Disusun Oleh :
LUTFIAH 1035181010
Initial assessment adalah untuk memprioritaskan pasien dan menberikan penanganan segera.
Informasi digunakan untuk membuat keputusan tentangintervensi kritis dan waktu yang
dicapai. Ketika melakukan pengkajian, pasienharus aman dan dilakukan secara cepat dan
tepat dengan mengkaji tingkatkesadaran (Level Of Consciousness) dan pengkajian ABC
(Airway, Breathing,Circulation), pengkajian ini dilakukan pada pasien memerlukan tindakan
penanganan segera dan pada pasien yang terancam nyawanya. (John EmoryCampbell, 2004).
2. TRIASE
Triase adalah cara pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang
tersedia serta mengatur prioritas pengelolaan korban dalam jumlah yang banyak. Tindakan ini
berdasarkan prioritas ABC (Airway dengan kontrol servikal, Breathing dan Circulation
dengan kontrol perdarahan) yang merupakan proses yang bersinambungan sepanjang
pengelolaan medik gawat darurat. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama
yang tiba atau berada ditempat dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena
status triase pasien dapat berubah. Bila kondisi memburuk atau membaik, lakukan retriase.
Triase harus mencatat tanda vital, perjalanan penyakit praRS, mekanisme cedera, usia, dan
keadaan yang diketahui atau diduga membawa maut. Temuan yang mengharuskan
peningkatan pelayanan antaranya cedera multipel, usia ekstrim, cedera neurologis berat,
tanda vital tidak stabil, dan kelainan jatung-paru yang diderita sebelumnya.
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase untuk
mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap korban.
3. PRIMARY SURVEY
Proses ini merupakan ABCDE-nya trauma dan berusaha untuk mengenali keadaan yang
mengancam nyawa terlebih dahulu, dengan berpatokan pada urutan sebagai berikut:
3. Circulation : bantuan sirkulasi dengan kontrol perdarahan. Terdiri atas 3 penemuan klinis
a) Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang yang akan mengakibatkan
penurunan kesadaran.
b) Warna kulit
Warna kulit dapat memberikan diagnosis hipovolemia. Pasien trauma dengan warna kulit
kemerahan terutama pada wajah dan ekstrimitas jarang dalam keadaan hipovolemia.
Sebaliknya, jika wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstrimitas pucat merupakan tanda
hipovolemia.
c) Nadi
Periksalah pada nadi yang besar seperti a.femoralis atau a.karotis. Nadi yang tidak cepat,
teratur dan kuat menandakan normo-volemia, biasanya nadi yang tidak teratur merupakan
tanda gangguan jantung dan tidak ditemukan pulsasi pada arteri besar yang merupakan
pertanda diperlukannya resusitasi segera untuk memperbaiki volume dan cardiac output.
Cara pemeriksaan a.carotis dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di daerah leher
korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat
meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian
sisi kanan atau kiri kira-kira 1 - 2 cm raba dengan lembut selama 5 - 10 detik. Jika teraba
denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan melakukan
manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban/pasien. Jika
tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas
Penilaian meliputi tinkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan
tingkat cedera spinal. Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh trauma langsung pada otak
atau penurunan oksigenasi ke otak, jika terjadi penurunan harus dilakukan reevaluasi
terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi. GCS (Glasgow Coma Scale) adalah
sistem skoring yang sederhana dan dapat menilai derajat/tingkat kesadaran penderita dengan
kriteria yang secara kuantitatif dan terpisah yaitu respon membuka mata (E), respon motorik
terbaik (M), dan respon verbal terbaik (V).
Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4 V5 M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1 V1 M1.
Biasanya, pasien dengan nilai GCS dibawah 5 ialah pasien emergensi yang sulit
dipertahankan keselamatannya. Berdasarkan buku Advanced Trauma Life Support, GCS
berguna untuk menentukan derajat trauma/cedera kepala (trauma capitis).
B. Pemeriksaan leher :
a) Luka tembus leher
b) Emfisema subkutan
c) Deviasi trakea
d) Vena leher yang mengembang
C. Pemeriksaan neurologis :
a) Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
b) Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
c) Penilaian rasa raba / sensasi dan refleks
D. Pemeriksaan dada :
a) Clavicula dan semua tulang iga
b) Suara napas dan jantung
c) Pemantauan ECG (bila tersedia)
Colquhoun MC, Handley AJ, Evans TR. 2004. ABC of Resuscitation 5th ed. BMJ Publishing
Group
Fildes, John. 2008. Advanced Trauma Life Support for Doctors eight edition.