SESI 11
DISUSUN OLEH:
YOGYAKARTA
2015
LATARBELAKANG
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mulai diperkenalkan di Indonesia sejak 1 April 1985 untuk
menggantikan Pajak Penjualan (PPn), dasar hukum PPN dan PPnBM adalah UU No.8 Tahun
1983 sebagaimana telah diubah dengan UU No.11 tahun 1994 diubah lagi dengan UU No.18
ta tahun 2000 dan UU PPN dan PPnBM yang terbaru adalah UU No.42 tahun 2009.
PPN telah dipungut pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi,
pemungutan pada setiap tingkat ini tidak menimbulkan efek ganda (casscade effect) karena
adanya umur kredit pajak. Penggunaan metode perhitungan PPN dengan menggunakan
Credit Method, pada Credit Method harus mencari selisih antara pajak yang dibayar saat
pembelian dengan pajak yang dipungut saat penjualan.
Jumlah kewajiban PPN lebih bayar dapat ditekan dengan cara legal yaitu
menggunakan strategi di bidang perpajakan atau yang lebih dikenal perencanaan pajak (tax
planning). Diluar negeri terutama Amerika Serikat , strategi ini sudah cukup dikenal dan
hampir semua perusahaan melakukannya. Cara ini cukup efektif dalam rangka melakukan
efisiensi dan penghematan namun demikian ada sebagian orang berpendapat bahwa tindakan
tax planning bertentangan dengan moral karena didalamnya penuh dengan trik-trik (siasat)
yang digunakan lebih banyak yang mengarah pada pengelakkan pajak dan pada prinsipnya
jelas hal ini akan mengurangi pendapatan negara dari pajak yang dapat menganggu fiskal
negara dan merugikan penerimaan negara.
Perencanaan dan Manajemen Pajak adalah sesuatu yang dapat dilakukan oleh setiap
perusahaan yang menginginkan adanya penghematan pajak. Karena tujuan dari manajemen
pajak yang bersifat ekonomis, efektif, dan efisien. Dengan menyusun perencanaan dan
manajemen pajak sejak dini perusahaan akan terhindar dari segala hal yang mengakibatkan
peningkatan beban pembayaran pajak. Salah satunya adalah dengan melakukan manajemen
pajak pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dalam melakukan manajemen pajak yang harus
diperhatikan ialah tidak melanggar peraturan yang berlaku, secara bisnis reasonable, dan
didukung dengan bukti-bukti yang kuat.
A. DASAR PENGGENAAN PAJAK (DPP) PPN
Dasar Penggenaan Pajak (DPP) merupakan jumlah tertentu sebagai dasar untuk
menghitung PPN. Dasaar Penggenaan Pajak terdiri atas harga jual, nilai penggantian, nilai
ekspor, nilai impor, dan nilai lai sebagai Dasar Penggenaan Pajak Resmi (2013 : 25 – 26).
1. Harga Jual
Harga jual adalah nilai berupa uang termasuk biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pengusaha karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut
berdasarkan undang-undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur
pajak. Harga jual merupakan DPP untuk penyerahan BKP. Harga jual diperoleh
dengan menjumlahkan harga pembelian bahan baku, bahan pembantu, alat-alat
pelengkap lainnya ditambah dengan biaya-biaya seperti serta laba yang diharapkan.
Teramasuk biaya dalam harga jual adalah biaya pengangkutan, biaya pengiriman,
biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya garansi, biaya bantuan tehnik, biaya
pemasangan dan instalansi, dan biaya lain-lain yang berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha menghasilkan sampai dengan penyerahan BKP. Apabila PKP selain
menerbitka Faktur Pajak juga harus tercantum sebagai potongan harga diskon dalam
Faktur Penjualan.
2. Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, tidak termasuk PPN
dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. Nilai penggantian
merupakan nilai taksiran biaya untuk mengganti biaya yang dikeluarkan guna
mendapatkan profesi, keterampilan, dan kegiatan pelayanan dalam arti ”jasa”tersebut.
Jika harga jual atau nilai penggantian menggunakan unag asing, maka harus
dikonversi kedalam mata uang rupiah sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
mengenai kurs yang berlaku pada saat ini.
3. Nilai Impor
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang
dipungut berdasarkan undang-undang PPN.
Penentuan nilai impor BKP didasarkan pada undang-undang Pabaean yang
menggunakan Dasar Penggenaan Bea Masuk, yaitu cost (harga faktur), insurance
(biaya asuransi antar-Daerah Pabean), dan freight (ongkos angkut atau pengapalan
antar-Daerah Pabaen).
Nilai Impor = CIF + Bea Masuk + Pungutan Lain yang Sah
4. Nilai Ekspor
Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta olek eksportir. Nilai ekspor tercantum dalam dokumen tertentu
yang dapat dijadikan sebagai Faktur Pajak ekspor, yaitu Pemberitahuan Ekspor barang
(PEB), yang tidak di fiat muat oleh Dirjen Bea dan Cukai. Berapapun nilai ekspor
yang tercantum dalam dokumen ekspor (PEB), tidak ada perhitungan PPN karena tarif
PPN untuk barang ekspor adalah 0% (nol persen). Dengan tari 0% (nol persen)
makaPKP dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
(restitusi) PPN dalam rangka ekspor BKP.
5. Nilai Lain Sebagai Dasar Penggenaan Pajak
Nilai lain adalah jumlah yang ditetapkan sebagai dasar penggenaan pajak. Nilai lain
tersebut antara lain :
a. Untuk pemakaian sendidri BKP atau JKP adalah harga jual atau penggantian
setelah dikurangi laba kotor.
b. Untuk pemberian cuma – cuma BKP atau JKP adalah harga jual atau penggantia
setelah dikurangi laba.
c. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual
rata-rata.
a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak;
b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak;
c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
Dalam hal pembeli BKP atau pengguna JKP diketahui FP yang telah diterima dari
pihak lain ternyata cacat segera dikembalikan kepada pihak pemberi FP. Sedangkan
dalam hal penjual BKP atau pemberi JKP ternyata telah menerbitkan FP cacat apabila
belum dilaporkan segera melakukan penggantian FP.
4. Mengajukan permohonan sentralisasi PPN dalam hal perusahaan memiliki banyak
cabang.
CABANG
CABANG
Kantor CABANG
Pusat
CABANG
Hal yang dapat dilakukan apabila sebuah perusahaan memiliki banyak cabang ialah:
Mengajukan sentralisasi PPN
Apabila sentralisasi PPN telah dilakukan, maka pastikan di cabang-cabang tidak
melakukan transaksi penjualan yang menerbitkan invoice. Sehingga seolah-olah
hanya sebagai gudang (conventional).
Contoh:
2 April 28 April
20 juta 20 juta
Produksi
Biasanya perusahaan industri, sehingga dapat langsung offset dan uang tidak keluar
Penjelasan
A. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak :
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP
dan/atau yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN 1984 dan perubahannya. Jika telah
dikukuhkan sebgai pengusaha kena pajak maka harus melaporkan usahanya tersebut.
maka dari itu harus pula diketahui tentang:
B. Hal-hal yang harus diperhatikan terkait dengan saat pembuatan faktur pajak, dan
tata cara pembuatan faktur pajak.
Syarat Faktur Pajak (FP) standar, karena merupakan sarana untuk mengkreditkan pajak
masukan. Paling sedikit FP memuat:
Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP/JKP
Nama, alamat, NPWP yang menerima BKP/JKP
Jenis barang/jasa, harga jual/ penggantian, dan potongan harga
PPN yang dipungut
PPnBM yang dipungut
Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan FP
Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangai FP
C. Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan objek PPN dan atau PPnBM
D. Mengetahui dengan jelas apa saja sanksi/ denda terkait dengan PPN dan atau
PPnBM, sebagai berikut:
1. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak membuat FP, atau
2. Pengusaha yang telah dikukuhakan sebagai PKP, membuat FP, tetapi tidak tepat
waktu.
3. Pengusaha kena pajak melaporkan FP tidak sesuai dengan penerbitan FP
4. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi FP secara lengkap,
selain:
Identitas pembeli atau identitas pembeli serta nama dan tandatangan dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran. Terhadap hal-hal tersebut diatas
akan dikenakan sanksi 2% x DPP
5. Pengusaha kena pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian
Pajak Masukan (PM)
Sanksi : 2% per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari
tanggal peneribatan surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sampai dengan tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP), bagian dari bulan
dihitung penuh 1 bulan.
E. Memanfaatkan berbagai fasilitas di bidang PPN dan/atau PPnBM
Fasilitas ppn terhutang tidak dipungut
Kawasan berikat
KAPET
EPTE
Fasilitas PPN dibebaskan;
Impor dan atau penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis (PP no. 7 tahun 2007).
REFERENSI
2. John E Karayan , Charles S Swenson dan Joseph W Neff. Strategic Corporate Tax
3. Kumar, Kaushal A ,Direct Tax Planning and Management Newdelhi: Atlantic ;5th
edition, 2006.
4. Resmi, Siti, Perpajakan Teori dan Kasus; Edisi Enam: Jakarta, 2013.
Indeks, 2004