PENDAHULUAN
Tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi, hak atas tanah
adalah hak atas sebagian tertentu dari permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi
dua dengan ukuran panjang dan lebar.1 Permasalahan tanah yang mendasar dan
kepemilikan hak atas tanah yang sah, yang dikarenakan kurangnya kesadaran dan
serta dalam rangka usaha menjamin kepastian hukum dan hak-hak atas tanah bagi
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum atas tanah di samping juga memberikan
perlindungan hukum kepada pemilik tanah yang bersangkutan. Hal ini diatur
sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 19 Ayat (1) UUPA tentang Pendaftaran
1
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan, 2008. Hlm. 18.
1
2
Pemerintah”. Dari bunyi pasal tersebut jelas sekali bahwa tujuan diadakan
Pendaftaran Tanah dijelaskan bahwa tujuan dari pendaftaran tanah adalah sebagai
berikut:
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain
mengatur penggunaan tanah kepada seseorang atau Badan Hukum dengan suatu
hak menurut kepentingan dan peruntukkannya. Misalnya Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, dan lain-lain. Dengan adanya wewenang
negara dalam menguasai tanah dimaksudkan agar tanah dapat digunakan untuk
2
Aartje Tehupeiory, Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses
(Penebar Swadaya Grup, 2012. Hlm. 11.
3
Adrian Sutedi, S.H.,M.H., Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta: Sinar
Grafika, 2008. Hlm. 202.
3
Pasal 9 Ayat (1) meliputi: Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik,
hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai; Tanah Hak Pengelolaan;
Tanah Wakaf; Hak Milik atas satuan rumah susun; Hak Tanggungan; Tanah
Negara.4 Tanah Hak Milik dapat dialihkan menjadi Tanah Wakaf. Wakaf
memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan
Tanah Wakaf adalah tanah yang digunakan sebagai tempat peribadatan seperti
masjid, mushola, sekolah, dan panti asuhan. Biasanya tanah wakaf lebih banyak
dikelola secara bersama maka tanah wakaf rentan akan masalah perebutan tanah
antara wakif (pihak yang mewakafkan harta bendanya) dan nazhir (pihak yang
masing atau dengan kata lain belum menggunakan prosedur atau peraturan yang
4
Adrian Sutedi, S.H.,M.H., Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta: Sinar
Grafika, 2008. Hlm. 221.
5
Adrian Sutedi, S.H.,M.H., Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta: Sinar
Grafika, 2008. Hlm. 105.
4
telah diatur oleh pemerintah yaitu dengan mensertifikatkan tanah wakaf tersebut.
keberlangsungan benda wakaf itu sendiri. Hal ini terbukti dengan adanya upaya
2017 yang berjumlah 25 bidang tanah yang telah bersertipikat sebagai tanah
wakaf. Selain sebagai alat pembuktian yang kuat, sertipikat juga memberikan
kepastian hukum yang tidak bisa diganggu gugat, sehingga masyarakat tidak perlu
Berdasarkan Pasal 36 Ayat (2) maka pemegang hak atas tanah berkewajiban
melaporkan perubahan data pada Kantor Pertanahan. Hal ini dapat diartikan
bahwa perwakafan tanah hak milik tidak hanya untuk memenuhi segala
persyaratan yang diatur dan ditentukan oleh ajaran Islam saja, namun juga harus
jaminan kepastian hukum mengenai tanah wakaf atas kepemilikan tanah dengan
memberikan kepuasan kepada masyarakat serta dapat menjadi tolak ukur dalam
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik
sebagai berikut :
Semarang
Dari penelitian yang dilakukan penulis maka dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut:
6
a. Bagi Penulis
b. Bagi Masyarakat
Semarang
c. Bagi Pemerintah
yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang
peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk
6
Suyanto, 2005:34
7
Tanah menurut KBBI adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas
sekali, keadaan bumi di suatu tempat, permukaan bumi yang diberi batas.7
Secara yuridis, pengertian tanah dijelaskan dalam pasal 4 ayat (1) UUPA
adalah dalam permukaan bumi, sedang hak atas tanah adalah hak atas tanah
Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang
bermakna jika penggunaannya terbatas hanya pada tanah permukaan bumi saja.
Oleh karena itu dalam ayat (2) dinyatakan bahwa hak-hak atas tanah bukan
permukaan bumi yang bersangkutan, yang disebut “tanah”, tetapi juga “tubuh
bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada diatasnya”. 8
Tubuh bumi dan air serta ruang yang dimaksudkan itu bukan kepunyaan
menggunakannya. Dan itu pun ada batasnya seperti yang dinyatakan dalam
Pasal 4 ayat (2) dengan kata-kata: “sekedar diperlukan untuk kepentingan yang
7
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan, 2008. Hlm. 19.
8
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan, 2008. Hlm. 18.
8
Hak atas tanah yang berlaku di Indonesia saat ini merupakan salah satu hal
yang diatur dalam Hukum Agraria dan didasarkan pada keberadaan hukum
adat. Bahwa tanah merupakan asset yang sangat berharga dan penting pada saat
ini serta banyak permasalahan yang timbul dan bersumber dari hak atas tanah.
maka pemilik hak atas tanah tersebut perlu mendaftarkan tanahnya ke Kantor
Pertanahan. Hak atas tanah suatu bidang tanah harus didaftarkan karena dengan
mendaftarkan hak atas tanah nya, maka kepemilikan atas suatu bidang tanah
pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan
9
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan, 2008. Hlm. 19.
9
bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan Hak Milik
tanah dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pemerintah. Hal ini
dengan peralihan hak atas tanah tersebut menurut UUPA serta peraturan
a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha,
10
Peraturan Pemerintah Pasal 1 ayat (1) Nomor 24 Tahun 1997
11
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan, 2008. Hlm. 72.
10
c. Tanah Wakaf;
e. Hak Tanggungan
f. Tanah Negara.12
kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah. Hal ini dilakukan bagi
pemegang hak atas tanah, agar dengan mudah dapat membuktikan bahwa
dialah yang berhak atas suatu bidang tanah tertentu, melalui pemberian
diperlukan. Dengan dinyatakannya data fisik dan data yuridis yang disajikan
(SKPT)14
antara lain:
12
Peraturan Pemerintah Pasal 9 Ayat (1) Nomor 24 Tahun 1997
13
Aartje Tehupeiory, Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses
(Penebar Swadaya Grup, 2012. Hlm. 9.
14
Ibid
11
2. Kepastian hukum mengenai lokasi, batas, serta luas suatu bidang tanah
sebgagai Legal Cadastre atau Rechts Kadaster, yaitu pendaftaran tanah dalam
Hal ini diatur sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA
15
Ibid, Hlm 10.
16
Aartje Tehupeiory, Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses
(Penebar Swadaya Grup, 2012. Hlm. 10.
17
Aartje Tehupeiory, Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses
(Penebar Swadaya Grup, 2012. Hlm. 11.
12
Peraturan Pemerintah.” 18
Dari bunyi pasal tersebut di atas, jelas sekali bahwa tujuan diadakan
Dasar hukum mengenai Pendaftaran Tanah tertuang dalam Pasal 19 ayat (1)
18
Aartje Tehupeiory, Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses
(Penebar Swadaya Grup, 2012. Hlm. 11.
19
Aartje Tehupeiory, Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses
(Penebar Swadaya Grup, 2012. Hlm. 11.
20
Aartje Tehupeiory, Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses
(Penebar Swadaya Grup, 2012. Hlm. 12.
13
PP Nomor 10 Tahun 1961 secara resmi mulai berlaku dan dilaksanakan pada
tanggal 21 September 1961 di Pulau Jawa, Bali, dan Madura. Sementara itu,
1997.21
24 Tahun 1997;
21
Aartje Tehupeiory, Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses
(Penebar Swadaya Grup, 2012. Hlm. 12.
14
37 Tahun 1998.22
Perwakafan Tanah adalah perbuatan hukum suci, mulia dan terpuji yang
dari harta benda kekayaannya yang berupa tanah Hak Milik dan
Peraturan Pemerintah karena pada waktu itu belum ada pengaturannya yang
22
Aartje Tehupeiory, Pentingnya Pendaftaran Tanah di Indonesia. Jakarta: Raih Asa Sukses
(Penebar Swadaya Grup, 2012. Hlm. 13.
23
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan, 2008. Hlm. 345.
24
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan, 2008. Hlm. 345.
15
dan sehat akalnya, serta yang oleh hokum tidak terhalang untuk melakukan
perbuatan hokum. Bisa juga badan-badan hokum yang sudah ditunjuk sebagai
badan yang dapat mempunyai tanah dengan Hak Milik berdasarkan Peraturan
keagamaan serta bank-bank yang didirikan oleh Negara (Pasal 1). Tidak
semua badan dapat menjadi wakif karena tanah yang diwakafkan harus
Yang dapat menjadi pengurus wakaf yaitu “Nadzir”, bisa perorangan yang
yang dapat diwakafkan terbatas pada tanah yang berstatus Hak Milik, sebagai
25
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan, 2008. Hlm. 346.
26
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan, 2008. Hlm. 346.
27
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan, 2008. Hlm. 346.
16
hak atas tanah yang berbeda dengan hak-hak atas tanah lainnya, secara hakiki
tidak terbatas jangka waktu. Maka jika tanah yang diwakafkan bukan tanah
dahulu menjadi Hak Milik. Tanah Hak Milik yang diwakafkan tersebut juga
harus bebas dari segala beban, jaminan, sita, dan sengketa. Tanah yang
Tanah Milik.
Tentang Wakaf
28
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan, 2008. Hlm. 346-347..
17
1. Wakif
1) Perseorangan
a. Dewasa;
b. Berakal sehat;
2) Organisasi
3) Badan Hukum
2. Nadzir
Nadzir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk
4).
meliputi:
a. Perseorangan
2) Beragama Islam;
3) Dewasa;
4) Amanah;
b. Organisasi;
c. Badan hukum
Harta benda wakaf hanya bisa diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai
oleh Wakif secara sah (pasal 15). Harta benda wakaf meliputi:
b. Benda bergerak
20
4. Ikrar Wakaf
Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf
terbatas pada tanah yang harus berstatus hak milik sebagaimana hak atas tanah
yang berbeda dengan hak-hak atas tanah lainnya, secara hakiki tidak terbatas
yang suci, mulia, dan terpuji sesuai dengan ajaran agama Islam. Oleh karena itu,
29
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
21
milik bersih dan tidak ada cacat ditinjau dari sudut pemilikannya. Selain itu
dan syariat agama Islam. Berdasarkan pandangan tersebut diatas, maka tanah
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
1. Data Primer
Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh
dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat
individu, kelompok fokus, internet juga dapat menjadi sumber data primer
2. Data Sekunder
dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah
1. Wawancara
3. Studi Pustaka
yang dapat diperoleh dari buku, jurnal, studi literature terhadap data-data
Tanah Wakaf
bentuk uraian logis dan sistematis. Sumber data terdiri dari data primer yaitu
data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara, data sekunder yaitu data
yang diperoleh secara tidak langsung yang bersumber dari study kepustakaan
Agar penulisan tugas akhir ini terarah sesuai tema yang dibahas dan
terciptanya tugas akhir yang baik dan benar, maka penulis memberikan
gambaran umum secara garis besar dari setiap masing- masing bab. Adapun
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN