Anda di halaman 1dari 10

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN MENUJU ERA GLOBAL

Tugas Mata Kuliah


Etika Bisnis dan Profesi

Oleh :
Nadiya Az Zahra
180810301239

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi system informasi


dan komunikasi telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju penyatuan system
ekonomi global. Pernyataan system ekonomi global ini makin mendorong tumbuhnya
perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi melampaui batas-batas suatu
negara. Kesatuan aktivitas perekonomian ini terlihat jelas yang dicapai oleh para
pemimpin negaranegara di dunia, antara lain perjanjian ASEAN, APEC, Uni Eropa, dan
terakhir perjanjian WTO, makin mendorong ke arah pernyataan system ekonomi dunia.
Saat ini sedikitnya ada dua persoalan di bidang audit dan akuntansi yang belum
sepenuhnya dapat mendukung ke arah kesatuan ekonomi global, yaitu: a) Setiap negara
masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-sendiri, yang terkadang
berbeda antara negara satu dengan negara lainnya. Banyak negara yang mewajibkan
agar setiap perusahaan yang beroperasi di wilayahnya menyusun laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di negara masing-masing. b) Profesi
akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar perilaku etis
profesi akuntan. Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan dalam rangka
mengantisipasi keberadaan profesi akuntan bertaraf internasional, maka dalam waktu
yang tidak terlalu lama lagi, Indonesia melalui organisasi profesi IAI telah sepakat untuk
mengadopsi standar audit, akuntansi, dan kode etik internasional yang dikeluarkan oleh
IFAC. Dari Uraian latar belakang tersebut, penulis akan membahas topik “Kode Etik
Profesi Akuntan Menuju Era Global” yang merupakan salah satu materi dari etika bisnis
dan profesi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tantangan Profesi Akuntan Global


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi system informasi dan
komunikasi telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju penyatuan sistem
ekonomi global. Penyatuan sistem ekonomi global ini makin mendorong tumbuhnya
perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi melampaui batas-batas suatu
negara. Kesatuan aktivitas perekonomian ini terlihat jelas pada aktivitas bursa saham dan
perdagangan valuta asing. Berbagai kesepakatan dan kerja sama politik yang dicapai oleh
para pemimpin negara-negara di dunia, antara lain perjanjian ASEAN, APEC, Uni Eropa,
dan terakhir perjanjian WTO, makin mendorong ke arah pernyataan sistem ekonomi dunia.
Saat ini sedikitnya ada dua persoalan di bidang audit dan akuntansi yang belum
sepenuhnya dapat mendukung ke arah kesatuan ekonomi global, yaitu:
a. Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-sendiri,
yang terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya. Banyak negara
yang mewajibkan agar setiap perusahaan yang beroperasi di wilayahnya menyusun
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di negara masing-
masing.
b. Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar
perilaku etis profesi akuntan.

Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada tiga aliran akuntansi dan audit yang dominan
diterapkan oleh perusahaan atau organisasi, yaitu:
a. Sistem Anglo-Saxon yang dimotori oleh AS,
b. Sistem Kontinental yang berlaku di Belanda, Jerman, dan beberapa Negara Eropa
lainnya,
c. Sistem yang berlaku di Inggris dan Negara-negara persemakmuran, melakukan
prosedur audit. Profesi akuntan publik diawasi oleh organisasi profesi itu sendiri, juga
diawasi oleh beberapa insitusi pemegang otoritas, seperti: pemerintah (di Indonesia
melalui Departemen Keuangan Republik Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK), dan institusi lain yang terkait.

Pihak-pihak, badan, atau lembaga yang selama ini berkaitan langsung dengan profesi
akuntansi, antara lain:

2
a. Pemerintah dan Lembaga Legeslatif melalui produk peraturan dan perundang-
undangan
b. Badan pengatur/otoritas pasar modal (Bapepam LK, BEI, SEC, NYSE, dan lain-lain)
c. Organisasi profesi akuntan di masing-masing negara (IAI, IAPI, AICPA, AAA, CICA,
IMA, dan lain-lain)
d. Badan atau Organisasi mandiri Internasional (IFAC dan IASB)
e. Para pemakai/pengguna laporan keuangan dan sebagainya.

B. Kode Etik Profesi Akuntan Di As


Ada enam manfaat dari kode etik profesi, yaitu:
1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat (peer
pressure)
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah dari pada
mengandalkan kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoc.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu
(ambiguous situations).
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun dapat
juga mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers)
5. Kode etik dapat merinci tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau
mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak
mengawasinya.
Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpengaruh di AS yang telah memberikan
kontribusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American Institute of Certified
Public Accountants (AICPA) dan Institute of Management Accountants (IMA). Kode etik
AICPA lebih ditujukan untuk para akuntan yang berpraktik pada kantor akuntan publik,
sedangkan kode etik IMA lebih ditujukan bagi para akuntan yang berprofesi sebagai
akuntan manajemen di suatu organisasi perusahaan.

Ringkasan Prinsip-prinsip dan aturan etika AICPA


1. Tanggung Jawab: Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang profesional,
anggota harus menjalankan pertimbangan moral dan profesional secara sensitif
(Artikel 1).
2. Kepentingan Publik: Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak
sedemikian rupa demi melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukan komitmen atas profesionalisme (Artikel II).
3. Integritas: Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus
melaksanakan semua tanggung jawab profesional dengan rasa integritas tertinggi
(Artikel III).

3
4. Objektivitas dan Independensi: Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan
bebas dari konflik kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional.
Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya menjaga independensi dalam fakta
dan penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya (Artikel IV).
5. Kehati-hatian (due care): Seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar
etika dan teknis profesi terdorong untuk secara terus-menerus mengembangkan
kompetensi dan kualitas jasa, dan menunaikan tanggung jawab profesional sampai
tingkat tertinggi kemampuan anggota yang bersangkutan (Artikel V).
6. Ruang Iingkup dan sifat jasa: Seorang anggota dalam praktik publik harus mengikuti
prinsip-prinsip kode Perilaku Profesional dalam menetapkan ruang lingkup dan sifat
jasa yang diberikan (Artikel VI).

Aturan Etika AICPA


101 Independensi
102 Integritas dan Objektivitas
201 Standar umum
202 Kesesuaian dengan standar
203 Prinsip akuntansi
301 Informsi klien rahasia
502 Advertensi dan solisitasi
503 Komisi dan fee rujukan
505 Bentuk dan nama organisasi

C. Kode Etik Profesi Akuntan Di Beberapa Negara Di Luar As


Ada banyak contoh kode etik profesi akuntan yang berlaku di banyak negara. Beberapa
kode etik yang berlaku di beberapa negara, seperti AS, Inggris, Jerman, Kanada, dan
Australia tidak banyak berbeda.

D. Sarbanes – oxley act


Badai skandal keuangan yang mempertontonkan pelanggaran etika secara nyata yang
dilakukan oleh para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan publik multinasional yang
berkantor pusat di AS yang juga melibatkan profesi akuntan publik ternama, sempat
menggoncang bursa saham dan perekonomian AS. Akibat berbagai skandal ini,
pemerintah dan lembaga legislatif AS segera mengeluarkan undang-undang yang sangat
terkenal dengan nama Sarbanes-Oxley Act (SOX).

E. Kode Etik Profesi Akuntan: Internasional Federation Of Accountants (IFAC)


Pada bulan Juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik secara
lengkap dan sangat rinci. Pedoman kode etik ini terdiri atas tiga bagian; bagian A berisi
prinsip-prinsip fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh profesi akuntan dan

4
juga berisi kerangka konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut; bagian B berisi
penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan prinsip-prinsip
fundamental pada bagian A untuk situasi-situasi khusus, terutama bagi mereka yang
berpraktik sebagai akuntan publik; dan bagian C berisi penjelasan lebih lanjut mengenai
kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk diterapkan pada
situasi-situasi khusus, terutama bagi profesi akuntan bisnis (akuntan manajemen).

Struktur dan Kerangka Dasar Kode Etik IFAC


Untuk lebih memahami kode etik yang diterapkan oleh IFAC ini, maka Brooks (2007)
memberikan pendekatan cara memahami filosofi Kode Etik IFAC sebagai berikut:
1. Memahami struktur kode etik.
2. Memahami kerangka dasar kode etik untuk melakukan penilaian yang bijak.
3. Proses menjamin indenpendensi pikiran dan indenpendensi penampilan.
4. Pengamanan untuk mengurangi resiko situasi konflik kepentingan.

Kerangka dasar Kode Etik IFAC dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Ciri yang membedakan profesi akuntan yaitu kesadaran bahwa kewajiban akuntan
adalah untuk melayani kepentingan publik.
2. Harus dipahami bahwa tanggungjawab akuntan tidak secara ekslusif hanya melayani
klien (dari sudut pandang akuntan publik), atau hanya melayani atasan (dari sudut
pandang akuntan bisnis), melainkan melayani kepentingan publik dalam arti luas.
3. Tujuan (objective) dari profesi akuntan adalah memenuhi harapan profesionalisme,
kinerja, dan kepentingan publik.
4. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat kebutuhan dasar, yaitu kredibilitas,
profesionalisme, kualitas jasa tertinggi, dan kerahasiaan.
5. Keseluruhan hal tersebut hanya dapat dicapai bila profesi akuntan dilandasi oleh
prinsip-prinsip perilaku fundamental, yang terdiri atas: integritas, objektivitas,
kompetensi professional dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional, dan
standar teknis.
6. Namun, prinsip-prinsip fundamental pada butir (5) hanya dapat diterapkan jika akuntan
mempunyai sikap independen, baik independensi dalam pikiran (independence in
mind) maupun independen dalam penampilan (independence in appearance).

Pentingnya melakukan identifikasi dan evaluasi keadaan dan hubungan dengan klien atau
atasan guna menentukan:
1. Apakah ada ancaman terhadap sikap independensi akuntan, baik yang berpraktik
sebagai akuntan publik maupun sebagai akuntan bisnis.
2. Ancaman terhadap independensi dapat berbentuk:
a. Kepentingan diri (self-interest)
b. Review diri (self-review)

5
c. Advokasi (advocacy)
d. Kekerabatan (familiarity)
e. Intimidasi (intimidation)
3. Bila ditemui adanya ancaman terhadap independensi, maka pada pedoman kode etik
juga diberikan panduan perilaku cara mengamankan, mengeliminasi, atau mengurangi
risiko ancaman tersebut sampai pada level yang dapat diterima.
4. Ada beberapa cara pengamanan yang dapat diterapkan, diantaranya profesi, legislasi,
regulasi di dalam klien dan firma.

Konsep-konsep yang memerlukan penjelasan antara lain:


a. Prinsip-prinsip fundamental etika.
b. Independensi.
c. Ancaman terhadap Independensi.
d. Pengamanan terhadap ancaman independensi.

Prinsip-prinsip Fundamental Etika


Prinsip-prinsip Fundamental Etika terdiri atas:
a. Integritas (integrity). Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur
dalam semua hubungan bisnis dan profesionalnya.
b. Objektivitas (objektivity). Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh
membiarkan terjadinya bias, konflik kepentingan, atau di bawah pengaruh orang lain
sehingga mengesampingkan pertimbangan bisnis dan profesional.
c. Kompetensi profesional dan kehati-hatian. Seorang akuntan profesional mempunyai
kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan profesional secara
berkelanjutan pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin seorang klien atau atasan
menerima jasa profesional yang kompeten yang didasarkan atas perkembangan
praktik, legislasi, dan teknik terkini.
d. Kerahasiaan (confidentiality). Seorang akuntan profesional harus menghormati
kerahasiaan informasi yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan
bisnis serta tidak boleh mengungkapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa
izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat hak
profesional untuk mengungkapkannya.
e. Perilaku profesional (professional behavior). Seorang akuntan profesional harus patuh
pada hukum dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi.

Independensi

6
Sebagaimana telah diketahui, ada dua jenis independensi yang dikenal, yaitu
independensi dalam fakta dan independensi dalam penampilan. Untuk independensi
dalam fakta, IFAC menggunakan istilah lain, yaitu independensi dalam pikiran.

a. Dalam pikiran: suatu keadaan pikiran yang memungkinkan pengungkapan suatu


kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mempromosikan penilaian
profesional.
b. Dalam penampilan: penghindaran fakta dan kondisi yang sedekimian signifikan
seingga pihak ketiga yang paham dan berpikir rasional - dengan memiliki
pengetahuan.

Ancaman terhadap Independensi


Seperti telah diungkapkan sebelumnya, ancaman terhadap independensi dapat berbentuk:
a. Kepentingan diri (self-interest)
b. Review diri (self-review)
c. Advokasi (advocacy)
d. Kekerabatan (familiarity)
e. Intimidasi (intimidation).

Ancaman Independensi Akuntan Publik


Ancaman kepentingan diri dapat timbul akibat ada kepentingan keuangan, atau ada
kepentingan dari keluarga langsung atau keluarga dekat, atau kepentingan lain dari
akuntan yang bersangkutan. Kepentingan diri adalah wujud sifat yang lebih
mengutamakan kepentingan pribadi atau keluarga dibandingkan dengan kepentingan
publik yang lebih luas. Contoh langsung ancaman kepentingan diri untuk akuntan publik,
antara lain, namun tidak terbatas pada:
 Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien, atau kepentingan keuangan
bersama pada suatu perusahaan klien.
 Ketergantungan yang tidak wajar pada total fee dari suatu klien.
 Memiliki hubungan bisnis yang sangat erat dengan klien.
 Kekhawatiran berlebihan bila kehilangan suatu klien.
 Potensi akan dipekerjakan oleh suatu klien.
 Fee kontinjensi sehubungan dengan perikatan penjaminan.
 Ada pinjaman dari/atau kepada klien penjaminan, atau kepada/dari direktur atau
pejabat dari klien (IFAC, 200.4)

Contoh langsung ancaman kepentingan diri untuk akuntan bisnis antara lain:
 Kepentingan keuangan, pinjaman, dan garansi.
 Perjanjian kompensasi insentif.
 Penggunaan harta perusahaan yang tidak tepat.
 Tekanan komersial dari pihak di luar perusahaan.

7
Pengamanan terhadap Ancaman
Ada dua kategori pokok pengamanan terhadap Ancaman Independensi, yaitu:
a. Pengamanan melalui profesi, legislasi, atau regulasi.
b. Pengamanan lingkungan kerja (IFAC, 100.11).

Pengamanan ancaman di tempat kerja untuk akuntan bisnis, antara lain, namun tidak
terbatas pada:
 Penerapan struktur pengawasan korporasi (corporate oversight or oversight
structure).
 Pedoman kode etik perilaku organisasi.
 Pedoman perekrutan yang menekankan pentingnya merekrut tenaga dengan
kompetensi tinggi.
 Pengendalian internal yang kuat.
 Proses pendisiplinan yang memadai.
 Kepemimpinan yang berbasis etika.
 Kebijakan dan prosedur pelaksanaan dan pemantauan kinerja karyawan.
 Komunikasi tepat waktu tentang berbagai kebijakan dan prosedur termasuk
perubahannya ke seluruh karyawan disertai pelatihan dan pendidikan yang
memadai tentang kebijakan dan prosedur yang ada (IFAC, 300.16).

Bagian B: Kode Etik Akuntan Publik


Daftar isi dan kode Bagian B adalah:
200 Pendahuluan
210 Penunjukan Profesional dan Penerimaan Klien
220 Konflik Kepentingan
230 Pendapat Kedua (Second Opinion)
240 Fee dan Jenis Imbalan Lainnya
250 Pemasaran Jasa Profesional
260 Hadiah dan Keramahtamahan
270 Penyimpanan Aset Klien (Custody of Client Assets)
280 Objektivitas Semua Jasa
290 Independensi Perikatan Penjaminan (Assurance Engagement)

Bagian C: Kode Etik Akuntan Bisnis


Daftar isi dan kode Bagian C ini adalah:
300 Pendahuluan
310 Potensi Konflik
320 Penyusunan dan Pelaporan Informasi
330 Bertindak dengan Keahlian yang Memadai

G. Profesi Akuntan Indonesia Dan Ifac

8
Saat ini profesi akuntan di Indonesia, baik akuntan publik maupun akuntan manajemen,
mengikuti standar kompetensi yang berlaku di AS. Namun dengan kecenderungan
terjadinya penyatuan sistem perekonomian dunia, mau tidak mau seluruh profesi akuntan
di dunia juga harus mendukung ke arah penyatuan sistem ekonomi global tersebut. Kabar
terakhir pengurus IAI bertekad untuk sesegera mungkin agar profesi akuntan Indonesia
mengadopsi standar teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh International Federation of
Accountants (IFAC).

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya Edisi Revisi. Jakarta Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai