Diusulkan oleh :
ABSTRAK
Produk buah non organik telah banyak dipasarkan pada beberapa lokasi pemasaran
wilayah Kota Malang. Jenis produk tersebut diantaranya pestisida dan Genetically Modified
Organism (GMO) dengan banyak literatur riset menunjukkan dampak negatif bagi kesehatan
dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pandangan produk buah non organik berdasarkan pada distribusi pemasaran di Kota Malang.
Metode penelitian berupa deskriptif kuantitatif dengan instrumen kuisioner yang diberikan 40
responden dengan teknik sampling yaitu purposive sampling kemudian dianalisis dengan uji
Man Whitney test serta melakukan survei lapangan terhadap lokasi target pemasaran di 3
kecamatan Kota Malang mengenai ditribusi pemasaran. Hasil riset menunjukkan rerata skor
pestisida 2,8 dan rerata skor GMO sebesar 2,9 tergolong medium, dan nilai signifikansi
0,015<0,050 menyimpulkan tidak ada perbedaan macam produk buah non organik di Kota
Malang, serta hasil survei lapangan menunjukkan bahwa distribusi pestisida lebih besar
daripada distribusi GMO. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk memeriksa sudut
pandang molekuler perbedaan antara produk buah non organik dan dampaknya bagi
kesehatan.
Kata Kunci : Produk Buah Non Organik, Pestisida, GMO, Distribusi Pemasaran
ABSTRACTS
Non-organic fruit products have been widely marketed in several marketing locations
in the city of Malang. These types of products include pesticides and Genetically Modified
Organism (GMO) with many research literature showing negative impacts on the health and
environment of the community. Therefore this study aims to determine the views of non-
organic fruit products based on marketing distribution in Malang City. The research method
was quantitative descriptive with questionnaire instruments given by 40 respondents with a
purposive sampling technique then analyzed by the Whitney Man test and conducting a field
survey of the target marketing locations in 3 sub-districts of Malang City regarding marketing
distribution. The results showed a mean pesticide score of 2.8 and an average GMO score of
2.9 classified as medium, and a significance value of 0.015 <0.050 concluded that there were
no differences in the types of non-organic fruit products in Malang City, and the results of
field surveys showed that the distribution of pesticides was greater than GMO distribution. In
further research it is recommended to examine the molecular point of view of the differences
between non-organic fruit products and their impact on health.
Produk buah non organik adalah buah yang dihasilkan dengan budidaya pupuk
non organik, pestisida atau menambah gen tertentu pada masa pertumbuhan, tidak
diartikan organik tetapi unnatural, karena label pada produknya mengandung perasa
sintetik, pewarna, kandungan kimia dan bahan sintesis (Misner, 2013). Beberapa
jenis produk buah anorganik diantaranya buah pestisida dan rekayasa genetika (
Misner, 2013). Pestisida yang sering digunakan dalam tanaman buah-buahan adalah
insektisida dan fungisida (Warintek, 2000). Pestisida meracuni manusia tidak hanya
pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah
melakukan penyemprotan (Yuantari, dkk. 2012). Menurut penelitian Yuantari, dkk
(2012) menyatakan bahwa hasil penelitian pada petani melon di Desa Curut dan
Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan dalam aplikasi pestisida
masih menggunakan berbagai macam jenis pestisida, tanpa memperhatikan kelas
bahayanya. Berdasarkan data, 68,6% menggunakan 4 jenis pestisida dalam satu kali
masa tanam dan yang paling banyak adalah 6 jenis pestisida. Disamping itu dalam
pencampuran pestisida dalam sekali pemakaian 3 jenis pestisida sebanyak 45,7%
dan 4 jenis pestisida ada 34,3%. Penelitian tersebut ditemukan cholinesterase,
dengan tingginya kadar cholinesterase dalam darah petani dapat menimbulkan
gangguan kesehatan (Yuantari, dkk, 2012). Sedangkan, perkembangan ilmu dan
teknologi rekayasa genetika (genetic engineering) akhir-akhir ini cukup drastis dan
meminta perhatian serius dari pemerintah dan para ilmuwan (Amin et al., 2010).
Mahluk hidup yang materi genetiknya telah dimanipulasi secara artifisial di
laboratorium melalui rekayasa genetika disebut dengan mahluk hidup transgenic
atau rekayasa genetika mahluk hidup ( Genetically Modified Organism/GMO) yang
memiliki sifat unggul dibandingkan dengan mahluk hidup asalnya (Marinho et al.,
2012).
Indonesia sebagai negara berkembang yang banyak menggunakan produk
GMO khususnya pangan dan obat-obatan telah mengantisipasinya dengan membuat
perangkat hukum yang dapat melindungi konsumen dari resiko yang tidak
diinginkan (Mahrus, 2014). Meskipun Indonesia telah berhasil memproduksi GMO
sejak tahun 1999, Indonesia masih saja mengimpor terus menerus 10 bahan pokok
dari berbagai negara yang diduga hasil rekayasa genetika yaitu: beras, jagung,
kedelai, biji gandum, tepung terigu, gula pasir, daging sapi, daging ayam, garam,
singkong, dan kentang (BPS, 2013). Distribusi pemasaran diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang
dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunannya sesuai dengan
yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan) (Winardi,
1989). Margin sebagai indicator menentukan tingkat efisiensi pemasaran, semakin
kecil margin pemasaran menunjukkan tingkat efisiensinya semakin tinggi (Ariadi,
2006). Perbedaan tingkat efisiensi ini disebabkan oleh karena perbedaan fungsi
pemasaran yang dilakukan dan hal ini berimplikasi pada biaya pemasaran dan harga
jual (Ariadi, 2006). Hasil penelitian Ariadi (2006) menyatakan bahwa jumlah
kebutuhan konsumen Malang Raya masih sangat kecil dibandingkan dengan total
produksi yang ada ( < 25% dari total produksi dipasarkan di Malang Raya dan >
75% dipasarkan di luar Malang Raya). Rendahnya jumlah kebutuhan ini disebabkan
oleh banyak hal, selain harga apel organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan
non-organik ( harga apel organik 3 kali harga apel non-organik) juga oleh kesadaran
konsumsi apel organik yang masih rendah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan antara kedua macam produk buah anorganik dan
pengaruhnya berdasarkan pada distribusi pemasaran di Kota Malang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Produk buah non organik adalah buah yang dihasilkan dengan budidaya pupuk
non organik, pestisida atau menambah gen tertentu pada masa pertumbuhan, tidak
diartikan organik tetapi unnatural, karena label pada produknya mengandung perasa
sintetik, pewarna, kandungan kimia dan bahan sintesis (Misner, 2013). Komponen
terhadap buah non organik dibedakan atas jenis 100% organik, organik, dibuat dengan
bahan yang organik, natural, dan unnatural (Misner, 2013). Pada penelitian ini, lebih
membahas buah unnatural, menurut Misner (2013) makanan non-organik diartikan
makanan yang mengandung pupuk sintesis, limbah berbahaya, iradiasi, rekayasa
genetika, pestisida atau kandungan obat.
Buah Pestisida
Buah pestisida adalah buah yang diberi bahan kimia atau agen kontrol yang
dibuat untuk membunuh serangga, gulma dan hama jamur yang merusak tanaman
(Misner, 2013). Penggunaan pestisida dengan bahan aktif yang sangat toksik dan sulit
terdegradasi juga menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan, seperti
hilangnya keragaman hayati, menurunnya populasi organisme berguna seperti musuh
alami, dan pencemaran lingkungan (Isenring, 2010). Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 24/Permentan/SR.140/4/2011 menyatakan bahwa terdapat 42 jenis bahan aktif
yang membahayakan dan tidak boleh digunakan lagi untuk semua bidang penggunaan
pestisida di Indonesia. Beberapa diantaranya Aldikarb, Aldrin, Dikloro difenil
trikloroetan (DDT), Dieldrin, heptaklor, Klordan, leptofos, heksakloro siklo heksan
(termasuk bahan aktif lindane), metil parathion dan metosiklor (Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian, 2011). Menurut Hadi (2010) menyatakan bahwa
terdapat standarisasi Indonesia pada penggolongan pestisida sebagai berikut.
B. Distribusi Pemasaran
Saluran distribusi merupakan suatu jalur yang harus dilalui oleh arus barang
dari produsen ke agen atau perantara atau pedagang besar terhadap pemakai, dalam
hal ini konsumen (Amir, 2004). Distribusi pemasaran diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan
jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunannya sesuai dengan yang
diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan) (Winardi, 1989). Hasil
riset menunjukkan bahwa penanaman GMO juga ternyata telah banyak dilakukan di
negara berkembang. Jumlah gabungannya pada tahun 2001 meliputi 25 % dari luas
seluruh tanaman transgenik dunia. Negara sedang berkembang terbanyak yang
menanam GMO adalah Argentina dan China. Argentina menanam GMO sebanyak
11.8 juta Ha (22 % dari area global GMO) dan China 1.5 juta Ha (6%). Negara
lainnya, kecuali Afrika Selatan yang menanam 200.000 Ha, maka Meksiko, Uruguay,
dan Indonesia menanam GMO kurang dari 100.000 Ha. Sedangkan Jumlah nama
merek dagang pestisida yang terdaftar di Departemen Pertanian Indonesia sebesar
11.158 merk dagang pestisida ditambah 49 merk dagang pestisida yang baru terdaftar
pada tahun 2006, dan ditambah 17 merk dagang sebagai merk dagang perluasan dari
pestisida yang telah beredar di pasar, dari sekian banyak merk dagang tersebut
terdapat 196 perusahaan pemegang pendaftaran pestisida di Indonesia (Departemen
Pertanian, 2006).
Penelitian ini akan dilaksanakan di pasar swalayan dan pasar tradisional pada
3 macam lokasi Kecamatan Kota Malang, diantaranya seperti Kecamatan Klojen,
Kecamatan Sukun, dan Kecamatan Lowokwaru yang akan dilaksanakan pada awal
bulan September 2018 hingga bulan November 2018.
Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Kota Malang. (BPS Kabupaten Malang, 2016)
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini memerlukan instrumen pada tujuan pertama dan kedua dengan
menggunakan quisioner yang diberikan 40 responden dengan 10 buah pernyataan,
dimana terdapat 4 opsi jawaban beserta nilai seperti sangat tidak setuju (1), tidak
setuju (2), setuju (3), sangat setuju (4). Sedangkan pada tujuan ketiga dilakukan survei
pada lokasi target yang ditentukan.
E. Analisis Data
Pada tujuan pertama, data akan dianalisis dengan rerata skor dan pedoman
observasi setiap indikator pestisida dan GMO. Sedangkan pada tujuan kedua, data
akan dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan ( Independent t test ) apabila
data terdistribusi normal dan data homogen, sedangkan analisis alternatif
menggunakan uji Man Whitney jika data tidak terdisitribusi normal. Pada tujuan
ketiga, data hasil survei distribusi pemasaran setiap indikator akan dihitung total
jumlah produk dan dibandingkan dengan pedoman efektivitas pemasaran.
A. Karakteristik Sampel
Penelitian ini memiliki beberapa sampel yang diambil dari hasil pengisian
kuisioner oleh 40 responden yang terdiri dari 34 orang pelajar dan 6 pekerja, selain itu
sampel yang diambil merupakan hasil survei pada lokasi target yang ditentukan untuk
mengetahui distribusi pemasaran di Kota Malang.
Pandangan masyarakat terkait buah non organik akan disajikan pada tabel
rerata skor dari hasil perhitungan kuisioner yang telah diisi responden.
Tabel 3. Hasil Data Nilai Responden Produk Buah Anorganik
Pandangan produk buah non organik diantaranya pestisida dan GMO akan
dibandingkan dengan mengetahui hasil uji normalitas, homogentias dan analisis uji
perbandingan atau perbedaan antar 2 indikator variabel penelitian.
Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statis
KELOMPOK tic df Sig. Statistic df Sig.
Dilakukan uji ini dikarenakan data tidak terdistribusi normal, pengujian ini untuk
mengetahui perbedaan kelompok pestisida dan GMO.
Data hasil survei untuk mengetahu distribusi pemasaran dalam kota Malang, akan
dijabarkan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Survei Distribusi Pemasaran Produk Buah Non Organik Kota Malang
Jumlah 28 8
( Sumber: Pengamatan sendiri )
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan mengenai pandangan produk buah non organik
berdasarkan distribusi pemasaran kota Malang, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Hasil 40 responden bahwa rerata skor pestisida dan GMO tergolong medium,
sehingga dinyatakan bahwa masyrakat telah mengenal produk pestisida maupun
GMO dalam distribusi pemasaran sekitar.
2. Hasil data nilai p signifikan < 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan pandangan
pestisida dan GMO di pemasaran Kota Malang, dibuktikan bahwa masyarakat
masih ada yang mengonsumsi keduanya meski telah mengetahui pro-kontra terkait
produk pestisida dan GMO.
3. Hasil data distribusi pemasaran melalui survei dari 3 kecamatan Kota Malang,
didapatkan bahwa pemasaran pestisida dengan 28 produk lebih besar daripada
pemasaran GMO dengan 8 produk. Maka, distribusi pestisida di kota Malang
masih tergolong tinggi meski pertanian telah beralih menuju pertanian organik
menggunakan biopestisida.
B. Saran
Ameriana, M. 2006. Perilaku Petani Sayuran dalam Menggunakan Pestisida Kimia. Jurnal
Hort 18(1):95-106, 2008. Bandung
Ariadi, Y.B., & Relawati, R. 2006. Sistem Agribisnis Terintegrasi Hulu – Hilir. Bandung:
Muara Indah.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Sepuluh Bahan Pangan Yang Terus Diimpor. ( Online )
http://www.asiabusinessinfo.com/bahan-pangan-yang-terus-di-impor/.
Diakses 11 September 2018.
Bailey, K.L., S.M. Boyetchko, and T. Lange. 2010. Social and economic drivers shaping the
future of biological control: A Canadian perspective on the factors affecting the
development and use of microbial biopesticides. Journal Biological Control 52
(2010) 221–229
Barmawie N., Bahagiawati, A.H., Mulya, K., Santoso, D., Sugiarto, B., Juliantini, E., &
Trisyono, Y.A. 2003. Perkembangan dan Dampak Pelepasan Produk Rekayasa
Genetika (PRG) dan Produk Komersialnya (Kasus kapas Bollgard dan Kedelai
Impor). Jurnal Proyek National Biosafety Framework GEF-UNEP .Departemen
Pertanian, Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetika Pertanian,
Kementerian Lingkungan Hidup.
Dawson, V. & Venville, G.J. 2009. High School Student’s Informal Reasoning and
Argumentation about Biotechnology: An Indicator of Science Literacy?. International
Journal of Science Education, 31 (11) pp.1421-1445
Departemen Pertanian. 2006. Pengertian dan Batasan Pestisida. (Online)
http://www.deptan.go.id/komisi_pestisida/kompes/index.html.
Diakses: 18 November 2018
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. 2011. Bahan aktif yang dilarang untuk semua bidang
penggunaan pestisida. Pedoman Kajian Pestisida Terdaftar dan Beredar TA 2011.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Jakarta. 23 hlm.
Hadi., Tarwotjo., & Rahadian, R. 2010. Biologi Insecta: Entomologi. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Hardinsyah. 2008. Potensi Kekuatan dan Kelemahan Produk Pangan Hasil Rekayasa
Genetika. Jurnal Seminar Pangan Rekayasa Genetika Kolaborasi. Bogor
Isenring, R. 2010. Pesticides and the loss of biodiversity. How intensive pesticide use affects
wildlife population and species diversity. Pesticide Action Network, Europe. 26 pp.
Development House 56−64 Leonard Street, London EC2A 4LT.`
Kamle, S., A. Kumar, R.K. Bhatnagar. 2011. Development of multiplex and construct specific
PCR assay for detection of cry2Ab transgene in genetically modified crops and
product. GM Crops, 2(1): 74-81.
Kementrian Pertahanan Republik Indonesia. 2015. Buku putih pertahanan Indonesia. Jakarta,
Indonesia: Kementrian Pertahanan Republik Indonesia.
Lin, C. H., & Pan, T. M. 2016. Perspectives on genetically modified crops and food detection.
Journal of Food and Drug Analysis, 24(1), 1–8.
http://doi.org/10.1016/j.jfda.2015.06.011
Lu, I.-J., Lin, C.-H., & Pan, T.-M. 2010. Establishment of a system based on universal
multiplex-PCR for screening genetically modified crops. Analytical and Bioanalytical
Chemistry, 396(6), 2055–2064. http://doi.org/10.1007/s00216-009-3214-x
Mahrus. 2014. Kontroversi Produk Rekayasa Genetika yang Dikonsumsi Masyarakat. Jurnal
Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014
Marinho, C.D., F.J.O. Martins, A.T. Amaral J, L.S.A., Gonçalves, S.C.S., Amaral, & Mello.
2012. Use of transgenic seeds in Brazilian agriculture and concentration of
agricultural production to large agribusinesses. Genet. Mol. Res., 11 (3): 1861-1880.
Misner, S.,& Florian, A.T. 2013. Organically Grown Foods Versus Non Organically Grown
Foods. Florida, America: College Of Agriculture and Life Sciences, The University of
Arizona
Osborne, J. 2005. The Role of argument in Science Education.[Eds] Research and Quality of
Science Education. Dordrecht, Nederlands: Spinger.
Pramashinta, A., Riska, L.,& Hadiyanto. 2014. Bioteknologi Pangan: Sejarah, Manfaat dan
Potensi Resiko. Review.Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 3(1): 1-6.
Prianto, Y.,& Yudhasasmita, S. 2017. Tanaman Genetically Modified Organism (GMO) dan
Perspektif Hukumnya di Indonesia. AL-Kauniyah; Journal of Biology. Vol 10(2),
2017, 133-142. Bandung..
Saepudin., & Astuti, D.I. 2012. Pengembangan Model Penerimaan Biopestisida ( Studi Kasus
pada Petani Sayuran di Desa Cipada Bandung Barat ). Jurnal Sosioteknologi Edisi 27
Tahun. Bandung
Seufert, V., Ramankutty, N., & Foley, J.A. 2012. Comparing The Yields of Organic and
Conventional Agriculture. Journal Pubmed Nature. 485(7397):229-32. doi:
10.1038/nature11069.
Winardi. 1989. Aspek-aspek Bauran Pemasaran (Marketting Mix). Bandung: Mandar Maju
Yuantari, C. MG., Kresnowati, L., & Hartini, E. 2012. Analisis Pola Petani dalam Aplikasi
Pestisida dan Dampaknya bagi Kesehatan (Studi Kasus pada Petani Melon di
Grobogan). Jurnal SemNas Kesehatan Masyarakat MDGs 2015. Banjarnegara. Vol
(1) (2012) 96 – 102.
LAMPIRAN
- Pasar Buah
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Demikian surat persetujuan ini saya tandatangani untuk menjadi bukti sah sebagai
responden penelitian tanpa adanya paksaan dari pihak yang bersangkutan.
( Responden )
KUISIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian : Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda centang (v)
pada kotak yang tersedia
A. Identitas Responden :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
PESTISIDA
Telah banyak terdistribusi di pasaran kota besar baik dalam maupun luar negeri
GMO merupakan hasil rekayasa genetika dengan beberapa campuran gen yang
menghasilkan suatu produk tersebut berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri.
LAMPIRAN
LAMPIRAN