Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“DEPARTEMENTALISASI ORGANISASI MANAJEMEN INDUSTRI”

Dosen Pengampu : Upi Zahra, S.Sos.I., M.I.Kom

Kelompok 6 :
Rayhan Halifi 11180510000164
Zam Zama Nurul Fatih 11180510000188
Muhammad Ardiansyah 11180510000189
Muhammad Haekal 11180510000197

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM 6F


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Departementalisasi Organisasi
Manajemen Industri”, kami susun untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah
Manajemen Industri Media Massa.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa isi atau kata
dari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, kepada Ibu dosen pengampu, kami meminta kritikan dan sarannya guna
untuk memperbaiki pembuatan makalah ini di masa yang akan datang. Selain dari
Ibu dosen, kami juga mengharapkan adanya kritikan dan saran dari para pembaca
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang “Departementalisasi
Organisasi Manajemen Industri” ini bisa memberikan wawasan lebih luas lagi
dan menjadi inspirasi kepada para pembaca, khususnya untuk para mahasiswa
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 April 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Departementalisasi........................................................................................2

B. Jenis-Jenis Depatementalisasi.......................................................................3

C. Macam-macam Pendekatan Departementilisasi...........................................9

BAB III..................................................................................................................11

PENUTUP..............................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

B. Saran............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi tumbuh dari kebutuhan manusia untuk bekerja sama.
Kerjasama dapat lebih produktif dan efisien dengan adanya struktur
organisasi. Atau dengan kata lain alasan berorganisasi adalah membuat
agar kerjasama manusia efektif. Pengorganisasian (organizing) adalah
penetapan struktur peran-peran melalui penentuan berbagai aktivitas yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan bagian-
bagiannya, pengelompokkan aktivitas-aktivitas, penugasan, pendelegasian,
wewnang untuk melaksanakannya, serta pengkoordinasian hubungan-
hubungan wewenang dan informasi baik secara horisontal maupun vertikal
dalam struktur organisasi. Lalu bagaimana dengan Departementalisasi
organisasi pada sebuah manajemen industri? berikut pembahasannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Departementalisasi?
2. Ada apa saja jenis-jenis dalam Departementalisasi?
3. Bagaimana pendekatan yang dilakukan dalam Departementalisasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Departementalisasi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Departementalisasi.
3. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan Departementalisasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Departementalisasi
Organisasi yang terstruktur secara optimal memudahkan koordinasi
antara anggota, mencegah dan meminimalisir konflik. Selain itu dalam hal
ini juga dapat memperjelas peran dan fungsi pada setiap individu atau
kelompok organisasi sehingga akan diperoleh suatu proses pekerjaan yang
efisien. Kejelasan yng akan terjadi nantinya akan menimbulkan sebuah
keharmonisasian dalam melaksanakan aktivitas organisasi yang hasil
akhirnya diharapkan dapat memberikan prestasi yang optimal1.
Departementalisai adalah proses penentuan cara bagaimana
kegiatan-kegiatan dikelompokan. Dalam setiap organisasai pasti terdapat
sistem departementalisasi atau pembagian kelompok kerja untuk
memudahkan pelaksanaan kerja. Dalam pembagiannya terdapat sektor-
sektor yang telah dibagi dan nantinya akan dikoordinaksikan oleh satu atau
lebih anggota. Terdapat bebberapa cara yang dilakukan orgaisasi untuk
memutuskan pola organisasi yang akan digunakan untuk mengelompokan
kegiatan-kegiatan yang bermacam macam untuk dilaksanakan. Biasanya
perusahaan akan membagi pembagian kerja berdasarkan hal-hal berikut 2 :
1. Berdasarkan fungsinya (functional departementalization)
2. Berdasarkan Produk (product departementalization)
3. Berdasarkan wilayah geografis (geographic departementalization)
4. Berdasarkan langganan (customer departementalization)
5. Berdasarkan proses atau peralatan (prosess departementalization)
6. Berdasarkan waktu (time departementalization)
7. Berdasarkan pelayanan (servis departementalization)
1
Tanri Abeng, Profesi Manajemen, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006,
hlm. 118
2
Tani Handoko, manajemen edisi 2 , Yogjakarta: BPFE Yogyakarta, 2009, hlm.
176

2
8. Berdasrkan alpha-numerical.
Alasan–alasan pengelompokan tersebut tergantung pada kebutuhan
untuk mengkoordinasikan kegiaan tersebut. Pekerjaan spesialisasi
dipisahkan dari pekerjaan lain namun tetap mempunyai hubungan satu
sama lain, saling berhubungan dengan keseluruhan tugas dan pencapaina
keseluruhan pekerjaan yang berkaitan. Hal yang penting dalm
pembentukan departemen adalah penetuan dasar-dasar pengelompokan
pekerjaan yang nantinya setiap departemen melapor langsung pada posisi
manajemen puncak agar didapatkan sebuah kesinambungan yang baik
antar departemen3.

B. Jenis-Jenis Depatementalisasi4
1. Departementalisasi Fungsional

Mengelompokkan fungsi yang sama atau kegiatan sejenis untuk


membentuk satuan organisasi. Ini merupakan bentuk organisasi yang
paling umum dan bentuk dasar departementalisasi. Organisasi
fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan
bentuk dasar departementalisasi. Departementalisasi fungsional yang
digunakan pda tingkatan manajemen puncak dalam membagi empat
fungsi utama bisnis-produksi, pemasaran, keuangan dan personalia
(kepegawaian). Kelebihan :

a. Pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi


utama.
b. Menciptakan efisiensi melalui spesialisasi.
c. Memusatkan keahlian organisasi.
d. Memungkinkan pengawasan manajemen puncak terhadap fungsi-
fungsi yang ada dalam organisasi.

3
John M., Robert K,. Michael T., Perilaku dan Manajemen Organisasi, jilid 2, Jakarta:
Erlangga, hlm, 241
4
https://fdokumen.com/download/makalah-pengantar-manajemen-55979855c8002.
Diakses pada tanggal 4 April 2020.

3
Adapun Kelemahan yang dimilikinya adalah :

a. Menciptakan konflik antar fungsi.


b. Adanya kemacetan pelaksanaan tugas.
c. Umpan balik yang lambat.
d. Memusatkan pada kepentingan tugasnya.
e. Para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif.
2. Departementasi Devisional

Dengan membagi divisi-divisi atas dasar produk, wilayah,


langganan, dan proses, dimana tiap divisi merancang, memproduksi
dan memasarkan produknya sendiri. Organisasi divisional dapat
mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah
(geografis), langganan, dan proses atau peralatan. Struktur organisasi
divisional atas dasar produk. Setiap departemen bertanggung jawab
atas suatu produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis
produk). Divisionalisasi produk adalah pola logik yang dapat diikuti
bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan metode-
metode pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam
organisasi.

Struktur Organisasi divisional atas dasar wilayah.


Departementalisasi wilayah, kadang-kadang juga disebut
departementalisasi daerah, regional atau geografis, adalah
pengelompokan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi
berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.
Faktor-faktor lokasi yang terutama menjadi pertimbangan adalah
sumber bahan mentah, pasar dan tenaga kerja. Perusahaan yang
menjual produknya diberbagai wilayah yang tersebar luas, dapat
membaginya menjadi kelompok-kelompok wilayah dengan manajer
tersendiri (area manager) untuk setiap wilayah. Perusahaan-perusahaan
jasa, perbankan dan peruahaan-perusahaan bukan manufakturing

4
lainnya lazin diorganisasikan atas dasar wilayah, dengan membuka
kantor-kantor cabang.

Struktur organisasi divisional atas dasar langganan.


Departementalisasi langganan adalah pengelompokan kegiatan-
kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan produk atau jasa tertentu.
Pembentukan divisi ata dasar langganan ini terutama digunakan dalam
pengelompokan kegiatan-kegiatan penjualan atau pelayanan, dan
diperlukan bila suatu divisi menjual sebagian besar atau semua
produknya kepada suatu kelas langganan tertentu. Sebagai contoh,
perusahaan elektronika mungkin mempunyai divisi-divisi yang
terpisah untuk langganan militer, industri dan konsumen. Sebagai
suatu pedoman umum, perusahaan-perusahaan manufacturing dengan
garis produk yang sangat beraneka ragam cenderung diorganisasikan
atas dasar langganan atau produk.

Struktur organisasi divisional atas dasar proses atau peralatan.


Departementalisasi proses atau peralatan adalah pengelompokan
kegiatan-kegiatan atas dasar proses atau peralatan produksi. Hal ini
sering dijumpai dalam departemen produksi. Kegiatan-kegiatan suatu
pabrik menufacturing dapat dikelompokkan menjadi departemen-
departemen pemboran, penggilingan, penggergajian, perakitan dan
penyelesaian terakhir. Tipe departementalisasi ini mempunyai
kegunaan bila mesin-mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan
memerlukan ketrampilan-ketrampilan pengoperasian khusus atau akan
lebih ekonomis bila kapasitas digunakan sepenuhnya. Pendekatan
proses atau peralatan terutama ditentukan atas dasar pertimbangan
ekonomis.

Tidak seperti departemen fungsional, suatu divisi menyerupai


perusahaan yang terpisah. Kepala divisi terutama memusatkan
perhatiannya pada operasi divisinya, bertanggung jawab atas laba atau

5
rugi, dan bahkan mungkin bersaing dengan satuan-satuan lainnya
dalam perusahaan yang sama. Tetapi suatu divisi bukan merupakan
kesatuan yang bebas seperti halnya perusahaan yang terpisah. Dalam
hal ini, seorang manajer divisi tidak dapat membuat keputusan-
keputusan sebebas pemilik perusahaan terpisah, karena dia masih harus
melaporkan kegiatannya kepada direktur pusat. Sebagai pedoman
umum, wewenang kepada divisi terbatas bila keputusan-keputusannya
akan mempengaruhi kegiatan divisi-divisi lain.

a. Struktur organisasi divisional atas dasar produk. Setiap


departementasi bertanggung jawab atas suatu produk yang
berhubungan. Struktur ini dipakai bila teknologi pemrosesan dan
metode pemasaran sangat berbeda.
b. Struktur organisasi divisional atas dasar wilayah. Pengelompokkan
kegiatan atas dasar tempat dimana operasi berlokasi atau
menjalankan usahanya. Faktor yang menjadi pertimbangan adalah
bahan baku, tenaga kerja, pemasaran, transportasi dan lain
sebagainya.
c. Struktur organisasi divisional atas dasar langganan.
Pengelompokkan kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan
produk, terutama dalam kegiatan pengelompokka n penjualan,
pelayanan.
3. Departementasi Proyek
Merupakan bentuk departementasi campuran. Ini dilakukan dengan
mengkombinasikan kebaikkan-kebaikkan dari system fungsional dan
divisional dengan menghindarkan segala kelemahannya.
a. Organisasi Proyek Murni
Proyek terpisah dan organisasi induk. Menjadi organisasi
tersendiri dalam staf teknis tersendiri, administrasi yang terpisah
dari ikatan dengan organisasi induk, laporan kemajuan atau
kegagalan secara periodik mengenai proyek. Pimpinan dalam hal

6
ini manajer proyek bisa melakukan pembangunan sumber daya dari
luar berupa sub kontraktor atau supplier selama sumberdaya itu
tidak bersedia atau tidak bisa dikendalikan dalam organisasi.
Kelebihan yang dimiliki oleh organisasi proyek murni ini adalah :
 Manajer proyek (MP) mempunyai wewenang penuh untuk
mengelola proyek.
 Semua anggota tim proyek secara langsung bertanggungjawab
terhadap manajer proyek.
 Rantai komunikasi menjadi pendek, yakni antara manajer proyek
dengan eksekutif secara langsung.
 Bila ada proyek yang sejenis berturut‐turut, organisasi ini bisa
memanfaatkan para ahli yang sama sekaligus melakukan kaderisasi
dalam penguasaan teknologi tertentu.
 Karena kewenangan terpusat, kemampuan untuk membuat
keputusan bisa cepat dilakukan.
 Adanya kesatuan komando.
 Bentuk ini cukup simpel sehingga mudah dilaksanakan.
 Adanya dukungan secara menyeluruh terhadap proyek.

Kelemahan

 Bila organisasi induk mempunyai banyak proyek yang harus


dikerjakan, biasanya setiap proyek akan mengusahakan sendiri
sumberdaya, sehingga terjadi duplikasi usaha dan fasilitas.
 Struktur ini akan menambah biaya yang cukup mahal bagi
Organisasi induk, karena biasanya akan berdiri sendiri dengan staf
yang penuh.
 Sering kali manajer proyek menumpuk sumberdaya secara
berlebihan untuk mendapatkan dukungan teknis dan teknologi
sewaktu-waktu diperlukan.
 Bila proyek selesai akan terjadi masalah tentang bagaimana nasib
pekerja proyek yang ada.

7
 Ketidakkonsistenan prosedur bisa sering terjadi dengan memakai
alas an “memenuhi permintaan klien.”

4. Departemensi Matriks.

Pada prinspinya sama dengan system proyek, tapi disini para


karyawan mempunyai dua atasan, yang tentunya berada di dua wewenang.
Rantai perintah pertama yaitu, fungsional, yang wewenangnya mengalir
secara vertical. Kadua yaitu rantai perintah lateral atau horizontal,
wewenangnya melintasi departemen yang dilaksanakan oleh manajer
proyek, sehingga menyerupai matrix dalam lalu-lintas aliran wewenang.

Kelebihan :

 Memaksimumkan efisiensi penggunaan manajer fungsional.


 Mengembangkan keterampilan dan kreativitas karyawan serta
fleksibilitas kepada organisasi.
 Melibatkan motivasi dan menantang karyawan serta memperluas
pandangan manajemen terhadap masalah strategi perusahaan yang
akhirnya membebaskan manajemen puncak untuk perencanaan.
 Menstimulasi kerja sama antar displin dan mempermudah kegiatan
perusahaan dengan orientasi obyek.

Kelemahan :

 Adanya pertanggungjawaban ganda dan kebijaksanaan yang


kontradiktif.
 Memerlukan koordinasi vertical dan horizontal.
 Memerlukan lebih banyak keterampilan antar pribadi.
 Menimbulkan resiko timbulnya perasaan anarki.
 Sangat mahal untuk diimplentasikan.
 Mendorong pertentangan kekuasaan dan lebih mengarah
perdebatan daripada kegiatan.

8
Matriks dan organisasi proyek murni cocok untuk proyek berskala
menengah dan besar, kompleksitas tinggi, beresiko tinggi, batasan waktu
ketat.

C. Macam-macam Pendekatan Departementilisasi


1. Pendekatan Fungsional
Penentuan sub-subbagian dari organisasi atau proses
departementalisasi yang pertama adalah berdasarkan fungsi (functional
departmentalization). Berdasarkan pendekatan ini, proses
departementalisasi dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi tertentu yang
mesti dijalankan dalam sebuah organisasi. Dalam sebuah organisasi
bisnis misalnya, ada pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan fungsi
produksi, ada pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pelanggan atau
pasar, sehingga dinamakan dengan fungsi pemasaran, dan lain
sebagainya.
2. Pendekatan Produk
Pendekatan kedua dalam departementalisasi adalah berdasarkan
produk atau product departmentalization. Berdasarkan pendekatan ini,
penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan
jenis produk yang dibuat oleh organisasi. Sebagai contoh, PT
ABC memiliki beberapa jenis produk dari mulai produk susu, sabun
mandi, pasta gigi, hingga mi instan, maka di bawah bagian produksi
dapat juga dibuat subbagian.
3. Pendekatan Pelanggan
Pendekatan ketiga dalam departementalisasi adalah berdasarkan
pelanggan atau customer departmentalization. Berdasarkan
pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan
berdasarkan karakteristik pelanggan yang menjadi sasaran pelanggan
dari organisasi.
4. Pendekatan Geografis

9
Pendekatan keempat dalam departementalisasi adalah berdasarkan
faktor geografis. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian
dalam organisasi ditentukan berdasarkan wilayah geografis di mana
organisasi beroperasi. 
5. Pendekatan Matriks
Pendekatan ini pada dasarnya merupakan proses
departementalisasi yang menggabungkan antara pendekatan fungsional
dengan pendekatan lain, misalnya berdasarkan proyek tertentu, produk
tertentu, ataupun berdasarkan pendekatan lainnya. Setiap
pekerja yang berada di bawah departemen tertentu dalam
kenyataannya juga merupakan bagian dari sebuah proyek tertentu atau
bagian pekerjaan yang lain dari perusahaan. 

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang pemakalah paparkan diatas dapat
disimpulkan bahwa Departemtalisasi Organisasi Manajemen Idustri
merupakan Kegiatan mengatur penciptaan barang dan jasa yang
dikelompokkan pada kegiatan-kegiatan yang sama dan dari orang-
orang yang ada secara tepat, guna mencapai visi dan misi perusahaan
tersebut. Begitupun didalamnya terdapat tiga hal yang menarik untuk
dipaparkan dalam sebuah kesimpulan dimana Departementalisasi
adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan-kegiatan
dikelompokan dalam setiap organisasai. Adapun jenis-jenis dan
pendekatannya menyesesuaikan dengan organisasi itu sendiri.
B. Saran
Penyusun menyadari Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Ha ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan penyusun. Untuk
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abeng, Tanri. (2006). Profesi Manajemen. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Handoko, Tani. (2009). Manajemen edisi 2. Yogjakarta: BPFE
Yogyakarta
John M., Robert K,. Michael T. (2007). Perilaku dan Manajemen
Organisasi, jilid 2, Jakarta: Erlangga.
Laman
https://fdokumen.com/download/makalah-pengantar-manajemen-
55979855c8002. Diakses pada tanggal 4 April 2020.

12

Anda mungkin juga menyukai