Anda di halaman 1dari 11

KEANEKARAGAMAN HAYATI*)

Oleh: Jodion Siburian

PENDAHULUAN
Bila diperhatikan sekeliling rumah melalui jendela atau pintu rumah, akan
terlihat berbagai tanaman atau pepohonan. Ada juga burung-burung di pohon dan
kupu-kupu yang terbang dari bunga ke bunga. Disudut halaman ada segundukan
sampah yang dikerumuni lalat. Lebih jauh, di pedesaan terdapat sawah dengan padi
sebagai tanaman utama, ada burung, wereng, tikus. Lebih luas lagi, disekeliling
pedesaan,dijumpai sungai, danau,hutan dan lain-lain. Lingkungan yang melibatkan
seluruh organisme (mahluk hidup) dan lingkungan fisik (tanah, suhu, kelembaban,
sinar, dan sebagainya) dan merupakan suatu keutuhan disebut Ekosistem.

Dalam ekosistem, dikenal banyak ekosistem seperti ekosistem hutan,


pesisir, dan danau untuk yang alami, serta ekosistem sawah, kolam, dan
pekarangan untuk ekosistem buatan.Masing-masing ekosistem alami masih
beranekaragam, misalnya hutan dapat berupa hutan tropika basah, hutan tropika
kering, hutan mangrove, hutan sabana, hutan monsun, hutan pegunungan dan
yang lainnya. Demikian juga dengan ekosistem buatan dapat beranekaragam
seperti sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah pasang surut dan sawah lainnya.
Dalam hal ini dikenal berbagai keanekaragaman, baik ditinjau dari bentuk dan
susunan organisasi masyarakatnya. Ada keanekaragaman ekosistem,
keanekaragaman jenis dan keanekaragaman di dalam jenis (keanekaragaman
plasmanutfah).

Keanekaragaman hayati (“biological diversity”), diartikan sebagai


beranekaragamnya mahluk hidup dari berbagai sumber yang mencakup ekosistem
daratan, bahari/akuatik lain, dan kompleks ekologi merupakan induknya, yang
meliputi keanekaragaman dalam jenis, jenis dan ekosistem (Djajadiningrat, 1992).

Selanjutnya sumber daya hayati, adalah sumber daya genetika, mahluk atau
bagiannya, populasi atau komponen biotik dari ekosistem yang mempunyai
nilai/kegunaan nyata atau potensial bagi kemanusiaan. Ketentuan ini telah
dibakukan dalam konvensi keanekaragaman hayati yang disetujui di Rio de Janeiro,
Brazil pada bulan Juli 1992 (UNEP, 1992).

BAHAN AJAR MATA KULIAH ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
2

Di daerah Jambi, baru-baru ini terjadi kebakaran hutan besar-besaran,


sementara di daerah Jakarta sering terjadi banjir. Hal ini tidak lain merupakan
akibat kerusakan ekosistem. Kerusakan ekosistem demikian adalah merupakan
salah satu penyebab kehancuran atau kemusnahan dari keanekaragaman hayati di
dalam ekosistem tersebut.
Untuk memahami konsep, ruang lingkup dan kecenderungan
keanekaragaman hayati, melalui tulisan ini diharapkan dapat memperdalam dan
memperluas cakrawala tentang keanekaragaman hayati dan bagaimana upaya
mengelola keanekaragaman hayati, umumnya yang terdapat di Indonesia dan
khususnya di daerah Jambi.

RUANG LINGKUP, MANFAAT DAN KEGUNAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Ruang Lingkup Keanekaragaman Hayati


Secara ringkas bahwa keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan dalam
tiga taraf. Taraf pertama adalah taraf ekosistem, kedua taraf jenis, dan ketiga
taraf plasmanutfah. Ketiga taraf ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Keanekaragaman plasmanutfah terjadi bila ada jenis, sedangkan keanekaragaman
jenis terjadi bila ada ekosistem. Ekosistem sendiri tidak akan berarti bila tanpa
kehadiran jenis.
a. Keanekaragaman ekosistem
Di Indonesia dikenal 4 kelompok ekosistem, yaitu ekosistem bahari,
terestrial alami, suksesi, dan buatan (Adisoemarto, 1993). Ekosistem bahari
meliputi ekosistem laut dalam, pantai pasir, terumbu karang, pantai batu, dan
pantai lumpur. Ekosistem darat alami meliputi vegetasi tanah rendah mulai hutan
bakau dan tepi sungai sampai hutan ( 13 ekosistem), sedangkan vegetasi
pegunungan meliputi hutan pegunungan sampai tundra ( 26 ekosistem) dan
vegetasi lain seperti hutan sabana, dan padang rumput.
Sementara itu, ekosistem buatan berupa danau, hutan tanaman;
agroekosistem berupa sawah, kolam, tambak, pekarangan, perkebunan, ladang dan
yang lainnya. Jadi, dalam hal ini dikenal adanya keanekaragaman ekosistem, yaitu
lingkungan yang melibatkan unsur biotik, dan unsur fisik serta kimiawi yang saling
berinteraksi satu sama lain (Sastrapradja, dkk. 1989).

b. Keanekaragaman jenis

BAHAN AJAR MATA KULIAH ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
3

Jenis adalah satuan yang dapat di kenal dari bentuk dan penampilannya,
dan terdiri atas pengelompokan populasi atau gabungan individu yang mampu
saling berkawin sesamanya secara bebas untuk menghasilkan keturunan yang
menyerupai tetuanya.
Di dalam ekosistem alami, jenis-jenis tumbuhan dan hewannya adalah liar,
tidak dibudidayakan. Masing-masing mempunyai jenis, dengan tidak ada variasinya.
Untuk tumbuhan, misalnya durian, meranti merah, meranti putih, dan hewannya
misalnya harimau, macan tutul, rusa sambar, rusa Timor, jalak Bali, jalak putih,
biawak Komodo. Beranekaragamnya jenis-jenis liar, baik tumbuhan maupun hewan,
menunjukkan bermacam-macamnya jenis, atau keanekaragaman antar jenis, yang
disebut keanekaragaman jenis.
c. Keanekaragaman plasmanutfah
Lain halnya dengan ekosistem alami, dalam ekosistem buatan dikenal
adanya variasi dalam jenis. Durian yang ditanam dalam kebun dapat berupa durian
sitokong, durian si petruk; rambutan Binjai, rambutan lebak, rapiah; pisang
tanduk, emas, raja dan lain sebagainya, demikian juga dengan hewannya. Hampir
semua jenis hewan yang dipelihara beranekaragam, seperti pada ayam misalnya
ayam pelung, kapas, leghorn; pada itik misalnya itik jambul, Mojokerto, Tegal; dan
hewan lainnya. Dalam hal ini menunjukkan keanekaragaman di dalam jenis.
Masing-masing jenis menunjukkan keanekaragamannya. Taraf keanekaragaman
semacam ini disebut keanekaragaman di dalam jenis, keanekaragaman genetika,
atau disebut keanekaragaman plasmanutfah.
Plasmanutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap kelompok
mahluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru
(Adisoemarto, 1993). Dengan batasan seperti ini, dapatlah diambil kesimpulan
bahwa palsmanutfah itu adalah materi yang terkandung di dalam tubuh mahluk
hidupnya.

2.2. Manfaat dan Kegunaan Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati yang telah didayagunakan disebut sumber daya
hayati. Sumber daya hayati digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan,
tetapi yang terutama adalah kebutuhan dasar yang berupa pangan dan kesehatan.

BAHAN AJAR MATA KULIAH ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
4

Lebih jauh lagi, sumber daya hayati digunakan untuk memenuhi kebutuhan
industri, serta bermanfaat dalam pelestarian lingkungan yang berkesinambungan.
Yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menghasilkan pendapatan (Sastrapradja,
dkk. 1989).
a. Pangan dan pertanian
Keberhasilan dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk
mencukupi kebutuhan pangan secara nasional dapat disaksikan pada keberhasilan
program “swasembada pangan/beras”..? . Akan tetapi melihat pesatnya laju
pertumbuhan penduduk, sulit untuk terus-menerus mempertahankan keberhasilan
menyediakan beras yang semakin meningkat. Untuk itu, perlu dicanangkan
kebijakan baru secara nasional dengan tidak menumpukan pangan hanya pada
beras melainkan dari keanekaragaman hayati lain seperti jagung, ubi jalar, talas,
sagu ubi, kayu dan kacang-kacangan serta sayur-mayur secara maksimum.
Disisi lain, meskipun secara sintesis di laboratorium telah mampu
mengurangi ketergantungan terhadap tumbuhan dan hewan liar, kehadiran spesies-
spesiesnya masih diperlukan sebagai penghasil makanan, obat-obatan dan bahan
dasar industri. Seperti 20 spesies tumbuhan mendukung 80% dari makanan di
dunia, tiga diantaranya jagung, gandum dan padi merupakan pemasok 65% bahan
makanan ( Surasana, 1991).

b. Papan
Untuk memenuhi kebutuhan kayu guna keperluan perumahan, bahan yang
diandalkan masih langsung diambil dari alam di dalam hutan. Dilain pihak, kita
harus berlapang dada untuk menerima kritik dari luar terhadap cara pemerintah kita
dalam menangani pengeksploitasian hasil hutan. Secara nasional, kita memiliki
komoditas kayu unggul seperti jati, mahoni, rasamala, kayu besi, cendana dan
sebagainya terutama sebagai bahan baku pelbagai industri.

c. Kesehatan dan obat


Lebih dari 40% resep obat yang di jual di Amerika Serikat mengandung
bahan kimia yang berasal dari spesies kehidupan liar: 25% tumbuhan, 12% jamur
dan bakteri, dan 6% dari hewan. Nilai ekonomi dari bahan obat ini bernilai sekitar
40 juta US$ pertahun (Surasana, 1991). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya

BAHAN AJAR MATA KULIAH ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
5

manfaat dan kegunaan keanekaragaman hayati dalam pemeliharaan kesehatan


melalui penyediaan bahan baku obat-obatan.
Sekalipun penyediaan sarana kesehatan dalam dasawarsa terakhir ini
semakin “baik”..?, dinegara kita peran jamu tradisional sebagai penunjang sistem
pengobatan modern masih sangat diperlukan, hal ini terbukti dari makin
meningkatnya omset industri jamu di Indonesia. Berbagai jenis jamu seperti jamu
beras kencur, galian singset, jamu habis bersalin, jamu pegal linu adalah jamu yang
terus-menerus digemari orang, sehingga penyediaan bahan bakunya perlu
mendapat perhatian dalam arti sangat diperlukan pengelolaan sumberdaya hayati
dan keanekaragaman hayati di masa yang akan datang.

d. Industri
Banyak produk industri penting memerlukan bahan dasar dari tumbuhan,
dan sebagian lagi memerlukan bahan dasar dari hewan. Umumnya berasal dari
kehidupan yang telah dipelihara, meskipun demikian dalam peningkatan kualitas
secara genetika sangat diperlukan varietas-varietas dari asalnya yang bersifat liar.
Karet sebagai salah satu bahan baku industri merupakan derivat dari bahan
tumbuhan, meskipun substitusi sintetiknya telah dapat dibuat, namun hasil karet
alam masih dibutuhkan sekitar sepertiga dari pemanfaatan dunia, karena
kualitasnya yang tetap sangat baik. Lebih dari 70% dipakai untuk ban kapal
terbang, truk, bus dan kendaraan lainnya. Dengan demikian bahwa
keanekaragaman hayati sangat penting dalam pengadaan bahan-bahan baku
industri.

KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA DAN DUNIA

Tidak ada seorangpun yang mengetahui dengan pasti jumlah sesungguhnya


dari spesies tumbuhan dan hewan yang ada di muka bumi ini. Perkiraan yang ada
sekitar 5-30 juta spesies atau lebih. Studi terbaru di daerah tropika
menggambarkan bahwa untuk insekta saja ditaksir sekitar 30 juta spesies.
Disamping spesies yang masih hidup, dunia ini juga pernah dihuni mahluk
yang kini sudah punah, yang jumlahnya sukar ditaksir. Dalam tahun 1984,
berdasarkan perkiraan waktu itu total spesies adalah 5-10 juta spesies, dan
diperkirakan setiap hari musnah 1 spesies atau 400 spesies pertahunnya. Pada
tahun-tahun terakhir ini, percepatan kemusnahan spesies mahluk hidup akan

BAHAN AJAR MATA KULIAH ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
6

meningkat. Pada tahun 1990 kemusnahan mencapai 10.000 spesies dan


diperkirakan pada tahun 2000 akan musnah 50.000 spesies (Surasana,1991).

Tabel 1. Jumlah spesies mahluk hidup di Indonesia dibanding taksiran di Dunia.

TAKSIRAN DI INDONESIA*)
NO. TAKSON TAKSIRAN DI
DUNIA**)
MINIMUM MAKSIMUM
TUMBUHAN
01. Bakteri dan 225 300 4.700
ganggang biru
02. Jamur 4.280 12.000 47.000
03. Ganggang 1.000 1.800 26.900
04. Lumut : 1.500 1.500 16.000
05. Paku-pakuan 1.250 1.500 11.300
06. Tumb. Berbunga 25.000 30.0000 220.500
HEWAN
01. Protozoa 1.500 3.500 30.800
02. Serangga 1.000.000 5.000.000 30.000.000
03. Arthropoda 30.000 50.000 300.000
04. Molluska 2.000 6.000 50.000
05. Invertebrata 5.000 10.000 66.900
06. Ampibia 1.000 1.500 4.200
07. Reptilia 600 2.000 6.300
08. Burung 1.300 1.600 9.200
09. Mamalia 515 800 4.170
Sumber: * Soeriaatmadja, 1997.
)

**) Sastrapradja, dkk.1989.

Sementara 11.500 spesies tumbuhan yang dijumpai asli di Eropa, 20 spesies


telah musnah, dan 21% ( 2.420 spesies) berada dalam keadaan kritis. Dari 20.000
spesies tumbuhan yang asli di AS, 90 spesies telah musnah dan 11% ( 2.040
spesies) dalam keadaan kritis/ langka. Di Jerman, Nederland, Denmark, dan
Spanyol lebih dari 20% burung, diatas 40% mamalia dalam keadaan langka
(Surasana, 1991). Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati tanpa
pengendalian dan pemeliharaan dapat mengakibatkan makin hilangnya
keanekaragaman hayati di muka bumi ini.

Keadaan Indonesia yang berbhineka ini, menciptakan keanekaragaman


hayati yang luar biasa dan unik, ditinjau dari variasi dan variabilitas dari spesies,
genera dan ekosistemnya. Habitat alaminya yang beragam, sumber nabati dan
hewani yang kaya, serta tingginya nilai endemik spesies, maka Indonesia dikenal

BAHAN AJAR MATA KULIAH ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
7

sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia. Jika dibandingkan dengan luas


wilayah Indonesia yang hanya 1,3% luas dunia, maka keanekaragaman hayatinya
sangat luar biasa, yaitu mengandung 10% spesies tumbuhan tinggi, 12% spesies
mamalia, 16% spesies reptilia dan ampibia, 17% spesies unggas dan 35% spesies
ikan dari seluruh dunia.

Tabel 2. Kekayaan ( Jenis) Hayati Dunia

NO. MAMALIA BURUNG REPTILIA

NEGARA Sp. NEGARA Sp. NEGARA Sp.


01. Indonesia 515 Kolombia 1.721 Meksiko 717
02. Meksiko 449 Peru 1.701 Australia 686
03. Brazilia 428 Brazilia 1.622 Indonesia 511
04. Zaire 409 Indonesia 1.534 India 383
05. Cina 394 Ekuador 1.447 Kolombia 383
06. Peru 361 Venezuela 1.275 Ekuador 345
07. Kolombia 359 Bolivia 1.250 Peru 297
08 India 350 India 1.200 Malaysia 294
09. Uganda 311 Malaysia 1.200 Thailand 282
10. Tanzania 310 Cina 1.195 Papua 282
NG.
Sumber : McNelly, 1990.
Indonesia menempati urutan teratas dalam hal kekayaan mamalia (515
spesies) nomor satu untuk kupu-kupu berekor kuning (121 spesies), nomor tiga
untuk reptil (511 spesies), nomor empat untuk burung (1.534 spesies), nomor lima
untuk ampibi ( 270 spesies) dan nomor tujuh untuk tumbuhan berbunga.
Sedangkan keanekaragaman hayati ini, mempunyai arti penting di Indonesia,
dimana sekitar 6.000 spesies tumbuhan dan hewan dimanfaatkan penduduk
Indonesia setiap harinya, baik diambil dari hutan maupun hasil budidaya. Tujuh
ribu spesies ikan laut dan air tawar merupakan sumber utama protein bagi
penduduk Indonesia.

Disisi lain, kecepatan lenyapnya hutan di Indonesia tidak diketahui dengan


tepat, tetapi diperkirakan sekitar 700.000 sampai 1,2 juta ha tiap tahunnya
(Surasana, 1991). Lenyapnya hutan, terutama disebabkan oleh kegiatan
penebangan atau pembukaan hutan untuk pertanian dan perkebunan. Luas
kawasan hutan yang lenyap ini berbeda-beda dari satu pulau ke-pulau lainnya.

BAHAN AJAR MATA KULIAH ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
8

Kebakaran hutan yang tidak terkendali, telah menghancurkan 25.000 ha hutan


pertahun.

Pada tahun 1982/1983 kawasan hutan di Kalimantan Timur terbakar seluas


3,6 juta ha. Demikian juga baru-baru ini, terjadi kebakaran hutan di Jambi . Hal ini
merupakan indikasi bahwa pengendalian dan pengamanan terhadap hutan sebagai
salah satu lumbung keanekaragaman hayati Indonesia tidak berjalan dengan baik.
Sementara penebangan hutan secara tak terkendali dan konversi habitat untuk
meningkatkan produksi pangan, juga semakin merajalela dan memperburuk
keadaan.

Perusakan habitat seperti hutan Indonesia akan dapat menyebabkan


hilangnya keanekaragaman hayati di Indonesia yang selalu dibangga-banggakan di
masa lampau. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain dalam waktu yang secepatnya
harus dilakukan program pelestarian keanekaragaman hayati secara terpadu,
terencana dan terkendali.

PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Banyak sekali permasalahan manusia, seperti populasi yang tinggi,


kelaparan, dan perusakan habitat yang merupakan awal permasalahan kerusakan
keanekaragaman hayati yang perlu diketahui pemanfaatan dan diperhatikan
pelestariannya (Wilson, et al. 1988). Oleh karena itu perlu dikembangkan strategi
konservasi yang dikaitkan dengan rehabilitasi lahan yang terdegradasi dan
diperlukan pencegahan kemusnahan spesies-spesies tumbuhan dan hewan yang
semakin parah.
Untuk menjawab tantangan di atas, strategi global keanekaragaman hayati
Indonesia telah menyusun strategi Nasionalnya dengan tujuan untuk melestarikan
keanekaragaman hayati sebanyak mungkin sejalan dengan pelaksanaan kebijakan
pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tema yang
searah dengan keanekaragaman hayati ini adalah perlindungan, pelestarian dan
pemanfaatan secara berkelanjutan.

Melestarikan keanekaragaman hayati berarti melestarikan ekosistem.


Prioritas pertama untuk memelihara keanekaragaman hayati harus berupa
pelestarian “in-situ” , baik di dalam jaringan daerah perlindungan, dalam zona

BAHAN AJAR MATA KULIAH ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
9

samudra dan pantai, hutan-hutan maupun bentang alam yang berfungsi ganda di
luar daerah pelestarian. Sedangkan pelestarian “ex-situ” dapat merupakan
tambahan yang bermanfaat bagi perlindungan jenis di dalam ekosistem alami.

Sejalan dengan prioritas ini, rencana kegiatan pelestarian keanekaragaman


hayati Nasional terdiri dari 4 bagian utama, yaitu : 1). Pelestarian in-situ di dalam
taman dan daerah lindungan. 2). Pelestarian in-situ di luar daerah perlindungan. 3).
Pelestarian in-situ bahari dan pantai. 4). Pelestarian ex-situ termasuk pengawetan
variasi kultivar, bank gen, program penangkaran dalam tangkapan, dan sebagainya.

Perlu kiranya ditekankan bahwa pusat pelestarian, baik untuk jenis bersama
plasmanutfahnya baik secara ex-situ maupun ekosistem in-situ, tidak
memerlukan populasi dan area yang tidak terbatas. Untuk masing-masing jenis itu
hanya diperlukan sejumlah populasi yang mewakili. Demikian juga untuk ekosistem
diperlukan area tertentu saja agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan
adanya ketentuan populasi atau area minimum ini dua sasaran dapat dicapai.
Pertama tetap memfungsikan unit pelestarian, dan kedua area sisanya digunakan
dalam pemanfaatan.
Untuk pelestarian plasmanutfah, beberapa segi perlu diperhatikan.
Plasmanutfah itu dilestarikan untuk menjamin tersedianya bahan baku yang
diperlukan untuk pengembangan pertanian di masa depan. Jaminan ini akan ada
keanekaragaman. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha melestarikan
plasmanutfah adalah modus, sasaran/pendekatan, metode dan pelaksana.

Pelestarian plasmanutfah dapat dilakukan di tempat aslinya atau secara in-


situ atau di luar habitat aslinya atau ex-situ. Pelestarian in-situ yang telah dikenal
dan dilaksanakan di Indonesia adalah cagar alam, taman margasatwa, taman
nasional, taman hutan raya dan hutan lindung. Untuk ex-situ telah dikembangkan
seperti kebun kampus, kebun koleksi, kebun raya, kebun binatang, taman burung,
taman safari dan koleksi pribadi.

Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan pelestarian dalam tiap


kategori, diperlukan kerjasama inter-sektoral, peran serta masyarakat, identifikasi
penelitian, kebutuhan akan pelatihan dan informasi, peraturan hukum yang efektif,

BAHAN AJAR MATA KULIAH ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
10

pengelolaan yang handal, sumberdaya manusia dan sumber dana yang cukup, dan
penilaian ekonomi tentang untung rugi pelestarian.

KESIMPULAN
Keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan kedalam tiga taraf, yaitu;
pertama taraf ekosistem, kedua taraf jenis, dan ketiga taraf plasmanutfah.
Ketiga taraf ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keanekaragaman
plasmanutfah terjadi bila ada jenis, keanekaragaman jenis terjadi bila ada
ekosistem. sedangkan ekosistem sendiri tidak akan berarti bila tanpa kehadiran
jenis.
Keanekaragaman hayati digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan,
terutama kebutuhan dasar yang berupa pangan dan kesehatan. Juga digunakan
untuk memenuhi kebutuhan industri, Keadaan Indonesia yang berbhineka
ini, menciptakan keanekaragaman hayati yang luar biasa dan unik, ditinjau dari
variasi dan variabilitas dari spesies, genera dan ekosistemnya. Habitat alaminya
yang beragam, sumber nabati dan hewani yang kaya, serta tingginya nilai endemik
spesies, maka Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia.
Melestarikan keanekaragaman hayati berarti melestarikan ekosistem. Prioritas
pertama untuk memelihara keanekaragaman hayati harus berupa pelestarian “in-
situ” , baik di dalam jaringan daerah perlindungan, dalam zona samudra dan
pantai, hutan-hutan maupun bentang alam yang berfungsi ganda di luar daerah
pelestarian. Sedangkan pelestarian “ex-situ” dapat merupakan tambahan yang
bermanfaat bagi perlindungan jenis di dalam ekosistem alami.

Sejalan dengan prioritas ini, rencana kegiatan pelestarian keanekaragaman


hayati Nasional terdiri dari 4 bagian utama, yaitu : 1). Pelestarian in-situ di dalam
taman dan daerah lindungan. 2). Pelestarian in-situ di luar daerah perlindungan. 3).
Pelestarian in-situ bahari dan pantai. 4). Pelestarian ex-situ termasuk pengawetan
variasi kultivar, bank gen, program penangkaran dalam tangkapan, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Adisoemarto, S. 1993. Keanekaragaman hayati: Menelaah pengertiannya


dan menjelajah cakupannya. Bogor.

BAHAN AJAR MATA KULIAH ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
11

Adisoemarto, S. 1993. Konsep pelestarian keanekaragaman hayati dan


rancang tindaknya. Bogor.

Djajadiningrat, S.,T. & Amir, H.,H. 1992. Kualitas lingkungan hidup Indonesia
1992: 20 Tahun setelah Stockholn. Kantor Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta.

McNeely, A. ,et al.. 1990. Conserving the world’s biological diversity . World
Bank, WRI, IUCN, WWF, Washington, DC.

Sastrapradja, S., Adisoemarto, S., Kartawinata, K., Rifai, M. A. & Sastrapradja, S.,
D. 1989. Keanekaragaman hayati untuk kelangsungan hidup
Bangsa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi. Bogor.

Soeriaatmadja, R., E. 1997. Kebijaksanaan dan Strategi pengelolaan


keanekaragaman hayati Indonesia . PBI-Cab. Lampung, Lampung-
Bandung

Surasana, E. 1991. Keanekaragaman hayati . PMIPA- Institut Teknologi


Bandung. Bandung.

United Nations Environment Programme/UNEP. 1992. Convention on


biodiversity. Nairobi.

Wilson, E. O. & Peter, F. M. 1988. Biodiversity. Washington: National Academy


Press.

BAHAN AJAR MATA KULIAH ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JAMBI

Anda mungkin juga menyukai