Anda di halaman 1dari 5

Sifat Koligatif Larutan

A. P ENDAHUL UAN
Jawab:
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang
a. n = 4,9 : 98 = 0,05 mol
tidak bergantung kepada jenis zat, tetapi hanya
bergantung pada konsentrasi larutan. M = 0,05 : 2 = 0,025 M

Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan b. 100. 0,025 = 500. M2 M2 = 0,005 M
M1.V1+M2.V2
uap jenuh ( P), kenaikan titik didih larutan ( Tb), c. Mcamp = = 2. 0,025+0,5. 0.005
V
penurunan titik beku larutan ( Tf), dan tekanan tot 4
osmotik larutan (π). Mcamp = 0,013125 M
Molalitas (m) adalah jumlah mol zat terlarut
B. KONSENTRASI LARUTAN
dalam 1 kg pelarutnya.
Konsentrasi larutan adalah besaran yang
menyatakan jumlah zat terlarut. n m = molalitas (m)
m= p n = jumlah mol terlarut (mol)
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam p = massa pelarut (kg)
molaritas (M), molalitas (m), fraksi mol (X) dan
kadar (%). Contoh:
Molaritas (M) adalah jumlah mol zat terlarut 4 gr NaOH dilarutkan dalam 400 gr air, tentukan
dalam 1 liter larutannya. molalitas larutan tersebut.
Jawab:
M = molaritas (M)
n
n = 4 : 40 = 0,1 mol
n = jumlah mol terlarut (mol) m = 0,1 : 0,4 = 0,25 m
M=V V = volume pelarut (L) Fraksi mol (X) adalah perbandingan jumlah mol
Molaritas larutan juga dapat diketahui dari zat X dengan total mol yang ada dalam larutan.
kadar zat terlarut, dapat dirumuskan:
nt np
Xt = n +n Xp = n +n
ρ × K × 10 ρ = massa jenis larutan (kg/L)
M= K = persen kadar zat terlarut t p t p

mm mm = massa molar/Ar/Mr (kg) Xt = fraksi mol terlarut


Xp = fraksi mol pelarut
Kemolaran larutan dapat diubah dengan
Hubungan fraksi mol terlarut dengan pelarut:
ditambahkan zat terlarut atau ditambahkan
pelarut, dan berlaku rumus pengenceran: Xt + X p = 1

M1.V1 = M2.V2 Contoh:


Sebanyak 7,1 gr Na2SO4 (Mr = 142) dimasukkan
Contoh: ke dalam 36 gr air. Hitunglah fraksi mol Na 2SO4,
Suatu larutan HNO3 berkadar 94,5% dan air, Na+ dan X SO42-.
bermassa jenis 1,25 gr/mL. Hitunglah: Jawab:
a. Kemolaran larutan n Na2SO4 = 7,1 : 142 = 0,05 mol
b. Jumlah air yang harus ditambah ke dalam n H2O = 36 : 18 = 2 mol
100 mL HNO3 agar M-nya menjadi 3 M
n Na+ = 0,1 mol n SO42- = 0,05 mol
Jawab:
0,05 0,024
a. M = 1,25×94,5×10 = 18,75 M 63 a. X Na2SO4 = 0,05+2 X Na2SO4 =
b. 100. 18,75 = V2. 3 V2 = 625 mL b. X H2O = 1 – 0,024 X H2O = 0,976
+
Vair = V2 – V1 Vair = 525 mL n Na
+ 2+
Contoh: c. X Na+ = n Na +n SO4 +n Na2SO4
0,1
4,9 gr H2SO4 dilarutkan dalam 2 L air, tentukan: 0,5
X Na+ = 0,1+0,05+0,05 =
a. Molaritas mula-mula
n SO42-
b. Kemolaran jika 100 mL larutan ini ditambah 2-
400 mL air d. X SO4 = n Na++n SO42-+n Na2SO4
2- 0,05
c. Kemolaran jika larutan a dicampur larutan b X SO4 = = 0,25
0,1+0,05+0,05
sampai 4 L
Kadar zat terlarut (%) dapat
m
berupa:
1) Kadar terlarut massa (% ⁄m) Contoh:
%m⁄ = mt mt = massa terlarut Sebanyak 100 mL C2H6O (ρ = 0,8 gr/mL)
m m +m ditambahkan ke 400 mL air. Jika ρ larutan = 0,9
t p mp = massa pelarut
2) Kadar terlarut volume (%V⁄V) gr/mL, tentukan 4 macam kadar zat terlarutnya!
%V⁄ = Vt Vt = volume terlarut Jawab:
V V +V V etanol = 100 mL
t p Vp = volume pelarut
m etanol = 0,8 x 100 = 80 gr
V larutan etanol = 500 mL
m larutan etanol = 0,9 x 500 = 450 gr
3) Kadar terlarut massa-volume (% ⁄V) m
a. %m⁄m = 80 x 100% = 17,7%
450
%
m

= mt b. %V⁄ = 100 x 100% = 20%
V V +V V 500
t p
c. %m⁄ = 80 x 100% = 16%
V V 500
4) Kadar terlarut volume-massa (% ⁄m)
100
Adalah presentase volume terlarut dari d. %V⁄m = 450 x 100% = 22,2%
massa total larutan.
C. DIAGRAM FASE (P-T)
Vt Diagram fase (P-T) menunjukkan sifat koligatif
= m +m
V
% ⁄m
t p larutan berupa penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, dan penurunan titik beku.

P (mmHg) B’ B C C’
760

AO : kesetimbangan padat-gas
pelarut (garis sublimasi)
BO : kesetimbangan cair-padat
CAIR pelarut (garis beku)
CO : kesetimbangan cair-gas
PADAT pelarut (garis didih)
Po AO’ : kesetimbangan padat-gas
P larutan (garis sublimasi)
O
BO’ : kesetimbangan cair-padat
P
O’ larutan (garis beku)
CO’ : kesetimbangan cair-gas
GAS larutan (garis didih)
O : titik tripel pelarut
Tf Tb O’ : titik tripel larutan
A
T (oC)
0 100
Semakin besar tekanan uap, semakin mudah
D. PENURUNAN TEKANAN UAP
suatu larutan menguap membentuk uap jenuh.
Penurunan tekanan uap ( P) adalah penurunan
Tekanan uap larutan didasarkan atas tekanan
tekanan uap pelarut yang ditimbulkan oleh zat
uap pelarut, yang dipengaruhi:
terlarut, pada suhu konstan.
1) Konsentrasi zat terlarut (berbanding
Tekanan uap larutan adalah tekanan yang
terbalik)
ditimbulkan uap jenuh larutan.
2) Gaya tarik-menarik antar-partikel
Uap jenuh terbentuk dalam suatu ruangan jika
(berbanding terbalik)
ruangan dipenuhi uap air sampai terjadi
kesetimbangan antara air dengan uap air (laju 3) Suhu dan energi kinetik molekul
penguapan = laju pengembunan). (berbanding lurus)
Hukum Raoult menjelaskan bahwa fraksi mol
pelarut mempengaruhi tekanan uap larutan. Kenaikan titik didih ( Tb) adalah selisih titik
didih larutan dengan pelarutnya pada P konstan.

Plar = Xp × Po Tb = Tbl – Tbp Tb = Kb × m


o
Tb = kenaikan titik didih ( C)
Plar = tekanan uap larutan (mmHg atau atm)
Tbl = titik didih larutan (oC)
Xp = fraksi mol pelarut
Tbp = titik didih pelarut (oC)
Po = tekanan uap pelarut murni (mmHg atau atm)
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC/m)
Penurunan tekanan uap dapat dirumuskan: m = molalitas larutan (m)
Penurunan titik beku ( Tf) adalah selisih titik
o o didih pelarut dengan larutannya pada P konstan,
P=P –P P = Xt × P
dapat dirumuskan:
P = penurunan tekanan uap (mmHg atau atm)
Xt = fraksi mol terlarut
Tf = Tfp – Tfl Tf = Kf × m
Contoh:
o
Diketahui X etanol adalah 0,25. Jika pada suhu Tf = penurunan titik beku ( C)
tersebut tekanan uap air adalah 80 mmHg, Tfl = titik beku larutan (oC)
Tfp = titik beku pelarut (oC)
tentukan P dan P larutan. Kf = tetapan penurunan titik beku molal (oC/m)
Jawab: m = molalitas larutan (m)
X etanol = 0,25 X pelarut = 0,75 Contoh:
P = 0,75 x 80 = 60 mmHg Suatu larutan non-elektrolit mendidih pada suhu
P = 80 – 60 = 20 mmHg 100,2oC. Tentukan titik beku larutan, jika Kf air =
1,8oC/m, dan Kb air = 0,5oC/m.
E. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN PENURUNAN
Jawab:
TITIK BEKU
Titik didih adalah titik dimana air mendidih, Tb = 100,2 – 100 = 0,2oC
0,2 = 0,5 x m m = 0,4 molal
sedangkan titik beku adalah titik dimana air
mulai membeku. Tf = 1,8 x 0,4 = 0,72oC
Tf = 0 – 0,72 = –0,72oC
Titik didih terjadi pada saat tekanan uap larutan
sama dengan tekanan udara luar. Contoh:
Semakin rendah tekanan udara luar, maka Jika CH3COOH mendidih pada 80,2oC, tentukan
semakin rendah titik didih, sehingga air lebih titik didih 2,56 gr naftalena (Mr = 128) dalam 400
cepat mendidih di tempat tinggi. gram asam cuka. (Kb cuka = 2,54oC/m)
Perbedaan menguap dan mendidih: Jawab:
Menguap Mendidih n naftalena = 2,56 : 128 = 0,02 mol
perubahan wujud air naik dan pecahnya uap m = 0,02 : 0,4 = 0,05 molal
dari cair menjadi uap air ke permukaan air Tb = 2,54 x 0,05 = 0,127oC
o
terjadi di seluruh terjadi di permukaan Tb = 80,2 + 0,127 = 80,327 C
bagian air air
F. TEKANAN OSMOTIK LARUTAN
terjadi pada suhu
terjadi pada titik didih Osmosis adalah perpindahan air dari pelarut
berapapun murni (hipotonik) ke larutannya (hipertonik)
Air memiliki titik didih normal 100oC, karena melalui membran semipermeabel.
pada suhu tersebut tekanan uap air sama dengan Osmosis menghasilkan dua buah sistem yang
760 mmHg atau 1 atm (tekanan udara di sama konsentrasi (isotonik).
permukaan laut). Tekanan osmotik adalah tekanan hidrostatik
Titik beku terjadi pada saat tekanan uap larutan yang mempertahankan kesetimbangan osmotik
sama dengan tekanan uap padat. larutan dengan pelarut murninya agar osmosis
Titik beku tidak terlalu dipengaruhi oleh tekanan terhenti.
udara luar. Tekanan osmotik larutan dapat dirumuskan:
Air memiliki titik beku normal 0oC, karena pada
π.V = n. R. T π = M. R. T
suhu tersebut tekanan uap air sama dengan
tekanan uap es.
Contoh:
Jawab:
Tekanan osmotik darah manusia pada 36oC
adalah 7,725 atm. Berapa gram glukosa (Mr = i = 1 + (2 – 1).0,8 = 1,8
180) diperlukan untuk membuat 820 mL larutan a. Tb = 100,18 – 100 = 0,18oC
glukosa yang isotonik dengan darah? 0,18 = m x 0,5 x 1,8
Jawab: m = 0,2 molal n = 0,2 x 0,3 = 0,6 mol Mr =
π darah = π glukosa 21 : 0,6 = 350 gr/mol
7,725 × 0,82
n= = 0,25 mol
b. Tf = 0,2 x 1,8 x 1,8 = 0,648oC Tf
0,082 × 309
o
m glukosa = 0,25 x 180 = 45 gram = 0 – 0,648 = –0,648 C
c. m larutan = 300 + 21 = 321 gr V
Osmosis balik adalah perpindahan pelarut
larutan = 321 : 0,642 = 500 mL n
dalam larutan ke pelarut murninya yang dibatasi
membran semipermeabel. terlarut = 21 : 210 = 0,1 mol

Osmosis balik terjadi jika pada permukaan π = 0,1 × 0,082 × 400 = 6,56 atm
0,5
larutan diberi tekanan yang melebihi tekanan
d. n pel = 300 : 18 = 16,6 mol
osmotik.
n ter = 0,1 mol
G. FAKTOR VAN’T HOFF 16,6
x pel = = 0,98
Faktor van’t Hoff (i) adalah nilai yang 16,6 + (0,1 × 1,8)
mempengaruhi konsentrasi larutan pada P = 0,98 x 80 = 78,4 mmHg
perhitungan sifat koligatif larutan. Faktor van’t Contoh:
Hoff terdapat pada larutan elektrolit. Sebanyak 1,8 gram M(OH)2 dilarutkan dalam 100
Nilai faktor van’t Hoff: mL air, dan mendidih pada 100,2oC. Jika basa itu
n = jumlah ion mengion 80%, hitung Ar logam pembentuk
i = 1 + (n – 1)α α = derajat ionisasi basa. Jawab:
Faktor van’t Hoff mempengaruhi jumlah mol i = 1 + (3 – 1).0,8 = 1 + 1,6 = 2,6
zat terlarut dalam perhitungan sifat koligatif. 0,2 = 0,52 x m x 2,6
Rumus sifat koligatif untuk larutan elektrolit m = 0,15 m n = 0,15 x 0,1 = 0,015 mol Mr
tunggal: M(OH)2 = 1,8 : 0,015 = 120 gr/mol
Penurunan tekanan uap Ar M = 120 – (16 x 2 + 1 x 2) = 86 gr/mol
np n ×i Contoh:
o o
t

Plar = n +n ×i × P P = n +n ×i × P Jika dianggap mengion sempurna, tentukan titik


p t p t beku dan titik didih larutan 6,84 gram Al 2(SO4)3
Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dalam 800 mL air. (Ar Al = 27; S = 32, O = 16)
Jawab:
Tb = Kb × m × i Tf = Kf × m × i
i = 1 + (5 – 1).1 = 5
Tekanan osmotik n = 6,84 : 342 = 0,02 mol
m = 0,02 : 0,8 = 0,025 molal
π = M. R. T. i o
Tb = 0,52 x 0,025 x 5 = 0,065 C
o
Contoh: Tb = 100 + 0,065 = 100,065 C
o
21 gram suatu elektrolit biner yang berada dalam Tf = 1,86 x 0,025 x 5 = 0,2325 C
o
300 gr air ternyata mendidih pada suhu Tf = 0 – 0,2325 = –0,2325 C
100,18oC. Jika elektrolit ini terion 80% (Kb air = Rumus sifat koligatif untuk larutan elektrolit
o o
0,5 C/m, Kf air = 1,8 C/m), tentukan: campuran (i berbeda-beda):
a. Mr elektrolit 1) Jika rumus menggunakan fraksi mol
b. Titik beku larutan n
p
c. Tekanan osmotik larutan pada suhu 127oC Xp =
np+(n1× i+ n2× i+…)
dan massa jenis larutan 0,642 gr/mL
d. Tekanan uap jika pada suhu 127oC tekanan
uap air adalah 80 mmHg
(n1× i+ n2× i+…)

Xt =
np+(n1× i+ n2× i+…)
2) Jika rumus menggunakan molaliltas a. n Al3+ = 0,072 mol
2+
b. n AlCl = 0,072 mol
(n1× i+ n2× i+…)
m= c. n AlCl2+ = 0,036 mol
p
tot d. n AlCl3 = 0,02 mol
-
3) Jika rumus menggunakan molaritas e. n Cl = 0,072 + 0,144 + 0,18 = 0,396 mol

(n1× i+ n2× i+…) f. ntot = n Al3+ + n AlCl2+ + n AlCl2+ + n AlCl3 + n Cl-


M= ntot = 0,596 mol
V
tot
g. m = 0,596 : 2 = 0,298 molal
Contoh: Tf = 0,298 x 1,85 = 0,5513oC
Ke dalam 1 L air dilarutkan 60 gr urea, 11,7 gr Tf = 0 – 0,5513 = –0,5513oC
NaCl, dan 11,1 gr CaCl2. Tentukan Tf campuran
dan π jika ρ = 2,1656 g/mL pada suhu 100 K. H. PENERAPAN SIFAT KOLIGATIF
Jawab: Sifat koligatif larutan digunakan dalam:
n urea = 60 : 60 = 1 mol 1) Campuran pendingin
n NaCl = (11,7 x 2) : 58,5 = 0,4 mol Campuran pendingin dibuat dengan
n CaCl2 = (11,1 x 3) : 111 = 0,3 mol menambahkan garam-garaman ke dalam es,
sehingga es mencair namun suhu campuran
n tot = 1 + 0,4 + 0,3 = 1,7 mol
turun.
mcamp = 1,7 : 1 = 1,7 molal
2) Cairan antibeku
Tb = 1,7 x 0,5 = 0,85oC
Cairan antibeku akan menurunkan titik beku
Tb = 100 + 0,85 = 100,85oC dan mencegah pembekuan. Cairan antibeku
m larutan = 60 + 11,7 + 11,1 + 1000 = 1082,8 yang baik adalah larut dalam campuran
gr V larutan = 1082,8 : 2,1656 = 500 mL pendinginnya, viskositas rendah, tidak
π = 1,7 x 0,082 x 100 : 0,5 = 27,88 korosif dan daya hantar panas yang baik.
atm Contoh: 3) Pencairan salju di jalan
26,7 gram AlCl3 (Mr = 133,5) yang berada dalam Dilakukan dengan menaburkan garam dapur
2 kg air mengalami ionisasi bertingkat dengan atau urea ke salju agar titik bekunya turun.
harga α1 = 0,9; α2 = 0,8; α3 = 0,5. Tentukan: 4) Membuat cairan fisiologis
3+
a. Jumlah mol Al setelah ionisasi bertingkat Cairan fisiologis (infus, obat tetes mata, dll.)
2+
b. Jumlah mol AlCl setelah ionisasi bertingkat dibuat isotonik dengan cairan tubuh agar
c.
+
Jumlah mol AlCl2 setelah ionisasi bertingkat tidak terjadi osmosis.
d. Jumlah mol AlCl3 setelah ionisasi bertingkat 5) Desalinasi air laut
e.
-
Jumlah mol Cl setelah ionisasi bertingkat Dilakukan berdasarkan prinsip osmosis balik
f. Jumlah seluruh partikel terlarut dengan memberi tekanan pada permukaan
g. Titik beku larutan jika Kf air = air laut, sehingga terkumpul air murni.
1,85oC/m Jawab:
n AlCl3 = 26,7 : 133,5 = 0,2 mol
1 AlCl3 d AlCl2+ + Cl-
M 0,2
R 0,2 x 0,9 = 0,18 0,18 0,18
S 0,02 0,18 0,18

2 AlCl2+ d AlCl2+ + Cl-


M 0,18
R 0,18 x 0,8 = 0,144 0,144 0,144
S 0,036 0,144 0,144

3 AlCl2+ d Al3+ + Cl-


M 0,144
R 0,144 x 0,5 = 0,072 0,072 0,072
S 0,072 0,072 0,072

Anda mungkin juga menyukai