Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


2.1.1 Perkembangan Anak
2.1.1.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Tumbuh kembang merupakan manefestasi yang kompleks dari


perubahan biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai
maturitas/ dewasa. Banyak orang menggunakan istilah tumbuh – kembang
terdiri dari dua proses yaitu pertumbuhan dan perkembanga secara sendiri-
sendiri. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang
berbeda sifat tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan
(growth) merupakan perubahan atau bertambahnya ukuran, besar, jumlah
atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu pertumbuhan
umumnya berkenaan dengan aspek jasmaniah atau fisik. Pertumbuhan
dapat diukur dengan satuan berat (gram,kilogram)/ panjang, (gram,
kilogram), panjang (m, cm), umur tulang dan keseimbangan metabolik
karena bersifat kuantitatif sebagai contoh hasil dari hasil pertumbuhan otak
adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat,
dan mempergunakan akal sehatnya (Soetjiningsih & IG. N. Gde Ranuh
2012).
Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif
dan kaulitatif. Perkembangan bertambahnya kemampuan (skill) struktur
dan sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas. Perkembangan
menyangkut proses diferensisasi sel tubh, jaringan tubuh, organ dan
system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi kebutuhannya. Termasuk juga kebutuhan kognitif,
bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan prilakubsebagai hasil dari
interkasi dari lingkungannya. Perkembangan kembangan merupakan
perkembangan yang bersifat progresif mengandung arti bahwa perubahan
yang terjadi mempuyai arah tertentu dan scenderung maju kedepan, tidak
mundur ke belakanng. Terarah dan terpadu menujukkan bahwa terdapat
yang pasti antara perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya dan
berikutnya .

2.1.1.2 Tahap-Tahap Tumbuh Kembang


Membagi tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan menjadi:
neonatal (0-28 hari), masa bayi (1 bulan-1 tahun), toddlerhood (1-3
tahun), preschool (3-6 tahun), usia sekolah (6-12 tahun), remaja (12-
20 tahun), dewasa awal (20-40 tahun), dewasa tengah (40-65 tahun),
dan dewasa akhir yang dibagi menjadi tiga, yaitu : tua awal (65-75
tahun), tua tengah (75-84 tahun), dan tua akhir (85 tahun ke atas)
(Barbara dalam Ratna zakia 2015).

Tumbuh kembang anak terjadi sejak konsepsi hingga dewasa secara


bertahap dan saling berkesinambungan atau berkaitan. Berdasarkan
IDAI tahun 2012, anak akan melalui beberapa tahap tumbuh
kembang sebagai berikut:

a. Masa prenatal, yaitu masa janin didalam kandungan yang


dibagi menjadi dua tahap:

1) Masa embrio, yang terjadi sejak masa konsepsi


hingga umur kehamilan delapan minggu. Setelah
terjadi pembuahan ovum oleh sperma, ovum akan
berubah dengan cepat menjadi suatu organisme akan
terjadi diferensiasi cepat sehingga terbentuk sistem
organ dalam tubuh.

2) Masa fetus, yaitu sejak umur sembilan minggu hingga


kelahiran. Terdiri dari dua tahap:

a) Masa fetus dini, terjadi sejak usia sembilan


minggu sampai trimester kedua kehamilan.
Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan
pembentukan tubuh manusia secara sempurna
dan alat tubuh terbentuk serta mulai berfungsi.

b) Masa fetus lanjut, terjadi pada trimester akhir


dimana pertumbuhan berlangsung cepat dan
terjadi perkembangan fungsi tubuh.

b. Masa postnatal, terjadi setelah kelahiran yang terdiri dari:

1) Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi terhadap


lingkungan dan perubahan sirkulasi darah, organ-organ
tubuh mulai berfungsi.

2) Masa bayi, yang terdiri dari:

a) Masa bayi dini (1-12 bulan), dimana terjadi


pertumbuhan yang berjalan dengan pesat, dan
proses pematangan yang kontinu. Terjadi
peningkatan sistem saraf

b) Masa bayi akhir (1-2 tahun), mulai terjadi


penurunan kecepatan pertumbuhan tetapi terjadi
peningkatan pada perkembangan motorik dan
fungsi ekskresi.

3). Masa prasekolah (2-6 tahun), pertumbuhan berlangsung


secara stabil, terjadi peningkatan keterampilan dan
proses berfikir. Terjadi perkembangan dengan
bertambahnya aktifitas jasmani.

4). Masa sekolah atau masa pubertas (laki-laki: 8-12 tahun,


perempuan: 6-10 tahun), terjadi pertumbuhan yang
lebih cepat daripada masa prasekolah, semakin
berkembangnya keterampilan dan intelektual.

5). Masa remaja atau adolesensi (laki-laki: 12-20 tahun,


perempuan: 10-18 tahun) yang merupakan masa transisi
dari masa anak-anak ke dewasa. Terjadi percepatan
6). Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan (Adolescent
Growth Spurt) dan pesatnya perkembangan alat
kelamin serta mulai timbul tanda-tanda kelamin
sekunder. Pada anak perempuan biasanya akan lebih
cepat 2 tahun memasuki masa remaja dibandingkan
anak laki-laki.

Menurut Hurlock (Soetjiningsih 2014) tahap perkembangan menjadi


10 tahap yaitu :

1. Masa/periode prenatal (sejak konsepsi sampai dengan


kelahiran

2. Masa bayi baru lahir/neonatal (dari kelahiran sampai akhir


minggu kedua), yang dapat dibedakan menjadi :

a) Periode partunate, yaitu mulai saat kelahiran sampai antara


15 dan 30 menit

b) Periode neonate (dari pemotongan dan pengikatan tali pusar


sampai akhir minggu kedua).

3. Masa bayi (mulai akhir minggu kedua- 2 tahun)

4. Masa Awal kanak- kanak (usia 2-6 tahun)

5. Akhir masa kanak- kanak (usi 6 sampai 10 atau 12 tahun).

6. Masa puber atau awal masa remaja (usia 10 atau 12 tahun


sampai 13 atau 14 tahun

7. Masa remaja (usia 13 atau 14 tahun sampai 18 tahun).

8. Awal masa dewasa (usia 18- 40 tahun).

9. Masa usia pertengahan (usia 40- 60 tahun).

10. Masa tu(usia 60 tahun sampai meninggal dunia).

Menurut Santrock (Soetjiningsih 2014 ) tahap perkembangan dibagi 8


tahap :
1. Masa Prakelahian (prenatal period) : sejak pembuahan sampai
kelahiran

2. Masa bayi (infancy) : dari kelahiran sampai 18 atau 24 bualan

3. Masa awal anak- anak (early childhood): dari akhir masa bayi
sampai 5 atau 6 bulan

4. Masa pertengahan dan akhir kanak-kanak (middle and late


childhood) : kira-kira usia 6-11 tahun, yang kira-kira setara
dengan tahun-tahun sekolah dasar

5. Masa remaja (adolescence) : kira-kira 10 hingga 12 tahun

6. Masa awal dewasa (early adulthood): mulai akhir belasan


tahun atau awal usia 20an tahun dan berakir pada usia 30-an
tahun

7. Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) mulai kira-kira


35 hingga 45 tahun sampai 60 tahunan

8. Masa akhir dewasa (late adulthood) : mulai akhir usia 60


sampai 70 tahun

2.1.1.3 Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang (Soetjiningsih


2014 )
1. Faktor genetic
Genetik/herediter, faktor herediter dapat ditentukan dengan intensitas
dan kecepatan berhentinya pembelahan pertumbuhan tulang
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai
tidaknya potensi genetic. Lingkungan yang baik akan
memungkinkan tercapainya potensi genetic, sedangkan yang tidak
baik akan menghambat nya.
3. Faktor psikososial
a) Stimulasi : stimulasi dari lingkungan merupakan hal yang
peting untuk tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat
berkembang disbandingkan anak yang kurang/tidak
mendapat stimulasi.
b) Motivasi belajar : motivasi belajar dapat timbulkan sejak dini
dengan memberikan lingkungan yang konduktif untuk
belajar, misalnya perpustakaan, buku-buku yang menarik
minat baca anak
c) Kelompok sebaya : anak memerlukan teman sebaya untuk
bersosialisasi dengan lingkungan. Perhatin dari orengtua
terap dibutuhkan untuk dengan siapa tersebut bergaul.
Khususnya bagi remaja, harus diperhatikan teman sebayanya,
karena teman sebaya dapat mempengaruhi untuk hal-hal
yang tidak baik.
d) Cinta dan kasih sayang : salah satu anak adalah hak untuk
dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan
di perlakukan adil dari orang tuanya, agar kelak iya menjadi
anak yang tidak sombong
4. Faktor keluarga dan adat istiadat
a) Pekerjaan/ pendktor apatan keluarga : pendapatan keluarga
yang memadai akan menunjang tumbung kembang anak
b) Pendidikan ayah/ibu : pendidikan orangtua merupakan salah
sat faktor yang penting untuk tumbuh kembang anak karana
pendidikan orang tua yang baik dapat memberikan
pengasuhan yang baik terhadap tumbuh kembang anak
c) Jumlah saudara : jumlah keluarga atau jumlah saudara yang
banyak trlebih kalau jarak anak terlalu dekat dapat
memberikan perhatian yang kurang dan ini dapat
mempengaruhi tumbuh kemang anak
d) Jenis kelamin perkembangan fungsi reproduksi perempuan
lebih cepat dibandingkan laki-laki sebelum melewati masa
pubertas.
e) Pola asuh, cara keluarga mengasuh anak dimana keluarga
membentuk perilaku anak sesuai norma dan nilai yang sesuai
dengan kehidupan masyarakat (Susilowati, 2011).

5. Hormon: Hormon pertumbuhan somatotropin berpengaruh dalam


pertumbuhan. Selain itu hormon tiroksin yang dihasilkan kelenjar
pituitary berpengaruh dalam metabolisme serta maturasi tulang,
gigi dan otak (Nursalam, 2005).

2.1.1 Perkembangan Bahasa


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa didefinisikan sebagai
suatu sistem lambang bunyi yang digunakan oleh suatu anggota
masyarakat untuk bekerja bersama, berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri. Bicara merupakan alat komunikasi yang
sangat penting. Bahasa merupakan salah satu simbol dari suatu
sistem yang digunakan untuk mengungkapkan suatu pengertian atau
ekspresi dari pikiran atau perasaan. Kemampuan bicara dan bahasa
adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respon terhadap suara, bicara, komunikasi, mengikuti
perintah dan sebagainya (Depkes, 2016).
Manusia memahami suatu kata dari pengalamannya. Manusia
mendapatkan kosakata dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan
sebagainya. Area cerebrum yang mengintegrasikan semua stimulus
menjadi kemampuan berbahasa adalah area Wernicke. Area
Wernicke berhubungan dengan area pendengaran primer dan
sekunder yang memungkinkan adanya interpretasi bahasa terhadap
apa yang didengar. Bagian otak yang berperan dalam produksi suara
adalah area Broca. Area ini berfungsi untuk menimbulkan pola
motorik pada laring, sistem respirasi, serta otot untuk berbicara. Pada
proses berbicara area Wernickememahami bahasa dan area Broca
mengatur produksi suara (Hall, dalam Ratna Zakia 2014 ).

Kemampuan bahasa adalah kombinasi seluruh sistem perkembangan


anak yang melibatkan kemampuan motorik, psikologis, emosional,
dan perilaku (Widyastuti & Widyani, 2014).
Bahasa adalah suatu system komunikasi yang di gunakan dengan
sukarela dan secara social disetujui, dengan menggunakan symbol-
simbol tertentu menyampaikan dan menerima pesan dari satu orang
ke orang lain. (Soetjiningsih 2012 )
Kemampuan bahasa merupakan indikator seluruh perkembangan
anak, karena kemampuan berbahassa sensitive terhadap
keterlambatan atau kelainan pada system lainnya, seperti
kemampuan kognitif, sensorimotor, psikologi, emosional dan
lingkungan di sekitar anak.
Menurut teori neuropsikolinguistrik berbahasa ada interaksi yang
komplek antara fungsi otak (korteks serebri), semantik dan fagmatik,
fanologi grammar dan oragan yang memproduksi bahasa. System ini
saling berhubungan. Bila salah satu mlami masalah maka akan
terjadi gangguan biacara. Salah satu petunjuk untuk menilai
kepandaian berbicra adalag 4S yaitu umur anak dibagi 4 (dalam
tahun) merupakan proposal kata yang bias dipahami oleh pendengar,
dari seluruh kata-kata yang diucapkan oleh anak. Anak umur 1 tahun
sebnyak 1/4 , 2 tahun 2/4, 3 tahun ¾ dan 4tahun 4/4.
Perkembangan bicara secara normal dapat berlangsung sama seperti
proses motorik, adaptasi dan sosialisasi. Seperti semua tingkah laku
yang dipelajari, berbicara bergantung pada proses pematangan. Ada
suatu periode kesiapan berbicara yaitu antara umur 9 bulan sampai
24 bulan, ketika anak menguasai kemampuan berbicara sebagai alat
komunikasi (Soetjiningsih, 2012). Periode 2-4 tahun pertama
menunjukkan peningkatan yang cepat dalam jumlah dan
kompleksitas perkembangan berbicara, kekayaan perbendaharaan
kata dan kontrol neuromotorik. Selama periode ini gangguan dalam
kelancaran berbicara dapat lebih kelihatan
2.1.2.1 Tahapan Perkembangan Bahasa Anak

Menurut M. Schaerlaekens dalam (Adriana dalam Sabrina


2018) terdapat 4 tahapan perkembangan bahasa anak.
Tahapan perkembangan bahasa tersebut adalah:
a) Tahap prelingual (0-1 tahun)
Pada tahap ini anak belum dapat mengucapkan kata
maupun kalimat berarti seperti yang orang dewasa
ucapkan atau belum mengikuti aturan bahasa yang
berlaku. Tetapi sejak minggu awal kelahiran sudah
terdapat perkembangan mengeluarkan bunyi. Menurut
Chaer perkembangan tersebut melalui tahap bunyi
resonansi, bunyi berdekut, bunyi berleter, bunyi
berleter ulang dan bunyi vokabel.
b) Tahap lingual dini (1-2,5 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan kata
pertamanya. Beberapa kombinasi huruf masih sukar
diucapkan. Perkembangan bahasa pada tahap ini
berjalan sangat cepat yang dibagi dalam 3 periode
yaitu periode kalimat satu kata, periode kalimat dua
kata dan periode kalimat lebih dari dua kata
c) Tahap diferensiasi (2,5-5 tahun)
Anak sudah dapat melakukan perbedaan dalam
menggunakan kata-kata dan kalimat.
d) Tahap menjelang sekolah (lebih dari 5 tahun)
Tahap dimana anak akan masuk sekolah dasar.
2.1.2.2. Tipe Perkembangan Bahasa Pada Anak
Menurut Yusuf tipe perkembangan anak menjadi 2 yaitu
a. Egosentric speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya
sendiri (monolog). Hal ini berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan
oleh anak berusia 2-3 tahun.
b. Socialized speech adalah ketika anak melakukan interaksi
dengan teman atau lingkungan yang berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan adaptasi untuk bersosialisasi.
Pada tipe ini terdapat 5 bentuk perkembangan bahasa yaitu:
1) Adapted information, terjadi pertukaran gagasan atau
adanya tujuan yang dicari.
2) Critism, mengenai penilaian anak terhadap ucapan atau
perilaku orang lain.
3) Command (perintah), request (permintaan), threat
(ancaman).
4) Question (pertanyaan)
5) Answer (jawaban).
Dilihat perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan
perkembangan kemampuan berbahasa individu, maka tahapan
perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap berikut ini
(Berks, 2015):
1) Tahap pralinguistik atau meraban (0-1 tahun)
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk
ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif. Pada umur ini anak
mengeluarkan berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap
orang lain yang ada disekitarnya sebagai uapaya mencari kontak
verbal.
2) Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1-1,8 tahun)
Pada umur satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu
kata yang di ucapkan oleh anak-anak ini harus dipandang sebagai
satu kalimat penuh mencakup aspek intelektual maupun
emosional sebagai cara untuk menyatakan mau tidaknya terhadap
sesuatu. Anak yang menyatakan “Mobil” dapat berarti “Saya mau
main mobil- mobilan”, “Saya mau ikut naik mobil sama ayah”
atau “Saya minta diambilkan mobil mainan” dan sebagainya.
3) Tahap kalimat dua kata (1,8-2 tahun)
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk
menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan
menggunakan kalimat sederhana yang dirangkai secara tepat.
Misalnya anak mengucapkan “Mobilan siapa?” atau bertanya “Itu
mobilan milik siapa?” dan sebagainya.

4) Tahap pengembangan tata bahasa awal (2-5 tahun)


Pada tahap ini anak mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat
mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin
kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan
pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-
angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan
perkembangan anak.
5) Tahap pengembangan tata bahasa (5-10 tahun)
Pada tahap ini semakin mampu mengembangkan struktur tata
bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan
gabungan kalimat- kalimat sederhana dengan komplementasi,
relatifasi dan konjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang
dilakukan pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai
kekecualian dari keteraturan- keteraturan tata bahasa dan fonologi
dalam bahasa terkait.
6) tahap kompetensi lengkap (11 tahun-dewasa)
Pada akhir masa kanak-kanak yang kemudian memasuki masa
remaja dan dewasa, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya
bahasa mengalami perubahan, semakin lancar, serta fasih dalam
berkomunikasi. Keterampilan dan performasi tata bahasa terus
berkembang kearah tercapainya kompetensi berbahasa secara
lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.

2.1.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa


Setiap individu berbeda dalam proses perkembangannya
karena perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor
baik secara herediter maupun lingkungan. Faktor- faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan bicara tidak lepas dari
faktor penyebab kelainan bicara yang melibatkan berbagai faktor
yang saling mempengaruhi, antara lain (Jaenudin, 2000) :
a. Karakteristik Anak
1). Umur
Perkembangan bicara anak merupakan proses yang
berkesinambungan, pada umur atau periode berbeda, ciri
perkembangan tertentu menjadi lebih menonjol dari pada
ciri yang lain.

2.) Jenis Kelamin


Keterlibatan anak dalam stimulasi keluarga
mempengaruhi perkembangan bicaranya. Dalam konteks
tersebut, anak laki-laki yang secara sosial budaya lebih
bebas bermain dan lebih sering berada di luar rumah,
menunjukan perkembangan yang lebih baik termasuk juga
perkembangan bicaranya. Anak laki-laki mendapatkan
tugas yang lebih bervariasi, lebih bebas dan lebih
mendapat perhatian dalam bermain.
3). Status Gizi
Kekurangan asupan makanan juga dapat mempengaruhi
perkembangan anak. Salah satu penjelasan hubungan
tersebut ialah pengaruh kekurangan makan, terutama
energi dan protein terhadap pertumbuhan dan
perkembangan jaringan otak, khususnya apabila terjadi
pada masa-masa kritis pertumbuhan jaringan otak.
Berbagai nutrien juga mempengaruhi perkembangan
jaringan otak, antara lain zinc, magnesium, besi dan
yodium. Faktor gizi memegang peran yang sangat penting
sebagai salah satu penunjang untuk tercapainya hasil
tumbuh kembang yang optimal.
b. Karakteristik Keluarga
1) Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu merupakan determinan yang kuat terhadap
kelangsungan hidup anak. Semakin tinggi pendidikan ibu
semakin baik pertumbuhan anaknya. (landres. 1998 dalam
Ratna Zakia 2014)
mendapatkan bahwa pendidikan ibu menunjukan korelasi
tinggi dengan perkembangan anak. Ibu dengan tingkat
pendidikan rendah merupakan faktor resiko keterlambatan
bahasa pada anaknya. Cara bagaimana orang tua
mengajarkan bahasa dan memberi stimulasi
mempengaruhi laju perkembangan bahasa (Wong, 2013).

2) Pekerjaan Ibu
Status pekerjaan orang tua ikut mempengaruhi cara-cara
orang tua memperlakukan anaknya. Ibu yang tidak bekerja
atau ibu rumah tangga akan memiliki anak yang
perkembangan bahssanya lebih baik ketimbang dengan ibu
yang bekerja di karenakan ibu yang tidak bekerja akan
memiliki waktu yang lebihbnyak ke anak sehingga
stimulus yang di berikan ibu keanak jauh lebih baik
3) Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi atau tingkat kemakmuran
keluarga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan anak.
Kemiskinan berinteraksi dengan faktor gizi, yang
selanjutnya kemakmuran keluarga merupakan prediktor
yang kuat terhadap perkembangan anak dikemudian hari.
Ada hubungan timbal balik antara rendahnya keadaan
sosial ekonomi keluarga, pendidikan keluarga, kurang gizi
dan gangguan perkembangan perilaku anak.
4) Jumlah Saudara
Jumlah keluarga yang besar, khususnya jumlah anak,
dalam berbagai penelitian ternyata berhubungan dengan
gangguan pertumbuhan, walau tidak selalu demikian.
Penelitian lain menunjukan bahwa besarnya jumlah anak
dalam keluarga akan mengakibatkan semakin rendahnya
dukungan emosional yang diberikan orang tua terhadap
anaknya, semakin rendahnya kehidupan afeksi dalam
keluarga dan penyesuaian emosional pada anak dan tingkat
kecerdasan anak

2.1.2.4. Perkembangan Bahasa Anak Usia Prasekolah (4-6 tahun )


Perkembangan bahasa pada di usia prasekolah berkembang
sangat pesat. Oleh karena itu, salah satu karakteristik pada usia ini aalah
uia bertanya, dimana anak sering kali mengajukan pertanyaan-
pertanyaaan tentang segala sesuatu yang ia lihat dan pikirkan, bahkan
terkadang tidak mau berhenti bertanya bila jawaban yang diinginkan
belum dijawab.
Perkembangan bahasa terkait erat dengan kecerdasan seseorang dan
perkembangan memorinya, semakin banyak pertanyaan yang diajukan
anak bisa menunjukan bahwa anak tersebut termasuk anak yang cerdas
anak dapat mengaitkan antara satu hal dengan hal lainnya sehingga
muncul pertanyaan-pertanyaan yang diajukannnya. Pada usia ini tanpa
kita sadari anak seringkali merekam apa yang ayah dan bundanya bahas
atau orag dewasa ucapkan dan bila di waktu yang berbeda dengan apa
yang di bahas sama ayah dan bunda nya maka anak akan secara sepontan
langsung mengatakan sesuai dengan yang dikatakan ayah bunda.
Anak-anak yang tingkat inteleglesinya dibawah rata-rata salah satu
indikatornya bisa terlihat dari bahasnya. Anak tersebut biasanya
mengalami kerhambatan dalam bahasa sehingga sulit untuk
mengungkapkan bahassanya secara reseptif ataupun ekspresjuga, Namun
ada juga anak-anak yang intelgensinya rata-rata ke atas tapi mengalami
hambatan bahasa. Menurut Plomin (dalam Hapsari 2016) penyebab dari
hambat belum diketahui secara pasti tetapi bebrapa hal yang dapat
diindikasikamm menjadi penyebab keterlambatan bicara diantaranya
adalah :
1. Kurangnya Stimulasi,
2. Adanya yang Stimulasinya baik tapi mengalami hambatan secara
kognitif dalam memproses bahasa
3. Faktor penyakit seperti otitis media yaitu peradanga dibagian telinga
tengah yang membuat kemampuan mendengarnya kurang dan
kesulitan belajar bahasa, namun bila penyakit ini bisa diatasi maka
kemampuan mendengar dan bicara akan berkembang lebih baik.
4. Faktor keturunan
Perkembangan bahasa yang terlambat bisa memengaruhi aspek
perkembangan lainnya pada anak, anak kesulitan untuk memproduksi
bahasa dan bahasa dan kosa kata, anak akan mengalami kerlambatan
dalam belajar yang membutuhkan kemampuan bahasa, anak kesulitan
untuk bersosialisasi dengan teman temannya dan anak akan mengalai
masalah emosi karna kesulitan untuk mengungkapkan emosinya.
A. Kosa Kata
1. Kosa kata usia 3-4 tahun
Kosa kata pada anak usia tiga tahun umumnya berkembang 900
sampai 1000 kata dan sekitar 80 persen di ucapkan dengan jelas
bahkan untuk yang masih asing. Tata bahsa yang lebih komplek
juga dapat diucapkan walaupun tidak seperti pada orang dewasa
dan masih sering terjadi kesalahan. Pada usia ini anak sudah
dapat mengatakan kata kata yang menggambarkan waktu yang
akan datang misalnya “ nanti aku akan sekolah”, besok kalau
besar aku akan jadi pilot peaswat terbang.”
2. Anak usia 4-5 tahun
Antara anak usia 4 sampai 5 tahun kalimat anak sudah terdiri
dari 4 smpai 5 kata juga mereka sudah mamapu menggunakan
kata depan, seperti “ dibawah “, dalam “, di atas “ , di samping
dan mereka lebih banyak menggunakan kata kerja dari pada ata
benda (Mussen dalam Soetjiningsih 2012). Di usia anak 4
sampai 5 tahun tata bahasa anak kemampuannya berkembang
anak sudah dapat mengungkapkan kalimay kompleks dan sebab
akibat seperti “bunda saya mau makan karna sudah lapar “ di
usia ini anakjuga sudah dpat melakukan perintah lebih dari satu
perintah yang dikatakan secara bertahap. Namun bila dikatan
dalam satu kalimat secar langsung, bisa jadi anak akan
melakukan hal yang dikatakan terlebih dahulu contohnya “ adek
boleh nonton tv setelah merapikan maian “, anak cenderung
beranggapan bahwa ia boleh menonton tv terlebih dahulu baru
merapikan mainan sehingga perlu dikatakan secara bertahap dan
konkret sperti “ Adek sekarang rapikan maianannya dulu,
dimassukan keranjang mainannya baru nnotn TV.
3. Anak Usia 5-6 tahun
Pada usia ini kalimat anak sudah terdiri dari enam suku kata
dengan delapan kata. Anak usia ini biasanya memiliki kosa kata
sekitar 2.600 kata dam memahami lebih dari 20.000 kata (Papila
dkk dalam Soetjiningsih 2012). Mereka sudah dapat
menjelaskan arti dari kata-kata yang sederhana mengetahui
lawan kata, serta sudah dapat menggunakan kata penghubung,
kata depan, dan kata sandang. Menurut Hetherington dan park
2000 ( dalan Soetjiningsih 2012 ) menyatakan bahwa pada masa
prasekolah ini anak mempunyai kemampuan mempelajari setap
bahasa denan lebih mudah denan usia seblum mau pun bila ia
telah dewasa.
Menurut Carey dan Clark (dalam Soetjiningsih 2014) pada usia
enam tahun kosakata pembicaraannya berkisar antra 8000
sampai 14000kata, dan rata-rata mereka mempelajari 22 kata
baru perhari.
Dalam tata bahasa dan sintaksis anak usia prasekolah terdapat bebrapa
tata bahasa yaitu :
1. Social Speech dan kemampuan berbicara pragmatis
Pada usia prasekolah anak sudah mulai mengembangkan kemampuan
sosial speech ataupun kemampuan berbrbicara sosial dimana kata-kata
yang diucapkan oelh anak sudah mulai dimengerti oleh orang lain
yang mendengarnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada usia ini
anak sudah mampu berkomunikasi secara pragmantis yaitu mampu
berbicara dengan pengetahuan tentang bahasa dalam berkomunikassi
seperti bagaimana bertanya tentang suatu hal, bagaimana erbicara
dengan bercanda, bagaimana member komentar atau menanggapi
orang lain.
Maka dengan ini anak usia prasekolah udah mulai beradaptasi dalam
berbicara dengan orang lain, lebih sopan bila berbicara dengan orang
yang lebih dewasa, dapat berbicara untuk menyelesaikan perselisihan
dengan teman seperti mengatakan "maaf “ dan mulai mengurangi kata
perintah kepada orang lain. (menurut Hapsari 2016)
2. Private Speech atau berbicara sendiri
Private Speech merupakan kepada diri sendiri dengan keras tanpa
maksud melibatkan atau mengkomunikasikan dengan orang lain
secara lantang maupun tidak. Hal ini termasuk wajar dan normal yang
terjadi pada massa anak-anak awal terhitung kira-kira 20 sampai 50
persen dari yang diucapkan anak . Anak usia 4 sampai 5 tahun
melakukan bicara sendiri sebgai cara untuk mengekspresikan fantasi
dan emosinya, sedangkan anak-anak yang lebih besar mengucapkan
apa yang dipikirkannya atau berkomat kamit dengan suara yang berat.
2.1.2.5 Perkembangan bahasa yang terlambat
Sekitar tiga persen anak usia praseolah mangalami keterlambatan
bahsa/bicara, walaupun tingkat keerdasannya normal atau lebih.
Massih belum jelas mengapa sebagian anak-aanak mengalami
keterlambatan ini. Dibandingkan dengan anak perempuan, anak
laki-laki cenderung mengalami late talker Perkembangan bahsa
yang terlambat dapat mempengaruhi perkembanagan kognitif,
sosial, dan emosional yang lebih luass karena merka cenderung
dinilai negative oleh orang-orang di sekelilingnya. Salah satu cara
mengatasi keterlambatan bahsa anak ini adalah dengan dialog
reading (membaca buku bersama-sama).
2.1.2.6 Alat Pengukur Perkembangan Denver II
Uji skrining perkembanagan Denver II merupakan tes
psikomotorik dan merupakam salah satu dari metode skrining
terhadap kelainana perkembangan anak (Soetjiningsi 2012 ).
Fungsi tes Denver II adalah
a. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya
b. Menilai perkembangan anak sejaka baru lahir sampai umur
6tahun
c. Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya
kelainan perkembangan
d. Memastikan apakah anak dengan kecurigaan terdapat kelainan,
memang benar mengalami kelainan perkembanagan
e. Melakukan pemantauan perkembangan anak yang berisiko
(missal anak masa perinatal)

2.2 . Konsep Komunikasi


2.2.1 Definisi Komunikasi
Secara etimologi kata komunikasi berasal dari bahasa Latin, communicare
yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan kata communis berarti milik
bersama atau berlaku di mana-mana (Liliweri, 1997: 3). Sekalipun kata
komunikasi telah menimbulkan banyak kesukaran namun komunikasi dapat
dipahami sebagai konsep yang serba mana. Artinya komunikasi mengandung
berbagai makna, yaitu: (1) komunikasi sebagai proses sosial; (2) komunikasi
sebagai peristiwa; (3) komunikasi sebagai ilmu; dan (4) komunikasi sebagai kiat
atau keterampilan. Theodorson (1969) mengemukakan bahwa, komunikasi adalah
proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau satu
kelompok lain. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung
pengaruh tertentu. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang
lain (komunikan).

2.2.2 Jenis Komunikasi

Menurut arah prosesnya, komunikasi dibedakan sebagai berikut:


a. Komunikasi satu arah (one way communication)
Komunikasi satu arah merupakan komunikasi yang berlangsung
dari satu pihak saja, yaitu hanya dari pihak komunikator dengan tidak
memberi kesempatan kepada komunikan untuk memberikan respon atau
tanggapan. Keuntungan komunikasi satu arah yaitu lebih cepat dan efisien.
Dalam hal-hal tertentu dapat memberikan kepuasan kepada komunikator,
karena pihak komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan
respons atau tanggapan terhadap hal-hal yng disampaikan oleh
komunikator. Dapat membawa wibawa komunikator (pimpinan), karena
komunikasi tidak dapat mengetahui secara langssng atau menilai kesalahan
dan kelemahan komunikator. Kelemahan komunikasi satu arah adalah
tidak memberikan kepuasan kepada komunikan, karena komunikan tidak
mempunyai kesempatan untuk memberikan respons atau
tanggapan, memberikan kesan otoriter, dapat menimbulkan kesalah
pahaman dan ketidak jelasan, sehingga muncul prasangka yang tidak baik.
b. Komunikasi dua arah (two ways communication)
komunikasi dua arah merupakan komunikasi yang berlangsung
antara dua pihak dan ada timbal balik baik dari komunikator maupun
komunikan. Komunikasi dua arah dapat terjadi secara vertical, horizontal,
dan diagonal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang alirannya
berlangsung dari atas ke bawah atau sebaliknya. Komunikasi horizontal
yang berlangsung antara komunikator dengan komunikan yang
mempunyai tingkat, kedudukan, dan wewenang yang sama. Komunikasi
diagonal dalah komunikasi yang berlangsung antara komunikator dengan
komunikan yang tingkat, kedudukan, serta wewenangnya berbeda.
Keuntungan dari komunikasi dua arah adanya dialog antara komunikator
dengan komunikan, sehingga menimbulkan kepuasan diantara kedua belah
pihak, informasi yang diterima menjadi lebih jelas, lebih akurat dan lebih
tepat, karena dapat diperoleh langsung penjelasanya, memunculkan rasa
kekeluargaan, kekerabatan, dan iklim demokratis, menghindari kesalah
pahaman. Kelemahan komunikasi dua arah adalah informasi yang
disampaikan lebih lambat, sehingga kurang efisien, keputusan tidak dapat
diambil dengan cepat, memberikan kesempatan kepada komunikan untuk
bersikap menyerang, sehingga suasana kerja bisa menjadi kurang kondusif,
memberi kemungkinan timbulnya berbagai macam masalah yang tidak ada
relevansinya dengan masalah yang sebenarnya.
c. Komunikasi ke segala arah
Komunikasi kesegala arah merupakan komunikasi yang
berlangsung dari beberapa komunikator dan komunikan yang saling
berinteraksi yang tingkat, kedudukan, serta wewenangnya berbeda-beda.
Contohnya diskusi antar anggota keluarga. komunikasi ke segala arah,
komunikator dan komunikanya lebih dari dua orang (Nasir, 2009).
2.2.3 Komunikasi Keluarga Pada Anak Prasekolah
Pada tahap ini perkembanagan komunikasi dalam keluarga apada anak
praskolah sangat penting dimana pada tahap ini dari lahir hingga usia anak
6 tahun, anak-anak pada tahun ini adalah puncaknya untuk mempelajari
bahasa. Kemampuan bahasa anak diperoleh anak dari keluarga khususnya
dari interaksi anak dan pengasuh uatama yaitu ibu. Anak- anak memulai
kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata-kata dimana anak pada
usia 3-6 tahun ini adalah masa dimana anak untuk meniru, merakam apa
percakapan dari interksi anak terhadap keluarga ucapan yang anak dengar
di rekam dalam otak dan akan dia ucap kan maka dari itu tempat belajar
bahasa anak paling utama adalah dalam keluarga.
Peran adalah tingkah laku yang dibentuk oleh peranan-peranan yang diberikan
oleh masyarakat bagi individu untuk melaksanakannya. Dengan kata lain,
peranan mengakui bahwa faktor-faktor sosial pada tingkah laku individu dalam
situasi berbeda. Tanpa diminta, kita semua memainkan suatu peranan. Tentu
saja kita tidak akan mengatakan bahwa kita actor-aktor di atas panggung.
Beberapa peranan lebih sentral dari pada peranan yang lainnya. Jadi, intensitas
setiap orang dalam memainkan perannya tidaklah sama. Beberapa diantaranya
memainkan perannya secara biasa-biasa saja, sedikit terlibat, atau tidak sama
sekali, yang lainnya memainkan perannya secara sungguh-sungguh. Dalam hal
ini akan dbicarakan lebih khusus mengenai peran orang tua dalam keluarga
dengan kaitannya menanamkan perilaku positif dan nilai-nilai moral pada
anaknya (Nasir,2009).

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat
membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai
tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari
pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar
yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak. Menurut Arifin (Suhendi, Wahyu, 2000:41)
keluarga diartikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi
(hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Selanjutnya, Abu Ahmadi
mengenai fungsi keluarga adalah sebagai suatu pekerjaan atau tugas yang
harus dilakukan di dalam atau diluar keluarga. (Suhendi, Wahyu, 2000: 44
-52)
Adapun fungsi keluarga terdiri dari:
a. Fungsi Sosialisasi Anak; menunjuk pada peranan keluarga dalam
membentuk kepribadian anak.
b. Fungsi Afeksi; merujuk pada pemenuhan kebutuhan kasih sayang dan
perhatian kepada anak.
c. Fungsi Edukatif; peranan keluarga sebagai pendidik
d. Fungsi Religius; menunjuk pada peranan keluarga dalam menanamkan
nila-nilai keagaaman
e. Fungsi Protektif; ini bertujuan agar para anggota keluarga dapat
terhindar dari hal-hal yang negatif. Dalam setiap masyarakat, keluarga
memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologis bagi seluruh
anggotanya.
f. Fungsi Rekreatif; ini bertujuan untuk memberikan suasana yang sangat
gembira dalam lingkungan. Fungsi rekreatif dijalankan untuk mencari
hiburan
g. Fungsi Ekonomis; ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dalam mempertahankan hidupnya
h. Fungsi Penemuan Status; dalam sebuah keluarga, seseorang menerima
serangkaian status berdasarkan umur, urutan kelahiran, dan sebagainya.
Umumnya peran orang tua dan komunikasi yang dilakukan terhadap
anaknya tidak hanya menyalurkan perilaku anak tetapi juga sikapnya.
Peran juga dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dipegang orang tua dan
mempengaruhi arah dari pembentukan dan perilaku anak. Misalnya saja,
ayah yang memegang peranan penting dalam pemberian dalam efektivitas
dan keteladanan terhadap anak-anaknya. Anak dan ayah terlibat secara
positif. Ayah dapat membantu dalam pengasuhan anak dan terlibat dalam
persoalan pribadi anak. Intinya kedua orang tua memiliki peran yang sama
dalam mendidik anak. Keduanya bisa saling melengkapi untuk
mengembangkan nilai moral pada anak dan menanamkan perilaku positif.

2.2.4 Variabel Dalam Komunikasi


Dalam komunikasi terdapat unsur-unsur komunikasi, yaitu sebagai berikut:
Komunikator (communicator), yaitu orang yang menyampaikan informasi
atau pesan. Komunikator dapat berupa perseorangan atau kelompok.
a. Komunikan (communicatee), yaitu orang yang menerima informasi
atau pesan. Komunikan juga dapat berupa perseorangan atau
kelompok.
b. Pesan (message), yaitua berita yang mengandung arti atau inti berta
yang disampaikan oleh komunikator yang berupa lambang-
lambang. Lambang adalah bentuk atau hal-hal yang digunakan
sebagai perwujudan penyampaian pesan. Lambang komunikasi
dapat berupa gambar, gerakan, warna, bahasa sandi, atau tulisan.
c. Media, yaitu alat yang digunakan untuk menyampaikan
pesan/informasi.
d. Respon/tanggapan (feedback), yaitu tanggapan dari pihak
komunikan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator
(Murwani, 2009).
Jenis-jenis respon/tanggapan dari komunikan adalah sebagai berikut.
a. Zero feedback, yaitu respons yang diberikan oleh komunikan tidak
dapat dimengerti oleh komunikator. Respon seperti ini dapat terjadi bila
ada penggunaan istilah bahasa yang tidak sepaham.
b. Positive feedback, yaitu respons yang diberikan oleh komunikan kepada
komunikator bersifat positif, sehingga komunikan bersedia
berpartisipasi memenuhi ajakan komunikator (terjadi saling pengertian).
c. Neutral feedback, yaitu respons yang tidak memihak, artinya respon
yang diberikan oleh komunikan kepada komunikator tidak mendukung
ataupun menentang.
d. Negative feedback, yaitu respon yang diberikan oleh komunikan kepada
komunikator bersifat merugikan atau memojokkan komunikator.
(Murwani, 2009)
2. 3. Kerangka konsep

Vriabel bebas Variabel terikat

Komunikasi keluarga Perkembangan Bahasa Anak

2.4. Hipotesa
a. Ho: Tidak terdapat hubungan antara komunikasi keluarga dengan
perkembangan bahasa anak usia Prasekolah di TK Negeri P. Berandan
Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat tahn 2019
b. Ha: Terdapat hubungan antara komunikasi keluarga dengan perkembangan
bahasa anak usia Prasekolah di TK Negeri P. Berandan Kecamatan
Babalan Kabupaten Langkat tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai