Anda di halaman 1dari 10

SEDIAAN SALEP SERBUK EKSTRAK KULIT BUAH PISANG (Musa paradisiaca)

UNTUK PENYEMBUHAN LUKA DAN ANTI INFLAMASI PADA KULIT

LAPORAN

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Enterpreneurship I

Yang dibina oleh Drs. Agus Dharmawan, M.Si

Disusun Oleh:

Fransisca Puspitasari 170342615530

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

MEI 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanaman obat tradisonal sering digunakan oleh masyarakat untuk menyembuhkan suatu
penyakit. Banyak sekali tanaman berkhasiat obat yang terdapat di alam, salah satunya adalah
tanaman pisang. Menurut literatur (Dalimarta, 2001) dan pengalaman masyarakat kulit buah
pisang digunakan untuk penyembuhan luka. Untuk mempermudah penggunaannya maka
diperlukan suatu sediaan yang paling cocok untuk pengobatan luka. Salep merupakan sediaan yang
paling cocok untuk pengobatan luka karena salep berfungsi sebagai pembawa substansi obat untuk
penggunaan pada kulit, sebagai pelumas dan pelindung kulit sehingga mencegah kontak
permukaan kulit yang luka dengan rangsangan luar. Salep merupakan sediaan setengah padat yang
mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar (Anief, 1997).

Luka dapat diartikan sebagai hilangnya atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik
atau gigitan hewan (Syamsuhidayat dan Jong, 1997). Jaringan yang rusak atau cedera harus
diperbaiki baik melalui regenerasi sel atau pembentukan jaringan struktural agar jaringan pulih
kembali (Elizabeth, 2000).

Kulit pisang digunakan untuk mengatasi : borok yang menyerupai kanker, kelainan kulit
pada herpes, ulkus tungkai pada diabetes militus, kutil, migren, hipertensi sekunder, rambut tipis
dan jarang dan luka bakar (tersiram air panas, kemerahan pada kulit (rash) (Dalimartha, 2003).

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu alternatif berupa obat yang terbuat dari
bahan alami. Menurut Hidayati (2014), senyawa alami yang dapat berfungsi sebagai antiinflamasi
adalah steroid, flavanoid dan saponin. Salah satu bahan alami yang mengandung senyawa tersebut
adalah kulit pisang. Kulit pisang yang selama ini menjadi limbah dan tidak dimanfaatkan kembali
ternyata mempunyai banyak manfaat untuk mengatasi masalah inflamasi pada kulit. Kandungan
pada kulit pisang yang berupa flavanoid, saponin, dan steroid dapat dijadikan bahan baku
pembuatan salep anti inflamasi.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)pada tahun 2014, jumlah produksi panen buah pisang
pada tahun 2013 sebesar 6,2 juta ton dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,1 juta ton pertahunnya.
Sedangkan menurut Dr. Ir. Roni Kastaman, presentase rata-rata berat kulit luar terhadap berat rata-
rata keseluruhan buah pisang adalah sebesar 35,79%. Dengan data tesebut dapat disimpulkan
bahwa total kulit pisang yang menjadi limbah sebesar 2,22 juta ton pertahun,dimana kebanyakan
dijadikan limbah padahal seharusnya dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan salep serbuk
antiinflamasi/salep luka.

Bagian dari pisang yang tidak dikonsumsi dan tidak dimanfaatkan secara optimal yakni
kulit pisang.Padahal kulit pisang mengandung senyawa penting seperti vitamin C, B, Kalsium,
Protein dan lemak.Berat kulit buah pisang sebesar 40% dari berat total pisang segar. Pada kulit
pisang, terdapat kandungan karbohidrat sebesar 18,5%, air sebesar 68,80%, lemak sebesar 2,11%,
protein sebesar 0,32%, serta kandungan-kandungan lainnya seperti flavanoid, steroid, dan saponin
yang terdapat pada kulit pisang (Hidayati, 2014).

Salep ini juga dapat dijadikan alternatif obat oles untuk mengatasi inflamasi pada kulit
yang berbahan alami dan aman untuk digunakan, sehingga masyarakat dapat merasa aman
menggunakan obat oles ini serta meningkatkan nilai guna kulit pisang yang awalnya hanya
dijadikan sebagai limbah. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut dengan bahan alami
menggunakan ekstrak kulit pisang.

Menurut Fatoni,dkk (2014), kandungan flavonoid pada kulit pisang selain berperan sebagai
antioksidan yang bermanfaat untuk mengurangi penyakit diabetes mellitus juga dapat berperan
sebagai antiinflamasi. Hal ini dikarenakan flavonoid menghambat pertumbuhan fibroblast
sehingga perawatan luka dapat maksimal (Hidayati, 2014).Selain itu, kandungan steroid dan
saponin pada kulit pisang juga dapat berfungsi sebagai zat untuk mengatasi luka inflamasi (Fatoni
dkk, 2014) karena steroid berfungsi sebagai anti inflamasi sedangkan saponin berfungsi sebagai
antioksidan dan mempercepat proses penyembuhan luka akibat inflamasi (Hidayati, 2014).

B. TUJUAN
- Untuk mengetahui efek penyembuhan luka dan anti inflamasi pada kulit oleh salep serbuk
ekstrak kulit buah pisang.
- Untuk membuat sediaan salep serbuk ekstrak kulit buah pisang (Musa parasidiaca) untuk
penyembuhan luka dan anti inflamasi pada kulit
- Untuk meminimalisir pengeluaran biaya produksi
C. MANFAAT
 Untuk Peneliti :
- Menambah pengetahuan peneliti mengenai pembuatan salep serbuk ekstrak kulit
buah pisang (Musa parasidiaca) untuk penyembuhan luka dan anti inflamasi pada
kulit
 Untuk Masyarakat:
- Memberikan informasi kepada pembaca mengenai pembuatan salep serbuk ekstrak
kulit buah pisang (Musa parasidiaca) untuk penyembuhan luka dan anti inflamasi
pada kulit
D. OUTPUT

Output yang dihasilkan adalah sediaan salep serbuk ekstrak kulit buah pisang (Musa
parasidiaca) yang dapat digunakan untuk penyembuhan luka dan anti inflamasi pada kulit
yang dikemas dalam kotak kecil berbahan plastik.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pisang Kepok (Musa paradisiaca)


B. Daur Hidup Pisang Kepok (Musa paradisiaca)

C. Habitat Pisang Kepok (Musa paradisiaca)

D. Kandungan Pisang Kepok (Musa paradisiaca)

E. Pemanfaatan Pisang Kepok (Musa paradisiaca)


BAB III

METODE

A. TEKNIK PRODUKSI

ALAT :

1. Oven
2. Baskom
3. Mesin disk mill/blender
4. Kemasan Kotak Plastik

BAHAN :

1. Kulit buah pisang


2. Air bersih

B. PROSES PRODUKSI

 Budidaya Pisang Kepok (Musa paradisiaca)


 Pembuatan Salep Serbuk Ekstrak Kulit Buah Pisang (Musa paradisiaca)

Persiapan Bahan (Yunus, 2010) Penyortiran kulit pisang sehingga didapat kulit pisang
dengan kualitas yang baik. Selanjutnya, kulit pisang dijemur dibawah sinar matahari hingga kering
selama 3-7 hari kemudian di oven pada suhu 400C selama 7 jam. Kulit pisang yang sudah kering
dihaluskan dengan cara diblender untuk menghasilkan serbuk (Yunus, 2010).
Menurut Tandy (2012) pembuatan salep di mulai dengan mensterilkan peralatan yang akan
digunakan. Serbuk salep ditimbang dalam cawan porselen dengan menggunakan neraca analitik.
Setelah itu serbuk salep dituang dalam tempat yang telah disterilkan. Salep yang sudah jadi
kemudian ditempatkan pada kotak salep yang sudah disterilkan.

BAB IV

MODAL DAN BEP

A. MODAL
 Sewa lahan untuk usaha sekitar Rp 25.000.000 / tahun
 Harga ampas tahu sekitar Rp 3.500 – Rp 4,500 per kg
 Dedak untuk campuran ampas tahu dengan harga Rp 2.000 – Rp 4.000 per kg
 Baskom plastik dengan harga Rp 20.000
 Kawat kasa dengan harga Rp 30.000
 Telur maggot dengan harga Rp 200.000 / kg
B. BEP (Break Even Point)
 Fixed Cost
Biaya sewa lahan = Rp 25.000.000
Gaji pegawai = Rp 18.000.000
Biaya peralatan = Rp 20.000.000
Total = Rp 63.000.000
 Variabel Cost
Ampas tahu (80 kg x Rp 4500) = Rp 360.000
Dedak (20 kg x 4000) = Rp 80.000
Telur maggot (1,5 kg) = Rp 200.000
Biaya lain (buah/sayur) = Rp 50.000
Total = Rp 690.000
 Kapasitas produksi 100 unit
 Harga jual Rp 200.000 / unit
 Total Penjualan
100 unit x Rp 200.000 = Rp 20.000.000
 Biaya Tetap Unit
Biaya Tetap Unit = Fixed Cost : Kapasitas produksi
= Rp 63.000.000 : 100 unit
= Rp 630.000 / unit
 Biaya Variabel Unit
Biaya Variabel Unit = Variabel Cost : Kapasitas produksi
= Rp 690.000 : 100
= Rp 6.900 / unit
 BEP Unit
BEP Unit = Fixed Cost : (Harga jual per unit – Biaya Variabel Unit)
= Rp 63.000.000 : (Rp 200.000 – Rp 6.900)
= Rp 63.000.000 : Rp 193.000
= 326 Unit
Perusahaan harus menjual 326 untuk mencapai BEP
 BEP Rupiah
BEP Rupiah = Fixed Cost : 1(Variabel Cost / Total Penjualan)
= Rp 63.000.000 : 1(Rp 690.000 / Rp 20.000.000)
= Rp 63.000.000 : 1(Rp 0,0345)
= Rp 63.000.000 : Rp 0,9655
= Rp 62.251.165,2
Jadi, perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp 62.251.165,2 agar terjadi
BEP.
DAFTAR RUJUKAN

Anda mungkin juga menyukai