Disusun guna memenuhi penilaian Praktik Klinik Keperawatan pada mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa II di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa I, Cengkareng pada tanggal 2 – 12
Januari 2019
Adaptif Maladaptif
1. Pikiran logis 1. Pikiran 1. Gangguan proses
2. Persepsi akurat kadang pikir: waham
3. Emosi konsisten menyimpang 2. Halusinasi
dengan 2. Ilusi 3. Ketidak mampuan
pengalaman 3. Emosi tidak untuk mengalami
4. Perilaku sesuai stabil emosi
5. Hubungan sosial 4. Prilaku aneh 4. Ketidakteraturan
5. Menarik diri 5. Isolasi sosial
E. Jenis-jenis Halusinasi
1. Halusinasi Dengar/ Suara (Auditory-hearing voices or sounds Hallucinations)
Ditunjukan dengan mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga,
mendengar suara yang bercakap-cakap, dan lain sebagainya.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual Hallucinations)
Ditunjukan dengan ketakutan pada suatu objek yang dilihat. Menunjuk ke
arah tertentu, dan lain sebagainya.
3. Halusinasi Pengecapan (Gustatory Hallucinations)
Ditunjukan dengan sering meludah, mengunyah, atau mengecap sesuatu,
seperti merasakan makanan, dan lain sebagainya.
4. Halusinasi Penghidung (Olfactory Hallucinations)
Ditunjukan dengan mengarahkan hidung ke arah tertentu, dan lain sebagainya.
5. Halusinasi Perabaan (Tactile Hallucinations)
Ditunjukan dengan menggaruk-garuk permukaan kulit, klien merasa ada
sesuatu yang aneh pada tubuhnya, dan lain sebagainya.
F. Mengkaji Waktu
Pengkajian waktu, frekuensi, dan situasi halusinasi oleh perawat bertujuan untuk
menentukan intervensi khusus saat waktu terjadinya halusinasi. Pengkajian ini
juga dilakukan untuk menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi, sehingga klien tidak larut dengan halusinasinya.
G. Mengkaji Respon terhadap Halusinasi
Perawat dapat menanyakan perasaan klien ketika halusinasi itu muncul. Perawat
juga dapat menanyakan kepada keluarga ataupun orang terdekat klien. Perawat
juga dapat mengkaji respon klien melalui observasi.
H. Tingkat Halusinasi
I. Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat, mulai tingkat I hingga tingkat IV.
(Sutejo, 2017: 11).
Tingkat Karakteristik Perilaku Klien
Halusinasi
Tingkat I Mengalami ansietas Tersenyum
Memberi rasa nyaman kesepian, rasa Menggerakan bibir
Tingkat ansietas sedang bersalah, dan tanpa suara
Halusinasi merupakan ketakutan Menggerakan mata
suatu kesenangan Mencoba berfokus dengan cepat
pada pikiran yang Respons verbal yang
dapat menghilangkan lambat
ansietas Diam dan konsentrasi
Pikiran dan
pengalaman sensori
masih ada dalam
kontrol kesadaran
(jika ansietas
dikontrol).
Tingkat II Pemgalaman sensori Peningkatan sistem
Menyalahkan menakutkan saraf otak, tanda-tanda
Tingkat ansietas berat Mulai merasa ansietas, seperti
Halusinasi menyebabkan kehilangan kontrol peningkatan denyut
rasa antipati Merasa dilecehkan jantung, pernafasan,
oleh pengalaman dan tekanan darah
sensori tersebut Rentang perhatian
Menarik diri dari menyempit
orang lain Konsentrasi dengan
pengalaman sensori
NON PSIKOTIK Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dari realita.
Tingkat III Klien menyerah dan Perintah halusinasi
Mengontrol tingat menerima ditaati
ansietas berat pengalaman Sulit berhubungan
pengalaman sensori tidak sensorinya dengan orang lain
dapat ditolak lagi. Isi halusinasi menjadi Rentang perhatiannya
atraktif hanya beberapa detik
Kesepian bila atau menit
pengalaman sensori Gejala ansietas berat
berakhir : berkeringat, tremor,
dan tidak mampu
PSIKOTIK mengikuti perintah.
Tingkat IV Pengalaman sensori Perilaku panik
Menguasain tingkat menjadi ancaman Berpotensi untuk
ansietas panik yang Halusinasi dapat membunuh atau
diatur dan dipengaruhi berlangsung selama bunuh diri
oleh waham. beberapa jam atau Tindakan kekerasan
hari. agitasi, menarik diri,
atau katatonia
Tidak mampu
merespons perintah
yang kompleks
Tidak mampu
merespons terhadap
lebih dari satu orang.
J. Mekanisme Koping
a. Regresi
Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang di gunakan unuk
menanggulangi ansietas. Energi yang tersisa untuk aktivitas-sehari-hari tinggal
sedikit, sehingga klien menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
b. Proteksi
Dalam hal ini, klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
c. Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang di alami oleh klien.
K. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan
Gangguan konsep
diri: HDR kronis
DAFTAR PUSTAKA
Ns. Sutejo, M. Kep, Sp. Kep. J. 2017. Keperawatan Jiwa. Jakarta. Pustaka Baru Press