Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

Disusun guna memenuhi penilaian Praktik Klinik Keperawatan pada mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa II di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I, Cengkareng pada tanggal 2 – 12
Januari 2019

Dosen pembimbing: Ns. Evin Novianti, M. Kep, Sp. Kep. J

Disusun oleh: Elsa Fitri J. S (1610711032)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


I. TEORI
A. Pengertian
Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucinatio yang bermakna secara
mental mengembara atau menjadi linglung. Jardri, dkk (2013) menegaskan “The
term hallucination comes from the Latin "hallucinatio": to wander mentally or to
be absent-minded”. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera
tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart &Laraia, 2005).
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa di mana klien merasakan suatu
stimulus yang sebenarnya tidak ada.Klien mengalami perubahan sensori persepsi,
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau
penciuman.Pada gangguan halusinasi penglihatan, misalnya, klien melihat suatu
bayangan menakutkan, padahal tidak ada bayangan tersebut.Salah satu
manifestasi yang timbul adalah halusinasi membuat klien tidak dapat memenuhi
kehidupannya sehari-hari.Halusinasi merupakan salah satu dari sekian bentuk
psikopatologi yang paling parah dan membingungkan.Secara fenomenologis,
halusinasi adalah gangguan yang paling umum dan paling penting.Selain itu,
halusinasi dianggap sebagai karakteristik psikosis.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
Hal yang dikaji meliputi adanya faktor herediter, risiko bunuh diri, riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
b. Faktor psikologis
Sering ditemukan adanya kegagalan berulang, korban kekerasan,
kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
c. Sosiobudaya dan lingkungan
Ditemukan adanya sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan
lingkunganpada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan rendah, dan
kegagalan hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
2. Faktor Presipitasi
Ditemukan adanya riwayar penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak, kekerasan dalam keluarga, kegagalan-kegagalan dalam hidup,
tuntutan keluarga atau masyarakat, serta konflik antar masyarakat.
C. Tanda dan Gejala
a. Data subjektif
 Mendengar suara-suara atau kegaduhan
 Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
 Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
 Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
 Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan
 Merasakan rasa seperti darah, urin, atau feses
 Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data objektif
 Bicara atau tertawa sendiri
 Marah-marah tanpa sebab
 Mengarahkan telinga ke arah tertentu
 Menutup telinga
 Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
 Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
 Mencium sesuatu seperti mencium bau-bauan tertentu
 Menutup hidung
 Sering meludah
 Muntah
 Menggaruk-garuk permukaan kulit
D. Rentang Respon Neurobiologi Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori sehinga halusinasi
merupakan gangguan dari respons neurobiologi. Oleh karnanya secara
keseluruhan, rentang respon halusinasi mengikuti kaidah rentang respons
neurobiologi.
Rentang respons neurobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis,
pesepsi akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan
terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Sementara itu, respons maladaptif
meliputi adanya waham, halusinasi, kesukaran proses emosi, prilaku tidak
terorganisasi, dan isolasi sosial: menarik diri. Berikut adalah gambaran rentang
respons neurobiologi. (Sutejo, 2017: 10)

Adaptif Maladaptif
1. Pikiran logis 1. Pikiran 1. Gangguan proses
2. Persepsi akurat kadang pikir: waham
3. Emosi konsisten menyimpang 2. Halusinasi
dengan 2. Ilusi 3. Ketidak mampuan
pengalaman 3. Emosi tidak untuk mengalami
4. Perilaku sesuai stabil emosi
5. Hubungan sosial 4. Prilaku aneh 4. Ketidakteraturan
5. Menarik diri 5. Isolasi sosial

E. Jenis-jenis Halusinasi
1. Halusinasi Dengar/ Suara (Auditory-hearing voices or sounds Hallucinations)
Ditunjukan dengan mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga,
mendengar suara yang bercakap-cakap, dan lain sebagainya.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual Hallucinations)
Ditunjukan dengan ketakutan pada suatu objek yang dilihat. Menunjuk ke
arah tertentu, dan lain sebagainya.
3. Halusinasi Pengecapan (Gustatory Hallucinations)
Ditunjukan dengan sering meludah, mengunyah, atau mengecap sesuatu,
seperti merasakan makanan, dan lain sebagainya.
4. Halusinasi Penghidung (Olfactory Hallucinations)
Ditunjukan dengan mengarahkan hidung ke arah tertentu, dan lain sebagainya.
5. Halusinasi Perabaan (Tactile Hallucinations)
Ditunjukan dengan menggaruk-garuk permukaan kulit, klien merasa ada
sesuatu yang aneh pada tubuhnya, dan lain sebagainya.
F. Mengkaji Waktu
Pengkajian waktu, frekuensi, dan situasi halusinasi oleh perawat bertujuan untuk
menentukan intervensi khusus saat waktu terjadinya halusinasi. Pengkajian ini
juga dilakukan untuk menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi, sehingga klien tidak larut dengan halusinasinya.
G. Mengkaji Respon terhadap Halusinasi
Perawat dapat menanyakan perasaan klien ketika halusinasi itu muncul. Perawat
juga dapat menanyakan kepada keluarga ataupun orang terdekat klien. Perawat
juga dapat mengkaji respon klien melalui observasi.
H. Tingkat Halusinasi
I. Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat, mulai tingkat I hingga tingkat IV.
(Sutejo, 2017: 11).
Tingkat Karakteristik Perilaku Klien
Halusinasi
Tingkat I  Mengalami ansietas  Tersenyum
Memberi rasa nyaman kesepian, rasa  Menggerakan bibir
Tingkat ansietas sedang bersalah, dan tanpa suara
Halusinasi merupakan ketakutan  Menggerakan mata
suatu kesenangan  Mencoba berfokus dengan cepat
pada pikiran yang  Respons verbal yang
dapat menghilangkan lambat
ansietas  Diam dan konsentrasi
 Pikiran dan
pengalaman sensori
masih ada dalam
kontrol kesadaran
(jika ansietas
dikontrol).
Tingkat II  Pemgalaman sensori  Peningkatan sistem
Menyalahkan menakutkan saraf otak, tanda-tanda
Tingkat ansietas berat  Mulai merasa ansietas, seperti
Halusinasi menyebabkan kehilangan kontrol peningkatan denyut
rasa antipati  Merasa dilecehkan jantung, pernafasan,
oleh pengalaman dan tekanan darah
sensori tersebut  Rentang perhatian
 Menarik diri dari menyempit
orang lain  Konsentrasi dengan
pengalaman sensori
NON PSIKOTIK  Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dari realita.
Tingkat III  Klien menyerah dan  Perintah halusinasi
Mengontrol tingat menerima ditaati
ansietas berat pengalaman  Sulit berhubungan
pengalaman sensori tidak sensorinya dengan orang lain
dapat ditolak lagi.  Isi halusinasi menjadi  Rentang perhatiannya
atraktif hanya beberapa detik
 Kesepian bila atau menit
pengalaman sensori  Gejala ansietas berat
berakhir : berkeringat, tremor,
dan tidak mampu
PSIKOTIK mengikuti perintah.
Tingkat IV  Pengalaman sensori  Perilaku panik
Menguasain tingkat menjadi ancaman  Berpotensi untuk
ansietas panik yang  Halusinasi dapat membunuh atau
diatur dan dipengaruhi berlangsung selama bunuh diri
oleh waham. beberapa jam atau  Tindakan kekerasan
hari. agitasi, menarik diri,
atau katatonia
 Tidak mampu
merespons perintah
yang kompleks
 Tidak mampu
merespons terhadap
lebih dari satu orang.

J. Mekanisme Koping
a. Regresi
Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang di gunakan unuk
menanggulangi ansietas. Energi yang tersisa untuk aktivitas-sehari-hari tinggal
sedikit, sehingga klien menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
b. Proteksi
Dalam hal ini, klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
c. Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang di alami oleh klien.
K. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan

Perubahan sensori persepsi:


halusinasi

Gangguan konsep
diri: HDR kronis

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Diagnosa Keperawatan
Gangguan perubahan sensori persepsi: halusinasi.
B. Rencana Tindakan Keperawatan
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Tgl No Tujuan (tuk/tum) Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
Dx
Gangguan Tum : 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan Hubungan saling percaya
perubahan sensori Klien tidak bersahabat, Saling percaya merupakan dasar untuk
persepsi: mencederai diri menjunkan rasa dengan memperlancar interaksi yang
senang, ada mengemukakan
Halusinasi dengar sendiri, orang selanjutnya akan di lakukan
kontak mata, prinsip
(auditori) lain dan mau berjabat komunikasi
lingkungan. tangan, mau terapetik :
menyebutkan a. Sapa klien
Tuk 1: nama, mau dengan
Klien dapat menjawab salam, ramah baik
membina klien mau duduk verbal
berdampingan maupun non
hubungan saling
denga perawat, verbal
percaya mau b. Perkenalkan
mengutarakan diri dengan
masalah yang sopan
dihadapinya. c. Tanyakan
nama
lengkap klien
dan nama
pangilan
yang disukai
klien
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Tunjukan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya
f. Beri
perhatian
kepada klien
dan perhatian
kebutuhan
dasar klien
Tuk 2: 1. Klien dapat 1. adakan kontak Selain untuk membina
Klien dapat menyebutkan sering dan hubungan saling percaya,
mengenal waktu, isi, dan singkat secara kontak sering dan singkat
frekuensi bertahap
halusinasinya akan memutus halusinasi
timbulnya 2. observasi tingkah
halusinasi laku klien yang
tekait dengan Mengenal prilaku klien pada
halusinasinya : saat halusinasi terjadi dapat
bicara dan memudahkan perawat dalam
tertawa tanpa melakukan intervensi
stimulus dan
memandang
kekiri/kanan/dep
an seolah-olah
ada teman bicara
3. bantu klien
mengenal Mengenal halusinasi
halusinasinya memungkinkan klien
dengan cara: menghindari faktor timbulnya
a. jika
halusinasi
menemukan
klien sedang
berhalusinasi
: tanyakan
apakah ada
suara yang
didengarnya
b. jika klien
menjawab
ada,
lanjutkan:
apa yang di
katakan suara
itu. Katakan
bahwa
perawat
percaya klien
mendengar
suara itu,
namun
perawat
sendiri tidak
mendengarny
a (dengan
nada
bersahabat
tanpa
menuduh
atau
menghakimi)
c. katakan
bahwa klien
lain juga ada
yang seperti
klien
d. katakan
bahwa
e. perawat akan
2. Dapat membantu
mengungkapkan klien
bagaimana 1. diskusi dengan
perasaannya klien:
terhadap a. situasi yang
halusinasi menimbulkan Pengetahuan tentang waktu,
tersebut atau tidak isi, dan frekuensi munculnya
menimbulkan halusinasi dapat
halusinasi mempermudah perawat
(jika sendiri,
jengkel atau
sedih)
b. waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi
(pagi, siang,
sore, dan
malam: terus
menerus atau
sewaktu-
waktu)
2. diskusikan
dengan klien
tentang apa yang
Mengidentifikasi pengaruh
dirasakannya jika
terjadi halusinasi halusinasi pada klien
(marah, takut,
sedih, dan
senang), beri
kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya
Tuk 3: 1. klien dapat 1. bersama klien, Usaha untuk memutuskan
Klien dapat menyebutkan identifikasi halusinasi, sehinga halusinasi
mengkontrol tindakan yang tindakan yang tidak muncul kembali
biasanya dilakukan jika
halusinasinya
dilakukan untuk terjadi halusinasi
mengendalikan (tidur, marah,
halusinasinya menyibukan diri,
dll)
2. diskusikan Penguatan (reinforcement)
manfaat dan cara dapat meningkatkan harga
yang digunakan diri klien
klien. Jika
bermanfaat beri
pujian kepada
klien

2. klien dapat Memberikan alternatif pilihan


1. diskusikan
menyebutkan
dengan klien untuk mengontrol halusinasi
cara baru
tentang cara baru
mengontrol
mengontrol
halusinasi
halusinasinya:
a. menghardik
atau
mengusir
atau tidak
memedulikan
halusinasinya
b. bercakap-
cakap dengan
orang lain
jika
halusinasinya
muncul
c. lakukan
kegiatan
sehari-hari
1. beri contoh cara Meningkatkan pengetahuan
3. klien dapat menghardik klien dalam memutus
mendemonstrasi halusinasi: “pergi halusinasi
kas cara ! saya tidak mau
menghardik atau mendengarkan
mengusir atau kamu, saya mau
tidak mencuci piring
memedulikan atau bercakap-
halusinasinya cakap dengan
suster”
2. beri pujian atas Harga diri klien meningkat
keberhasilan
klien
3. minta klien Memberi klien kesempatan
mengikuti contoh untuk mencpba cara yang di
yang diberikan pilih
dan minta klien
mengulanginya
4. susun jadwal
Memudahkan klien dalam
latihan klien dan
minta klien mengendalikan halusinasinya
untuk mngisi
jadwal kegiatan
(self-evaluation)
Tuk 4: 1. keluarga dapat 1. Diskusikan
Keluarga dapat menyebutkan dengan keluarga Untuk meningkatkan
merawat klien pengertian, (pada saat pengetahuan seputar
dirumah dan tanda, dan berkunjung/saat halusinasi dan perawatannya
tindakan untuk kunjungan
menjadi sistem pada pihak keluarga
mengendaliakan rumah):
pendukung yang halusinasi. a. Gejala
efektif untuk halusinasi
klien yang dialami
klien
b. Cara yang
dapat
dilakukan
klien dan
keluarga
untuk
memutuskan
halusinasi
c. Cara
merawat
anggota
keluarga
dengan
gangguan
halusinasi
dirumah: beri
kegiatan,
jangan
biarkan
sendiri,
makan
bersama,
berpergian
bersama, jika
klien sedang
sendiri
dirumah,
lakukan
kontak
dengan
dalam
telepon.
d. Beri
informasi
tentang
tindak lanjut
(follow up)
atau kapan
perlu
mendapatkan
bantuan:
halusinasi
tidak
terkontrol
dan resiko
mencederai
orang lain.

2. keluarga dapat Dengan menyebutkan dosis,


1. Diskusikan frekuensi, dan caranya,
menyebutkan
dengan keluarga
jenis, dosis, keluarga melaksanakan
tentang jenis,
waktu program pengobatan
dosis, waktu
pemberian,
pemberian,
manfaat, serta
manfaat, dan
efek samping
efek samping
obat
obat
2. Anjurkan kepada
keluarga untuk Dengan mengetahui efek
berdiskusi samping, keluarga akan tahu
dengan dokter
apa yang harus dilakukan
tentang manfaat
dan efek setelah minum obat.
samping obat,

DAFTAR PUSTAKA

Ns. Sutejo, M. Kep, Sp. Kep. J. 2017. Keperawatan Jiwa. Jakarta. Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai