
berhubungan dengan terjadinya infeksi
3. Mencuci tangan sebelum
risiko infeksi
dan sesudah kegiatan
6. Mengidentifikasi tanda
perawatan pasien
dan gejala infeksi
Rasional : untuk
Pemulihan pembedahan:

27
Segera Setelah Operasi menghindari penularan
(2305) penyakit
1. Tekanan darah normal
berkisar 120/80 mmHg Perawatan Sirkumsisi (3000)
2. Tidak ada perdarahan 1. Memposisikan pasien pada
3. Tidak timbul nyeri posisi yang nyaman selama
prosedur
Rasional : untuk
mengurangi komplikasi
akibat immobilisasi
2. Memonitor adanya
perdarahan setiap 30 menit
untuk setiap 2 jam setelah
prosedur
Rasional : jika terjadi
perdarahan yang tiba-tiba,
dapat segera diberi
penanganan
Perlindungan Infeksi (6550)
1. Memonitor adanya tanda
dan gejala infeksi sistemik
dan local
Rasional : sebagai
pemantauan apabila terjadi
infeksi
2. Meningkatkan asupan
nutrisi yang cukup
Rasional : agar nutrisi klien
adequat
3. Mengajarkan pasien dan
keluarga pasien mengenai
perbedaan-perbedaan antara

28
infeksi-infeksi virus dan
bakteri
Rasional : agar keluarga
klien juga mengetahui
tanda-tanda terjadinya
infeksi

Setelah dilakukan tindakan


3. Gangguan citra tubuh Peningkatan Citra Tubuh
keperawatan selama 3x24 jam
berhubungan dengan (5220)
diharapkan masalah
pembedahan (domain 6,
1. Menentukan harapan citra
keperawatan gangguan citra
kelas 3, kode 00118)
diri pasien didasarkan pada
tubuh dapat diatasi dengan
tahap perkembangan
kriteria hasil:
Definisi Rasional :
Citra Tubuh (1200)
Konfunsi dalam gambaran 2. Membantu pasien
4. Gambaran internal diri
mental tentang diri-fisik memisahkan penampilan
konsisten positif
individu. fisik saat ini apakah
5. Penyesuaian terhadap
berkontribuusi pada citra
perubahan tampilan fisik
diri pasien
6. Penyesuaian terhadap
Rasional : agar dapat
perubahan fungsi tubuh
sesuai dengan keinginan
Keseimbangan gaya hidup
citra diri pasien
(2013)
1. Mengenali kebutuhan 3. Mengidentifikasi kelompok
untuk menyeimbangkan pendukung yang tersedia
aktivitas-aktivitas hidup bagi pasien
2. Mengidentifikasi sumber
Rasional : dengan
utama stress
banyaknya dukungan dari
3. Menggunakan strategi
pihak luar, pasien dapat
untuk mengurangi stres
memperoleh citra dirinya

Peningkatan Koping (5230)

1. Mendukung pasien untuk

29
mengidentifikasikan
deskripsi yang realistic
terhadap adanya perubahan
dalam peran

Rasional : agar mengetahui


perubahan yang terjadi
dalam peran

2. Memberikan suasana
penerimaan

Rasional : untuk membantu


perkembangan pribadi
seseorang dengan
kebaikannya

3. Mengenali latar belakang


budaya/spiritual pasien

Rasional : agar tenaga


medis dapat memahami
keanekaragaman budaya
dan aspek spiritual dalam
proses asuhan keperawatan

Konseling (5240)

1. Membangun hubungan
terapeutik yang didasarkan
pada [rasa] saling percaya
dan saling menghormati

Rasional : untuk membantu


pasien memperjelas dan
mengurangi beban perasaan
yang dialaminya

30
2. Menunjukkan empati,
kehangatan, dan ketulusan

Rasional : agar pasien


dapat menumbuhkan
perasaan saling percaya
pada perawat

3. Membantu pasien untuk


mengidentifikasi atau
situasi yang menyebabkan
distress

Rasional : agar cepat


ditemukan cara penanganan
distress pasien

3. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan diharapkan:
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah
keperawatan nyeri kronis dapat teratasi
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah
keperawatan risiko infeksi pada pasien dapat teratasi
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, masalah
keperawatan gangguan citra tubuh pada pasien dapat teratasi.
Daftar Pustaka

Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. (2013). Nursing Interventions Classification


(NIC). 6th ed. America: Mosby Elseiver
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford:
Wiley Blackwell.
Heru Purwanto. (2016). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Penanggulangan Kanker payudara.

31
Hasdianah, H.R, Suprapto, S.I. 2014. Patologi & Patofisiologi Penyakit.
Yogyakarta: Nuha Medika
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th ed. United states of America: Mosby Elseiver.
Nugroho, Taufan. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurpeni, M. R. K., & Nurpeni, M. R. K. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara (Ca Mammae)
di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah Denpasar (Doctoral dissertation,
Universitas Udayana).
Pamungkas, Zaviera. 2011. Deteksi Dini Kanker Payudara. Yogyakarta: Buku
Biru
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka
Rianti, E., Tirtawati, G. A., & Novita, H. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Risiko Kanker Payudara Wanita. Jurnal Health Quality Vol, 3(1).
Sari, M., Dewi, Y. I., & Utami, A. (2014). Hubungan dukungan keluarga terhadap
motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani Kemoterapi di Ruang
Cendrawasih I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Ners
Indonesia, 2(2), 158-166.
Sarjadi. 2007. Buku ajar Patologi Robbins. Jakarta : EGC
Saryono, Roischa, D.P. 2014. Perawatan Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Ilmu Bedah . Edisi 2. Jakarta : EGC
Susanti, L. A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Post Operasi Ca
Mammae Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Yurdiatini, Ni Putu, Johannes Hudyono. (2014). Diagnosis dan Penatalaksanaan
Fibroadenoma Payudara. Jurnal Kedokteran Meditek Vol. 20 No. 53

32

Anda mungkin juga menyukai