Disusun Oleh :
Kelompok 1
2019
1
DAFTAR ISI
Halaman Cover....................................................................................... 1
Kata Pengantar......................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan.............................................................................................
1.4 Manfaat..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengkajian.......................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................
C. Intervensi.........................................................................................
BAB IV KESIMPULAN...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
dan eklampsia yang bersama infeksi dan pendarahan, diperkirakan mencakup 75 – 80 % dari
keseluruhan kematian maternal. Kejadian preeklampsi-eklampsi dikatakan sebagai
masalah kesehatan masyarakatapabila CFR PE-E mencapai 1,4%-1,8% (Zuspan F.P, 1978
dan Arulkumaran, 1995).
Penelitian yang dilakukan Soedjonoes pada tahun 1983 di 12 RS pendidikandi
Indonesia, di dapatkan kejadian PE-E 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9
kali lebih besar di banding kehamilan normal). Sedangkan berdasarkanpenelitian Lukas dan
Rambulangi tahun 1994, di dua RS pendidikan di Makassar insidensi preeklampsia berat
2,61%, eklampsia 0,84% dan angka kematian akibatnya22,2%.Target penurunan angka
kematian ibu menjadi 124 per 100.000 kelahiranhidup pada tahun 2015 tidak mudah tercapai
mengingat sistem pelayanan obsentriemerjensi masih lemah. Akhirnya yang harus diingat dari
informasi diatas adalah sesungguhnya masalah kematian ibu bukanlah masalah ibu
sendiri akan tetapi merupakan masalah internasional dimana setiap negara seharusnya
memiliki tanggung jawab untuk menanggulangi dan mencegah kematian ibu.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan keperawatan pada kasus Preeklamsi
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami Definisi Preeklamsi
2. Mengetahui dan memahami Etiologi Preeklamsi
3. Mengetahui dan memahami klasifikasi Preeklamsi
4. Mengetahui dan memahami Patofisiologi Preeklamsi
5. Mengetahui dan memahami Pathway Preeklamsi
6. Mengetahui dan memahami Manifestasi klinis Preeklamsi
7. Mengetahui dan memahami Pemeriksaan penunjang Preeklamsi
8. Mengetahui dan memahami Penatalaksanaan Preeklamsi
9. Mengetahui dan memahami Komplikasi Preeklamsi
10. Mengetahui dan memahami Asuhan keperawatan Preeklamsi
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi
Pre eklampsia
Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita
hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan
tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan,
meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir trisemester kedua sampai trisemester
ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan,
dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-
eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu
hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi
berlanjut selama kehamilan).
1.2 Etiologi
Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa
penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklampsia dan eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan
dan gangguan aliran darah ke rahim.
Pre-Eklampsia
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada
penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada
berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole,
retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer. Walaupun vasospasmus mungkin
5
bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang
menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui :
1. Vasospasmus menyebabkan :
Hypertensi
Pada otak (sakit kepala, kejang)
Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
Pada hati (icterus)
Pada retina (amourose)
2. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu
Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
dan molahidatidosa
Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
3. Factor Perdisposisi Preeklamsi
Molahidatidosa
Diabetes melitus
Kehamilan ganda
Hidrocepalus
Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun
1.3 Klasifikasi
Pre Eklamsia dibagi menjadi 2 golongan,yaitu :
1. Pre Eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih per minggu.
6
Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada
urin kateter atau midstream
2. Pre Eklamsi berat, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis.
1.4 Patofisiologi
A. Pre-Eklampsia
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap
angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler,
akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh
darah kesemua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak
menurun sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada
plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus
dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan
glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air
ditahan, tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler,
menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema jaringan
berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia berat terjadi penurunan
volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat (Maryunani &
Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan
hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium
atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan
komplikasi yang hebat dari preeklamsia, enzim-enzim hati seperti SGOT dan
SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina
menimbulkan symtom visual skotama dan pandangan kabur. Patologi yang sama
menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan
saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta
perubahan efek). Edema paru dihubungkan dengan edema umum yang berat,
7
kompliksai ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Maryunani &
Yulianingsih, 2010).
8
Tekanan darah sistolik ? 160 mmHg
Tekanan darah diastolik ? 110 mmHg
Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
Trombosit < 100.000/mm3
Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam) 6. Proteinuria (protein
dalam air seni > 3 g / L)
Nyeri ulu hati
Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat
Perdarahan di retina (bagian mata)
Edema (penimbunan cairan) pada paru
Koma
1.6 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan pre eklampsia
1. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta teliti, mengenal tanda-
tanda sedini mungkin(pre elkampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspada
terhadap kemungkinan terjadinya pre eklampsia kalau ada faktor-faktor
peredisposisi. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,
ketenangan, dan pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, karbohidrat,
tinggi protein dan menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
2. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah:
Untuk mencegah terjadinya PE dan E
Hendaknya janin lahir hidup
Trauma pada janin seminimal mungkin
12
BAB III
13
Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
Abdomen
o Inspeksi : biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm,
apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak.
o Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc.
Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler.
Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian
kecil janin di sebelah kanan.
Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir.
Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk
pintu atas panggul
o Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal
distress
o Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian
SM (jika refleks +)
Eliminasi
Gejala : biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup,
oliguria
Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-
muntah.
Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Tanda : cemas
Neurosensori
Gejala : biasanya terjadi hipertensi - Tanda : biasanya terjadi kejang atau
koma
Nyeri / kenyamanan
Gejala : biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus,
gangguan penglihatan.
Tanda : biasanya klien gelisah,
14
Pernafasan
Gejala : biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing,
sonor.
Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
Keamanan
Gejala : apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
Pemeriksaan Fisik (Persistem)
7. Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari
14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes
mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
8. Sistem cardiovaskuler
1) Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
2) Palpasi :
Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD,
melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan.
Nadi : biasanya nadi meningkat atau menurun.
Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena
Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu
mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun
waktu 24 jam Suhu dingin
3) Auskultasi : untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui
adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin
melemah.
9. Pengelompokan Data
Data Subyektif
o Biasanya ibu mengeluh Panas
o Biasanya ibu mengeluh sakit dan nyeri kepala
o biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
15
o biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
o skala nyeri (2-4)
o biasanya ibu mengatakan kurang nafsu makan
o biasanya ibu sering mengeluh mual muntah
o biasanya ibu sering bertanya tentang penyakitnya
o biasanya ibu sering mengungkapkan kecemasan
Data Obyektif
o Biasanya teraba panas
o Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
o Biasanya ibu tampak kejang
o Biasanya ibu tampak lemah, konjungtiva anemis
o Biasanya penglihatan ibu kabur
o Biasanya klien tampak cemas dan gelisah
o Biasanya klien tampak kurus
o Tonus otot perut tampa tegang
o Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
o Biasanya DJJ bayi cepat >160
o Bisanya ibu tampak meringis kesakitan
Pemeriksaan Penunjang
o Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ),
kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
o USG : untuk mengetahui keadaan janin
o NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Diagnosa Keperawatan Prioritas yang Mungkin Muncul :
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
2. Resiko tinggi terjadinya fetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan
jalan lahir.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi.
16
5. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah
yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan
preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia
umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada
yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19