Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) kematian perinatal adalah

jumlah kelahiran mati dan kematian pada minggu pertama kehidupan per

1.000 kelahiran total, periode perinatal dimulai pada 22 minggu yang telah

selesai (154 hari) masa kehamilan dan berakhir tujuh hari setelah kelahiran

(WHO, 2017). Kematian janin mengacu pada kematian janin selama

kehamilan. Pada tahap akhir kehamilan, kematian janin dikenal sebagai lahir

mati (AIHW, dkk. 2014).

Berdasarkan kesepakatan global dalam perwujudan target penurunan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang

dirumuskan melalui Sustainable Development Goals (SDGs), ditargetkan

pada tahun 2030 angka kematian ibu menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup

(Amanah, 2017) dan angka kematian bayi ditargetkan pada tahun 2030

menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup (Ermalena, 2017).

Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses alamiah yang

terjadi pada wanita. Walaupun proses tersebut alami, masih terdapat

kemungkinan untuk berkembang menjadi patologis. Dari setiap kehamilan

yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat dan sempurna secara

jasmaniah. Tetapi ada kalanya kehamilan disertai dengan resiko. Sebagian

komplikasi tidak dapat dihindari dan besarnya komplikasi tidak selalu sama.

Sejumlah keadaan ibu dan janin dapat menyebabkan kematian pada janin

(Centers for Disease Control and Prevention, 2016).


Infeksi neonatal merupakan penyebab penting morbiditas, lamanya

tinggal di rumah sakit, dan kematian pada bayi. Pola penyakit penyebab

kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal pada

bulan pertama adalah infeksi (termasuk tetanus, sepsis, pneumonia, diare)

sebesar 57,1%, prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak

35%, kemudian asfiksia lahir (33,6%), dan feeding problem sebesar 14,3%

(Kemenkes RI, 2018).

Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik

akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan.4 Infeksi merupakan fase

sepsis awal yang belum disertai adanya tanda systemic inflammation response

syndromes (SIRS) seperti suhu > 38,5ºC atau < 36,5ºC, takikardi atau

bradikardi, takipneu dan leukositosis. Infeksi neonatal dapat terjadi intrauterin

melalui transplasental, didapat intrapartum saat melalui jalan lahir selama

proses persalinan, atau pascapartum akibat sumber infeksi dari luar setelah

lahir. Infeksi intrapartum dapat terjadi pada saat melalui jalan lahir atau

infeksi asendens bila terjadi partus lama dan ketuban pecah dini.

Hasil Survei Demograsi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017,

menunjukan grafik angka kematian bayi mengalami penurunan dari 32 per

1.000 kelahiran hidup pada tahun 2016 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup

di tahun 2017 (Kemenkes RI, 2018). Sedangkah jumlah kematian bayi di

Sumatera Barat sebanyak 602 kematian bayi yang tersebar di 19

Kabupaten/Kota. Faktor ini disebabkan karena rendahnya tingkat

pengetahuan, kepatuhan dan belum optimalnya pelayanan kesehatan terhadap


ibu, bayi dan balita serta kurangnya kuliatas pelayanan (Dinkes Provinsi

Sumatera Barat, 2017).

Risiko infeksi pada bayi baru lahir dapat dibagi menjadi tiga kategori:

risiko prenatal, risiko nosokomial dan risiko neonatal. Faktor risiko prenatal 2

meliputi: ketuban pecah dini (KPD) dan infeksi selama kehamilan. Faktor

nosokomial yang dapat menjadi predisposisi neonatal terkena infeksi

meliputi: lama rawat, prosedur invasif, ruang perawatan penuh, staf

perawatan, dan prosedur cuci tangan. Faktor neonatal meliputi: BBLR, jenis

kelamin dan kelainan kongenital.

Mengingat penyebab kematian perinatal adalah salah satunya adalah

Infeksi Neonatal dan RSUD Prof.Dr.Ali.M.Hanafiah SM Batusangkar adalah

pusat rujukan dari semua pelayanan kesehatan di daerah Batusangkar maka

penulis tertarik untuk memaparkan secara spesifik sebagai wujud perhatian

dalam memberikan kontribusi pemikiran pada berbagai pihak yang

berkompeten dengan masalah tersebut, sehingga didapatkan solusi terbaik

dalam menangani pemasalahan di atas dengan menerapkan manajemen

asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah dengan harapan masalah

dapat teratasi dan untuk mengidentifikasi kemungkinan komplikasi yang

mungkin terjadi pada bayi dengan Infeksi Neonatal.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis dapat melakukan manajemen asuhan kebidanan pada Bayi

Ny “D” dengan Infeksi Neonatal.


2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengumpulan data melalui pengkajian,

anamnesa, observasi dan pemeriksaan untuk mengetahui keadaan

Bayi Ny “D” dengan Infeksi Neonatal.

b. Mampu melaksanakan interpretasi data, diagnosa, masalah, dan

kebutuhan pada Bayi Ny “D” dengan Infeksi Neonatal.

c. Mampu melaksanakan antisipasi masalah diagnosa potensial yang

mungkin terjadi pada Bayi Ny “D” dengan Infeksi Neonatal.

d. Mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera pada pada Bayi

Ny “D” dengan Infeksi Neonatal.

e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan yang rasional berdasarkan

kebutuhan dan keadaan klien pada Bayi Ny “D” dengan Infeksi

Neonatal.

f. Mampu melaksanakan rencana asuhan secara efisien Bayi Ny “D”

dengan Infeksi Neonatal.

g. Mampu mengevaluasi untuk menilai keefektifan asuhan yang telah

diberikan pada Bayi Ny “D” dengan Infeksi Neonatal.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi Penulis

Penulis dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan

pengalaman nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada Bayi

Ny “D” dengan Infeksi Neonatal di RSUD Prof.Dr.Ali M Hanafiah SM

Batusangkar pada Tahun 2019.


2. Manfaat Institusi

a. Bagi institusi Pendidikan

Meningkatkan proses belajar dan mengajar sebagai bahan

masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswi kebidanan

STIKes Fort De Kock dan sebagai referensi mahasiswa khususnya

dalam pelaksanaan asuhan pada Bayi dengan Infeksi Neonatal.

b. Bagi instansi Rumah Sakit

Hasil penulisan diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan kepada instansi terkait

D. Metode Penulisan

Pada penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif

dengan studi kasus dan studi kepustakaan, yang meliputi:

1. Teknik pengumpulan data

a. Melakukan wawancara dengan klien dan keluarga serta tim

kesehatan lain yang menggunakan format pengkajian.

b. Pemeriksaan langsung terhadap klien yang meliputi:

1) Inspeksi

2) Palpasi

3) Auskultasi

4) Perkusi

2. Analisa data

Data yang didapat/ sudah terkumpul dengan cara menganalisa

data, menegakkan diagnosa, menentukan rencana tindakan sesuai dengan


rencana evaluasi serta melakukan komunikasi kebidanan.

3. Sumber data

a. Primer : Data yang didapat langsung dari klien melalui keluhan

yang disampaikan klien, wawancara, pemeriksaan fisik, dan data

penunjang.

b. Sekunder: Data yang diperoleh dari sumber lain, seperti keluarga dan

tim kesehatan lainnya.

4. Jenis data

a. Data subjektif : Data yang diperoleh dari keluhan pasien

b. Data objektif : Data yang diperoleh dari pemeriksaan umum

(TTV, BB, TB, LILA), pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi) dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan

labor,USG, Rontgen, dan lainnya)

Anda mungkin juga menyukai