Anda di halaman 1dari 29

Analisis Komparatif Produk Buah Non Organik Berdasarkan Pada Distribusi

Pemasaran di Wilayah Kota Malang

PROPOSAL PROYEK PENELITIAN

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kesehatan Lingkungan

Tema : Genetika dalam Kesehatan Lingkungan

yang dibina oleh Bapak Dr. Sueb, M.Kes

Diusulkan oleh :

Rizky Putri Ramadhany ( 160342606228 ) Biologi 2016

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
September 2018
Analisis Komparatif Produk Buah Non Organik Berdasarkan Pada Distribusi
Pemasaran di Wilayah Kota Malang

Rizky Putri Ramadhany, dan Dr.Sueb,M.Kes*


Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
*E-mail: sueb.fmipa@um.ac.id

ABSTRAK
Produk buah non organik telah banyak dipasarkan pada beberapa lokasi pemasaran
wilayah Kota Malang. Jenis produk tersebut diantaranya pestisida dan Genetically Modified
Organism (GMO) dengan banyak literatur riset menunjukkan dampak negatif bagi kesehatan
dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pandangan produk buah non organik berdasarkan pada distribusi pemasaran di Kota Malang.
Metode penelitian berupa deskriptif kuantitatif dengan instrumen kuisioner yang diberikan 40
responden dengan teknik sampling yaitu purposive sampling kemudian dianalisis dengan uji
Man Whitney test serta melakukan survei lapangan terhadap lokasi target pemasaran di 3
kecamatan Kota Malang mengenai ditribusi pemasaran. Hasil riset menunjukkan rerata skor
pestisida 2,8 dan rerata skor GMO sebesar 2,9 tergolong medium, dan nilai signifikansi
0,015<0,050 menyimpulkan tidak ada perbedaan macam produk buah non organik di Kota
Malang, serta hasil survei lapangan menunjukkan bahwa distribusi pestisida lebih besar
daripada distribusi GMO. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk memeriksa sudut
pandang molekuler perbedaan antara produk buah non organik dan dampaknya bagi
kesehatan.
Kata Kunci : Produk Buah Non Organik, Pestisida, GMO, Distribusi Pemasaran
ABSTRACTS

Non-organic fruit products have been widely marketed in several marketing locations
in the city of Malang. These types of products include pesticides and Genetically Modified
Organism (GMO) with many research literature showing negative impacts on the health and
environment of the community. Therefore this study aims to determine the views of non-
organic fruit products based on marketing distribution in Malang City. The research method
was quantitative descriptive with questionnaire instruments given by 40 respondents with a
purposive sampling technique then analyzed by the Whitney Man test and conducting a field
survey of the target marketing locations in 3 sub-districts of Malang City regarding marketing
distribution. The results showed a mean pesticide score of 2.8 and an average GMO score of
2.9 classified as medium, and a significance value of 0.015 <0.050 concluded that there were
no differences in the types of non-organic fruit products in Malang City, and the results of
field surveys showed that the distribution of pesticides was greater than GMO distribution. In
further research it is recommended to examine the molecular point of view of the differences
between non-organic fruit products and their impact on health.

Keywords: Non Organic Fruit Products, Pesticides, GMOs, Marketing Distribution


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Produk buah non organik adalah buah yang dihasilkan dengan budidaya pupuk
non organik, pestisida atau menambah gen tertentu pada masa pertumbuhan, tidak
diartikan organik tetapi unnatural, karena label pada produknya mengandung perasa
sintetik, pewarna, kandungan kimia dan bahan sintesis (Misner, 2013). Beberapa
jenis produk buah anorganik diantaranya buah pestisida dan rekayasa genetika (
Misner, 2013). Pestisida yang sering digunakan dalam tanaman buah-buahan adalah
insektisida dan fungisida (Warintek, 2000). Pestisida meracuni manusia tidak hanya
pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah
melakukan penyemprotan (Yuantari, dkk. 2012). Menurut penelitian Yuantari, dkk
(2012) menyatakan bahwa hasil penelitian pada petani melon di Desa Curut dan
Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan dalam aplikasi pestisida
masih menggunakan berbagai macam jenis pestisida, tanpa memperhatikan kelas
bahayanya. Berdasarkan data, 68,6% menggunakan 4 jenis pestisida dalam satu kali
masa tanam dan yang paling banyak adalah 6 jenis pestisida. Disamping itu dalam
pencampuran pestisida dalam sekali pemakaian 3 jenis pestisida sebanyak 45,7%
dan 4 jenis pestisida ada 34,3%. Penelitian tersebut ditemukan cholinesterase,
dengan tingginya kadar cholinesterase dalam darah petani dapat menimbulkan
gangguan kesehatan (Yuantari, dkk, 2012). Sedangkan, perkembangan ilmu dan
teknologi rekayasa genetika (genetic engineering) akhir-akhir ini cukup drastis dan
meminta perhatian serius dari pemerintah dan para ilmuwan (Amin et al., 2010).
Mahluk hidup yang materi genetiknya telah dimanipulasi secara artifisial di
laboratorium melalui rekayasa genetika disebut dengan mahluk hidup transgenic
atau rekayasa genetika mahluk hidup ( Genetically Modified Organism/GMO) yang
memiliki sifat unggul dibandingkan dengan mahluk hidup asalnya (Marinho et al.,
2012).
Indonesia sebagai negara berkembang yang banyak menggunakan produk
GMO khususnya pangan dan obat-obatan telah mengantisipasinya dengan membuat
perangkat hukum yang dapat melindungi konsumen dari resiko yang tidak
diinginkan (Mahrus, 2014). Meskipun Indonesia telah berhasil memproduksi GMO
sejak tahun 1999, Indonesia masih saja mengimpor terus menerus 10 bahan pokok
dari berbagai negara yang diduga hasil rekayasa genetika yaitu: beras, jagung,
kedelai, biji gandum, tepung terigu, gula pasir, daging sapi, daging ayam, garam,
singkong, dan kentang (BPS, 2013). Distribusi pemasaran diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang
dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunannya sesuai dengan
yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan) (Winardi,
1989). Margin sebagai indicator menentukan tingkat efisiensi pemasaran, semakin
kecil margin pemasaran menunjukkan tingkat efisiensinya semakin tinggi (Ariadi,
2006). Perbedaan tingkat efisiensi ini disebabkan oleh karena perbedaan fungsi
pemasaran yang dilakukan dan hal ini berimplikasi pada biaya pemasaran dan harga
jual (Ariadi, 2006). Hasil penelitian Ariadi (2006) menyatakan bahwa jumlah
kebutuhan konsumen Malang Raya masih sangat kecil dibandingkan dengan total
produksi yang ada ( < 25% dari total produksi dipasarkan di Malang Raya dan >
75% dipasarkan di luar Malang Raya). Rendahnya jumlah kebutuhan ini disebabkan
oleh banyak hal, selain harga apel organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan
non-organik ( harga apel organik 3 kali harga apel non-organik) juga oleh kesadaran
konsumsi apel organik yang masih rendah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan antara kedua macam produk buah anorganik dan
pengaruhnya berdasarkan pada distribusi pemasaran di Kota Malang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan produk buah non organik terhadap distribusi pemasaran di


wilayah Kota Malang?
2. Apakah ada perbedaan antara macam produk buah non organik di wilayah Kota
Malang?
3. Bagaimana distribusi pemasaran produk buah non organik di wilayah Kota
Malang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pandangan produk buah non organik terhadap distribusi


pemasaran di wilayah Kota Malang
2. Untuk mengetahui ada perbedaan antara macam produk buah non organik di
wilayah Kota Malang.
3. Untuk mengetahui distribusi pemasaran produk buah non organik di wilayah Kota
Malang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat untuk mahasiswa
Untuk memberikan wawasan tambahan dan kontribusi ilmu berdasarkan
bidang minat yang sesuai untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
1. Manfaat untuk peneliti, dosen, dan staf ahli bidang kesehatan
Untuk memberikan gambaran dasar penelitian yang dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut dalam bidang genetika dalam ilmu kesehatan lingkungan.
2. Manfaat untuk masyarakat umum
Untuk menambah wawasan dalam upaya pengawasan terhadap produk yang
dikonsumsi keluarga dalam menjaga kesehatan dan stabilitas lingkungan
sekitar..

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Produk Buah Non-organik

Produk buah non organik adalah buah yang dihasilkan dengan budidaya pupuk
non organik, pestisida atau menambah gen tertentu pada masa pertumbuhan, tidak
diartikan organik tetapi unnatural, karena label pada produknya mengandung perasa
sintetik, pewarna, kandungan kimia dan bahan sintesis (Misner, 2013). Komponen
terhadap buah non organik dibedakan atas jenis 100% organik, organik, dibuat dengan
bahan yang organik, natural, dan unnatural (Misner, 2013). Pada penelitian ini, lebih
membahas buah unnatural, menurut Misner (2013) makanan non-organik diartikan
makanan yang mengandung pupuk sintesis, limbah berbahaya, iradiasi, rekayasa
genetika, pestisida atau kandungan obat.

Buah Pestisida

Buah pestisida adalah buah yang diberi bahan kimia atau agen kontrol yang
dibuat untuk membunuh serangga, gulma dan hama jamur yang merusak tanaman
(Misner, 2013). Penggunaan pestisida dengan bahan aktif yang sangat toksik dan sulit
terdegradasi juga menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan, seperti
hilangnya keragaman hayati, menurunnya populasi organisme berguna seperti musuh
alami, dan pencemaran lingkungan (Isenring, 2010). Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 24/Permentan/SR.140/4/2011 menyatakan bahwa terdapat 42 jenis bahan aktif
yang membahayakan dan tidak boleh digunakan lagi untuk semua bidang penggunaan
pestisida di Indonesia. Beberapa diantaranya Aldikarb, Aldrin, Dikloro difenil
trikloroetan (DDT), Dieldrin, heptaklor, Klordan, leptofos, heksakloro siklo heksan
(termasuk bahan aktif lindane), metil parathion dan metosiklor (Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian, 2011). Menurut Hadi (2010) menyatakan bahwa
terdapat standarisasi Indonesia pada penggolongan pestisida sebagai berikut.

Tabel 1. Batas Maksimum Residu (BMR) Pada Penggolongan Pestisida

No Jenis Pestisida Nilai BMR


1. Klorpirifos 0,5 mg/kg
2. Profenofos 2,0 mg/kg
3. Lindane 2,0 mg/kg
4. Malation 3,0 mg/kg
5. Amitraz 0,5 mg/kg
6. Asetat 1,0 mg/kg
7. Toksafen 2,0 mg/kg
8. Dikofol 1,0 mg/kg
9. Metil 5,0 mg/kg
10. Metil Azinphos 1,0 mg/kg
11. Mevinfos 0,2 mg/kg
12. Ovamyl 2,0 mg/kg
( Sumber: SNI, 2008 )

Jumlah nama merek dagang pestisida yang terdaftar di Departemen Pertanian


Indonesia sebesar 11.158 merk dagang pestisida ditambah 49 merk dagang pestisida
yang baru terdaftar pada tahun 2006, dan ditambah 17 merk dagang sebagai merk
dagang perluasan dari pestisida yang telah beredar di pasar, dari sekian banyak merk
dagang tersebut terdapat 196 perusahaan pemegang pendaftaran pestisida di Indonesia
(Departemen Pertanian, 2006). Menurut penelitian Ameriana (2006) menunjukkan
pada sampel sayuran yang diambil dari produsen, pasar grosir, swalayan, dan pasar
tradisional pada beberapa jenis sayuran mengandung residu pestisida sintetik di atas
ambang batas aman untuk dikonsumsi. Meski konsumen menghilangkan residu
pestisida dengan proses pencucian, menurut Ameriana (2006) pencucian hanya
mengurangi nilai inhibisi insektisida dari 61,17% menjadi 60,18%. Adapun nilai
inhibisi fungisida dari 70,64% menjadi 50,28%. Penanganan mengenai pestisida
sintetik ini menurut peneltian Saepudin (2012) menyatakan salah satu upaya untuk
mengurangi residu pestisida sintetik adalah penggunaan biopestisida, namun tahun
2012 petani sayuran di Indonesia sebagian besar masih menggunakan pestisida
sintetik untuk menekan serangan hama dan penyakit tanaman.

Buah Genetically Modified Organism (GMO)

Genetically modified organism (GMO) merupakan organisme yang gen-nya


telah diubah dengan menggunakan teknik rekayasa genetika (Prianto, 2017).
Berdasarkan pada struktur dan strategi yang digunakan dalam merekonstruksi
transgenik, GMO pada tanaman digolongkan menjadi 4 generasi, yaitu: generasi
pertama: satu sifat; generasi kedua: kumpulan sifat; generasi ketiga dan keempat:
near-intragenics, intragenics, dan cisgenics (Lin & Pan, 2016). Pada klasifikasi
generasi pertama atau satu sifat, tanaman mengandung elemen transgenik yang umum
digunakan, seperti cauliflower mosaic virus (CaMV), 35S promoter (CaMV35S-P),
aminoglycoside 30 phosphotransferase gene (nptII), phosphinothricin
acetyltransferase gene (pat/bar), 5-enolpyruvylshikimate 3-phosphate (CP4-epsp)
gene, nopaline synthase promoter (nos-P), dan terminator (nos-T). Hampir 90%
tanaman transgenik mengandung satu atau lebih dari 6 elemen gen tersebut (Lu et al.,
2010).Pada generasi kedua transgenik, tanaman biasanya merupakan hasil persilangan
antara generasi pertama yang komersial, sedangkan pada generasi ketiga, tanaman
disebut sebagai near-intragenics yang elemen transgenik tidak digunakan dalam
tanaman transgenik lain. Transgenik yang dikonstruksi berasal dari inang dan telah
mengalami rekombinasi atau modifikasi sehingga lebih sulit untuk dideteksi
dibandingkan dengan generasi pertama ataupun kedua (Lu et al., 2010). Generasi
keempat merupakan tanaman yang digolongkan dalam intragenik dan cisgenik (Lu et
al., 2010).

Meskipun Indonesia telah berhasil memproduksi GMO sejak tahun 1999,


Indonesia masih saja mengimpor terus menerus 10 bahan pokok dari berbagai
negara yang diduga hasil rekayasa genetika yaitu: beras, jagung, kedelai, biji
gandum, tepung terigu, gula pasir, daging sapi, daging ayam, garam, singkong, dan
kentang (BPS, 2013). Pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai produk
rekayasa genetika di Indonesia dalam PP No 39 Tahun 2010 mengenai komisi
keamanan hayati produk rekayasa genetika (MKRI, 2012). Tujuan utama
pengembangan GMO adalah untuk mengatasi berbagai masalah kekurangan pangan
yang dihadapi penduduk dunia yang tidak mampu dipecahkan secara konvensional,
karena pertumbuhan penduduk yang begitu cepat (Pramashinta, 2014). Beberapa
kelompok masyarakat berpendapat produk pangan dan obat-obatan GMO belum
diyakini aman untuk dikonsumsi karena masih menimbulkan berbagai dampak
negatif bagi kesehatan dan lingkungan (Mahrus, 2014). Menurut Dano (2007)
melaporkan bahwa semua dampak negatif tersebut sampai saat ini kurang mendapat
perhatian pemerintah dan ilmuwan. Tantangan lain yang muncul adalah naiknya
penyakit kronis dari 7% ke 13% dalam 9 tahun di AS sejak GMOs dipekenalkan
pada tahun 1996 (Smith, 2011). Menurut Herlanti (2014) menyebutkan bahwa pada
perkembangannya produk-produk GMO menimbulkan kontroversi, terutama dari
sisi dampak negatif terhadap lingkungan. Banyak Negara Eropa yang menolak
produk GMO, bahkan pada tahun 2010 European network of non-governmental non-
profit organisations (melakukan advokasi agar Eropa bebas GMO. Penyakit tersebut
antara lain gangguan autisme, gangguan reproduksi, alergi, gangguan pencernaan
dll. Produk susu yang dihasilkan oleh sapi yang didedahkan hormon bovine ternyata
mengandung IGF-1 (insulin-like growth factor 1) yang dapat memicu kanker (Smith,
2011).

B. Distribusi Pemasaran

Saluran distribusi merupakan suatu jalur yang harus dilalui oleh arus barang
dari produsen ke agen atau perantara atau pedagang besar terhadap pemakai, dalam
hal ini konsumen (Amir, 2004). Distribusi pemasaran diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan
jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunannya sesuai dengan yang
diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan) (Winardi, 1989). Hasil
riset menunjukkan bahwa penanaman GMO juga ternyata telah banyak dilakukan di
negara berkembang. Jumlah gabungannya pada tahun 2001 meliputi 25 % dari luas
seluruh tanaman transgenik dunia. Negara sedang berkembang terbanyak yang
menanam GMO adalah Argentina dan China. Argentina menanam GMO sebanyak
11.8 juta Ha (22 % dari area global GMO) dan China 1.5 juta Ha (6%). Negara
lainnya, kecuali Afrika Selatan yang menanam 200.000 Ha, maka Meksiko, Uruguay,
dan Indonesia menanam GMO kurang dari 100.000 Ha. Sedangkan Jumlah nama
merek dagang pestisida yang terdaftar di Departemen Pertanian Indonesia sebesar
11.158 merk dagang pestisida ditambah 49 merk dagang pestisida yang baru terdaftar
pada tahun 2006, dan ditambah 17 merk dagang sebagai merk dagang perluasan dari
pestisida yang telah beredar di pasar, dari sekian banyak merk dagang tersebut
terdapat 196 perusahaan pemegang pendaftaran pestisida di Indonesia (Departemen
Pertanian, 2006).

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di pasar swalayan dan pasar tradisional pada
3 macam lokasi Kecamatan Kota Malang, diantaranya seperti Kecamatan Klojen,
Kecamatan Sukun, dan Kecamatan Lowokwaru yang akan dilaksanakan pada awal
bulan September 2018 hingga bulan November 2018.

Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Kota Malang. (BPS Kabupaten Malang, 2016)

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif


menggunakan tujuan pertama dengan quisioner yang akan diberikan kepada
responden kemudian dianalisis menggunakan T-test dengan bantuan program SPSS,
sedangkan pada tujuan kedua menggunakan pedoman observasi Indonesia maupun
pedoman World Health Organization (WHO)

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi pada tujuan pertama yaitu seluruh pengunjung di pasar Swalayan


Kota Malang, diambil 40 responden dengan teknik sampling yang digunakan yaitu
purposive sampling. Sedangkan populasi tujuan kedua yaitu produk buah non organik
yang terdistribusi di Kota Malang, diambil sampel dari ketiga kecamatan Kota
Malang dengan teknik sampling yaitu survey observasional.
D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini memerlukan instrumen pada tujuan pertama dan kedua dengan
menggunakan quisioner yang diberikan 40 responden dengan 10 buah pernyataan,
dimana terdapat 4 opsi jawaban beserta nilai seperti sangat tidak setuju (1), tidak
setuju (2), setuju (3), sangat setuju (4). Sedangkan pada tujuan ketiga dilakukan survei
pada lokasi target yang ditentukan.

E. Analisis Data

Pada tujuan pertama, data akan dianalisis dengan rerata skor dan pedoman
observasi setiap indikator pestisida dan GMO. Sedangkan pada tujuan kedua, data
akan dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan ( Independent t test ) apabila
data terdistribusi normal dan data homogen, sedangkan analisis alternatif
menggunakan uji Man Whitney jika data tidak terdisitribusi normal. Pada tujuan
ketiga, data hasil survei distribusi pemasaran setiap indikator akan dihitung total
jumlah produk dan dibandingkan dengan pedoman efektivitas pemasaran.

Tabel 1. Pedoman Rerata Skor Kuisioner

No Skor rerata Kriteria


1 1,00 - 1,80 Sangat rendah
2 1,81 – 2,60 Rendah
3 2,61 – 3,40 Medium
4 3,41 – 4,20 Tinggi
5 4,21 – 5,00 Sangat Tinggi
( Sumber: Riduwan dan Kuncoro dalam Sunarto,et al,2014)

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa data yang akan diperoleh pada


tujuan pertama, maka akan dibandingkan dengan tabel tersebut untuk menentukan
kriteria setiap indikator penelitian.

Tabel 2. Pedoman Efektivitas Pemasaran

No Rentang Skala Kriteria


1. 0–5 Tidak ada
2. 6 – 10 Buruk
3. 11 – 15 Cukup
4. 16 – 20 Baik
5. 21 – 25 Sangat Baik
6. 26 - 30 Superior
( Sumber: Kotler, 1997 )

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk menentukan efektivitas


pemasaran pada tujuan ketiga, maka hasil jumlah produk setiap indikator akan
dibandingkan dengan rentang skala pada pedoman survei tabel tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Sampel

Penelitian ini memiliki beberapa sampel yang diambil dari hasil pengisian
kuisioner oleh 40 responden yang terdiri dari 34 orang pelajar dan 6 pekerja, selain itu
sampel yang diambil merupakan hasil survei pada lokasi target yang ditentukan untuk
mengetahui distribusi pemasaran di Kota Malang.

B. Pandangan Produk Buah Non Organik

Pandangan masyarakat terkait buah non organik akan disajikan pada tabel
rerata skor dari hasil perhitungan kuisioner yang telah diisi responden.
Tabel 3. Hasil Data Nilai Responden Produk Buah Anorganik

No Produk Rerata Skor Status Rerata Kategori


Buah Non Organik 34 Pelajar 6 Pekerja Skor
1. Pestisida 2.88 2.72 2,8 Medium

2. GMO 2.89 2.92 2,9 Medium

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa rerata skor pestisida dan


Genetically Modified Organism (GMO) untuk status 34 responden pelajar yaitu 2.88,
dan 2.89 rerata skor GMO. Sedangkan pada status 6 responden pekerja, memiliki 2.72
rerata skor pestisida, dan rerata skor GMO sebesar 2.92. Seluruh rerata skor pestisida
dan GMO untuk responden pelajar dan pekerja berkategori medium.

Nilai tersebut dapat membuktikan bahwa pandangan masyarakat terhadap


buah non organik salah satunya pestisida dan GMO masih dalam batas medium. Nilai
rerata 2,72 untuk 6 responden pekerja dengan kategori medium telah mewakili bahwa
pekerja pun telah memperhatikan produk buah di pasaran. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian menurut Ameriana (2006) menyebutkan bahwa petani yang mempunyai
pengetahuan tinggi tentang bahaya penggunaan pestisida berlebih terhadap
lingkungan, kekebalan OPT, produk yang dihasilkan, serta keselamatan tenaga
penyemprot, berkisar antara 14,74- 34,61%. Selain itu, petani Indonesia masih lebih
dominan menggunakan pestisida sintetik, seperti halnya pada penelitian Bailey (2010)
menyatakan petani sayuran di Indonesia sebagian besar masih menggunakan pestisida
sintetik untuk menekan serangan hama dan penyakit tanaman.

Hal tersebut didukung beberapa faktor seperti penelitian Saepudin (2012)


menyatakan bahwa faktor pendukung pemakaian pestisida diantaranya status
kepemilikan lahan, persepsi kecenderungan serangan hama dan penyakit yang
meningkat, persepsi resistensi hama, persepsi kehadiran hama baru, persepsi
perubahan musim, pengetahuan responden pada bahaya pestisida, pengalaman
komplikasi kesehatan setelah penggunaan pestisida, dan pendapatan dari pertanian.
Begitu pula pandangan GMO yang tergolong medium, didukung oleh penelitian
Artanti (2010) menyimpulkan bahwa rendahnya tingkat pengetahuan responden
tentang transgenik dapat dipahami, karena ilmu pengetahuan tentang transgenik di
Indonesia tergolong masih baru, terutama bagi petani. Pemahaman akan Produk
Rekayasa Genetika (PRG) mayoritas dimengerti kalangan ilmuwan dan mahasiswa
yang biasa bersumber dari buku, publikasi ilmiah dan majalah. Hasil penelitian dari
Bermawie et al (2003), menunjukkan bahwa hanya 35% responden (terdiri dari
pengolah kedelai, pedagang, aparat pemerintah, mahasiswa, ilmuwan dan ibu rumah
tangga) yang betul-betul paham tentang transgenik.

C. Komparasi Macam Produk Buah Non Organik

Pandangan produk buah non organik diantaranya pestisida dan GMO akan
dibandingkan dengan mengetahui hasil uji normalitas, homogentias dan analisis uji
perbandingan atau perbedaan antar 2 indikator variabel penelitian.

Uji Normalitas

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Rerata Skor Pestisida dan GMO


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statis
KELOMPOK tic df Sig. Statistic df Sig.

RERATA PESTISIDA .157 40 .015 .940 40 .034


_SKOR
GMO .171 40 .005 .893 40 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai signifikan p <0,05


menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji
alternatif Man Whitney test.
Uji Man Whitney

Dilakukan uji ini dikarenakan data tidak terdistribusi normal, pengujian ini untuk
mengetahui perbedaan kelompok pestisida dan GMO.

Gambar 1. Hasil nilai signifikan pada uji Man Whitney.

Berdasarkan Gambar 1 menyebutkan nilai p = 0.75 > 0.05 menunjukkan


bahwa tidak ada perbedaan antara pandangan masyarakat mengenai kelompok buah
non organik pestisida dan GMO.

Keduanya dibuktikan akan berpengaruh buruk bagi lingkungan dan kesehatan


masyrakat. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Herlanti (2014) menyebutkan
bahwa pada perkembangannya produk-produk GMO menimbulkan kontroversi,
terutama dari sisi dampak negatif terhadap lingkungan, banyak negara Eropa yang
menolak produk GMO, bahkan pada tahun 2010 European Network of Non-
Governmental Non-Profit Organisations melakukan advokasi agar Eropa bebas
GMO. Mengenai GMO pula berdasarkan penelitian Venville (2009) bahwa pada
bidang pendidikan biologi isu yang kontroversial seperti produk GMO disebut dengan
isu sosiosaintifik. Kemampuan argumentasi pada isu sosiosaintifik dapat tergali
karena peserta didik berargumen dengan berbagai sudut pandang, tidak hanya sudut
pandang saintifik, tetapi juga sosial, ekonomi, politik, dan etika (Osborne, 2005). Isu
sosiosaintifik kemudian diteliti oleh Herlanti (2014) menyimpulkan bahwa 88
partisipan (63%) yang menyatakan tidak setuju dan 52 partisipan (37%) menyatakan
setuju terhadap stand point: “Setujukah anda dengan konsumsi tanaman GMO oleh
masyarakat Indonesia?”. Pada penelitian Herlanti (2014), pula menyebutkan beberapa
responden yang masih pro mengenai produk GMO dikarenakan beberapa ahli
mengenai rekayasa genetika menyebutkan 2 alasan diantaranya bahwa tanaman
transgenik cenderung tidak mempunyai risiko merugikan jika dikonsumsi. “Selama
ini belum pernah ada bukti jika pemanfaatan tumbuhan tersebut menimbulkan
dampak yang membahayakan,” dan alasan berikutnya mengenai masyarakat
Indonesia sudah terbiasa mengkonsumsi produk berbahan baku tanaman transgenik.
Seperti tempe, tahu, kecap, atau tauco yang bebas beredar di pasaran merupakan
contoh makanan yang berbahan baku kedelai, rata-rata kedelai yang dijadikan
makanan tersebut merupakan kedelai transgenik (Herlanti, 2014)

Begitu pula mengenai pandangan pestisida, bahwa Indonesia sudah mulai


beralih pada pertanian organik daripada pertanian konvensional. Hal tersebut
didukung oleh beberapa penelitian Seufert (2012) menyatakan bahwa sistem pertanian
organik lebih hemat dalam biaya sarana produksi pertanian seperti pupuk dan
pestisida dibandingkan sengan pertanian konvensional, sebab sebagian besar
responden membuat sendiri pupuk dan pestisida alam yang mereka gunakan,
sedangkan pupuk dan pestisida kimia yang digunakan di pertanian konvensional
adalah hasil produksi industri yang harus dibeli. Hal tersebut membuktikan bahwa
kini negara Indonesia membuat usaha alternatif agar tidak menggunakan pestisida
kimia. Pertanian organik dapat menggunakan biopestisida, menurut penelitian
Saepudin (2012) bahwa United States Environmental Protection Agency (EPA),
biopestisida didefinisikan sebagai pestisida yang dibuat dari bahan-bahan alami,
seperti binatang, tumbuhan, mikroorganisme, dan beberapa jenis mineral. Dari sekian
jenis biopestisida, Srinivasari (2012) menyimpulkan bahwa jenis biopestisida yang
ramah lingkungan yakni pestisida biokimia merupakan biopestisida yang berasal dari
bahanbahan alam yang diekstrak.

D. Distribusi Pemasaran Produk Buah Non Organik

Data hasil survei untuk mengetahu distribusi pemasaran dalam kota Malang, akan
dijabarkan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Survei Distribusi Pemasaran Produk Buah Non Organik Kota Malang

Lokasi Target Produk Buah Anorganik


Pemasaran Pestisida GMO
Mall Olympic Garden 5 1
Superindo Swalayan 8 1

Malang Town Square 7 1

Pasar Besar Kota 3 0


Malang
5 5
Toko Buah GMO

Jumlah 28 8
( Sumber: Pengamatan sendiri )

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dari beberapa lokasi target


pemasaran di Kota Malang, jumlah distribusi pemasaran buah pestisida lebih besar
daripada distribusi buah GMO dengan nilai 28 produk. Maka jumlah nilai produk
pestisida memiliki efektivitas pemasaran yang tergolong superior, sedangkan pada
total nilai produk GMO memiliki rentang skala efektivitas pemasaran yang tergolong
buruk.

Hal tersebut menurut Hardinsyah (2008) menyatakan bahwa Indonesia


mengimpor tidak kurang dari 300 ribu ton beras, dan setiap sekitar 1 juta ton jagung
dan kedelai tiap tahun. Sebagian besar (71%) jagung diimpor dari Argentina dan
(83%) kedelai dari Amerika serikat, dimana Produk Rekayasa Genetika (PRG) untuk
kedua komoditas ini berkembang dengan pesat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
mengenai buah GMO, dimana komoditas impor GMO di Indonesia lebih menekankan
bahan pangan primer daripada buah GMO yang diimpor. Hal tersebut dapat
dihubungkan bahwa buah di Indonesia lebih banyak dihasilkan dari pertanian
konvensional menggunakan pestisida, hanya saja kini Indonesia mulai beralih
menggunakan biopestisida yang diyakini ramah lingkungan. Hal tersebut juga
didukung oleh penelitian Saepudin (2012) menyimpulkan bahwa kesediaan petani
sayuran di Desa Cipada menggunakan produk biopestisida : Pada kondisi pertama,
97% petani sayuran di Desa Cipada bersedia menggunakan biopestisida, sedangkan
3% menyatakan tidak bersedia. Pada kondisi kedua, persentase petani sayuran di Desa
Cipada yang bersedia menggunakan biopestisida adalah 40% dan 60% lainnya
menyatakan tidak bersedia. Maka dapat disimpulkan bahwa pertanian Indonesia
semakin tahun akan beralih pada biopestisida pertanian organik.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian yang telah dilakukan mengenai pandangan produk buah non organik
berdasarkan distribusi pemasaran kota Malang, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Hasil 40 responden bahwa rerata skor pestisida dan GMO tergolong medium,
sehingga dinyatakan bahwa masyrakat telah mengenal produk pestisida maupun
GMO dalam distribusi pemasaran sekitar.
2. Hasil data nilai p signifikan < 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan pandangan
pestisida dan GMO di pemasaran Kota Malang, dibuktikan bahwa masyarakat
masih ada yang mengonsumsi keduanya meski telah mengetahui pro-kontra terkait
produk pestisida dan GMO.
3. Hasil data distribusi pemasaran melalui survei dari 3 kecamatan Kota Malang,
didapatkan bahwa pemasaran pestisida dengan 28 produk lebih besar daripada
pemasaran GMO dengan 8 produk. Maka, distribusi pestisida di kota Malang
masih tergolong tinggi meski pertanian telah beralih menuju pertanian organik
menggunakan biopestisida.
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan untuk


penelitian selanjutnya mengenai molekuler mengenai pestisida dan GMO dari sudut
pandang kesehatan tubuh manusia dan dampak bagi lingkungan.
DAFTAR RUJUKAN

Ameriana, M. 2006. Perilaku Petani Sayuran dalam Menggunakan Pestisida Kimia. Jurnal
Hort 18(1):95-106, 2008. Bandung

Amin, L., A. A. Azlan, M. H. Gausmian, J.Ahmad., A. L. Samian, M. S. Haron, dan N. M.


Sidek. 2010. Ethical perception of modern biotechnology with special focus on
genetically modified food among Muslims in Malaysia. AsPac J. Mol. Biol.
Biotechnol., 18 (3) : 359-367.

Amir, M. T. 2004. Manajemen Retail. Jakarta: Penerbit PPM

Ariadi, Y.B., & Relawati, R. 2006. Sistem Agribisnis Terintegrasi Hulu – Hilir. Bandung:
Muara Indah.

Artanti, G.D., Hardinsyah, D. K. S. Swastika, dan Retnaningsih. 2010. Analisis faktor-faktor


yang mempengaruhi penerimaan petani terhadap produk rekayasa genetika. Jurnal
Gizi dan Pangan, 5 (2): 113 – 120.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Sepuluh Bahan Pangan Yang Terus Diimpor. ( Online )
http://www.asiabusinessinfo.com/bahan-pangan-yang-terus-di-impor/.
Diakses 11 September 2018.

Bailey, K.L., S.M. Boyetchko, and T. Lange. 2010. Social and economic drivers shaping the
future of biological control: A Canadian perspective on the factors affecting the
development and use of microbial biopesticides. Journal Biological Control 52
(2010) 221–229

Barmawie N., Bahagiawati, A.H., Mulya, K., Santoso, D., Sugiarto, B., Juliantini, E., &
Trisyono, Y.A. 2003. Perkembangan dan Dampak Pelepasan Produk Rekayasa
Genetika (PRG) dan Produk Komersialnya (Kasus kapas Bollgard dan Kedelai
Impor). Jurnal Proyek National Biosafety Framework GEF-UNEP .Departemen
Pertanian, Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetika Pertanian,
Kementerian Lingkungan Hidup.

Dano, E. C. 2007. Potential Socio-Economic, Cultural and Ethical Impacts of GMOs:


Prospects for Socio-Economic Impact Assessment. TWN (ISBN: 978-983-2729-23-5),
3th World Network, Penang Malaysia. Pp 32.

Dawson, V. & Venville, G.J. 2009. High School Student’s Informal Reasoning and
Argumentation about Biotechnology: An Indicator of Science Literacy?. International
Journal of Science Education, 31 (11) pp.1421-1445
Departemen Pertanian. 2006. Pengertian dan Batasan Pestisida. (Online)
http://www.deptan.go.id/komisi_pestisida/kompes/index.html.
Diakses: 18 November 2018

Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. 2011. Bahan aktif yang dilarang untuk semua bidang
penggunaan pestisida. Pedoman Kajian Pestisida Terdaftar dan Beredar TA 2011.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Jakarta. 23 hlm.

Hadi., Tarwotjo., & Rahadian, R. 2010. Biologi Insecta: Entomologi. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Hardinsyah. 2008. Potensi Kekuatan dan Kelemahan Produk Pangan Hasil Rekayasa
Genetika. Jurnal Seminar Pangan Rekayasa Genetika Kolaborasi. Bogor

Herlanti, Y. 2014. Analisis Argumentasi Mahasiswa Pendidikan Biologi Pada Isu


Sosiosaintifik Konsumsi Genetically Modified Organism (GMO). Journal Pendidikan
IPA Indonesia JPII. Jakarta. Vol (1) (2014) 51-59.

Isenring, R. 2010. Pesticides and the loss of biodiversity. How intensive pesticide use affects
wildlife population and species diversity. Pesticide Action Network, Europe. 26 pp.
Development House 56−64 Leonard Street, London EC2A 4LT.`

Kamle, S., A. Kumar, R.K. Bhatnagar. 2011. Development of multiplex and construct specific
PCR assay for detection of cry2Ab transgene in genetically modified crops and
product. GM Crops, 2(1): 74-81.

Kementrian Pertahanan Republik Indonesia. 2015. Buku putih pertahanan Indonesia. Jakarta,
Indonesia: Kementrian Pertahanan Republik Indonesia.

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan, Implementasi dan


Pengendalian (terjemahan Jaka Wasana). Jakarta: Salemba Empat.

Lin, C. H., & Pan, T. M. 2016. Perspectives on genetically modified crops and food detection.
Journal of Food and Drug Analysis, 24(1), 1–8.
http://doi.org/10.1016/j.jfda.2015.06.011

Lu, I.-J., Lin, C.-H., & Pan, T.-M. 2010. Establishment of a system based on universal
multiplex-PCR for screening genetically modified crops. Analytical and Bioanalytical
Chemistry, 396(6), 2055–2064. http://doi.org/10.1007/s00216-009-3214-x

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 2012. Putusan Nomor 99/PUU-X/2012. Jakarta,


Indonesia (Online)
https://www.spi.or.id/wp-content/uploads/2014/11/putusan_sidang_99-PUU-2012-
tanaman-telah-ucap-18-Juli-2013.pdf
Diakses: 18 November 2018

Mahrus. 2014. Kontroversi Produk Rekayasa Genetika yang Dikonsumsi Masyarakat. Jurnal
Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014

Marinho, C.D., F.J.O. Martins, A.T. Amaral J, L.S.A., Gonçalves, S.C.S., Amaral, & Mello.
2012. Use of transgenic seeds in Brazilian agriculture and concentration of
agricultural production to large agribusinesses. Genet. Mol. Res., 11 (3): 1861-1880.

Misner, S.,& Florian, A.T. 2013. Organically Grown Foods Versus Non Organically Grown
Foods. Florida, America: College Of Agriculture and Life Sciences, The University of
Arizona

Osborne, J. 2005. The Role of argument in Science Education.[Eds] Research and Quality of
Science Education. Dordrecht, Nederlands: Spinger.

Pramashinta, A., Riska, L.,& Hadiyanto. 2014. Bioteknologi Pangan: Sejarah, Manfaat dan
Potensi Resiko. Review.Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 3(1): 1-6.

Prianto, Y.,& Yudhasasmita, S. 2017. Tanaman Genetically Modified Organism (GMO) dan
Perspektif Hukumnya di Indonesia. AL-Kauniyah; Journal of Biology. Vol 10(2),
2017, 133-142. Bandung..

Saepudin., & Astuti, D.I. 2012. Pengembangan Model Penerimaan Biopestisida ( Studi Kasus
pada Petani Sayuran di Desa Cipada Bandung Barat ). Jurnal Sosioteknologi Edisi 27
Tahun. Bandung

Seufert, V., Ramankutty, N., & Foley, J.A. 2012. Comparing The Yields of Organic and
Conventional Agriculture. Journal Pubmed Nature. 485(7397):229-32. doi:
10.1038/nature11069.

Smith, J. 2011. 10 REASONS TO AVOID GMOS. (Online)


http://responsibletechnology.org/10-reasons-to-avoid-gmos/
(Diakses pada 12 September 2018)

Srinivasan, R. 2012. Integrating biopesticides in pest management strategies for tropical


vegetable production. Journal Biopest. 5 (Supplementary): 36−45.

Sunarto,S,Bisri,M,Soemarno,Suyadi.2014.Society Behaviour Towards Household Waste


Management in Tulungagung. International Journal of Applied Sociology Volume 4
No 3 : 67-73

Winardi. 1989. Aspek-aspek Bauran Pemasaran (Marketting Mix). Bandung: Mandar Maju
Yuantari, C. MG., Kresnowati, L., & Hartini, E. 2012. Analisis Pola Petani dalam Aplikasi
Pestisida dan Dampaknya bagi Kesehatan (Studi Kasus pada Petani Melon di
Grobogan). Jurnal SemNas Kesehatan Masyarakat MDGs 2015. Banjarnegara. Vol
(1) (2012) 96 – 102.

LAMPIRAN

No Jabaran Subvariabel Indikator Skala variabel Instrument


Variabel dan pilihan
jawaban

1. Produk Buah Macam Produk - Pestisida Skala Interval Kuisioner


Non Organik Buah Non Dengan opsi
Organik
jawaban
- Genetically
Modified (1)sangat
Organism tidak setuju,
(2) tidak
setuju, (3)
setuju, (4)
sangat setuju

2. Distribusi Lokasi Skala nomina Observasi


- Pasar
Pemasaran pemasaran Swalayan dan Survei
GMO
- Pasar
Tradisional

- Pasar Buah
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi responden


penelitian yang dilakukan oleh saudara dengan nama tertera sebagai berikut.

Nama : Rizky Putri Ramadhany

Judul : Analisis Komparatif Produk Buah Non Organik Berdasarkan Pada


Distribusi Pemasaran Di Wilayah Kota Malang.

Bahasan : Pandangan masyarakat terhadap buah non organik didalam pemasaran


sekitar lingkungan.

Demikian surat persetujuan ini saya tandatangani untuk menjadi bukti sah sebagai
responden penelitian tanpa adanya paksaan dari pihak yang bersangkutan.

Malang, .... November 2018

( Responden )
KUISIONER PENELITIAN

“ Analisis Komparatif Produk Buah Non Organik Berdasarkan Pada Distribusi


Pemasaran Di Wilayah Kota Malang “

Petunjuk Pengisian : Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda centang (v)
pada kotak yang tersedia

A. Identitas Responden :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

B. Penjelasan singkat terkait pertanyaan pada kuisioner penelitian ini.

PESTISIDA

Pestisida merupakan campuran bahan kimia yang digunakan beberapa produk


makanan agar makanan tersebut tahan lama, selalu terlihat segar dan tidak cacat
produk akibat hama yang menyerang.

Telah banyak terdistribusi di pasaran kota besar baik dalam maupun luar negeri

ciri pembeda yang sering ditemukan di pasaran

- Kode pada buah


Genetically Modified Organism (GMO)

GMO merupakan hasil rekayasa genetika dengan beberapa campuran gen yang
menghasilkan suatu produk tersebut berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri.

GMO memiliki pandangan pro-kontra di masyarakat, meski jarang ditemukan di


pasaran, akan tetapi hasil GMO masih beredar pada beberapa tempat di pasaran.

Ciri Pembeda Produk GMO


C. Pertanyaan Kuisioner

Pandangan mengenai Buah Pestisida

No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak
Setuju
1. Buah pestisida masih
layak terdistribusi di
pasaran.
2. Anda merasa acuh
terhadap kode
pelabelan pada
produk buah yang
beredar di pasaran.
3. Anda belum
mengetahui
karakteristik label
yang tertera pada
produk buah di
pasaran khususnya di
Pasar Swalayan.
4. Produk buah
pestisida
menimbulkan
dampak buruk pada
kesehatan.
5. Perlu ditindak lanjuti
mengenai distribusi
buah pestisida

Pandangan mengenai Buah GMO

No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat Tidak Setuju


Setuju Setuju
1. Buah GMO
masih layak
terdistribusi di
pasaran.
2. Anda merasa
acuh terhadap
kode pelabelan
pada produk
buah yang
beredar di
pasaran.
3. Anda belum
mengetahui
karakteristik
label yang
tertera pada
produk buah di
pasaran
khususnya di
Pasar Swalayan.
4. Produk buah
GMO
menimbulkan
dampak buruk
pada kesehatan.
5. Perlu ditindak
lanjuti mengenai
distribusi buah
GMO

LAMPIRAN

No Nama Responden Umur Pendidikan Skor Skor GMO


Pestisida
1. Tutik Khotimah 48 tahun Ibu Rumah Tangga 2.8 3
2. Amezuhroo 31 tahun S2 3 2.8
3. Ratna Fitri 22 tahun Mahasiswa S1 3 2.8
4. Sri Hindrawati 27 tahun S2 3 2.8
5. Kam Aripin 21 tahun Mahasiswa S1 3 2.6
6. Indra Nur Hakiem 20 tahun Mahasiswa S1 3 2.6
7. Muhammad Iqbal 19 tahun Mahasiswa S1 2.8 2.6
8. Maulida Purnama 21 tahun Mahasiswa S1 3.2 2.8
9. Nea Asyari 21 tahun Mahasiswa S1 2.4 3
10. Sri Agustina 26 tahun S2 3.4 3
11. Ifa Hidayanti 31 tahun S2 3 2.6
12. Vita Imanasari 23 tahun S2 2.6 2.6
13. Hapsari Lintang 22 tahun Mahasiswa S1 3.6 2.6
14. Raditya Mulya 21 tahun Mahasiswa S1 3.6 3
15. Dwi Ajeng 21 tahun Mahasiswa S1 3.4 2.8
16. Putri Laras 22 tahun Mahasiswa S1 3.4 2.6
17. Nada Adinda 20 tahun Mahasiswa S1 3.4 3
18. Burhan Arrabani 21 tahun Mahasiswa S1 2.8 3
19. Ima Nurul Islamiyah 21 tahun Mahasiswa S1 2.6 2.8
20. Kirara Putri 20 tahun Mahasiswa S1 2.8 2.8
21. Juni Hartono 35 tahun Pegawai 3.2 3
22. Siti Phuriyatus 22 tahun Mahasiswa S1 3.2 2.4
23. Ayulidya Prameswari 23 tahun S1 2.8 2.8
24. Hery Junianto 48 tahun Pegawai 3.2 2.8
25. Tabita Navy 24 tahun S1 2.4 2.4
26. Fatimah 29 tahun S2 3 2.8
27. Hafizah 21 tahun Mahasiswa S1 3.4 2.6
28. Tsabita Syifa 20 tahun Mahasiswa S1 2 2.8
29. Clara Shinta 13 tahun SMP 1.8 3
30. Dita Maulidya 31 tahun S2 2.2 2.8
31. Nikmatus Solikah 21 tahun Mahasiswa S1 1.8 3.2
32. Putri Idayatul 21 tahun Mahasiswa S1 2.4 3
33. Arifah Fitria Hidayati 21 tahun Mahasiswa S1 2.2 2.4
34. Gladys Ramadani 21 tahun Mahasiswa S1 2.2 3
35. Liling Ika 35 tahun Guru 2.2 3
36. Aldy Kurnia 21 tahun Pekerja 2.2 2.8
37. Rakhasoni 21 tahun Mahasiswa S1 1.8 3.6
38. Haryo Pamungkas 21 tahun Mahasiswa S1 2.4 3
39. Ella Fitriani 21 tahun Mahasiswa S1 3 3
40. Lola Triska 21 tahun Mahasiswa S1 3.4 2.6

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai