Anda di halaman 1dari 4

B.

ASAL-USUL KATA TASAWUF DAN SUFI

Setiap pengkaji sejarah tasawuf Islam sejak awal telah menemui ragam pendapat mengenai asal-usul
kata tasawuf dan sufi.Tanpa menafikan usaha besar yang telah dicurahkan para ulama dalam masalah ini,
ia tetap perlu dikaji ulang, sebab setiap pendapat yang dikemukakan untuk menjelaskan derivasi kata
tasawuf mendapat reaksi penerimaan dari sebagian pihak dan penolakan dari pihak yang lain.

Sebagian kalangan berpendapat bahwa tasawuf berasal dari akar kata ash-shafá', atau ash-shaff al-
awwal, atau dari shuffah Masjid Nabawi, namun semua ini dikritik karena tidak didukung oleh kaidah
kaidah bahasa.

Kelompok kedua menyatakan bahwa tasawuf berasal dari akar kata Yunani, sophia.Pendapat ini
ditentang karena memberikan peluang bagi kalangan kontra-tasawuf untuk menyatakan bahwa tasawuf
Islam terpengaruh oleh kebudayaan asing hingga soal penamaan sekalipun.

Kelompok ketiga menunjuk kata ash-shůf (baju wol) sebagai akar kata tasawuf, namun pendapat ini
ditentang karena kaum sufi tidak identik dengan busana ini, dan pendapat tersebut juga mengurangi nilai
kaum sufi di mata kalangan lain karena terkesan hanya memperhatikan penampilan luar minus batin.

Semua ini berimplikasi pada munculnya perbedaan pendapat yang lain, yakni terkait dengan asal-usul
kata sufi.

Berikut ini kami paparkan sikap sejumlah sejarawan tasawuf Islam terhadap kedua masalah ini agar kita
bisa memilah dan memilih pendapat yang terkuat dan ter-shahih di antara pendapat-pendapat tersebut.

Al-Kalabadzi (w. 380 H.) menangani masalah ini dengan pendekatan baru, yakni dengan meminjam
analisis linguistik (kebahasaan) yang digunakan oleh para ahli bahasa.la mengatakan:

" Jika kata shůfi diambil dari kata ash-shafá (murni) dan ash-shafwah (terpilih) maka nisbatnya adalah
shafawi. Jika disandarkan pada kata ash-shaff (barisan pertama) atau shuffah (serambi masjid) maka
nisbatnya adalah shaffi atau shuffi. Boleh-boleh saja terjadi pertukaran posisi wawu dengan fa pada kata
ash-shafawi-menjadi shufi atau penambahan wawu pada kata shaffi atau shuffi-menjadi shuf- karena
faktor popularitas kata tersebut di tengah masyarakat.Adapun yang paling tepat dari segi bahasa adalah
jika merujukkannya pada akar kata ash-shůf (bulu domba).Semua pengertian ini berarti penyingkiran diri
dari keduniaan, keberpalingan diri darinya, kepergian dari tanah air, dan pengembaraan.

20 Al-Kalabadzi, at-Ta 'arruf li Madzhab Ahl at-Tashawwuf, Hlm. 24.

Dari paparan al-Kalabadzi ini dapat diambil benang merah bahwa kemungkinan penambahan huruf atau
pemindahan posisi huruf pada kata shüfi -jika dinisbatkan pada salah satu akar kata di atas- karena faktor
kepopuleran suatu kata bisa diterima, sebab hal ini sudah ma'ruf di kalangan ahlisharf dan mereka sebut
sebagai al-galb al-makan (pertukaran posisi).
Sementara itu, Abu Nu'aim (w. 430 H.) merujukkan kata tashawwuf dan shůfi pada ash-shafa'dan kata-
kata lain sambil berusaha mengaitkan semuanya dari segi makna (semantik kata).la mengatakan:

" Tasawuf menurut kalangan ahli isyarat terderivasi dari kata ash- shafâ' wa al-wafâ' (kesucian dan
komitmen pemenuhan janji)....Jika diambil dari ash-shûfânah -yang berarti al-baglah (tanah yang
ditumbuhi sayur)- maka itu berarti kaum sufi merasa cukup dengan anugerah yang diberikan Allah tanpa
susah payah mencari.....Jika diambil dari kata ash-shüfah-yang merupakan nama kabilah- maka hal itu
karena ketika seorang sufi merasa berkecukupan dengan kondisinya tenang dengan nasib akhimya,
terjaga dari nafsu keduniaannya, ia tampil menjadi patron petunjuk karena menjauh dari hal-hal yang
terlarang dan berusaha menjalankan amal-amal qurûbât...Jika diambil dari kata shůfah al-qafa yang
berarti rambut yang tumbuh di tengkuk maka artinya rang sufi di i- 'athaf-kan pada kebenaran dan
dipalingkan dari seo makhluk.... ika diambil dari ash-shúf yang berarti bulu domba maka hal
itudikarenakan mereka memilih wol sebagai baju kebesaran mereka dengan pertimbangan mudah
diperoleh dan kesan hina di mata manusia saat memakainya."

Paparan Abu Nu'aim ini dengan demikian telah menjawab se kritik yang dilancarkan terhadap beragam
akar kata tasawuf dan aspek bahasa.mla 21 Hilyah al Aulyá, I/17 dst.

Selanjutnya al-Biruni tampil beda dari para pendahulunya dengan menyatakan bahwa kata shufi diambil
dari bahasa Yunani "sophia" yang berarti kebijaksanaan, la mengatakan:

" Di antara filsuf Yunani kuno ada yang berpandangan bahwa wujud hakiki berasal dari satu Prima
Kausakarena Dia tidak membutuhkan siapa-siapa sementara yang lain membutuhkan-Nya;dan apa yang
membutuhkan yang lain dalam wujud maka wujudnya seperti imaginasi yang tidak nyata sehingga wujud
sejati hanya satu, Inilah pendapat kaum sophia, ahli hikmah (kebijaksanaan) sehingga orang yang
mencintai kebijaksanaan disebut failasuf (filosof).Ketika di dalam Islam ada kaum yang berpendapat
serupa maka mereka pun disebut dengan istilah wuf tkan ash Jika ang gan mbil l itu nya, serupa."22

Pendapat al Biruni ini dibantah oleh sejumlah kalangan, antara lain sebagai berikut.

1. Dr. Ghallab menyatakan kekeliruan pendapat al-Biruni ini sambil mengutip pernyataan salah seorang
orientalis. Katanya: "Noldeke telah membantah hipotesis yang mengembalikan kata tasawuf pada akar
kata sophia ini dan memastikan kekeliruannya, dengan alasan argumentatif bahwa sigma atau huruf s
dalam bahasa Yunani selalu ditransliterasikan ke dalam bahasa Arab dengan huruf sin, bukan shad, dan
tidak ada satu pun kata yang menyimpang dari ketentuan ini. Jadi, jika memang shúfi diambil dari kata
sophia maka seharusnya ang kata dari hal eka usia ia ditulis sufi, dengan sin, bukan dengan shad."

2 Dr.Zaki Mubarak juga mempertanyakan pendapat ini. Kafanya, Mengapa tidak dibalik bahwa kata
tashawwuf yang sudah dikenal bangsa Arab pada masa-masa jahiliyyah yang diekspor ke Yunani sehingga
sophia diambil dari kata tersebut."

22 Al-Biruni, Tahqiq li al-Hnd min Maqulah, hlm 24

23 Ghalab, at-Tashawwuf al-Muqarin, hlm.27

24 Zaki Mubarak, at-Tashauwuf fi al-Adab wa al-Akhláq, I/66

3. Dr.Abdul Halim Mahmud menolak pendapat al-Biruni ini dengan dalil bahwa kata tashawwuf telah
dikenal oleh bangsa Arab sebelum era penerjemahan atau sebelum kata filsafat beredar di kalangan
mereka.

Berikutnya, Imam al-Qusyairi ingin menghentikan perdebatan mengenai akar kata tasawuf dengan
mengatakan bahwa kata shúfi tidak perlu dicari derivasi katanya sebab ia sudah menjadi seperti 'alam
(nama diri) bagi kelompok ini. la mengatakan:

"Istilah ini sudah melekat pada kelompok ini sehingga individunya disebut shuf, sementara kelompoknya
disebut shúfivyah, sementara orang yang berusaha mencapai ke sana disebut mutashawwif dan
kelompoknya disebut mutashawwifah. Tidak ada qiyas maupun isytigaq yang mendukung penamaan ini
dari segi bahasa, dan yang palingtepat adalah istilah ini sudah menjadi lagab (julukan). Adapun pendapat
sebagian kalangan bahwa ia berasal dari akar kata ash-shüf (baju dari bulu domba) di mana orang yang
memakai baju berbahan bulu domba disebut tashawwafa, sebagaimana halnya orang yang memakai
baju gamis (qamish) disebut sebagai taqammasha, pendapat ini tertolak karena kaum sufi tidak identik
dengan pemakaian baju berbahan bulu domba. Jika dinisbatkan pada shufah masjid Rasulullah * maka
nisbat kata ini seharusnya bukan shůfi tetapi shuffi. Orang yang menyatakan tasawuf berasal dari kata
ash-shafá' (kesucian) juga jauh dari aspek bahasa. Terkait pendapat sebagian kalangan yang
mengembalikannya pada akar kata ash-shaff al-awwal (shaf pertama) seolah-olah mereka berada di shaf
pertama dengan hati mereka, maknanya memang benar, namun keliru dari segi bahasa.Pendek kata,
golongan ini (kaum sufi) jauh lebih terkenal daripada upaya pendefinisian mereka dengan qiyas maupun
derivasi kata."

25 Ar-Risálah al-Qusyairivyah, hlm. 550.

Pendapat al-Qusyairi yang mengerucut pada tesis bahwa kata sufi merupakan laqab (julukan) bagi
golongan ini, menurut penulis merupakan pendapat yang paling tepat karena bebas dari problem-
problem kebahasaan.

Demikian sikap para sejarawan tasawuf dalam masalah ini yang bisa disimpulkan bahwa sebagian besar
mereka cenderungmerujukkan kata tasawuf pada akar kata ash-shûf (bulu domba) sehingga nisbat kata
shůffI juga berasal dari sana.Pendapat mereka ini benar dan sesuai dengan kaidah bahasa.

Anda mungkin juga menyukai