Anda di halaman 1dari 6

Lingkungan Bisnis

Materi: Domestic Political Environment

Judul: Iklan, Televisi dan Politik


Dosen Pengampu : Dr. Hempri Suyatna, M.Si

Gamma Yuni Nurvista 18/432434/PEK/23700

Program Magister Akuntansi (MAKSI)

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Gadjah Mada

2017
Pengaruh Iklan

Pada jaman yang semakin canggih seperti saat ini, iklan merupakan salah satu
media komunikasi massa yang bertujuan untuk mempromosikan suatu barang
ataupun jasa. Iklan ini bertujuan agar perusahaan dapat memasarkan produknya,
sehingga dibuat semenarik mungkin agar masyarakat tertarik untuk membeli
produk yang diiklankan dan terkadang dibuat terlalu berlebihan. Selain itu, iklan
memiliki tiga tujuan utama, yaitu untuk memberikan informasi, membujuk, dan
mengingatkan. Hingga saat ini, dalam perkembangannya, iklan dikategorikan
menjadi beberapa jenis, yaitu iklan komersial, iklan layanan publik, dan iklan
politik. Jenis iklan yang ketiga ini merupakan sebuah isu yang sedang hangat,
terutama pada musim pemilu.

Iklan politik sebenarnya dapat dikategorikan sebagai iklan komersial, dimana


masyarakat diajak untuk memilih para calon yang diiklankan. Kampanye dan cara
promosi yang terkandung dalam iklan merupakan cara perkenalan diri dan
pencitraan diri mereka agar para calon dapat memikat seluruh masyarakat untuk
memilih mereka. Lewat pencitraan visualnya, para kandidat mengusung tema
seperti “peduli wong cilik”, “peduli kesehatan dan pendidikan masyarakat miski”,
“peduli para petani”, dan sebagainya. Tema-tema tersebut diiklankan dengan
menekankan pesan verbal.

Menurut Nielsen Indonesia, belanja iklan di media massa pada kuartal I 2014
mengalami pertumbuhan 15% yaitu sebesar Rp 26,7 triliun. Dapat dikatakan bahwa
iklan mengalami keuntungan pesat jika dibandingkan dengan kuartal I 2013 yang
tercatat sebesar Rp 23,3 triliun. Menurut jenis medianya, di kuartal I tahun 2014
belanja iklan televisi tumbuh sebesar 19%, surat kabar 9%, dan sementra majalah
dan tabloid mengalami penurunan sebesar 1%. Pertumbuhan belanja iklan tersebut
sebagian besar berasal dari kontribusi belanja iklan partai politik dan pemerintahan
yang meningkat sebesar 80% menjadi Rp 2,04 triliun. Apabila flasback ke tahun
tersebut, mengingat kembali bahwa pada tahun 2014 merupakan peristiwa
bersejarah dimana masyarakat Indonesia mempunyai hak suara untuk memilih
pemimpin dan wakilnya bagi negaranya, sehingga hal tersebut membawa dampak
bagi partai politik untuk mengiklankan kandidat-kandidatnya dan gencar
melakukan promosi di berbagai media massa.

Pengaruh Televisi

Televisi muncul sebagai media massa yang paling disukai dan digandrungi dalam
komunikasi politi karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap masyarakat.
Begitu kuat pengaruhnya sehingga iklan kampanye di televisi dapat mempengaruhi
orang awam dan mampu menjangkau orang-orang yang memiliki disabilitas,
seperti tuna netra dan tuna rungu. Bagi yang tak bisa melihat, mereka dapat
mendengarkannya, sedangkan bagi mereka yang tak bisa mendengar, dapat
melihatnya karena televisi diciptakan dengan audio visualnya.

Di Indonesia sendiri terdapat banyak sekali stasiun televisi. Namun, ada


beberapa diantaranya dimana pemilik stasiun televisi tersebut juga berkecimpung
dalam dunia politik. TvOne dan ANTV yang dimiliki oleh Aburizal Bakrie, dimana
ia menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar sejak 9 Oktober 2009. Kemudian
MetroTv milik Surya Paloh yang menjabat sebagai Ketua Umum Partai Nasdem,
dan Harry Tanoesoedibjo pemilik MNC Group yang juga merupakan pendiri dan
Ketua Umum Partai Perindo. Stasiun televisi tersebut merupakan stasiun televisi
terbesar di Indonesia. Berita yang disajikan pun mampu mempengaruhi pola pikir
masyarakat.

Dikuasainya media televisi oleh orang-orang yang tidak hanya


berkecimpung di dunia bisnis tetapi juga politik membuat peran media ini semakin
tergusur dalam kaitannya dengan kepentingan publik. Media tersebut semakin
mementingkan kepentingan politik dan bisnis. Selain itu, pemilik stasiun televisi
tersebut mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam menentukan isi media
tersebut dan mampu mempengaruhi para profesional media untuk menyiarkan atau
tidak menyiarkan isi dari media tersebut.

Contohnya saja, TvOne milik Aburizal Bakrie yang memberi dukungannya


terhadap Prabowo, sedangkan MetroTV milik Surya Paloh Yang memberikan
dukungan terhadap Jokowi-JK. Kedua stasiun televisi ini saling bersaling untuk
menampilkan citra baik oleh kedua calon kandidat presiden dan wakil presiden pada
tahun 2014 lalu, baik melalui berita ataupun iklan. Kedua kandidat ini pun menjadi
seperti malaikat yang dieluh-eluhkan oleh kedua stasiun televisi tersebut.
Tujuannya yaitu untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat agar masyarakat mau
memilih satu diantara dua kandidat tersebut. Selain itu, pemberitaan tersebut juga
bertujuan untuk menaikkan share atau rating. Meskipun tidak sebanding dengan
rating acara hiburan, tetapi pada musim pemilu pemberitaan mengenai kandidat-
kandidat tersebut selalu menjadi trending topic.

Iklan dan Televisi

Iklan melalui media massa televisi memiliki pengaruh yang besar dalam
kepentingan politik. Selain itu juga terdapat para pemilik staisun televisi yang ikut
berkecimpung dalam dunia politik dan berkoalisi dengan partai yang mengusung
kandidat presiden dan wakil presiden, contohnya Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta
(tahun 2014). Semua stasiun televisi berlomba-lomba untuk menayangkan iklan
mengenai kedua kandidat. Selain demi kepentingan politik pemilik stasiun televisi,
hal tersebut juga berhubungan dengan keuntungan masing-masing stasiun televisi
terkait penayangan iklan.

Keuntungan yang diperoleh melalui iklan politik ini cukup besar karena
dana yang dikucurkan oleh partai politik juga tidaklah sedikit. Partai politik rela
menghabiskan dana yang sangat besar untuk iklan dengan mengharap timbal balik
bahwa masyarakat Indonesia akan memilih satu diantara beberapa kandidat.
Tentunya kesempatan ini tidak disia-siakan oleh pemilik staisun televisi dan seakan
menjadi kewajiban mereka untuk memperbanyak pundi-pundi rupiah dari iklan
politik dari kolega dan koalisinya. Misalnya, apabila per detik iklan yang
ditayangkan dipatok dengan harga 5 juta rupiah, sementara durasi iklan politik biasa
memakan waktu selama 30 detik, maka berapa pu ratus juta rupiah yang dihasilkan
dari sekali iklan dan iklan tersebut juga biasa ditampilkan dalam program-program
lain dalam satu stasiun televisi. Maka tidak heran apabila partai politik harus rela
merogoh kocek dalam-dalam untuk iklan tersebut. Hal ini tentunya sejalan dengan
iklan yang ditayangkan yang mampu memvisualisasikan citra baik kandidatnya dan
mampu mempengaruhi masyarakat dalam menggiring opini.

Analisis

Iklan merupakan sebuah marketing politik untuk meyakinkan masyarakat mengenai


image politik itu sendiri. Pada tahun 2019, sebagai puncaknya, bisnis iklan akan
mengalami pertumbuhan pesat dan membawa keuntungan lebih banyak karena
pada saat itu akan diadakan pesta rakyat yaitu pemilu. Iklan yang ditampilkan pun
akan mengusung tema yang semakin beragam. Para pembuat iklan akan memiliki
banyak kewajiban untuk menciptakan visualisasi dari kandidat masing-masing
partai politik.

Selain itu, kekuatan televisi dalam menggiring opini publik juga masih
sangat tinggi. Melalui iklan dan program-program berita yang ada, masyarakat akan
digiring untuk beropini bahwa kandidat tersebut adalah yang terbaik daripada yang
lain. Kepentingan antara pemilik stasium televisi dengan kepentingan politik juga
masih ada dan sangat kentara. Maka dari itu, produk-produk yang dihasilkan
televisi tidak bisa lepas dari kepentingan politik yang ditu oleh pihak yang berkuas
di smedia tersebut.

Namun demikian, harus diakui bahwa media memang tidak akan bisa netral.
Apapun yang diberitakan oleh media tersebut merupakan pilihan yang tak
terhindarkan doleh media yang bersangkutan. Selain itu, diharapkan masyarakat
bisa lebih kritis dalam menganggapi konten-konten yang ada dalam media, baik itu
berita maupun iklan politik. Kecerdasan sumber daya manusia merrupakan faktor
utama yang dapat menghambat terjadinya penggiringan publik yang dilakukan oleh
media tertenru dan demi kepentingn tertentu.
Referensi

Subiakto, V. U. 2014. Memahami Iklan Politik. Diambil kembali dari


https://nasional.sindonews.com/read/841231/114/memahami-iklan-politik-
1393947682 (Diakses pada tanggal 18 September 2018).
Rahman, A., & Suyanto, A. 2015. Pengaruh Iklan Politik Televisi Terhadap Pilihan
Politik Calon Pemilih Pemula di Indonesia. ISSN: 2355-9357. E-proceeding
of Management: Vol. 2, No. 2, 1140.
Prasetya, A., B. Kepemilikan Media Massa Sebagai Kendaraan Politik Menuju
Pemilu 2014. Diambil kembali dari
http://arifbudi.lecture.ub.ac.id/2014/03/kepemilikan-media-massa-sebagai-
kendaraan-politik-menuju-pemilu-2014/ (Diakses pada tanggal 18 September
2018).
Dirgantoro, B. 2009. Iklan Politik dan Politik Iklan. Siambil kembali dari
https://news.detik.com/opini/d-1089717/-iklan-politik-dan-politik-iklan
(Diakses pada tanggal 18 September 2018).

Anda mungkin juga menyukai