PENDAHULUAN
Bila diperhatikan sekeliling rumah melalui jendela atau pintu rumah, akan
terlihat berbagai tanaman atau pepohonan. Ada juga burung-burung di pohon dan
kupu-kupu yang terbang dari bunga ke bunga. Disudut halaman ada segundukan
sampah yang dikerumuni lalat. Lebih jauh, di pedesaan terdapat sawah dengan padi
sebagai tanaman utama, ada burung, wereng, tikus. Lebih luas lagi, disekeliling
pedesaan,dijumpai sungai, danau,hutan dan lain-lain. Lingkungan yang melibatkan
seluruh organisme (mahluk hidup) dan lingkungan fisik (tanah, suhu, kelembaban,
sinar, dan sebagainya) dan merupakan suatu keutuhan disebut Ekosistem.
Selanjutnya sumber daya hayati, adalah sumber daya genetika, mahluk atau
bagiannya, populasi atau komponen biotik dari ekosistem yang mempunyai
nilai/kegunaan nyata atau potensial bagi kemanusiaan. Ketentuan ini telah
dibakukan dalam konvensi keanekaragaman hayati yang disetujui di Rio de Janeiro,
Brazil pada bulan Juli 1992 (UNEP, 1992).
b. Keanekaragaman jenis
Jenis adalah satuan yang dapat di kenal dari bentuk dan penampilannya,
dan terdiri atas pengelompokan populasi atau gabungan individu yang mampu
saling berkawin sesamanya secara bebas untuk menghasilkan keturunan yang
menyerupai tetuanya.
Di dalam ekosistem alami, jenis-jenis tumbuhan dan hewannya adalah liar,
tidak dibudidayakan. Masing-masing mempunyai jenis, dengan tidak ada variasinya.
Untuk tumbuhan, misalnya durian, meranti merah, meranti putih, dan hewannya
misalnya harimau, macan tutul, rusa sambar, rusa Timor, jalak Bali, jalak putih,
biawak Komodo. Beranekaragamnya jenis-jenis liar, baik tumbuhan maupun hewan,
menunjukkan bermacam-macamnya jenis, atau keanekaragaman antar jenis, yang
disebut keanekaragaman jenis.
c. Keanekaragaman plasmanutfah
Lain halnya dengan ekosistem alami, dalam ekosistem buatan dikenal
adanya variasi dalam jenis. Durian yang ditanam dalam kebun dapat berupa durian
sitokong, durian si petruk; rambutan Binjai, rambutan lebak, rapiah; pisang
tanduk, emas, raja dan lain sebagainya, demikian juga dengan hewannya. Hampir
semua jenis hewan yang dipelihara beranekaragam, seperti pada ayam misalnya
ayam pelung, kapas, leghorn; pada itik misalnya itik jambul, Mojokerto, Tegal; dan
hewan lainnya. Dalam hal ini menunjukkan keanekaragaman di dalam jenis.
Masing-masing jenis menunjukkan keanekaragamannya. Taraf keanekaragaman
semacam ini disebut keanekaragaman di dalam jenis, keanekaragaman genetika,
atau disebut keanekaragaman plasmanutfah.
Plasmanutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap kelompok
mahluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru
(Adisoemarto, 1993). Dengan batasan seperti ini, dapatlah diambil kesimpulan
bahwa palsmanutfah itu adalah materi yang terkandung di dalam tubuh mahluk
hidupnya.
Lebih jauh lagi, sumber daya hayati digunakan untuk memenuhi kebutuhan
industri, serta bermanfaat dalam pelestarian lingkungan yang berkesinambungan.
Yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menghasilkan pendapatan (Sastrapradja,
dkk. 1989).
a. Pangan dan pertanian
Keberhasilan dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk
mencukupi kebutuhan pangan secara nasional dapat disaksikan pada keberhasilan
program “swasembada pangan/beras”..? . Akan tetapi melihat pesatnya laju
pertumbuhan penduduk, sulit untuk terus-menerus mempertahankan keberhasilan
menyediakan beras yang semakin meningkat. Untuk itu, perlu dicanangkan
kebijakan baru secara nasional dengan tidak menumpukan pangan hanya pada
beras melainkan dari keanekaragaman hayati lain seperti jagung, ubi jalar, talas,
sagu ubi, kayu dan kacang-kacangan serta sayur-mayur secara maksimum.
Disisi lain, meskipun secara sintesis di laboratorium telah mampu
mengurangi ketergantungan terhadap tumbuhan dan hewan liar, kehadiran spesies-
spesiesnya masih diperlukan sebagai penghasil makanan, obat-obatan dan bahan
dasar industri. Seperti 20 spesies tumbuhan mendukung 80% dari makanan di
dunia, tiga diantaranya jagung, gandum dan padi merupakan pemasok 65% bahan
makanan ( Surasana, 1991).
b. Papan
Untuk memenuhi kebutuhan kayu guna keperluan perumahan, bahan yang
diandalkan masih langsung diambil dari alam di dalam hutan. Dilain pihak, kita
harus berlapang dada untuk menerima kritik dari luar terhadap cara pemerintah kita
dalam menangani pengeksploitasian hasil hutan. Secara nasional, kita memiliki
komoditas kayu unggul seperti jati, mahoni, rasamala, kayu besi, cendana dan
sebagainya terutama sebagai bahan baku pelbagai industri.
d. Industri
Banyak produk industri penting memerlukan bahan dasar dari tumbuhan,
dan sebagian lagi memerlukan bahan dasar dari hewan. Umumnya berasal dari
kehidupan yang telah dipelihara, meskipun demikian dalam peningkatan kualitas
secara genetika sangat diperlukan varietas-varietas dari asalnya yang bersifat liar.
Karet sebagai salah satu bahan baku industri merupakan derivat dari bahan
tumbuhan, meskipun substitusi sintetiknya telah dapat dibuat, namun hasil karet
alam masih dibutuhkan sekitar sepertiga dari pemanfaatan dunia, karena
kualitasnya yang tetap sangat baik. Lebih dari 70% dipakai untuk ban kapal
terbang, truk, bus dan kendaraan lainnya. Dengan demikian bahwa
keanekaragaman hayati sangat penting dalam pengadaan bahan-bahan baku
industri.
TAKSIRAN DI INDONESIA*)
NO. TAKSON TAKSIRAN DI
DUNIA**)
MINIMUM MAKSIMUM
TUMBUHAN
01. Bakteri dan 225 300 4.700
ganggang biru
02. Jamur 4.280 12.000 47.000
03. Ganggang 1.000 1.800 26.900
04. Lumut : 1.500 1.500 16.000
05. Paku-pakuan 1.250 1.500 11.300
06. Tumb. Berbunga 25.000 30.0000 220.500
HEWAN
01. Protozoa 1.500 3.500 30.800
02. Serangga 1.000.000 5.000.000 30.000.000
03. Arthropoda 30.000 50.000 300.000
04. Molluska 2.000 6.000 50.000
05. Invertebrata 5.000 10.000 66.900
06. Ampibia 1.000 1.500 4.200
07. Reptilia 600 2.000 6.300
08. Burung 1.300 1.600 9.200
09. Mamalia 515 800 4.170
Sumber: * Soeriaatmadja, 1997.
)
samudra dan pantai, hutan-hutan maupun bentang alam yang berfungsi ganda di
luar daerah pelestarian. Sedangkan pelestarian “ex-situ” dapat merupakan
tambahan yang bermanfaat bagi perlindungan jenis di dalam ekosistem alami.
Perlu kiranya ditekankan bahwa pusat pelestarian, baik untuk jenis bersama
plasmanutfahnya baik secara ex-situ maupun ekosistem in-situ, tidak
memerlukan populasi dan area yang tidak terbatas. Untuk masing-masing jenis itu
hanya diperlukan sejumlah populasi yang mewakili. Demikian juga untuk ekosistem
diperlukan area tertentu saja agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan
adanya ketentuan populasi atau area minimum ini dua sasaran dapat dicapai.
Pertama tetap memfungsikan unit pelestarian, dan kedua area sisanya digunakan
dalam pemanfaatan.
Untuk pelestarian plasmanutfah, beberapa segi perlu diperhatikan.
Plasmanutfah itu dilestarikan untuk menjamin tersedianya bahan baku yang
diperlukan untuk pengembangan pertanian di masa depan. Jaminan ini akan ada
keanekaragaman. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha melestarikan
plasmanutfah adalah modus, sasaran/pendekatan, metode dan pelaksana.
pengelolaan yang handal, sumberdaya manusia dan sumber dana yang cukup, dan
penilaian ekonomi tentang untung rugi pelestarian.
KESIMPULAN
Keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan kedalam tiga taraf, yaitu;
pertama taraf ekosistem, kedua taraf jenis, dan ketiga taraf plasmanutfah.
Ketiga taraf ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keanekaragaman
plasmanutfah terjadi bila ada jenis, keanekaragaman jenis terjadi bila ada
ekosistem. sedangkan ekosistem sendiri tidak akan berarti bila tanpa kehadiran
jenis.
Keanekaragaman hayati digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan,
terutama kebutuhan dasar yang berupa pangan dan kesehatan. Juga digunakan
untuk memenuhi kebutuhan industri, Keadaan Indonesia yang berbhineka
ini, menciptakan keanekaragaman hayati yang luar biasa dan unik, ditinjau dari
variasi dan variabilitas dari spesies, genera dan ekosistemnya. Habitat alaminya
yang beragam, sumber nabati dan hewani yang kaya, serta tingginya nilai endemik
spesies, maka Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia.
Melestarikan keanekaragaman hayati berarti melestarikan ekosistem. Prioritas
pertama untuk memelihara keanekaragaman hayati harus berupa pelestarian “in-
situ” , baik di dalam jaringan daerah perlindungan, dalam zona samudra dan
pantai, hutan-hutan maupun bentang alam yang berfungsi ganda di luar daerah
pelestarian. Sedangkan pelestarian “ex-situ” dapat merupakan tambahan yang
bermanfaat bagi perlindungan jenis di dalam ekosistem alami.
DAFTAR PUSTAKA
Djajadiningrat, S.,T. & Amir, H.,H. 1992. Kualitas lingkungan hidup Indonesia
1992: 20 Tahun setelah Stockholn. Kantor Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta.
McNeely, A. ,et al.. 1990. Conserving the world’s biological diversity . World
Bank, WRI, IUCN, WWF, Washington, DC.
Sastrapradja, S., Adisoemarto, S., Kartawinata, K., Rifai, M. A. & Sastrapradja, S.,
D. 1989. Keanekaragaman hayati untuk kelangsungan hidup
Bangsa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi. Bogor.