Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PM. A DENGAN HIPERTENSI


WISMA NOROYONO DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WENING
WARDOYO UNGARAN

DI SUSUN OLEH :
1. Oktaviana Putri (1808031)
2. Ririn Eka Saputri (1808036)
3. Riyan Yogi Abdillah (1808038)
4. Siska` (1808041)
5. Wariq Aufa (1808045)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin
Nya Kami dapat menyelesaikan tugas akhir stase ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pm. A Dengan Hipertensi Wisma Noroyono Di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Wening Wardoyo Ungaran” ini merupakan salah satu pokok bahasan dalam praktek Stase
Gerontik. Semoga dengan adanya laporan ini dapat menambah pengetahuan dan dan bisa
mengaplikasikannya.
Menyadari bahwa banyak pihak yang terkait dan terlibat dalam penyusunan
KaryaTulis Ilmiah ini, maka penulis pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan
ketulusan hati ingin menyampaikan terima kasih kepada
1. Dwi Retnaningsih M.kes selaku pembimbing akademik stase Keperawata Gerontik.
Terima kasih atas bimbingan, pengarahan, saran, dan nasehatnya. Terima kasih atas
kebesaran hatinya yang sabar dalam membimbing penulis selama ini.
2. Natalin., sebagai pembimbing wisma terima kasih atas masukan dan sarannya yang
sangat mendukung penulis.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam memberikan dorongan moril yang
tidakdapat menyebutkan satu – persatu.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan maupun
kesalahan. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran
yang sifatnya membangun.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada Dosen Pembimbing.
Ungaran, Mei 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 55 tahun ke atas.
Pada lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah satu contoh
kemunduran fisik pada lansia adalah rentannya lansia terhadap penyakit, khususnya
penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang umum di derita lansia salah satunya
adalah hipertensi (Nugroho, 2008).
Hipertensi merupakan masalah besar dan serius di seluruh dunia karena
prevalensinya tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang. Hipertensi
dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di dunia. Jumlah lansia yang
menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri
hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,
yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur (Arora, 2008).
Pada umumnya untuk lansia dalam pola makannya masih salah. Kebanyakan
lansia masih menyukai makanan-makanan yang asin dan gurih, terutama makan-
makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh serta garam dengan kadar
tinggi. Mereka yang senang makan makanan asin dan gurih berpeluang besar terkena
hipertensi. Kandungan Na (Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air
retensi sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja
keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik. Maka dari itu bisa
menyebabkan hipertensi (Yekti, 2011).
Penyebab lain selain pola makan yang sering dialami oleh penderita hipertensi
adalah stres. Dikarenakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer
dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres
ini dapat berhubungan dengan pekerjaaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik
personal (Gunawan, 2005).
Dari prevalensi kasus hipertensi di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan
pada tahun 2011 6,3 % menjadi 5,4 % pada tahun 2012. Prevalensi tertinggi adalah di
Kabupaten Sukoharjo sebesar 15%. Sedangkan kasus hipertensi lain di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 sebesar 0,70%, mengalami penurunan bila dibandingkan prevalensi
tahun 2011 sebesar 0,80 % (Dinkes Jateng, 2012).

3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mengetahui penyebab dan terjadinya kekambuhan hipertensi pada lansia di Wisma
Noroyono
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tingkat stres pada lansia di Wisma Noroyono
b. Mengetahui tingkat pola makan pada lansia di Wisma Noroyono
c. Dapat memberikan Asuhan Kepeawatan yang tepat bagi lansia jika mengalami
kekambuhan

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Hipertensi
Krisis hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau
diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertaikerusakan organ target (Devicaesaria,
2014). Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas
140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg (Hart, Fahey, & Savage,
2009).
Hipertensi adalah tekanan darah sistol ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg (Wijayaningsih, 2013). Jadi, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di
atas normal dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg.

B. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Aspiani (2014), Join Nation Comitten on Detection Evolution and
Treatment of High Blood Pressure, badan penelitian hipertensi di Amerika Serikat,
menentukan batasan tekanan darah yang berbeda. Pada laporan tahun 2003, dikenal
dengan sebutan JPC-V, tekanan darah pada lansia dengan usia > 60 tahun
diklasifikasikan sebagai berikut :

NO Kriteria Tekanan darah

Sistolik Diastolik

1. Normal <130 <90

2. Perbatasan (high normal) 130-139 85-89

3. Hipertensi

Derajat 1: ringan 140-159 90-99

Derajat 2: sedang 160-179 100-109

Derajat 3: berat 180-209 110-119

Derajat 4: sangat berat ≥ 220 ≥120

5
C. Jenis-jenis Hipertensi
Menurut Aspiani (2014) jenis-jenis hipertensi meliputi :
1. Hipertensi primer
Hipernesi primer adalah hipernetsi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita
oleh sekitar 95% orang.
Hipertensi primer di sebabkan oleh beberapa faktor berikut ini :
a. Faktor keturuan
Data stastistik bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis
kelamin, dan ras.
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah komsumsi
garam yang tinggi (lebih dari 30 g), kegemukan atau makan berlebih,
merokok, stres minum obat-obatan, dan minim alkohol.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat yang jelas. Salah satu contohnya adalah
hipertensi vaskular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini
dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis. Penyebab lain dari hipertensi
sekunder, antara lain feokromositoma, tumor penghasil epinefrin di klenjar adrenal
yang menyebabkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup.
3. Hipertensi akibat kehamilan
Hipertensi gestasional (hipertensi akibat kehamilan) adalah jenis hipertensi
sekunder. Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan darah (≥140 mmhg
pada sistolik : >90 mmhg pada diastolik ) terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu
pada wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12 minggu pasca partum.
Hipertensi ini tampaknya terjadi akibat kombinasi dan peningkatan curah jantung
danpeningkatan total peripheral resistance (TPR).

6
D. Etiologi Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi karena respon peningkatan curah jantung atau peningkatan periver. Menurut
Aspiani (2014), beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi :
1. Genetik : respons neurologi terhadap stres atau kelainan eskresi atau transpor Na.
2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stres karena lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis serta pelebaran pembuluh darah.
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya perubahan
pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer.

E. Manifestasi Klinis Hipertensi


Gejala umum yang ditimbulkan akibat penderita hipertensi tidak sama pada setiap
oarang bahkan terkadang timbul tampa gejala. Menurut Aspiani (2014), gejala yang
dikeluhkan oleh penderita hipetensi adalah :
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti 7 keliling serasa ingin jatuh
4. Jantung berdebar
5. Telinga berdenging

F. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula ke saraf
simpatis, kemudian berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula sepinalis ke ganglia simpatis yang berada di torak dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke gangglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca gangglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

7
pembuluh darah. Sebagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah yang terdapat rangsangan vasokontriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitif dengan norepinefrin, meskipun tidak diktahui dengan jelas
mengapai hal tersebut bisa terjadi (Aspiani, 2014).
Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsangan emosi kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambah aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokontriksi. Kontreks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontrksi yang
mengakibatkan penurunan darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin (Aspiani,
2014).
Renin yang dilepakan merangsang pembentukan angiotensi 1 yang kemudian
diubah menjadi angiotensi 2, vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Aspiani, 2014).

G. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi


Menurut Aspiani (2014) pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan meliputi:
1. Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan paremkim ginjal
b. Kreatinin serum dan BUN meningkat
c. Darah perifer lengkap
d. Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
2. EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia atau infark miokard
c. Peninggihan gelombang P
d. Ganggguaan konduksi
3. Foto rontgen
a. Bentuk dan besar jantung noothing dari iga pada koarktasi aorta
b. Pembendungan, lebarnya paru
c. Hipertrofi parenkim ginjal
d. Hipertrofi vaskular ginjal

8
H. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penatalaksaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaiatan. Tujuan terapi ini untuk
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan
diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui
modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2014).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-
farmakologi, antara lain:
1. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan/atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki
keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan :
a. Rendah garam, dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya
belum jelas.
c. Diet kaya buah dan sayur
d. Diet rendah kolesterol, sebagai pencegah terjadinya penyakit jantung
koroner.
2. Penurunan berat badan
Sebagian orang mengatasi obesitas dengan berusaha menurunkan berat badan.
Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko
tekanan darah tinggi.
3. Olahraga
Olahraga secara teratur seperti lari, berenang, bersepeda sangat bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, sangat penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui dapat
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung.
Berikut penatalaksanaan yang diterapkan pada penderita hipertensi adalah sebagai
berikut:
1. Terapi oksigen

9
2. Pemantauan hemodinamik
3. Pemantauan jantung
4. Obat-obatan

I. Pengkajian Keperawatan Hipertensi


Menurut Aspiani (2014), pengkajian keperawatan yang bisa dilakukan diantaranya:
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
b. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
a. Gejala:
1) Riwayat hipertensi, arteosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskuler.
2) Episode palpitasi
b. Tanda:
1) Peningkatan tekanan darah
2) Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardia
3) Murmur stenosis valvular
4) Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
5) Pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
3. Integritas ego
a. Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stres multipel
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
b. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan meledak,
otot muka tegang, menghela napas, peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal
pada masa yang lalu.
5. Makanan/cairan
a. Gejala :
1) Makanan yang disukai yang mencakup makann tinggi garam, lemak serta
kolesterol.
2) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini (meningkat/turun)
3) Riwayat penggunaan diuretik

10
b. Tanda :
1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya edema
3) Glikosuria
6. Neurosensori
a. Gejala :
1) Keluhan pusing/pening, berdenyut, sakit kepala.
2) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur, epistakis)
b. Tanda :
1) Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, dan efek
prose pikir.
2) Penurunan kekuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyaikt arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala.
8. Pernapasan
a. Gejala :
1) Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea, dipsnea
2) Batuk denga/tanpa pembentukan sputum
3) Riwayat merokok
b. Tanda :
1) Distres pernapasan/penggunaan otot aksesoris pernapasan
2) Bunyi napas tambahan (crakless/mengi)
3) Sianosis
9. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi atau cara berjalan, hipotensi postural
10. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala :
a. Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, dan
diabetes melitus.
b. Faktor lain, seperti orang afrika, amerika, asia tenggara, penggunaan pil KB,
atau hormon lain, penggunaan alkohol atau obat.
11. Rencana pemulangan
Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah atau perubahan dalam terapi obat.
Selain itu, pengkajian dengan pendekatan ABCD yang bisa dilakukan :

11
1. Airway
a. Yakinkan kepatenan jalan napas
b. Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c. Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segera mungkin ke ICU
2. Breathing
a. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-
valve-mask ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
e. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti
paru
3. Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
b. Kaji peningkatan JVP
c. Monitoring tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
1) Sinus tachikardi
2) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
3) Right bundle branch block (RBBB)
4) Right axis deviation (RAD)
e. Lakukan IV akses dekstrose 5%
f. Pasang Kateter
g. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h. Jika ada kemungkinan krisis hipertensi, berikan Nifedipin Sublingual jika
diperlukan
i. Jika pasien mengalami syok berikan secara bolus Diazoksid, Nitroprusid
4. Disability
a. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan avpu

12
b. Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim
dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di
ICU.
5. Exposure
a. Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan krisis hipertensi
b. Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik lainnya.
c. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik

J. Diagnosa Keperawatan Hipertensi


Menurut Aspiani (2014), diagnosa keperawatan yang muncul pada hipertensi, yaitu:
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterloat, vasokontriksi, hipertrofi
ventrikel atau rigiditas ventrikular, iskemia miokard.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan dan kebutuhan oksigen
3. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskular cerebral
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya keterpaparan informasi kesehatan
6. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d edema serebral dan peningkatan
tekanan intrakranial

K. Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan Hipertensi


Menurut Aspiani (2014), tindakan asuhan keperawatan:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi,
hipertrofi atau rigiditas ventrikel, iskemia miokard.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapan klien menunjukan curah jantung
adekuat, dengan kriteria :
a. Tekanan darah dalam rentan normal
b. Toleransi terhadap aktivitas
c. Nadi perifer kuat
d. Ukuran jantung normal
e. Tidak ada distensi venna jugularis
f. Tidak ada disritmia
Intervensi :

13
a. Monitor tanda-tanda vital
R : mengetahui tanda-tanda vital dari klien
b. Evaluasi adanya nyeri dada
R : mengetahui tingkat nyeri
c. Catat adanya disritmia jantung
R : mengetahui adanya gangguan pada kardiovaskuler.
d. Monitor status kardiovaskuler
R : mengetahui perkembangan kerja jantung
e. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
R : memberikan waktu latihan untuk menghindari kelelahan
f. Kolaborasikan pemberian terapi obat
R : menurunkan tekanan darah
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan dan kebutuhan oksigen
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapan klien menunjukan curah jantung
adekuat, dengan kriteria :
a. Klien dapat menentukan aktivitas yang sesuai dengan peningkatan nadi,
tekanan darah dan frekuensi nafas; mempertahankan irama dalam batas normal
b. Mempertahankan warna dan kehangatan kulit dengan aktivitas
c. EKG batas normal
d. Melaporkan peningkatan aktivitas harian
Intervensi :
a. Mengkaji aktivitas klien
R : mengetahu aktivitas yang klien lakukan
b. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
R : mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan
c. Bantu klien membuat jadwal latihan diwaktu luang
R : melatih klien dalam beraktivitas
d. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
R : memberikan penguatan positif pada klien
e. Kolaborasikan dengan terapi rehabilitas medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat
R : mempercepat terapi rehabilitas medik pada klien untuk mempercepat
aktivitas klien.

14
3. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskular cerebral

Tujuan : Setelah dilakuan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri dapat


berkurang
Kriteria Hasil:
a. Skala nyeri berkurang 1-3
b. Klien mengatakan nyeri mulai berkurang, ekspresi wajah klien rileks
c. Mampu mengontrol nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan lamanya.
R : mengidentifikasi karakteristik nyeri merupakan faktor yang penting untuk
menentukan terapi yang cocok serta mengevaluasi keefektifan dari terapi.
b. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas,misalnya adanya infeksi, trauma
servikal.
R : pemahaman terhadap penyakit yang mendasarinya membantu dalam
memilih intervensi yang sesuai.
c. Berikan tindakan kenyamanan, misal pedoman imajinasi, visualisasi, latihan
nafas dalam, berikan aktivitas hiburan, kompres.
R : menfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat
meningkatkan koping. Tindakan alternatif mengontrol nyeri
d. Kolaborasi dengan pemberian obat anti nyeri, sesuai indikasi misal, dentren
(dantrium) analgesik; antiansietas misal diazepam (valium).
R : dibutuhkan untuk menghilangkan pemberian obat anti nyeri, sesuai
indikasi misal, dentren (dantrium) analgesik; antiansietas misal diazepam
(valium). spasme/nyeri otot atau untuk menghilangkan ansietas dan
meningkatkan istirahat.
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Tujuan :
Setelah dilakukan tinfdakan keperawatan diharapkan ansietas dapat berkurang.
Kriteria hasil :
a. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
b. Klien mengungkapkan gejala kecemasan

15
c. TTV dalam rentang normal
Intervensi
a. Identifikasi tingkat kecemasan klien
R : mengetahui tingkat ansietas klien
b. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
R: mengurangi kecemasan
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan, ketakutan
R : klien menjadi lega
d. Kolaborasikan obat untuk mengurangi kecemasan
R : menghilangkan kecemasan klien.

5. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya keterpaparan informasi kesehatan


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan defisiensi pengetahuan dapat
berkurang.
Kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis, dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
Intervensi :
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
R : mengetahui tingkata pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
R : memberikan informasi kepada klien tentng bagaimana proses suatu
penyakit
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul dari penyakit
R : memberikan informasi kepada klien tentang tanda dan gejala dari penyakit
4. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal.
R : meningkatkan pengetahuan klien
5. Sediakan bagi keluarga tentang informasi kemajuan klien.
R : memberikan penguatan kepada klien.
6. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d edema serebral dan peningkatan
tekanan intrakranial

16
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi jaringan otak
kembali normal.
Kiteria Hasil:
a. Kien melaporkan tidak ada pusing atau sakit kepala
b. Tidak terjadi peningkatan tekanan intracranial
c. Peningkatan kesadaran, GCS ≥ 13
d. Fungsi sensori dan motorik membaik, tidak mual, tidak ada mutah
Intervensi dan rasional
a. Kaji tingkat kesadaran
R: mengetahui kestabilan klien
b. Pantau status neurologis secara teratur, catat adanya nyeri kepala, pusing.
R : mengkaji adanya kecendeungan pada tingkat kesadaran dan resiko TIK
meningkat
c. Tinggikan posisi kepala 15-30 derajat
R : untuk menurunkan tekanan vena jugularis.
d. Pantau TTV, TD, suhu, nadi, input dan output, lalu catat hasilnya.
R : peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti dengan penurunan
tekanan darah diastolik serta napas yang tidak teratur merupakan tanda
peningkatan TIK
e. Kolaborasi pemberian antibiotik
R : mengurangi keadaan hipoksia oksigen.
f. Anjurkan orang terdekat untuk berbicara dengan klien
R : ungkapan keluarga yang menyenangkan klien tampak mempunyai efek
relaksasi pada beberapa klien koma yang akan menurunkan TIK.

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

DATA UMUM
1. Nama Kelayanan : Ny. A
2. TTL : Semarang, 5 April 1935
3. Usia : 84 thn
4. Awal Masuk : April 2015
5. Nama wisma : Wisma Noroyono
6. Pengasuh Wisma : Faradila
I. DIMENSI BIOFISIK
A. Bedasarkan Jenis Kelamin
PM. A berjenis kelamin perempuan dan mensyukuri apa yang telah ditakdirkan
oleh Tuhan YME.
B. Berdasarkan Umur
PM. A genap berusia 84 tahun dan selalu berdoa agar diberi kesehatan serta
panjang umur.
C. Berdasarkan Suku Jenis
PM. A asli bersuku Jawa dan Warga Negara Indonesia tidak terlalu mengkuti
tradisi adat.
D. Berdasarkan Status Gizi
PM. A yang bertugas dalam membagi makanan untun PM lainnya, makan 3x
sehari lauk pauk dari dapur dan habis.
BB: 52 kg TB: 156 cm
52
IMT: = 21,3 (normal 18,5-24,9)
(1,56)2

E. Berasarkan Masalah Kesehatan (6 bulan)


PM. A mengatakan pendengarannya mulai menurun, jika berbicara harus secara
keras, mempunyai keluhan pusing dan tegang di punggung kadang sulit tidur
malam dan malah sering ketiduran di sofa.

18
II. DIMENSI PSIKOLOGI
A. Status Mental (SPMSQ)
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Jam berapa sekarang? √
2. Tahun berapa sekarang? √
3. Kapan bapak/ibu lahir? √
4. Berapa umur bapak/ibu sekarang? √
5. Dimana alamat bapak/ibu sekarang? √
6. Berapa jumlah anggota keluarga yag tinggal bersama √
bapak/ibu?
7. Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama √
bapak/ibu?
8. Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia √
9. Siapa presiden Indonesia sekarang? √
10. Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1? √
Jumlah 1
Analisis hasil
Skore salah : 0-2 Fungsi intelektual utuh
Skore salah : 3-4 Kerusakan intelektual Ringan
Skore salah : 5-7 Kerusakan intelektual Sedang
Skore salah : 8-10 Kerusakan intelektual Berat
B. Status Depresi
No Pertanyaan Jawaban yang sesuai Skor
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan Tidak
kehidupan anda?
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak Ya 1
kegiatan dan minat/kesenangan anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda Ya
kosong?
4. Apakah anda merasa bosan? Ya 1
5. Apakah anda mempunyai semangat yang Tidak
baik setiap saat?
6. Apakah anda merasa takut sesuatu yang Ya 1

19
buruk terjadi pada anda?
7. Apakah anda merasa takut sesuatu yang Tidak 1
buruk akan terjadi pada anda?
8. Apakah anda merasa sering tidak Ya
berdaya?
9. Apakah anda lebih sering dirumah dari Ya
pada pergi ke luar dan mengerjakan
sesuatu hal yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak Ya
masalah dengan daya ingat anda
dibandingkan kebanyakan orang?
11. Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda Tidak
sekarang menyenangkan?
12. Apakah anda merasa tidak berharga Ya 1
seperti perasaan anda saat ini?
13. Apakah anda merasa penuh semangat? Tidak
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda Ya
tidak ada harapan?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain, Ya 1
lebih baik keadaannya dari pada anda?
Total 6
No pertanyaan
Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor “1”
Skor 5-9 : Kemungkinan depresi
Skor > 10 : Depresi

C. Keadaan Emosi
PM. A memiliki keadaan emosi baik dan dapat mengontrol emosi, tidak
terpancing saat PM lainnya sedang beradu argumen.

20
III. DIMENSI FISIK
A. Luas Wisma
Luas Wisma Noroyono 7x20 meter memiliki 4 kamar tidur 8 tempat tidur,
terdapat 1 kamar mandi, ruang TV, serta meja makan.
Bagian Barat : Ruang Penyantunan
Bagian Timur : Mushola
Bagian Selatan : Wisma Larasati
Bagian Utara : Jalan Kutilang
B. Keadaan Lingkungan Dalam Wisma
1. Penerangan
Terdapat penerangan yang cukup dan memadai disetiap ruangan, tidak
terdapat masalah pada penerangan
2. Kebersihan dan Kerapian
Pada kamar PM. A rapi dan bersih selalu dibersihkan namun jarang menjemur
bantal/kasur.
3. Pemisahan Ruangan Antara Pria Dan Wanita
Dalam Wisma Noroyono hanya PM perempuan yang ada, untuk PM laki-laki
berbeda wisma.
4. Sirkulasi Udara
Pada kamar PM. A terdapat jendela dan mempunyai sirkulasi udara yang
baik.
5. Keamanan
Jika malam hari biasanya pintu ditutup dan di pos ada satpam penjaga.
6. Sumber Air Minum
Terdapat galon yang dipasang pada dispenser
7. Ruang Berkumpul Bersama
PM. A biasanya setelah makan siang duduk di sofa dan menonton tv bersama
PM lainnya kadang PM. A ketiduran saat menonton tv.
C. Keadaan Lingkungan Diluar Wisma
1. Pemanfaat Halaman
Pada area depan wisma terdapat tanaman berbagai macam bunga, dan bagian
belakang wisma ada tanaman toga.
2. Pembuangan Air Limbah
Got mengalir dan tidak terdapat sampah

21
3. Pembuangan Sampah
Terdapat tempat khusus pembuangan sampah
4. Sanitasi
Air PAM berwarna jernih dan bersih biasanya dimatikan pukul 09.00-15.00
wib.
5. Sumber Pencemaran
Saat selesai mencuci, sisa sabun dibuang ke got dan dialirkan dengan air
jernih.
IV. DIMENSI SOSIAL
A. Kelayan Berdasarkan Pedidikan
PM. A memiliki pendidikan terakhir yaitu SD
B. Hubungan Antar Lansia Dalam Wisma
PM. A tidak ada masalah antar PM lainnya, jika PM lainnya berseteru PM. A
tidak terpancing emosinya.
C. Hubungan Antar Lansia Luar Wisma
PM. A memiliki hubungan dengan PM luar wisma yang baik dan sering
berbincang-bincang saat bertemu.
D. Hubungan Lansia Dengan Anggota Keluarga
PM. A setiap hari Selasa dijemput oleh anaknya dan mengunjungi gereja, PM. A
kadang mampir ke rumahnya namun tidak sampai menginap karena merasa di
Panti lebih nyaman dibandingkan rumah.
E. Hubungan Lansia Dengan Pengasuh Wisma
PM. A hanya sesekali berbincang-bincang dengan pengasuh wisma
F. Kegiatan Organisasi Sosial
PM. A selalu mengikuti kegiatan ibadah di Ruang Ketrampilan dan kadang
mengikuti kegiatan hiburan di aula.
V. DIMENSI TINGKAH LAKU
A. Pola Makan
PM. A makan 3x sehari dengan lauk-pauk kadang telur, ayam, tahu dan tempe
serta sayuran dari dapur tidak merasa mual dan makan habis.
B. Pola Tidur
PM. A tidak mempunyai keluhan dalam tidur malam, jarang tidur siang namun
saat menonton tv di sofa sering ketiduran.
C. Pola Eliminasi

22
PM. A mengatakan BAB 1x warna kekuningan lembek tidak terdapat lendir dan
BAK 7x sehari jernih kadang kekuningan bau khas.
D. Kebersihan Diri
PM. A dapat melakukan kegiatan mandiri seperti mandi, mencuci baju dan selalu
membersihkan tempat tidur.
E. Kebiasaan Buruk Dalam Kelompok
PM. A mengatakan tidak ada kebiasaan buruk selama di wisma, hanya jika
temannya memanggil atau ngobrol harus lebih keras lagi dalam berbicara.
F. Status Fungsional (Indeks KATZ)
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1. Mandi
Mandiri : √
Bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti
punggung atau ekstremitas yang tidak mampu) atau
mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi
sendiri
2. Berpakaian
Mandiri : √
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian
3. Ke Kamar Kecil
Mandiri : √
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4. Berpindah Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat

23
tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri √
Bergantung : Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5. Kontinen
Mandiri : √
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan kateter,
pispot, enema dan pembalut ( pampers )
6. Makan
Mandiri : √
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya
sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan
parenteral ( NGT )
Keterangan :
Beri tanda (√) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil :
Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah,
kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
dan satu fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan.
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

24
G. Pelaksanaan Pengobatan
PM. A mengunjungi poliklinik yang diadakan setiap Kamis jika merasa pusing
dan badan merasa letih
H. Kegiatan Olahraga
Setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis pukul 05.30-06.30 wib PM. A melakukan
senam pagi.
I. Rekreasi
Tidak ada rekreasi selama di wisma
J. Pengambilan Keputusan
Selalu berfikir matang sebelum mengambil keputusan, misalnya PM. A bertugas
dalam membagi makanan untuk para PM lainnya jika lauk kurang PM. A
biasanya mengalah.
VI. DIMENSI SISTEM KESEHATAN
A. Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan
PM. A jika merasa kurang enak badan memeriksakan ke poliklinik area wisma
dan diberi obat. Jika poliklinik tidak buka PM. A ke ruang Penyantunan untuk
minta obat.
B. Sistem Pelayanan Kesehatan
Di Panti Jompo mengadakan pelayanan kesehatan setiap hari Kamis
VII. TINJAUAN SISTEM
A. Keadaan Umum: PM. A postur tubuhnya tegak, penampilannya rapi dan bersih.
B. Integumen (Kulit): Suhu: 360C Warna kulit kuning langsat, turgor kulit elastis,
tidak memiliki penyakit kulit.
C. Kepala: bentuk kepala mesochepal, rambut beruban, kondisi rambut bersih, tidak
terdapat benjolan maupun nyeri tekan pada kepala.
D. Mata: simetris, sklera tidak ikterik, konjunctiva tidak anemis, penglihatan jelas
terkadang buram.
E. Telinga: bentuk simetris, bersih tidak ada serumen, fungsi pendengaran menurun,
tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
F. Hidung dan sinus: tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan dan
fungsi penciuman normal.
G. Mulut dan Tenggorokan: kemampuan bicara normal, mukosa bibir lembab, warna
merah muda, tidak ada tonsil, gigi bersih dan tidak lengkap.
H. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan

25
I. Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat tidak ada pembesaran jantung
P : Ictus cordis teraba pada ics 4 dan ics 5
P : Pekak
A : Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung II lup, dup
J. Paru-paru
I : Saat inspirasi dan eksprasi dada simetris, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan
P : Vokal vermitus kanan kiri sama saat bilang 777, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak ada oedem.
P : Reguler
A : Vesikuler tidak ada suara tambahan
K. Ekestermitas
Atas & bawah
Mempunyai 2 tangan, jari lengkap, tidak ada kelainan jari, gerakan otot
terkontrol, gerakan bahu, siku, pergelangan tangan, dan jari terkontrol,
Gerakan normal menentang gravitasi dengan tahanan penuh.
kekuatan otot
Kaki lengkap, tidak ada edema perifer, bentuk kaki normal, tidak ada varises.
PM. A mengatakan kadang-kadang kakinya merasa kesemutan saat bangun tidur.
PM. A juga mengatakan terkadang kakinya sakit ketika buat berjalan.

26
VIII. ANALISA DATA

No. Data Problem Etiologi


1. DS : Kurang pengetahuan Tentang hipertensi
- PM. A mengatakan menderita penyakit dan
hipertensi sejak dulu karena memiliki penatalaksanaan
riwayat keluarga dengan hipertensi. hipertensi
- PM. A belum mengetahui tentang
penyakitnya, hanya tahu penyakit yang
diderita PM. A yaitu darah tinggi.
DO :
- PM. A tampak bertanya tentang cara
agar tidak kambuh
- PM. A tampak tidak tahu apa itu
hipertensi dan tanda gejalanya
2. DS : Nyeri akut Perjalanan
- PM. A mengatakan nyeri kepala penyakit hipertensi
P : nyeri timbul pada saat beraktivitas
dan hilang ketika buat istirahat
atau tiduran
Q : nyeri seperti cekot-cekot
R : nyeri pada kepala
S : skala nyeri 3
T : nyeri hilang timbul
DO :
Tanda-tanda vital, TD:150/100 MmHg S:
360C, N: 88 x/mnt, RR : 18 x/mnt
Klien tampak memegangi dan
menunjukkan bagian yang nyeri yaitu
kepala
3. DS : Risiko jatuh Kekambuhan
- PM. A mengatakan penglihatannya penyakit hipertensi
terkadang buram

27
- PM. A mengatakan kakinya kadang-
kadang kesemutan saat bangun tidur
- PM. A juga mengatakan terkadang
kakinya sakit ketika buat berjalan.
DO :
- Usia PM. A 84 tahun
- Mata pandang kabur
- Pendengaran menurun

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kurang pengetahuan b.d Tentang hipertensi dan penatalaksanaan hipertensi
2. Nyeri akut b.d Perjalanan penyakit hipertensi
3. Risiko jatuh b.d Kekambuhan penyakit hipertensi

28
29
X. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Noc Nic
Kode Hasil Kode Hasil
1. Kurang pengetahuan b.d Tentang (1803) Kurang pengetahuan tentang (5602) Pengajaran proses penyakit :
hipertensi dan penatalaksanaan  Kaji tingkat pengetahuan
hipertensi Proses penyakit : klien terkait dengan proses
 Mengenali tanda dan gejala penyakit
penyakit (180306)  Jelaskan proses penyakit
 Mengetahui faktor penyebab sesuai kebutuhan dan
penyakit (180303) libatkan PM lainnya dalam
 Manfaat manajemen penyakit hal apapun
(180315)
2. Nyeri akut b.d Perjalanan penyakit (3016) Kepuasan klien : manajemen nyeri (1400) Manajemen nyeri :
hipertensi  Nyeri terkontrol (301601)  Lakukan pengkajian nyeri
 Tingkat nyeri berkurang skala 1 komprehensif yang meliputi
(301602) lokasi, karakteristik, durasi,
 Mengambil tindakan untuk frekuensi, intensitas atau
memberikan kenyamanan beratnya nyeri dan faktor
(301605). pencetus.
 Gali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat

30
menurunkan atau
Penatalaksanaan hipertensi: memperberat nyeri.
(3107)  Memberikan terapi non  Ajarkan penggunaan teknik
farmakologi pijat refleksi kaki non farmakologi
 Memberikan terapi non  Anjurkan klien untuk
farmakologi kompres hangat istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan
nyeri
 Berikan informasi yang
akurat untuk meningkatkan
pengetahuan dan respon
klien terhadap pengalaman
nyeri
 Kolaborasi dengan klien,
dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi sesuai
kebutuhan.
3. Risiko jatuh b.d Kekambuhan (1828) Pengetahuan : pencegahan jatuh (6490) Pencegahan jatuh

31
penyakit hipertensi  Penggunaan alat bantu benar  Identifikasi kekurangan fisik
(182801) klien yang mungkin
 Tahu kapan meminta bantuan meningkatkan potensi jatuh
profesional (182808) pada lingkungan tertentu
 Perubahan tekanan darah yang  Monitor gaya berjalan
meningkatkan resiko jatuh (terutama kecepatan),
(182815) keseimbangan dan tingkat
 Strategi untuk menjaga kelelahan dengan ambulasi
permukaan lantai tetap aman  Ajarkan pada pasien
(1910) (182821) bagaimana jika jatuh, untuk
meminimalkan cedera
Keamanan lingkungan rumah  Sediakan pencahayaan yang
 Penempatan pegangan tangan cukup dalam rangka
(191002) meningkatkan pandangan
 Ruang dalam hunian untuk  Sarankan untuk
bergerak aman (191032) menggunakan alas kaki yang
 Kemudahan akses kamar mandi aman
(191040)

32
XI. CATATAN PERKEMBANGAN

No Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Ttd


Waktu Kep.
1. 26 April Kurang a. Mengkaji tingkat pengetahuan klien S : PM. A mengatakan mengerti tentang Putri
2019 pengetahuan terkait dengan proses penyakit. darah tinggi, tensinya lebih dari 140/90 Riyan
b. Mengkaji pola makan klien. mmHg, makan tidak boleh yang Ririn
c. Memberikan pendidikan kesehatan mengandung tinggi garam, cek rutin ke
mengenai hipertensi. poliklinik,
O : PM. A tampak mengetahui apa yang
sudah dijelaskan
TD : 150/90 mmHg.
A : Masalah kurang pengetahuan belum
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
2. 29 April Nyeri Akut a. Mengkaji tingkat nyeri, lokasi nyeri, S : PM. A mengatakan nyeri di kepala Siska
2019 intensitas nyeri. - P: nyeri saat beraktivitas. Wariq
b. Mengajarkan teknik relaksasi nafas - Q nyeri seperti cekot-cekot Putri
dalam ketika nyeri berlangsung. - R : kepala
c. Menganjurkan klien untuk banyak - S : skala 3
istirahat. - T : hilang timbul

33
No Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Ttd
Waktu Kep.
d. Mengkaji skala nyeri setelah diajarkan O : klien tampak rileks setelah diajarkan
teknik relaksasi nafas dalam. teknik relaksasi nafas dalam.
TD : 140/90 mmHg
A : masalah keperawatan nyeri akut belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi :
 Kolaborasi dengan klien, memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi sesuai
kebutuhan.
3. 30 April Resiko Jatuh a. Mengdentifikasi kekurangan fisik klien S : PM. A mengatakan rumah sudah Ririn
2019 yang mungkin meningkatkan potensi memiliki pencahayaan yang cukup namun Siska
jatuh pada lingkungan tertentu kadang kaki masih senut-snut buat Riyan
b. Menganjurkan untuk menyediakan berjalan.
pencahayaan yang cukup dalam rangka O : rumah tampak terang, saat berjalan
meningkatkan pandangan agak sempoyongan
c. Memberikan saran untuk menggunakan A : masalah resiko jatuh belum teratasi.
alas kaki yang aman P : lanjutkan intervensi
 Ajarkan pada pasien bagaimana jika

34
No Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Ttd
Waktu Kep.
jatuh, untuk meminimalkan cedera
 Kolaborasi dengan anggota tim
kesehatan lain untuk meminimalkan
efek samping dari pengobatan yang
berkontribusi pada kejadian jatuh.

35
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan masalah besar dan serius di seluruh dunia karena
prevalensinya tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang. Hipertensi
dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di dunia. Jumlah lansia yang
menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri
hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,
yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur (Arora, 2008).
Pada umumnya untuk lansia dalam pola makannya masih salah. Kebanyakan
lansia masih menyukai makanan-makanan yang asin dan gurih, terutama makan-
makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh serta garam dengan kadar
tinggi. Mereka yang senang makan makanan asin dan gurih berpeluang besar terkena
hipertensi. Kandungan Na (Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air
retensi sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja
keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik. Maka dari itu bisa
menyebabkan hipertensi (Yekti, 2011).
Penyebab lain selain pola makan yang sering dialami oleh penderita hipertensi
adalah stres. Dikarenakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer
dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres
ini dapat berhubungan dengan pekerjaaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik
personal (Gunawan, 2005).
Dari prevalensi kasus hipertensi di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan
pada tahun 2011 6,3 % menjadi 5,4 % pada tahun 2012. Prevalensi tertinggi adalah di
Kabupaten Sukoharjo sebesar 15%. Sedangkan kasus hipertensi lain di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 sebesar 0,70%, mengalami penurunan bila dibandingkan prevalensi
tahun 2011 sebesar 0,80 % (Dinkes Jateng, 2012).

B. Saran
1. Bagi Panti dan Poliklinik
2. Sebagai bahan informasi yang dapat membantu tenaga kesehatan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal di Poliklnik Panti
3. Bagi Mahasiswa Praktik Selanjutnya

36
Memberikan informasi tentang hipertensi pada lansia supaya lebih mengetahui
tentang pola makan yang benar pada lansia penderita hipertensi dan selalu
menerapkan terapi non farmakologi.
4. Bagi PM. A
Asuhan Keperawatan diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
khususnya pada penderita hipertensi.
5. Bagi pembaca
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi, dan
dapat digunakan untuk bahan referensi selanjutnya.

37
Daftar pustaka

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler:
Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Devicaesaria, A. (2014). Leading article hipertensi krisis, vol. 27, no.3. Jakarta: Medicinus.

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis keperawatan, definisi & klasifikasi, edisi
10. Jakarta: EGC.

Hart, J.T; Fahey, T; & Savage,W.(2009). Tanya Jawab Seputar Tekanan Darah Tinggi Edisi
2. Jakarta: Arcan.

Nurarif, A.,H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Jakarta: Med Action.
Pearce, E. (2008). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: PT Gramedia.

Wijayaningsih, K. S (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV Trans Info Media.

38

Anda mungkin juga menyukai