Kromatografi gas atau yang biasa disebut carrier gas digunakan untuk membawa sample
melewati lapisan (bed) material. Karena gas yang bergerak, maka disebut mobile phase (fasa
bergerak), sebaliknya lapisan material yang diam disebut stationary phase (fasa diam).
Cara kerja dari kromatografi gas adalah gas pembawa lewat melalui satu sisi detektor kemudian
memasuki kolom. Di dekat kolom ada suatu alat di mana sampel – sampel bisa dimasukkan ke
dalam gas pembawa ( tempat injeksi). Sampel – sampel tersebut dapat berupa gas atau cairan
yang volatil (mudah menguap). Lubang injeksi dipanaskan agar sampel teruapkan dengan cepat.
Aliran gas selanjutnya menemui kolom,kolom berisi suatu padatan halus dengan luas permukaan
yang besar dan relatif inert. Sebelum diisi ke dalam kolom, padatan tersebut diimpregnasi
dengan cairan yang diinginkan yang berperan sebagai fasa diam atau stasioner sesungguhnya,
cairan ini harus stabil dan nonvolatil pada temperatur kolom dan harus sesuai dengan pemisahan
tertentu. Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain detektor. Maka elusi
zat terlarut dari kolom mengatur ketidakseimbangan antara dua sisi detektor yang direkam secara
elektrik.
Detektor fotometri nyala yang diciptakan oleh Grant di akhir 1950-an untuk mengukur
kadar hidrokarbon aromatik benzole. Dalam pembuatan gas batubara (baik sebagai produk utama
dari sebuah karya kota-gas, atau sebagai produk sampingan dari oven coke) gas telah digosok
dengan minyak dan benzole yang pulih dari minyak distilasi. Benzole adalah campuran
kompleks dari hidrokarbon, sebagian besar aromatik, yang sebagian besar adalah benzena. Grant
menggunakan hidrogen sebagai gas pembawa dan membakar hidrogen dari kromatografi kolom
di jet kecil mirip dengan detektor nyala termokopel atau detektor ionisasi nyala. Setiap aromatik
terbakar dalam nyala yang diberikan sangat bercahaya dan dengan demikian, senyawa aromatik
dapat selektif diidentifikasi. Respon detektor sebagian besar kualitatif tetapi oleh kalibrasi yang
sesuai dapat dibuat kuantitatif
Penentuan senyawa yang mengandung belerang atau fosfor adalah tugas dari detektor
fotometri nyala (FPD). Perangkat ini menggunakan reaksi chemiluminescent senyawa ini dalam
hidrogen / nyala udara sebagai sumber informasi analitis yang relative spesifik untuk zat yang
mengandung dua jenis atom. Kekurangan di sini adalah bahwa filter harus dipertukarkan antara
berjalan kromatografi jika keluarga lain dari senyawa yang akan terdeteksi. Detector ini banyak
digunakan untuk menetapkan residu pestisida belerang organic (mengandung gugus merkaptan)
dan fosfor organic dari golongan phosphamidon seperti racun hama, diazinon atau baygon.
Pemilihan panjang gelombang yang terbatas itu tampaknya membatasi, tetapi detektor-
detektor sederhana ini bekerja dengan baik pada banyak kasus. Contohnya, protein yang
menyerap semua pada 280 nm akibat adanya rantai samping asam amino aromatik, dan hampir
semua senyawa aromatik termasuk yang banyak diminati di bidang biologi (yakni: purin,
pirimidin, nukleosida, nukleotida, dan asam nukleat) dapat dideteksi pada 254 nm.
Sensitivitas bervariasi berdasarkan kecocokan antara lain pita absorpsi zat terlarut dan
panjang gelombang detektor yang tersedia dan intensitas pita dan panjang jalan yang melewati
sel detektor, tetapi sebagai pedoman kasar, detektor ultraviolet akan dapat “melihat” kuantitas
nanogram, bisa kita katakan bahwa susunannya 1000 kali lebih sensitiv daripada detektor indeks
bias. Sebagai tambahan, detektor ini relatif tidak sensitif terhadap temperatur.
2. Detektor Fluorometrik
Detektor-detektor yang didasarkan pada fluroresens sudah semakin biasa. Jenis yang paling
serbaguna mampu menghasilkan eksitasi variable yang terus menerus di sepanjang suatu
jangkauan panjang gelombang yang lebar dengan memanfaatkan sebuah sumber kontinyu dan
monokromator, biasanya penyaring-penyaring yang sederhana digunakan untuk mentransmisikan
emisi pendaran pada foto detektor sambil menahan radiasi eksitasinya. Versi yang lebih murah
menggunakan penyaring pada sisi eksitasi maupun sisi emisi dan memanfatkan sumber dengan
panjang gelombang eksitasi yang lebih terbatas. Banyak senyawa dapat dideteksi dengan
fluoresens, termasuk diantaranya banyak pencemar lingkungan, seperti hidrokarbon aromatik
polisiklik, dan yang diminati dalam bidang biologi, seperti vitamin, obat-obatan dan
neurotransmitter. Kadang-kadang fasa bergerak melewati suatu reaktor pasca kolom dimana
komponen-komponen sample nonfluoresensnya dikonversikan menjadi turunan berpendar. Suatu
contoh yang paling terkenal adalah pendeteksian asam-asam amino pada tingkat subnanogram
setelah reaksi dengan reagen fluoresamin (fluorescamin).
3. Detektor Elektrokimia
Detektor elektrokimia biasanya didasarkan pada daya hantar listrik (konduktometri) dan
polarografi. Detektor jenis konduktometri biasanya digunakan untuk mendeteksi solute-solut
yang dapat mengalami reaksi redoks baik senyawa organic maupun anorganik.
Pada detektor ini, larutan eluen dari kolom memasuki sebuah sel di mana larutan tersebut
mengalir di atas permukaan sebuah elektroda yang diberi potensial pada suatu harga, dimana
komponen-komponen smpel mengalami reaksi transfer electron. Pendeteksian jenis ini telah
digunakan, misalnya untuk neurotransmitter dan metabolisme mereka di dalam ekstra selular dari
jaringan otak hewan percobaan, senyawa-senyawa seperti dopamin, norepinefrin, serotonin dan
asam homovanilik menghasilkan arus oksidasi pada elektroda karbon mirip yang diberi potensial
+0,60 V vs. Sebuah elektroda referensi perak-perak klorida. Elektroda referensi pada umumnya
melewati semacam jembatan garam.